Lap. Pati Glukosa Pantul
Lap. Pati Glukosa Pantul
OLEH :
KELOMPOK VII
A.Iva Septiani 15.01.310
Angriani 15.01.262
Dian Ekasafitri D 15.01.319
Ely Cahyani Kadir 15.01.327
Enny Wardani Natu 15.01.324
Wana Purnasari 15.01.271
Asisten :
Yeusy R. P.
Gambar 1. Glukosa
Gambar 2. Amylum
II.1.4 Spektrofotometri
2.1.4.1 Pengertian Spektrofotometri
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar
dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah
alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy relatif jika energy
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara
ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis.
Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Gandjar,2007).
METODE KERJA
Konsentrasi (ppm)
120
100 y = -511,4x + 271,9
R² = 0,281
80 Konsentrasi (ppm)
60
40 Linear (Konsentrasi
(ppm))
20
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
IV.3 Pembahasan
Spektrofotometri UV-Vis adalah suatu metode analisi dengan
menggunakan campuran spektrofotometri UV dan Visibel. Pengukuran
menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis ini didasarkan pada hubungan
antara berkas radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan (diteruskan)
atau yang diabsorpsi dengan tebalnya cuplikan dan konsentrasi dari
komponen penyerap.
Pemilihan spektrofotometer UV-Vis karena merupakan analisis
instrumen yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya
tinggi. Selain itu, senyawa asam salisilat yang akan dianalisis memiliki
kromofor pada strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan juga
merupakan senyawa aromatik karena memiliki gugus aromatik sehingga
memenuhi syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan
spektrofotometri UV-Vis.
Adapun alasan glukosa dapat dianalisis dengan spektrofotometer
UV–VIS ialah karena glukosa memiliki gugus autokrom (-OH) sehingga
bisa menyerap sinar UV dan sinar tampak.
Percobaan ini diawali dengan hidrolisis. Hidro artinya air dan lisis
artinya pemecahan atau penguraian. Maka hidrolisis pati merupakan
proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian penyusunnya
yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa, dan glukosa.
Proses hidrolisis pati menjadi sirup glukosa dapat menggunakan katalis
enzim, asam atau gabungan keduanya. Hidrolisis secara enzimatis
memiliki perbedaan mendasar dengan hidrolisis secara asam. Hidrolisis
secara asam memutus rantai pati secara acak, sedangkan hidrolisis
secara enzimatis memutus rantai pati secara spesifik pada percabangan
tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisis pati antara lain suhu,
waktu dan konsentrasi katalis. Kenaikan suhu akan mempercepat reaksi
hidrolisis karena dalam suhu panas ikatan antar molekul dalam pati akan
mudah putus. Waktu pemanasan yang terlalu lama akan menimbulkan
karbon. Sedangkan penggunaan asam yang terlalu berlebihan akan
mempengaruhi hasil akhir dan menyebabkan garam yang dihasilkan akan
lebih banyak dan mempengaruhi analisa glukosa
Percobaan ini dilakukan hidrolisis pati nonenzim dengan cara
sebanyak 50 ml larutan pati 4% ditambahkan 15 ml larutan HCl 2N.
Penambahan HCl bertujuan untuk memecah molekul pti menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil. Selanjutnya dipanaskan untuk mempercepat
pemecahan molekul karena pati akan mudah pecah dengan penasan
secara terus-menerus. Kemudian pada menit ke 55-58 di tambahkan
indikator fenoftalein. Indikator fenoftalein dipakai dalam penentuan
senyawa asam yang ditandai dengan perubahan warna dari bening
menjadi merah muda.
Selanjutnya pH larutan diukur untuk mengecek kadar keasaman atau
kebasaan larutan karena larutan glukosa harus bersifat netral. Kemudian
ditambahkan larutan NaOH 0,1 N hingga diperoleh larutan yang netral.
Jika larutan sudah netral maka volume dicukupkan hingga 100 ml.
Kemudian diambil 1 ml kemudian ditambahkan reagen Benedict. Alasan
penambahan reagen Benedict untuk kadar glukosa secara visual karena
larutan dengan penambahan reagen ini akan terbentuk endapan merah
bata dalam larutan berwarna biru jika sampel sudah dipanaskan hal ini
menandakan bahwa sampel mengandung glukosa tinggi, sedangakan
sampel yang sudah dipanaskan tapi tidak mengalami tidak terdapat
endapan merah bata menunjukkan bahwa kadar glukosanya rendah.
Adapun glukosa (monosakarida) akan bereaksi dengan reagent
Molisch dan α-naphthol yang akan membentuk cincin yang berwarna
ungu kemerah-merahan. Untuk reagen Benedict yang didasarkan pada
gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas yang akan
mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap
sebagai Cu2O (kupro oksida) yang akan memberikan warna merah bata.
Sedangkan pada uji Barfoed yang memiliki prinsip berupa mekanisme
Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih
cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan
menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata yang kemudian
warna biru tua akan muncul sebagai setelah penambahan fosfomolibdat.
Selanjutnya sampel sampel ditambahkan 5 ml aqua destillata kemudian
diukur panjang gelombangnya dan diperolah panjang gelombang
maksimum glukasa standar adalah 718 nm dengan konsentrasi 4000 ppm
dan absorbansi 1.227.
Selain itu, pada percobaan ini dibuat larutan glukosa standar dari 10
mg glukosa yang dilarutkan dengan 100 ml aqua destillata yang setara
dengan 100 ppm. Pemilihan aqua destillata sebagai pelarut karena
glukosa mudah larut dalam air dan sangat mudah larut dalam air
mendidih. Larutan glukosa kemudian dibuat seri pengencern 20 ppm, 40
ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm. Tiap konsentransi diambil 1 ml
kemudian ditambahkan reagen Benedict. Alasan penambahan reagen
Benedict untuk kadar glukosa secara visual karena larutan dengan
penambahan reagen ini akan terbentuk endapan merah bata dalam
larutan berwarna biru jika sampel sudah dipanaskan hal ini menandakan
bahwa sampel mengandung glukosa tinggi, sedangakan sampel yang
sudah dipanaskan tapi tidak mengalami tidak terdapat endapan merah
bata menunjukkan bahwa kadar glukosanya rendah.
Selanjutnya sampel sampel ditambahkan 7 ml aqua destillata
kemudian diukur panjang gelombangnya dan diperolah panjang
gelombang maksimum glukasa standar adalah 737 nm dengan kadar
3,3828 ppm atau 3,3828 mg/L dengan persen kadar 0,000843%.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan penetepan kadar glukosa dalam pati dapat
disimpulkan bahwa kadar glukosa adalah 3,3828 ppm atau 3,3828 mg/L
dengan persen kadar 0,000843%.
V.2 Saran
Sebaiknya dilakukan metode penetapan kadar glukosa dalam pati
lainnya seperti metode luff Schoorl yaitu suatu metode atau cara
penentuan monosakarida dengan cara kimiawi atau metode Dinitro
Salicylic Acid (DNS) untuk analisa kuantitatif gula reduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Dua Satu Press: Makassar
Muksin, F., 2013. Optimasi Variasi Kosentrasi Ragi dan Waktu Fermentasi
Pada Pembuatan Alkohol Dari Buah Mengkudu (Morinda citriafolia
Linn). Jurusan Pendidikan Kimia. Fakultas MIPA Universits Negeri
Gorontalo