18071920410048
ABSTRAK
Siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Pollung, dalam belajar sejarah cenderung
kurang tertarik atau kurang bermotivasi. Ada indikasi proses pembelajaran di
dalam kelas kurang menarik. Hasil belajar siswa yang rendah salah satunya
disebabkan oleh tidak fokusnya siswa terhadap proses belajar. Untuk
meningkatkan motivasi belajar sejarah, perlu dibutuhkan suatu media
pembalajaran, seperti melalui media berbasis multimedia sejarah . Media
pembalajaran ini diharapkan untuk dapat menunjang tercapainya hasil belajar
yang maksimal dari rendahnya motivasi belajar sejarah. Permasalahan penelitian ini
adalah apakah dengan penggunaan media berbasis multimedia sejarah sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII IPA 1 SMA
Negeri 1 Pollung dalam belajar sejarah.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
media berbasis multimedia sejarah yang terdiri dari 2 siklus dengan subjek yang
diteliti adalah siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Pollung. Penelitian ini
difokuskan pada pengamatan terhdap motivasi belajar, aktivitas dan respon
siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan media berbasis multimedia
sejarah. Data diperoleh melalui angket, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis
secara deskriptif persentase
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik atau guru dengan
anak didik atau siswa yang dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya
terdidik. Salah satu masalah yang mendasar dalam dunia pendidikan adalah
memperoleh hasil yang efektif dan efisien, tidak terkecuali pada pelajaran sejarah.
Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran rumpun ilmu sosial, dewasa ini
faktor mengapa mata pelajaran IPS-Sejarah kurang di motivasi, khususnya bagi para
siswa SD hingga SMA. Pertama-tama memang hal ini dipicu oleh kebijakan
pemerintah sendiri yang memarjinalkan mata pelajaran ini dari Ujian Nasional
jurusan IPS hanya menguji enam mata pelajaran, yaitu Matematika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Geografi, Sosiologi dan Ekonomi. Sedangkan mata
pelajaran sejarah yang sebenarnya banyak mengandung fungsi dan arti penting
pendidikan dasar lebih mementingkan ketiga mata pelajaran itu sehingga mata
sebagai ilmu sosial bagi siswa umumnya merupakan mata pelajaran yang kurang di
adanya kesan bahwa pelajaran sejarah itu merupakan pelajaran yang sangat
“Banyak siswa yang mengeluh bahwa pelajaran sejarah itu membosankan karena
isinya hanya merupakan hafalan saja dari tahun ke tahun, tokoh dan peristiwa
sejarah. Segudang informasi dijejalkan begitu saja kepada siswa dan siswa
tinggal menghafalkannya di luar kepala. Memang “Menghafal” atau “Mengingat”
adalah salah satu cara belajar, seperti halnya menirukan (i motivasing atau
copying) mencoba-coba dengan trial and error, kadang-kadang juga kita berpikir
atau merenungkan apa yang kita lihat dan kita alami dengan hasil yang berbeda-
beda.”
Mengenai kondisi yang memicu kebosanan mereka dalam mengikuti
pelajaran sejarah adalah disebabkan guru kurang menarik dalam mengajar di dalam
kelas dan jarang menggunakan media mengajar yang dapat menarik siswa untuk
Metode yang umum digunakan oleh guru membuat siswa merasa jenuh dan
melakukan observasi di kelas tampak situasi seperti itu ketika guru mengajar.
Sementara itu, hanya sebagian kecil saja siswa yang menyimak penjelasan guru,
selebihnya ada yang mengobrol, mengerjakan tugas lain, dan aktivitas lainnya di
Situasi di atas yang harus menjadi perhatian guru agar dapat menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang menarik bagi siswa, agar siswa merasa senang ketika
mengajar yang bermakna bagi siswa salah satunya seorang guru harus tepat dalam
memilih metode dan media mengajar yang akan digunakannya dan tidak harus
yang harus diperhatikan dan direncanakan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga guru dipandang sebagai orang yang bertanggung jawab bagi
keberhasilan belajar.
Ditambah lagi, pada kurikulum 2013, paradigm pembelajran sejarah telah
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar isi maka
prinsip pembelajaran yang digunakan antara lain yaitu (1) dari peserta didik diberi
tahu menuju peserta didik mencari tahu; (2) dari pendidik sebagai satu-satunya
sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) dari pembelajaran
menemukan secara mandiri kebutuhan dalam belajarnya. Selain itu, sumber belajar
peserta didik tidak hanya dari pendidik melainkan dari berbagai aneka sumber
belajar yang dapat menunjang dalam kelancaran proses pembelajaran. Peserta didik
juga dituntut untuk mempunyai alternatif jawaban tidak hanya bertumpu pada satu
berbagai segi. Dalam hal ini, kurikulum 2013 menuntut adanya perubahan dari
proses pembelajaran yang menekankan pada peserta didik aktif untuk mencari dan
(historical thinking) yang menjadi dasar untuk kemampuan berpikir logis, kreatif,
inspiratif dan inovatif. Berdasarkan salah satu tujuan pembelajaran sejarah tersebut
memahami kehidupan masa lampau sebagai pandangan untuk kehidupan masa kini.
yang tepat tentang konsep waktu, ruang, dan masyarakat; (3) membuat masyarakat
mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya; (4)
masa depan; (9) memberikan pelatihan mental; (10) melatih peserta didik mengenai
isu-isu kontrolversial; (11) membantu mencari solusi bagi berbagai masalah sosial
sejarah dalam arti yaitu: (1) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang suatu
peristiwa; (2) memiliki kemampuan sejarah kritis yang dapat digunakan untuk
yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai berbagai informasi yang diterimanya
guna menentukan kesahihan atau keaslian informasi tersebut; (4) memahami dan
diketahui minat siswa dalam belajar sejarah justru sangat rendah dan lebih banyak
membuat siswa menjadi bosan karena metode yang di gunakan oleh guru untuk
siswa yang di ajar dan tidak hanya satu metode pembelajaran yang di pakai, bisa di
ganti sesuai materi yang akan di ajarkan, hal ini agar siswa yang di ajar tidak bosan
dengan model pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Di era sekarang ini
dimana siswa dapat melihat langsung gambar-gambar dari peninggalan sejarah yang
menunjang materi atau menonton vidio yang berkaitan dengan sejarah, sehingga
tidak membosankan.
B. RUMUSAN MASALAH
sejarah?
sejarah?
C. TUJUAN
meningkatnya minat belajar peserta didik siswa kelas XII IPA 1 di SMA Negeri 1
Pollung.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi siswa :
a. Minat peserta didik terhadap materi pembelajaran sejarah akan
Multimedia Sejarah.
2. Bagi sekolah :
3. Bagi guru :
4. Bagi mahasiswa :
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
b. Minat
tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan
efesien.
perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang
lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular
karena tertarik.
c. Pembelajaran Sejarah
tidak langsung. Menurut I Gde Widja (1989: 91) sejarah adalah studi
lebih baik.
Sehingga dalam hal ini penulis menilai bahwa penggunaan media dengan format
Power Point ini dapat terus di laksanakan dan di kembangkan demi meningkatkan
C. Kerangka Berfikir
Materi pelajaran sejarah yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar dikelas merupakan konsep-konsep yang masih bersifat abstrak atau masih
dalam tataran ide atau gagasan. Untuk itu, guru sejarah dituntut untuk menjabarkan
konsep tersebut menjadi sesuatu yang lebih nyata atau konkrit, hal ini mutlak
dilakukan oleh guru agar materi pelajaran sejarah yang diterima tidak bersifat
verbalisme semata tetapi siswa betul-betul memahami materi yang diajarkan guru.
Faktor lain yang berpengaruh pada minat belajar siswa baik dari segi nilai perilaku
Maka untuk menghindarkan kebosanan pada siswa dan guru dalam penelitian ini
diharapkan siswa akan lebih tertarik dengan mata pelajaran tersebut kemudian
keinginan untuk mempelajari pelajaran itu akan semakin tinggi sehingga minat
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir sseperti uraian di atas, dengan
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode PTK digunakan
sebab melalui metode ini maka guru yang lebih mengenal keadaan kelasnya dapat
kualitas pembelajaran sejarah. Dengan penelitian ini pula diharapkan guru dapat
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah cara suatu kelompok atau seseorang
pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang
praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka
dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Menurut Sukardi (2004: 211)
d. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflectif thinking dari peneliti baik
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Pollung , yaitu
34 siswa yang terdiri dari 16 siswa putra dan 18 siswi putri. Objek penelitian ini
berbasis multimedia.
2018/2019 yaitu bulan Agustus sampai Oktober 2018 dengan menyesuiakan jam
Perencanaan
1
Judul
Penyusunan
2
Laporan
Observasi
3
Lapangan
Pelaporan
4
Penyusunan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang taampak ada obyek penelitian.
Teknik analisis data yang di gunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan
pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan
lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi yang berbentuk tes narativ.
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
F. Indikator Keberhasilan
kurangnya 60% dari jumlah peserta didik mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM)
yaitu 75>, hal ini dapat dilihat dari skor perolehan peserta didik pada saat
mengerjakan soal-soal ulangan, dengan ini bisa di simpulkan bahwa jika minat
maka akan berdampak pada hasil belajar siswa atau nilai rata-rata hasil belajar
G. Prosedur penelitian
yang direncanakan untuk dilakukan sebanyak 3 (tiga) siklus. Setiap siklus terdiri atas
: (1) perencanaan atau planning; (2) tindakan atau acting; (3) pengamatan atau
observasing; (4) refleksi atau reflecting. Perencanaan setiap siklus didasarkan pada
perubahan yang dapat diketahui sesuai dengan faktor-faktor yang diamati yaitu,
siswa, guru dan kegiatan pembelajaran. Secara rinci, prosedur penelitian setiap siklus
Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi
Refleksi pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
pengamatan
SIKLUS
BERIKUTNYA
1. Perencanaan (planning)
3. Observasi
4. Refleksi (reflecting)
dilaksanakan.Pada tahap ini, peneliti dan observer serta guru harus berusaha
berikutnya.
G. Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
SIKLUS I
1 perencanaan
2 Pelaksanaan
3 Pengamatan
4 Refleksi
SIKLUS II
1 Perencanaan
2 Pelaksanaan
3 Pengamatan
4 Refleksi
SIKLUS III
1 Perencanaan
2 Pelaksanaan
3 Pengamatan
4 Refleksi
DAFTAR PUSTAKA
Gerlach dan Ely (1971). Teaching & Media: A Systematic Approach. Second Edition,
by V.S. Gerlach & D.P. Ely, 1980, Boston, MA: Allyn and Bacon. Copyright 1980 by
Pearson Education.