OLEH :
KELOMPOK 10
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
II.1.3 Spektrofotometri
II.1.3.1 Pengertian Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah cabang analisis instrumental yang
mencakup metode pengukuran berdasarkan interaksi antara suatu
spektrum sinar dengan larutan molekul atau atom. Jenis spektrofotometri
ada 4 yaitu :
1. Spektrofotometri Visibel
Yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah cahaya
tampak (Visibel). Panjang gelombang sinar tampak adal;ah 380 sampai
750 nm. Sumber sinar tampak yang sebelumnya adalah dipakai pada
spektro visible adalah lampu tangsten (Wolfram). Sampai yang didapat
dianalisis dengan metode ini hanya sampel yang memiliki berwarna.
Untuk sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang akan
menghasilkan warna dan yang dihasilkan harus benar-benar stabil
(Riyadi, 2007)
2. Spektrofotometri UV
Spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV.
Sinar UV memiliki panjang gelombang 190 sampai 380 nm. Sebagai
sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium (heavyhidrogen)
karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata. Maka senyawa yang
dapat menyerap sinar tekadang merupakan senyawa yang tidak
memiliki warna bening dan transparan. Sampel keruh tetap dibuat jernih
dengan fitrasi. Prinsip dasar spektrofotometri UV adalah sampel harus
jernih dan larut sempurna (Riyadi, 2007)
3. Spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometri UV-VIS merupakan gabungan antara spektrofotometri
UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda,
cahaya UV dan cahaya Visible. Mekipun untuk alat yang lebih canggih
sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebaga sinar UV dan
sinar VIS, yaitu fotodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sampel
berwarna ataupun sampel yang tidak berwarna (Riyadi, 2007)
II.1.3.2 Prinsip Kerja Spektrofotometri
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya.
Suatu daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang
gelombang cahaya yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa
yang diteliti. Spektrum elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang
gelombang yang luas dari sinar gamma gelombang pendek berenergi
tinggi sampai pada panjang gelombang mikro (Marzuki A., 2012)
Penyerapan radiasi disebabkan oleh pengurangan energi dari sinar
radiasi lebih tinggipada saat elektron-elektron dalam orbital berenergi
rendah tereksitasi keorbital berenergi. Ada empat kemungkinan radiasi
elektromagnetik pada molekul atau atom yang akan mengalami
perubahan energi eksitasi yaitu : energi translasi, energi rotasi, energi
vibrasi, energi elektronik, radiasi cahaya UV-VIS menyebabkan adanya
energi elektronik (Mulia dan Achmad, 1990)
Pengukuran menggunakan alat spektrometri UV-Vis didasarkan
pada hubungan antara berkas radiasi elektromagnetik yang
ditransmisisikan atau yang diabsorsi dengan tebalnya cuplikan dan
konsentrasi dari komponen penyerap. Hubungan antara kadar dengan
intensitas sinar yang diserap sampel dinyatakan dengan hukum lembert-
beer dalam bentuk persamaan (Satrohamidjojo, 1985).
Log Io/I = A = a.b.c
Keterangan :
Io : intensitas sinar sebelum melewati sampel
I : intensitas sinar setelah melewati sampel
A : absorbansi
a : absorsivitas mo;ekul
b : ketebalan kuvet
c : konsentrasi larutan
II.1.3.3 Tahap- tahap dalam penentuan kuantitativ
a. pemilihan pelarut
1. tidak mengandung sistem terkonjugasi pada struktur molekulnya
2. tidak berinteraksi dengan molekul senyawa yang diukur
3. harus mempunyai kemurnian yang tinggi
b. Pemilihan panjang gelombang
1. Perubahan absorsi pada tiap satuan konsentrasi adalah paling
besar panjang gelombang maksimal akan diperoleh kepekaan
analisis yang maksimal
2. Disekitar panjang gelombang maksimal bentuk kurva sarapanya
adalah datar sehingga hukum Lambert-beer akan dipengaruhi
dengan baik
3. Panjang gelombang maksimal akan dicari dengan membuat kurva
sarapan dengan berbagai panjang gelombang pada sistem
kordinat Cartesian pada konsentrasi yang tetap. Panjang
gelombang maksimum adalah panjang gelombang dimana terjadi
sarapan maksimum
II.1.3.4 Hukum Lambeert-Beer
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan
cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan
dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi: “Jumlah radiasi
cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap
atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen
dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam
menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu
analit:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan
dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat
yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
200 1,755 10
Larutan Baku
400 2,998 10
Asam salisilat + 2
600 >3,330 10
tetes FeCl3
800 >3,330 10
1000 >3,330 10
Larutan Bedak salicyl 0,346 10
Larutan Katrina Boot 0,354 10
IV. 2 Perhitungan
1. Perhitungan Kadar Volumetri
a. Bedak Salicyl
𝑉𝑥𝑁𝑥𝐵𝐸
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% 𝑥 𝐹𝑃
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
11,1 𝑚𝑙 𝑥 0,5 𝑁 𝑥138,12 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100% 𝑥 0,25
0,2010 𝑔𝑟𝑎𝑚
766,566 𝑚𝑔
= 0,2010 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% 𝑥 0,25
0,7665 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,2010 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% 𝑥 0,25
= 95, 34%
b. Bedak Katrina Boot
𝑉𝑥𝑁𝑥𝐵𝐸
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% 𝑥 𝐹𝑃
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
6,75 𝑚𝑙 𝑥 0,5 𝑁 𝑥138,12 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100% 𝑥 0,2
0,2158 𝑔𝑟𝑎𝑚
466,155 𝑚𝑔
= 0,2158 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% 𝑥 0,2
0,4661 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑥 100% 𝑥 0,2
0,2158𝑔𝑟𝑎𝑚
=43,18 %
2. Perhitungan Kadar Spektrofotometri UV-Vis
a. Pada penambahan 1 tetes FeCl3
y = a + bx
y = -401.1 + 343.3x
Intercept a = -401.
Slope b = 343.3x
R = 0.6509
1) Bedak salicyl
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
0,346 = −401,1 + 343,4𝑥
0,346 + 401,1 = 343,4𝑥
401,446 = 343,4𝑥
401,446
𝑥 =
343,4
𝑥 = 1,1690
𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔1,1690 = 14,7581 𝑝𝑝𝑚
2) Bedak Katrina Boot
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
0,354 = −401,1 + 343,4𝑥
0,354 + 401,1 = 343,4𝑥
401,454 = 343,4𝑥
401,454
𝑥 =
343,4
𝑥 = 1,1690
𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔1,1690 = 14,7589 𝑝𝑝𝑚
b. Pada penambahan 2 tetes FeCl3
y = a + bx
y = -503.68 + 374.46x
Intercept a = -503.68
Slope b = 374.46x
R = 0.6531
1) Bedak salicyl
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
0,346 = −503.68 + 374.46𝑥
0,346 + 503.68 = 374.46𝑥
504.026 = 374.46𝑥
504.026
𝑥 =
374.46
𝑥 = 1,346
𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔1,346 = 22.182 𝑝𝑝𝑚
2) Bedak Katrina Boot
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
0,354 = −503.68 + 374.46𝑥
0,354 + 503.68 = 374.46𝑥
504.034 = 374.46𝑥
504.034
𝑥 =
374.46
𝑥 = 1,346
𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔1,346 = 22.18 𝑝𝑝𝑚
IV.3 Pembahasan
Pada percobaan ini, pengukuran kadar asam salisilat dilakukan
dengan metode alkalimetri yang didasarkan pada rekasi netralisasi yaitu
menitrasi larutan sampel dengan larutan baku NaOH. Pada percobaan ini
sampel yang digunakan adalah bedak salicyl dan bedak Katrina. Larutan
baku NaOH digunakan sebagai larutan standar dalam penentuan kadar
asam, karena NaOH mempunyai sifat basa kuat. Sedangkan, indikator
yang digunakan pada percobaan ini yaitu indikator fenolftalain untuk
penentuan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi merupakan suatu keadaan
yang dicapai pada saat larutan menglami perubahan warna dari bening
menjadi ungu.
Pada percobaan ini sampel bedak salicyl dan bedak katrina boot
terlebih dahulu dilarutkan dengan etanol 70% karena pada kedua bedak
tersebut mengandung asam salisilat yang mudah larut dalam etanol.
Larutan sampel kemudian disaring lalu filtrat dicukupkan sampai 100 ml.
Penyaringan dilakukan dengan tujuan memisahkan talk yang ada pada
sampel agar pada saat dilakukan titrasi, penampakan perubahan warna
dari indikator yang digunakan dapat terlihat. Larutan diambil masing-
masing 25 ml sebagai larutan titer dan NaOH 0,5 N sebagai larutan titran,
kemudian ditambahkan indikator fenolftalain dan selanjutnya dilakukan
titrasi dengan cara titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam
buret) pada titrat sampai terjadi perubahan warna indikator. Saat terjadi
perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Inilah titik ekivalennya
yaitu titik pada saat jumlah ekuivalennya titran sama dengan jumlah
ekuivalen analit.
Pada percobaan ini diperoleh volume titrasi bedak salicyl 11,1 ml
sehinga kadar yang diperoleh sebesar 95,34% dan volume titrasi bedak
katrina boot 6,75 ml sehingga kadar yang diperoleh sebesar 43,18%.
Dalam Farmakope Indonesia Edisi III dinyatakan bahwa kadar asam
salisilat tidak kurang dari 99,5%. Hasil percobaan pada bedak salicyl dan
bedak katrina boot tidak sesuai yang tertera di Farmakope Indonesia Edisi
III karena kadar yang diperoleh tidak mencapai 99,5%. Hal ini mungkin
terjadi karena kesalahan pada saat penimbangan sampel, pengukuran
volume titran dan pada saat menitrasi melebihi titi akhir titrasi sehingga
hasilnya tidak sesuai dengan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia.
Penetuan kadar juga dapat dilakukan dengan menggunakan
metode spektrofotometri. Spektrofotometri adalah pengukuran suatu
interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu
zat kimia. Spektrofometri terdiri dari banyak macam, salah satunya adalah
spektrofometri visible. Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai
sumber sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible
termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata
manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm.
Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah,
biru, hijau, apapun, selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut
termasuk ke dalam sinar tampak (visible).
Spektrofotometri visible dipilih karna pada percobaan ini yang akan
ditentuakan kadarnya yaitu asam salisilat dan penetapan kadar asam
salisilat dapat dilakukan pada panjang gelombang 530 nm. Oleh karena
itu pemilihan spektrofotometri Visible sangat membantu dimana panjang
gelombangnya 380 sampai 750 nm.
Pada percobaan ini sampel dilarutkan dengan etanol karna asam
salisil dalam bedak salicyl dan bedak Katrina boot akan mudah larut
dalam etanol. Larutan baku asam salisil dibuat dengan cara menimbang
sebanyak 100 mg lalu dilarutkan dengan etanol 70% sebanyak 80 ml
hingga asam salisil larut kemudian volume dicukupkan sampai 100 ml
hingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm dan dibuat seri konsetransi 200
ppm, 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm, dan 1000 ppm. Kemudian diukur 2 ml,
4 ml, 6 ml, 8 ml, dan 10 ml lalu ditambahkan dengan 1 tetes FeCl3
berfungsi sebagai reagen pembentuk warna yang memberikan hasil
spesifik dengan asam salisilat yaitu terbentuknya larutan berwarna ungu.
kemudian dicukupkan dengan etanol hingga volume 10 ml. Pengukuran
sampel dilakukan dengan menimbang seksama setara dengan 100 mg
dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dilartkan dengan etanol 70%
kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 ml.
Penentuan kadar asam salisilat dalam bedak asam salicyl dan
bedak katrina boot dilakukan dengan metode regresi linear. Hasil
percobaan ini diperoleh hasil regresi bedak salicyl yang ditambahkan 1
tetes FeCl3 sebesar 14,7581 ppm dan bedak katrina boot 14,7589 ppm.
Sedangakan hasil regresi bedak salicyl yang ditambahkan 2 tetes FeCl3
sebesar 22.182 𝑝𝑝𝑚 dan bedak katrina boot 22.18 ppm Selain itu
diperoleh nilai R= 0,650 yang menunjukkan nilai absorbansinya tidak
linear karena nilai R=1 menunjukkan hasil yang linear, sedangkan hasil
yang diperoleh tidak mencapai angka 1.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari praktikum baik itu
penetapan kadar secara alkalimetri maupun spektrofotometri yaitu
kemungkinan pada saat pengerjaan yang dilakukan tidak sempurna, pada
saat titrasi dimana melewati titik akhir titrasi ataupun bahan-bahan yang
digunakan sudah kurang baik dan juga cara pemipetan larutan yang
kurang sempurna
BAB V
KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa kadar asam salisilat dalam sampel bedak Salicyl dan
Katrina Boot yang ditetapkan dengan metode alkalimetri yaitu berturut-
turut 95,34% dan 43,18% yang mana hasil tersebut tidak memenuhi
syarat sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia III
yaitu tidak kurang dari 99,5%. Sedangkan dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis diperoleh kadar yang tidak berbeda jauh dari
kedua sampel yang ditambahkan 1 tts FeCl3 yaitu 14,728 ppm untuk
bedak Salicyl dan untuk bedak Katrina Boot 14,729 ppm dan hasil yang
diperoleh pada kedua sampel yang ditambahkan 2 tts FeCl 3 yaitu 22.182
ppm dan 22.18 ppm.
V.2 Saran
V.2.1. Praktikan
Adapun saran untuk praktikan yaitu lebih teliti dalam melakukan
praktikum baik itu dalam menimbang bahan maupun dalam memipet
larutan bahan atau sampel.
V.2.2. Praktikan
Adapunsaran untuk laboratorium yaitu bahan-bahan yang akan
digunakan dalam praktikum sebaiknya diiperhatikan kualitasnya karena
kualitas dari bahan juga sangat mempengaruhi hasil percobaan, dan juga
sebaiknya dilakukan replikasi pada larutan sampel agar hasil yang
didapatkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Y.S., dkk, 2007, Pengaruh Konsentrasi Adaps Lanae Dalam Dasar
Salep Cold Cream Terhadap Pelepasan Asam Salisilat,
Pharmacy, Vol. 05, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Gandjar, I.G & Rohman.A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Harjanti, R.S., Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica
val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri,
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 2, Yogyakarta.
Ika, Dani, 2009, Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan
Metode Titrasi Asam Basa, Jurnal Neutrino, Vol. 1, No. 2.
Karinda, M.2013, Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C
Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri
dan Iodometri. Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 (1). Program Studi
Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado.