Anda di halaman 1dari 25

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XII IPA 1

TERHADAP PEMBELAJARAN SEJARAH

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BERBASIS MULTIMEDIA SEJARAH

DI SMA NEGERI 1 POLLUNG

ERMANTO BESRI ADE PENATA MARPAUNG, S.Pd

18071920410048
ABSTRAK

Siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Pollung, dalam belajar sejarah cenderung
kurang tertarik atau kurang bermotivasi. Ada indikasi proses pembelajaran di
dalam kelas kurang menarik. Hasil belajar siswa yang rendah salah satunya
disebabkan oleh tidak fokusnya siswa terhadap proses belajar. Untuk
meningkatkan motivasi belajar sejarah, perlu dibutuhkan suatu media
pembalajaran, seperti melalui media berbasis multimedia sejarah . Media
pembalajaran ini diharapkan untuk dapat menunjang tercapainya hasil belajar
yang maksimal dari rendahnya motivasi belajar sejarah. Permasalahan penelitian ini
adalah apakah dengan penggunaan media berbasis multimedia sejarah sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII IPA 1 SMA
Negeri 1 Pollung dalam belajar sejarah.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
media berbasis multimedia sejarah yang terdiri dari 2 siklus dengan subjek yang
diteliti adalah siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Pollung. Penelitian ini
difokuskan pada pengamatan terhdap motivasi belajar, aktivitas dan respon
siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan media berbasis multimedia
sejarah. Data diperoleh melalui angket, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis
secara deskriptif persentase
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik atau guru dengan

anak didik atau siswa yang dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya

yang berorientasi pada nilai-nilai dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan

yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan manusia tersebut.

Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan

pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja

terdidik. Salah satu masalah yang mendasar dalam dunia pendidikan adalah

bagaimana usaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar sehingga

memperoleh hasil yang efektif dan efisien, tidak terkecuali pada pelajaran sejarah.

Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran rumpun ilmu sosial, dewasa ini

mengalami berbagai masalah, terutama penurunan motivasi siswa untuk

mempelajarinya secara sungguh-sungguh dan maksimal (Widja, 1989: 91). Beberapa

faktor mengapa mata pelajaran IPS-Sejarah kurang di motivasi, khususnya bagi para

siswa SD hingga SMA. Pertama-tama memang hal ini dipicu oleh kebijakan

pemerintah sendiri yang memarjinalkan mata pelajaran ini dari Ujian Nasional

(UN). Seperti diketahui, UN yang dilaksanakan untuk jenjang SMA khususnya

jurusan IPS hanya menguji enam mata pelajaran, yaitu Matematika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Geografi, Sosiologi dan Ekonomi. Sedangkan mata

pelajaran sejarah yang sebenarnya banyak mengandung fungsi dan arti penting

tidak diikutkan. Akibatnya, sejak dini anak-anak didik khususnya di jenjang

pendidikan dasar lebih mementingkan ketiga mata pelajaran itu sehingga mata

pelajaran lain seperti sejarah menjadi tersisih atau dinomorduakan. Menjadi

pandangan dan anggapan umum bahwa pelajaran sejarah kurang di motivasi,

sebagian besar siswa beranggapan sejarah merupakan pelajaran yang paling

membosankan. Hal senada diungkapkan pula oleh Kuntowijoyo bahwa “Sejarah

sebagai ilmu sosial bagi siswa umumnya merupakan mata pelajaran yang kurang di

motivasi kalau bukan pelajaran yang paling membosankan” (Kuntowijoyo, 2008).

Pembelajaran sejarah pada kenyataannya di lapangan, sering dijumpai

adanya kesan bahwa pelajaran sejarah itu merupakan pelajaran yang sangat

membosankan, kurang di motivasi siswa, dianggap sebagai pelajaran yang hanya

memaparkan fakta-fakta yang ada, kurang penting, sehingga sering terdengar

bahwa pelajaran sejarah dianggap remeh oleh siswa. Seperti halnya

digambarkan oleh Wiriaatmadja (2002:133), dalam kutipan berikut,

“Banyak siswa yang mengeluh bahwa pelajaran sejarah itu membosankan karena
isinya hanya merupakan hafalan saja dari tahun ke tahun, tokoh dan peristiwa
sejarah. Segudang informasi dijejalkan begitu saja kepada siswa dan siswa
tinggal menghafalkannya di luar kepala. Memang “Menghafal” atau “Mengingat”
adalah salah satu cara belajar, seperti halnya menirukan (i motivasing atau
copying) mencoba-coba dengan trial and error, kadang-kadang juga kita berpikir
atau merenungkan apa yang kita lihat dan kita alami dengan hasil yang berbeda-
beda.”
Mengenai kondisi yang memicu kebosanan mereka dalam mengikuti

pelajaran sejarah adalah disebabkan guru kurang menarik dalam mengajar di dalam

kelas dan jarang menggunakan media mengajar yang dapat menarik siswa untuk

memperhatikan penjelasan materi pelajaran yang disampaikan di dalam kelas.

Metode yang umum digunakan oleh guru membuat siswa merasa jenuh dan

mengantuk dalam mengikuti pelajaran sejarah. Tidak heran ketika peneliti

melakukan observasi di kelas tampak situasi seperti itu ketika guru mengajar.

Sementara itu, hanya sebagian kecil saja siswa yang menyimak penjelasan guru,

selebihnya ada yang mengobrol, mengerjakan tugas lain, dan aktivitas lainnya di

luar kegiatan belajar mengajar.

Situasi di atas yang harus menjadi perhatian guru agar dapat menciptakan

kegiatan belajar mengajar yang menarik bagi siswa, agar siswa merasa senang ketika

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai suatu kegiatan belajar

mengajar yang bermakna bagi siswa salah satunya seorang guru harus tepat dalam

memilih metode dan media mengajar yang akan digunakannya dan tidak harus

disetiap kegiatan belajar mengajar itu dilakukan di dalam kelas dalam

menyampaikan materi. Metode dan media mengajar merupakan unsur penting

yang harus diperhatikan dan direncanakan oleh guru dalam kegiatan belajar

mengajar, sehingga guru dipandang sebagai orang yang bertanggung jawab bagi

keberhasilan belajar.
Ditambah lagi, pada kurikulum 2013, paradigm pembelajran sejarah telah

diperbarui. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22

Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan

bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar isi maka

prinsip pembelajaran yang digunakan antara lain yaitu (1) dari peserta didik diberi

tahu menuju peserta didik mencari tahu; (2) dari pendidik sebagai satu-satunya

sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) dari pembelajaran

yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang

kebenarannya multi dimensi.

Berdasarkan beberapa prinsip pembelajaran di atas, dalam proses

pembelajaran tentunya diperlukan kemampuan peserta didik dalam mencari dan

menemukan secara mandiri kebutuhan dalam belajarnya. Selain itu, sumber belajar

peserta didik tidak hanya dari pendidik melainkan dari berbagai aneka sumber

belajar yang dapat menunjang dalam kelancaran proses pembelajaran. Peserta didik

juga dituntut untuk mempunyai alternatif jawaban tidak hanya bertumpu pada satu

jawaban tunggal, melainkan kemungkinan jawaban yang kebenarannya dari

berbagai segi. Dalam hal ini, kurikulum 2013 menuntut adanya perubahan dari
proses pembelajaran yang menekankan pada peserta didik aktif untuk mencari dan

menemukan sendiri kebutuhan dalam belajarnya dan pendidik berperan sebagai

fasilitator untuk membimbing proses pembelajaran.

Pembelajaran sejarah menurut kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013:89)

mempunyai tujuan yaitu salah satunya mengembangkan kemampuan historis

(historical thinking) yang menjadi dasar untuk kemampuan berpikir logis, kreatif,

inspiratif dan inovatif. Berdasarkan salah satu tujuan pembelajaran sejarah tersebut

tentunya penting untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir

historis (historical thinking) peserta didik, sehingga kedepannya peserta didik

mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif dan inovatif.

Peserta didik dalam pembelajaran sejarah di tuntuk untuk mampu

memahami kehidupan masa lampau sebagai pandangan untuk kehidupan masa kini.

Kochhar (2008:27-37) menyatakan bahwa sasaran umum pembelajaran sejarah yaitu

(1) mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri; (2) memberikan gambaran

yang tepat tentang konsep waktu, ruang, dan masyarakat; (3) membuat masyarakat

mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya; (4)

mengajarkan toleransi; (5) menanamkan sikap intelektual; (6) memperluas

cakrawala; (7) mengajarkan prinsip-prinsip moral; (8) menanamkan orientasi ke

masa depan; (9) memberikan pelatihan mental; (10) melatih peserta didik mengenai

isu-isu kontrolversial; (11) membantu mencari solusi bagi berbagai masalah sosial

dan perseorangan; (12) memperkokoh rasa nasionalisme; (13) mengembangkan


pemahaman internasional; (14) mengembangkan keterampilan-keterampilan yang

berguna. Sedangkan, menurut Ismaun (2005:244), peserta didik mampu memahami

sejarah dalam arti yaitu: (1) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang suatu

peristiwa; (2) memiliki kemampuan sejarah kritis yang dapat digunakan untuk

menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah; (3) memiliki keterampilan sejarah

yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai berbagai informasi yang diterimanya

guna menentukan kesahihan atau keaslian informasi tersebut; (4) memahami dan

mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dilingkungan sekitarnya

serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan analitis.

Dalam proses pembelajaran sejarah di kelas XII IPA 1 misalnya,

diketahui minat siswa dalam belajar sejarah justru sangat rendah dan lebih banyak

membuat siswa menjadi bosan karena metode yang di gunakan oleh guru untuk

mengajar biasanya hanya menggunakan berceramah akibatnya siswa seperti di

bacakan dongeng dan mengantuk.

Dalam menerapkan model pembelajaran seharusnya melihat dari karakter

siswa yang di ajar dan tidak hanya satu metode pembelajaran yang di pakai, bisa di

ganti sesuai materi yang akan di ajarkan, hal ini agar siswa yang di ajar tidak bosan

dengan model pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Di era sekarang ini

diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu

memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan

menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap


dalam pengambilan keputusan. Dari banyaknya model pembelajaran yang bisa di

katakan menarik adalah model pembelajaran menggunakan multimedia sejarah

dimana siswa dapat melihat langsung gambar-gambar dari peninggalan sejarah yang

menunjang materi atau menonton vidio yang berkaitan dengan sejarah, sehingga

tidak membosankan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang menyebabkan siswa kurang berminat dengan pembelajaran

sejarah?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode multimedia

sejarah?

C. TUJUAN

Tujuan dari penelitian yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Minat Belajar

Siswa Kelas XII IPA 1Terhadap Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan

Media Berbasis Multimedia Sejarah Di SMA Negeri 1 Pollung” terhadap

meningkatnya minat belajar peserta didik siswa kelas XII IPA 1 di SMA Negeri 1

Pollung.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi siswa :
a. Minat peserta didik terhadap materi pembelajaran sejarah akan

meningkat dan memahami materi dengan mudah memalui pembelajaran

Multimedia Sejarah.

2. Bagi sekolah :

a. Penelitian ini di harapakan mampu memberikan kontribusi yang berarti

dalam meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya mata pelajaran

sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Multimedia Sejarah.

b. Dengan adanya penelitian ini, di harapakan bermanfaat bagi kegiatan

belajar mengajar di kelas, selanjutnya mengenai kegiatan belajar

mengajar yang nantinya akan mampu meningkatkan minat belajar

peserta didik di sekolah.

3. Bagi guru :

a. Sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru sejarah sebagai

tenaga pendidik dalam menggunakan proses belajar mengajar di kelas.

b. Memberikan gambaran bagi guru untuk mengetahui kondisi secara

objektif penggunaan pendekatan pembelajaran media berbasis

multimedia sejarah di kelas.

4. Bagi mahasiswa :

a. Hasil penuliasan ini diharpkan dapat menjadi acuan agar penulisan di

kemudian hari dapat lebih baik dari sebelumya.


b. Penelitian ini dapat di jadikan sebagai langkah awal untuk penelitian

lebih lanjut yang sebaiknya lebih variatif dalam mengembangkan

medote-metode lainya untuk mengatasi masalah kelas yang di hadapi.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Metode Multimedia Pembelajaran

a. Pengertian Metode Multimedia

Multimedia diartikan sebagai kumpulan dari berbagai peralatan media

berbeda yang digunakan untuk presentasi. Dalam pengertian ini

multimedia diartikan sebagai ragam media yang digunakan untuk

penyajian materi pelajaran, misalnya penggunaan wall chart atau grafik

yang dibuat di atas kertas karton yang ditempelkan di dinding (Sunaryo

Soenarto, 2005: 116).

Pendapat lain di kemukakan oleh Gerlach & Ely (1980), sebagai

berikut : media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat menarik

untuk menyajikan, memproses, danmenjelaskan informasi secara lisan

atau visual. Sedangkan Smaldo dkk (2005) mengatakan bahwa media

adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi.

b. Minat

Penelitian ini menggunakan teori minat, merupakan salah satu aspek

psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang

yang memiliki minat terhadap suatu obyek, cenderung memberikan


perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut.

Namun apabila obyek tersebut tidak menimbulkan rasa senang. Untuk

mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasan juga minat, sebab

tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan

efesien.

Pengertian Minat menurut Tidjan (1976 :71) adalah gejala psikologis

yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada

perasaan senang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu

sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti

benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh perasaan

senang terhadap obyek tersebut.

Sedangkan menurut Drs. Dimyati Mahmud (1982), Minat dalah sebagai

sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh

perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang

lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular

oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi

dalam suatu aktifitas.

Berdasarkan definisi tersebut dapatlah penulis kemukakan bahwa minat

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Minat adalah suatu gejala psikologis


2. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek

karena tertarik.

3. Adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi sasaran.

4. Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk

melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.

c. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen,

terjadi sebagai hasil dari pengalaman baik di alami langsung maupun

tidak langsung. Menurut I Gde Widja (1989: 91) sejarah adalah studi

keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu

lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang.

Penekanan perhatian diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam

hal ini terutama yang bersifat khusus dari segi-segi urutan

perkembangannya yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah.

Jadi, pembelajaran sejarah berarti mempelajari peristiwa-peristiwa masa

lalu untuk di jadikan pengalaman guna memperoleh kehidupan yang

lebih baik.

B. Penelitian Yang Relevan

Muaraputra Sinaga, S.Pd (2008) guru mata pelajaran sejarah, Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Nainggolan. Dalam penelitianya yang berjudul “


Pemanfaatan Program Power Point dalam Pembelajaran Sejarah di SMPN 1

Nainggolan “ menyatakan bahwa dengan menggunakan media belajar Power Point

telah membantu siswa dalam pencapaian penguasaan materi pelajaran mereka.

Sehingga dalam hal ini penulis menilai bahwa penggunaan media dengan format

Power Point ini dapat terus di laksanakan dan di kembangkan demi meningkatkan

siswa dalam menguasai materi pelajaran.

C. Kerangka Berfikir

Materi pelajaran sejarah yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan belajar

mengajar dikelas merupakan konsep-konsep yang masih bersifat abstrak atau masih

dalam tataran ide atau gagasan. Untuk itu, guru sejarah dituntut untuk menjabarkan

konsep tersebut menjadi sesuatu yang lebih nyata atau konkrit, hal ini mutlak

dilakukan oleh guru agar materi pelajaran sejarah yang diterima tidak bersifat

verbalisme semata tetapi siswa betul-betul memahami materi yang diajarkan guru.

Faktor lain yang berpengaruh pada minat belajar siswa baik dari segi nilai perilaku

adalah strategi yang digunakan guru dalam mengajar.

Selama ini guru belum melaksanakan pembelajaran sejarah secara sederhana

yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran sejarah.

Maka untuk menghindarkan kebosanan pada siswa dan guru dalam penelitian ini

akan menggunakan model pembelajaran Media Berbasis Multimedia. Dengan ini

diharapkan siswa akan lebih tertarik dengan mata pelajaran tersebut kemudian
keinginan untuk mempelajari pelajaran itu akan semakin tinggi sehingga minat

siswa juga akan lebih meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir sseperti uraian di atas, dengan

di gunakannya metode pembelajaran Media Berbasis Multimedia akan dapat

meningkatakan minat belajar siswa terhadap materi pelajaran karena tidak

membosankan dan lebih mudah untuk di pahami.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian, metode yang akan

digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode PTK digunakan

sebab melalui metode ini maka guru yang lebih mengenal keadaan kelasnya dapat

melakukan penelitian secara langsung untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pembelajaran sejarah. Dengan penelitian ini pula diharapkan guru dapat

memperbaiki kinerjanya agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara ideal.

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah cara suatu kelompok atau seseorang

dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari

pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang

lain. Sedangkan Rochiati Wiriaatmadja (2005: 13) mendefinisikan penelitian

tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasi kondisi

praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka

dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka,

dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Menurut Sukardi (2004: 211)

Karakteristik penelitian tindakan kelas sebagai berikut;

a. Masalah yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi

peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.


b. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang

terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan

kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.

c. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus,

tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun

kerja mandiri secara intensif.

d. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflectif thinking dari peneliti baik

sesudah maupun sebelum tindakan

B. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Pollung , yaitu

34 siswa yang terdiri dari 16 siswa putra dan 18 siswi putri. Objek penelitian ini

adalah penerapan metode pembelajaran Sejarah dengan menggunakan media

berbasis multimedia.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMA Negeri 1 Pollung, pada tahun ajaran

2018/2019 yaitu bulan Agustus sampai Oktober 2018 dengan menyesuiakan jam

pelajaran kelas XII IPA.


Jadwal Penelitian

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Perencanaan
1
Judul

Penyusunan
2
Laporan

Observasi
3
Lapangan

Pelaporan
4
Penyusunan

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Menurut Margono (2005:158). Observasi merupakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang taampak ada obyek penelitian.

Dalam penelitian kali ini menggunakan obeservasi pelaksanaan metode

pembelajaran berbasis multimedia. Pelaksanaan metode pembelajaraan berbasis

multimedia di fokuskan pada aktifitas guru maupun siswa dalam proses

pembelajaran dan pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi di

tuliskan pada lembar catatan lapangan.


E. Analisis Data

Teknik analisis data yang di gunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan

pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan

lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi yang berbentuk tes narativ.

Untuk menjaminpemantapan data yang di kumpulkan dan di catat dalam penelitian

di gunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi di artikan sebagai teknik pengumpulan

data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2005:83).

F. Indikator Keberhasilan

Indikator Keberhasilan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Sekurang-

kurangnya 60% dari jumlah peserta didik mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM)

yaitu 75>, hal ini dapat dilihat dari skor perolehan peserta didik pada saat

mengerjakan soal-soal ulangan, dengan ini bisa di simpulkan bahwa jika minat

belajar siswa meningkat dengan pembelajaran yang menggunakan metode variatif

maka akan berdampak pada hasil belajar siswa atau nilai rata-rata hasil belajar

peserta didik sekurang-kurangnya 75.

G. Prosedur penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research)

yang direncanakan untuk dilakukan sebanyak 3 (tiga) siklus. Setiap siklus terdiri atas

: (1) perencanaan atau planning; (2) tindakan atau acting; (3) pengamatan atau
observasing; (4) refleksi atau reflecting. Perencanaan setiap siklus didasarkan pada

perubahan yang dapat diketahui sesuai dengan faktor-faktor yang diamati yaitu,

siswa, guru dan kegiatan pembelajaran. Secara rinci, prosedur penelitian setiap siklus

adalah sebagai berikut :

Perencanaan

SIKLUS I
Refleksi
Refleksi pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

pengamatan

SIKLUS
BERIKUTNYA
1. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini peneliti berkolaborsi dengan guru untuk menentukann

langkah-langkah penelitian yang meliputi :

a. menetapkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran IPS digunakan

strategi “ Media Berbasis Multimedia Sejarah ”.

b. menetapkan urutan materi pembelajaran dan cakupannya.

c. membuat perencanaan pembelajaran dan pada tahap ini guru

membuat ringkasan materi untuk setiap pertemuan.

d. mebuat dan melengkapi alat media pembelajaran.

e. membuat lembaran observasi untuk mengamati aktivitas siswa, dan

aktivitas guru dalam kegiatan pebelajaran.

2. Pelaksanaan tindakan (acting)

Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan yang telah direncanakan. Guru melakasanakan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan tambahan strategi pembelajaran yang telah ditetapkan

bersama peneliti yaitu strategi “ Media Berbasis Multimedia Sejarah “.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengamati

aktivitas siswa dala proses pebelajaran. Penelitian dibantu observer

melakukan pengamatan dan mencatat semua hasil pengamatan pada lembar

observasi yang telah dipersiapkan. Pengamatan yang dilakukan yaitu pada


aktivitas siswa dengan indikator mengamati, menafsirkan(hipotesis),

mengkomunikasikan, aktif mengerjakan tugas, menyimpulkan.

4. Refleksi (reflecting)

Data hasil observasi dianalisis.Berdasarkan hasil analisis data tersebut,

guru melakukan refleksi diri terhadap kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.Pada tahap ini, peneliti dan observer serta guru harus berusaha

agar dapat mengetahui tingkat aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran

sehingga diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan.Hasil tersebut digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus

berikutnya.

G. Jadwal Penelitian

No Uraian Januari Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

SIKLUS I

1 perencanaan

2 Pelaksanaan

3 Pengamatan

4 Refleksi

SIKLUS II

1 Perencanaan
2 Pelaksanaan

3 Pengamatan

4 Refleksi

SIKLUS III

1 Perencanaan

2 Pelaksanaan

3 Pengamatan

4 Refleksi
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo Soenarto. (2005). Pengembangan multimedia pembelajaran interaktif

matakuliah tata hidang. Inotek: Jurnal inovasi dan aplikasi teknologi.Volume

9,Nomor 1, Februari 2005.

Gerlach dan Ely (1971). Teaching & Media: A Systematic Approach. Second Edition,

by V.S. Gerlach & D.P. Ely, 1980, Boston, MA: Allyn and Bacon. Copyright 1980 by

Pearson Education.

Tidjan, (1976). Meningkatkan Minat Membaca. Jakarta: Pustaka Hidayah.

Widja, I Gde.1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran

Sejarah. Jakarta : Depdikbud.

Margono.2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2005) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.

Anda mungkin juga menyukai