Nomor Percobaan :I
Tanggal Percobaan : 16 Juni 2018
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu merndapatkan kafein dari daun teh dengan cara
ekstrasi menggunakan pelarut cair dan kloroform dan menentukan kadar
kafein dari daun teh.
Kafein merupakan jenis koloid yang secara alami terdapat dalam biji
kopi, daun the, mete, biji coklat, dan beberapa minuman penyegara. Kafein
memiliki berat molekul 194,19 gr/mol.
1
dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1% dalam
air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan
sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti
menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping
berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut
jantung tak beraturan (tachycardia) (Hermanto, 2007).
2
panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam
konsentrasi yang terlalu rendah (Suparni, 2009).
3
dikarenakan eter merupakan pelarut yang memiliki sifat inert, mudah
melarutkan senyawa-senyawa organik, dan titik didihnya rendah
sehingga mudah untuk dipisahkan kembali dengan cara destilasi
sederhana. Cara ekstraksi ini biasa dipergunakan dalam :
Pembuatan ester, untuk memisahkan ester dari pencampurnya.
Pembuatan anilin, nitrobenzen, kloroform, dan preparat organik
cair lainnya.Bahan yang akan dipisahkan dalam suatu campuran
akan terdistribusi diantara pencampurnya dan pelarutnya
membentuk dua fasa/lapisan. Dengan demikian ekstraksi jangka
pendek merupakan proses pengocokan yang dilakukan dengan
menggunakan corong pisah, setelah dikocok dengan kuat
dengan mencampurkan pelarut yang lebih baik bila didiamkan
larutan akan membentuk dua lapisan. Cara melakukan ekstraksi
jangka pendek (pengocokan) menggunakan corong pisah:
2. Ekstraksi jangka panjang
Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan
alam yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa
organik yang terdapat dalam bahan alam seperti kafein dari daun teh
dapat diambil dengan cara ekstraksi jangka panjang dengan
menggunakan suatu alat ekstraksi yang disebut alat soxhlet.(Nurul,
2011).
4
Hotplate 1 buah
Kaca arloji 1 buah
Kertas saring 1 buah
Pipet ukur 1 buah
Thermometer 1 buah
b. Bahan
Aquadest
Kalsium karbonat (CaCO3)
Teh kering 10 gr
Es Batu
5
V. Hasil Pengamatan
No Reaksi Hasil Reaksi
1 10 gr teh kering + 100 ml aquadest + 5 Larutan menjadi coklat gelap dan
gr + CaCO3 dan didihkan berbau khas teh
2 Menyaring larutan dengan kertas Larutan berwarna coklat muda
saring
3 Mendinginkan sampai suhu kamar (20- Larutan berwarna coklat kehitaman
25°C)
4 Larutan dingin dimasukkan dalam Berbentuk 2 fase, fase atas berwarna
corong pisah di tambah 15 mL hitam
kloroform
5 Lapisan atas ditambah 2 mL Larutan berwarna coklat tua
kloroform, dan diaduk
6 Mengevaporasi sampai kering Terbentuk crude kafein pada suhu
100°C dan menambahkan waktu 18
menit
6
Setelah itu panaskan larutan hingga mencapai suhu 70% dan
setelahnya dinginkan larutan sampai suhu kamar 20oc-25oc dan berwarna
coklat kehitaman. Ketika larutan tersebut dimasukkan kedalam corong
pemisah dan ditambahkan 15 ml kloroform maka terbentuklah 2 fasa yaitu
fasa atas berwarna hitam dan fasa bawah tak berwarna. Penambahan
kloroform ini bertujuan untuk mengikat kafein dari larutan agar kafein
benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Kafein terikat dengan
kloroform karena kloroform adalah zat non polar yang dapat terikat oleh
zat non polar yaitu kafein sendiri.
VII. Tugas
1) Apa pengertian neraca massa dan laju alir massa?
Jawab :
Neraca Massa adalah cabang keilmuan yang
mempelajari kesetimbangan massa dalam sebuah sistem.
Dalam neracamassa, sistem adalah sesuatu yang diamati atau
dikaji. Sedangkan laju alir massa adalah massa suatu substansi
yang mengalir per satuan waktu.
7
- Kadar kafein = berat Kristal 100%
= 5 gr 100%
= 500%
VIII. Kesimpulan
Jadi, dari praktikum yang telah dilakukan didapat crude kafein
setelah dilakukan proses ekstraksi dengan mencampurkan 10 gram teh
kering + 100 ml + 5 gram + CaCO3 lalu didihkan dan disaring
menggunakan kertas saring lalu dipanaskan dan didinginkan kembali
hingga suhunya mencapai 20-25oc lalu larutan dingin dimasukkan dalam
corong pisah ditambah 15 ml kloroform dan lapisan atas ditambah 2ml
kloroform lalu diaduk dan evaporasi sampai kering.
IX. LAMPIRAN
A. Data Perhitungan
CHCl3
Bm CHCl3 = 1
=1 2 35
= 12 + 1+ 105
= 118
Rumus cairan =
8
=
= 10,11ml
V2 =
=
CaCO3
BM CaCO3 = 40 + 12 + 3 16
= 100
Rumus Padatan =
= 1 gr
B. Gambar Alat
No N a m a A l a t G a mb a r Al a t
1 B a t a n g p e n g a d u k
2 . B o l a k a r e t
3 . C o r o n g g e l a s
4 . C o r o n g p i s a h
9
5 . E r l e n m e y e r
6 . G e l a s k i m i a
7 . G e l a s u k u r
8 . H o t p l a t e
9 . K a c a a r l o j i
10. K e r t a s s a r i n g
11. P i p e t u k u r
12. T h e r m o m e t e r
10
C. Dokumentasi
N o K e t e r a n g a n G a m b a r
1 Teh kering + CaCO 3
4 C r u d e k a f e i n
11
SEDIMENTASI
Nomor Percobaan : II
Tanggal Percobaan : 16 Juni 2018
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu mempelajari proses pemisahan suspense (fase
cair dan fase padat) menjadi fluida jernih dan slurry dalam bentuk proses
pemisahan yang sederhana, serta menetpkan kecepatan pengendapan.
Kecepatan pengendapan :
Keterangan :
V1 : kecepatan pengendapan (cm/menit)
Z1 : tinggi larutan suspense (cm)
Z2 : tinggi slurry (cm)
T1 : waktu (menit)
Sedimentasi adalah pengendapan (settling) partikel-partikel dari
suspensi, pada proses sedimentasi partikel-partikel dipisahkan dari fluida
akibat gaya grafitasi yang bekerja pada partikel partikel tersebut.
Kebanyakan proses sedimentasi komersial berlangsung secara continue.
Suspensi di umpankan ke satu atau lebih tangki atau kolom pengendapan.
12
Ketika suspensi dilewatkan, padatan padatan akan mengendap. Padatan ini
kemudian dipisahkan bersama-sama dengan sejumlah fluida sebagai aliran
bawah yang kental (thickened underflow) fluida sisa akan mengalir secara
overflow bersama-sama dengan padatan yang tidak mengendap.
Sedimentasi yang merupakan pengendapan partikel dari suspensi
merupakan masalah yang sering ditemui dalam praktik kimia. Terutama
ketika kita ingin memisahkan partikel-partikel dari alur fluida sehingga
fluida terssebujt bebas dari kontaminan partikel, lalu untuk memulihkan
partikel-partikel sebagai produk(seperti pemulihan fasa terdispersi pada
ektraksi cair cair) serta untuk memisahkan partikel-partikel menjadi fraksi-
fraksi dengan ukuran atau densitas yang berbeda dengan cara
menyuspensikan partikel-partikel terssebut ke dalam suatu fluida.
Tujuan sedimentasi:
1. Untuk memisahkan partikel-partikel dari alur fluida sehingga fluida
tersebut bebas dari kontaminan partikel.
2. untuk memulihkan partikel-partikel sebagai produk(seperti
pemulihan fasa terdispersi pada ektraksi cair cair)
3. untuk memisahkan partikel-partikel menjadi fraksi-fraksi dengan
ukuran atau densitas yang berbeda dengan cara menyuspensikan
partikel-partikel terssebut ke dalam suatu fluida.
Aplikasi sedimentasi mencakup penyisihan padatan dari limbah cair,
pengendapan kristal-kristal dari larutan induk, pemisahan campuaran cair-
cairdari suatu tahapan ektraksi di dalam setler,pengendapan partikel-
partikel pangan padat dari pangan cair dan pengendapan campuran kental
dari proses leaching kacang kedelai. Partikel –partikel tersebut dapat
berupa partikel-partikel padat atau tetesan –tetesan cair.fluida yang
dimaksud dapat berupa cairn ,gas yang sedang bergerak atau dalam
keadaan diam.Jika pengendapan suatu partikel tidak di pengaruhi oleh
dinding wadah dan partikel lain makaproses ini di sebut free settling,
proses ini dapat tercapai rasio diameter partikel terhadap diameter wadah
<1 : 200 atau konsentrasi pertikel < 0,2% olum didalam campuran. Jika
13
partikel sangat banyak mareka akan mengendap dengan laju yang sangat
lambat dan proses ini disebut hindered settling. Pemisahan lumpur encer
atau suspensi oleh graviti setling(pengendapan karena gravitasi) menjadi
fluida jernih dan lumpur pekat disebut sedimentasi.
Peralatan sedimentasi sangat bervariasi, tapi pada umumnya terdiri dari:
1. suatu tangki atau kolam sebagai tempat terjadinya sedimentasi
2. suatu sistem pengumpanan yang efektif
3. sistem overflow untuk mengumpulkan keluaran yang jernih
4. suatu yang dapat mengangkut padatan yang mengendap ke tempat
penampungan
peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh air,
angin, gelombang laut, atau gletser. Tempat pengendapatn material batuan
dapat terjadi di sekitar aliran sungai, di pantai, di daratan, dan di kaki-kaki
pegunungan. Berikut beberapa contoh hasil sedimentasi.
1. Hasil Sedimentasi oleh air sungai.
a. Delta
material buatan yang diangkut oleh air sungai akan diendapakan di
muara-muara sungai. Jika ketinggian endapan telah melampaui
ketinggian permukaan air laut atau air sungai, maka terbentuklah
daratan baru yang disebut delta. Delta adalah endapan yang
terdapat di muara sungai dan bentuknya seperti segitiga
b. Daratan Banjir (Flood Plain)
Dataran banjir adalah daerah di sekitar sungai yang sering
tergenang air pada waktu banjir dan berupa daratan ketika air surut.
c. Meader
Meader terjadi jika aliran sungai melalui daerah hampir datar atau
datar sehingga arus sungai sangat lemah. Pengikisan tidak lagi
terjadi ke arah dasar sungai, tetapi ke tepi sungai. Akibatnya aliran
sungai menjadi berkelok-kelok. Lama-kelamaan, bila proses
pengikisan terus berlangsung dapat mengakibatkan putusnya aliran
sungai sehingga terbentuk danau tapal kuda.
14
2. Hasil sedimentasi oleh air gelombang laut
Gelombang air laut yang terus-menerus bergerak sepanjang waktu
menghasilkan berbagai bentukan di pantai seperti berikut ini.
a. Beting, yaitu onggokan pasir di pantai dan muara sungai yang
tampak pada waktu pasang surut dan digenangi air laut pada waktu
pasang naik.
b. Nehrung, yaitu beting-beting (bukit pasir) yang panjang dan
terletak di dekat pantai.
c. Tombolo, yaitu suatu tanggul pasir alami yang menghubungkan
antara daratan dan pulau yang berada di dekat pantai.
a. Pengendapan lumpur dan zat padat lainnya pada cairan yang keruh.
15
b. Bahan
Sagu tanpa merk A1, A2, A3
Tepung terigu segitiga biru B1, B2, B3
Tepung beras rose brand C1, C2, C3
V. Hasil Pengamatan
Tepung beras Rose brand
A 1 A 2 A 3
5 m e n i t 5 ml 1 0 m l 15 ml
1 0 m e n i t 7,5 ml 1 1 , 5 m l 18 ml
1 5 m e n i t 10 ml 1 5 m l 2 0 m l
16
Tepung terigu Segitiga biru
B 1 B 2 B 3
5 meni t 1 3 m l 30 ml 5 0 m l
10 menit 1 5 m l 3 2 m l 5 5 m l
1 5 m e n i t 15,5 ml 32,5 ml 55,5 ml
17
VII. Tugas
1. Apa pengertian sedimentasi ?
Jawab :
2. Sebutkan sifat fisika dan kimia sagu, gandum dan tepung beras!
Jawab :
18
Halus
Larut dalam air
Berbentuk partikel partikel kecil
Kadar abu
3. Apa manfaat dari sagu, gandum, tepung beras dalam kehidupan sehari-
hari ?
Jawab :
a. Sagu bagi kesehatan :
1. Sumber energy
2. Mencegah darah tinggi
3. Memperlancar system pencernaan
4. Meningkatkan kesehatan tulang dan sendi
5. Menjaga suhu tubuh agar tetap dingin
6. Masker wajah alami
19
VIII. Kesimpulan
Untuk mengetahui endapan yang dihasilkan dari proses sedimentasi,
maka sampel di timbang dan dilarutkan ke dalam 100 ml lalu di aduk dan
dipindahkan ke dalam gelas kimia setelahnya. Juga dilakukan penghitungan
volume secara berkala setiap 5 menit, 10 menit, dan 15 menit pada seluruh
sampel.
Faktor yang mempengaruhi pengendapan pada sedimentasi
diantaranya jumlah partikel dan waktu yang dibutuhkan dalam
sedimentasi. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk proses
sedimentasi maka semakin besar pula endapan yang dihasilkan dari
sampel.
IX. LAMPIRAN
A. Gambar Alat
No N a m a A l a t G a m b a r A l a t
1 . B e a c k e r g l a s s
2 . P e n g a d u k
20
3 . N e r a c a a n a l i t i k
4 . G e l a s u k u r
B. Dokumentasi
N o K e t e r a n g a n G a m b a r
1 S a m p e l
21
DRYING
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu:
Mengetahui lama waktu pengeringan yang diperlukan saat laju
pengeringan konstan dan laju pengeringan menurun
Menentukan kadar air pada saat laju pengeringan konstan dan laju
pengeringan menurun.
Menggambar kurva laju pengeringan bahan pangan
Mengetahui pengaruh blanching terhadap karakter sensoris bahan
segar dan produk (warna, tekstur, rasa flavor)
Mengamati perbedaan karakter sensoris bahan segar dan produk
(warna, tekstur, rasa flavor) yang dikeringkan dengan metode
pengeringan yang berbeda
22
karena dengan pengeringan bahan menjadi padat dan kering, sehingga
volume bahan lebih ringkas, mudah dan hemat gruang dalam pengankutan,
pengemasan maupun penympanan. Disampng itu banyak bahan pangan
yang hanya dikonsumsi setelah dikeringkan, seperti teh, kopi, coklat dan
beberapa jenis biji-bijian. Pengeringan merupakan salah satu cara
pengawetan yang paling tua. Lingkungan primitive melakukan
pengeringan daging dan ikan sebelum catatan sejarah dimulai.
Pengeringan merupakan suatu metode untuk mngeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan penggunaan energy panas
dengan senganja biasanya dengan cara menguapkan air, bertujuan untuk
menurunkan kadar air sampai batas mikroba dan kegiatan enzimatis tidak
dapat menyebabkan kerusakan berarti. Udara merupakan medium yang
dbutuhkan dalam pengeringan karena udara memberikan panas pada bahan
panas, pada bahan pangan, menyebabkan air menguap, dan merupakan
pengankut uap air yang disebabkan oleh bahan pangan yang dkerngkan
atau dapat dikatan,udara yang dipanaskan menyediakan panas untuk
memenuhi kebutuhan panas sensible dan panas laten penguapan air dari
bahan. Dari sisi lain udara juga tidak membutuhkan biaya banyak juga
mudah digunakan. Proses pengeringan merupakan salah satu penanganan
bahan pangan untuk menjaga pengawetan bahan pangan lebih
lama.pengeringan pada dasarnyaditentukan oleh pengaturan suhu yang
baik yang merupakan faktor terpenting dalam pengawetan pangan dan
mutu bahan pangan yang dihasilkan. Pada percobaan yang dilakukan, ada
dua cara yang digunakan yaitu pengeringan dengan sinar matahari vdan
pengerinagan menggunakan alat yaitu cabinet drier.
Pada pengeringan tekanan atmosfer panas yang diperlukan untuk
penguapan biasanya ditransfer dengan aliran udara yang dsirkulasikan,
yang juga menampung dan membawa air yang diluapkan. Sedangkan
dalam pengering vakun bahan yang dikeringkan harus diletakan dalam
ruang tertutup dan panas untuk penguapan ditranfer dengan cara radiasi
atau konduksi dari permukaan yang panas. Berdasarkan system
23
pengumpamaan bahan, pengeringan tipe batch. Pengeringan cabinet atau
yang biasa juga disebut “tray dryer” dapat dikelompokkan sebagai
pengering batch konvensi udara yang biasanya ditunjukkan untuk operasi
kecil (Wirakartakusuma,et.al,.1992).
Pengeringan adalah metode untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkannya
hingga kadar air kesetimbangan dengan kondisi udara normal atau kadar
air yang setara dengan nilai aktivitas air (Aw) yang aman dari kerusakan
mikrobiologis, enzimatis, dan kimiawi. Pada praktikum kali ini,
pengeringan dilakukan dengan dua metode, yaitu pengeringan dengan
menggunakan oven dan pengeringan dengan menggunakan microwave)
(Saputra, 2013).
Ada 2 istilah yang dipakai untuk pengeringan yaitu :
1. Drying, yaitu suatu proses kehilangan air yang disebabkan oleh daya
atau kekuatan alam, misalnya matahari (dijemur) dan angin (diangin-
anginkan).
2. Dehydration (dehidrasi), yaitu suatu proses pengeringan dengan panas
buatan, dengan menggunakan peralatan/alat-alat pengering.
Tujuan pengeringan bahan pangan yaitu :
1. Mengurangi risiko kerusakan karena kegiatan mikroba. Mikroba
memerlukan air untuk pertumbuhannya. Bila kadar air bahan
berkurang, maka aktivitas mikroba dihambat atau dimatikan.
2. Menghemat ruang penyimpanan atau pengangkutan.Umumnya
bahan pangan mengandung air dalam jumlah yang tinggi, maka
hilangnya air akan sangat mengurangi berat dan volume bahan
tersebut.
3. Untuk mendapatkan produk yang lebih sesuai dengn
penggunaannya. Misalnya kopi instant.
4. Untuk mempertahankan nutrien yang berguna yang terkandung
dalam bahan pangan,misalnya mineral, vitamin, dsb.
24
Keuntungan pengawetan dengan cara pengeringan :
1. Bahan lebih awet.
2. Volume dan berat berkurang, sehingga biaya lebih rendah untuk
pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan.
3. Kemudahan dalam penyajian.
4. Penganekaragaman pangan, misalnya makanan ringan /camilan.
Kerugian pengawetan dengan cara pengeringan :
1. Sifat asal dari bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya
bentuknya, sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu, dll.
2. Beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai,
misalnya harus dibasahkan kembali (rehidrasi) sebelum digunakan.
Prinsip pengeringan : menghambat pertumbuhan mikroba dengan
mengurangi kadar air, juga menurunkan aw. Jika kita mengeringkan
sesuatu bahan pangan, ada 2 masalah pokok yang teribat di dalamnya,
yaitu:
Hantaran panas kepada bahan dan di dalam bahan yang dikeringkan.
1. Penguapan air dari dalam bahan.
2. Kedua hal di atas menentukan kecepatan pengeringan.
Hantaran panas ditentukan oleh :
1. Macam dan jenis sumber panas.
2. Konsistensi bahan.
3. Sifat bahan yang dikeringkan.
4. Udara sebagai media pemanas.
Penguapan air dari dalam bahan tergantung dari banyak faktor sekeliling
bahan yaitu : suhu, kelembaban, kecepatan aliran air, tekanan udara, serta
waktu pengeringan.
25
III. Alat dan Bahan
a. Alat
Loyang 1 set
Pisau 1 buah
Cawan 5 buah
Oven 1 set
Neraca analit 1 set
b. Bahan
Nanas
Apel
Jambu biji
V. Hasil Pengamatan
No Sampel B e r a t a w a l B e r a t a k h i r Kadar air
1 N a n a s 1 2 g r a m 6,4 gram 4 6 , 6 %
2 Jambu biji 1 2 g r a m 6,8 gram 5 0 %
3 A p e l 1 2 g r a m 6 g r a m 4 3 , 3 %
26
VI. Analisa Hasil Percobaan
Drying dilakukan untuk mengawetkan makanan dengan cara
pengeringan secara alami. Sedangkan pada praktikum kali ini pengawetan
pada sampel yang digunakan yaitu nanas, jambu biji, dan apel dilakukan
dengan cara dehydration (dehidrasi) yaitu pengeringan dengan panas
buatan, yaitu menggunakan oven.
Percobaan ini dilakukan dengan cara: masing-masing sampel yang
telah dikupas dengan ketebalan 2 cm kemudian di timbang dan didapat
berat masing-masing sampel adalah 12 gram lalu di oven dengan suhu
100oc selama 2 jam barulah kemudian ditimbang lagi.
Warna nanas yang mula- mula berwarna kuning segar dan dengan
berat 12 gram setelah dipanaskan berwarna berubah warnanya menjadi
sedikit orange atau kuning pekat dan berat menjadi 6,4 gram dengan kadar
air 46,6%. Jambu biji yang semula beratnya 12 gram dan berwarna putih
setelah dipanaskan dengan menggunakan oven beratnya menjadi 6,8 gram
dan warnanya berubah menjadi sedikit hitam dengan kadar air 50%. Juga
apel yang mula-mula berwarna putih segar dan dengan berat 12 gram
setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi sedikit coklat dan dengan
berat 6 gram dan kadar air 43,3%.
Sampel mengalami perubahan fisik dan setelah dipanaskan atau di
oven. Dari yang berwana segar berubah menjadi berwarna pucat, dan
aroma/bau sampel menjadi lebih segar dan berat sampel menjadi
berkurang.
VII. Tugas
1. Tuliskan sifat fisik dan kimia nanas, apel, dan jambu biji!
Jawab :
27
Memiliki rasa manis dan sedikit asam
Mengandung vitamin (A dan C)
Mengandung fosfor, kalsium, magnesium, natrium, kalium,
zat besi, deksstrosa, sukrosa (gula tebu)
Bromelain berkhasiat anti radang, membantu melunakkan
makan dilambung, mengganggu pertumbuhan sel kanker,
menghambat agregrasi platelet, dan mempunyai aktivitas
fibrinolitik.
Sifat fisika dan kimia apel
Buah apel memiliki warna hijausaat muda dan merah saat
matang
Memiliki warna buah putih
Memiliki rasa manis saat matang
Memiliki sedikit biji didalamnya
Apel yang dibiarkan disuhu ruangan berhari-hari akan
membusuk
Mengandung vitamin A, C, dan E
Sifat fisika dan kimia dari jambu biji
Memiliki banyak biji didalamnya
Saat muda jambu biji berwarna hijau dan saat matang
berwarna sedikit kekuningan saat matang
Jambu biji ada yang memiliki warna pink dan ada juga
yang warna putih
Mengandung asam amino (triptofan, lisin) pectin, kalsium,
fosfor, besi, magnesium, mangan dan belerang
Mengandung vitamin (A, B1, dan C)
28
2. Apa manfaat nanas, apel dan jambu biji dalam kehidupan ?
Jawab :
a. Nanas
mengandung enzim baik bagi pencernaan
melancarkan system pencernaan
buah nanas menangkal sakit perut akibat perut kembung
mencegah kanker usus
b. Apel
menyehatkan rongga mulut dan gigi
mengontrol gula darah
mencegah Parkinson
mencegah batu empedu
c. Jambu biji
anti tumor dan anti inflamasi
meningkatkan imunitas tubuh
mendukung kesehatan mata
menambah jumlah darah
VIII. Kesimpulan
Jadi, dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa sampel yang
melalui proses dehidrasi akan mengalami perubahan fisika dan kimia.
Dari yang semula berat masing-masing sampel adalah 12 gram
setelah dioven berat nanas menjadi 6,4 gram, berat jambu biji menjadi 6,8
gram, dan berat apel menjadi 6 gram. Perubahan juga terjadi pada warna
dari masing-masing sampel.
29
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Modul Pengantar Teknik Kimia
Risma.2015.http://shailarisma.blog.upi.edu/2015/11/15/laporan-
praktikum-drying-pengeringan/. Diakses pada tanggal 21 Maret 2016
Rika.2011.http://rikadamayantiftpuj2011.blogspot.co.id/2012/05/laporan-
pengeringan-pada-pisang.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2016
Saputra, Satriya.2013.
http://satriyasaputra.blogspot.co.id/2013/09/drying.html. Diakses
pada tanggal 21 Maret 2016
IX. LAMPIRAN
A. Data Perhitungan
Kadar air nanas
Kadar air =
=0,46gram 100%
= 46,6%
= 0,5gram 100%
= 50%
30
B. Gambar Alat
No N a m a A l a t G a m b a r A l a t
1 . L o y a n g
2 . P i s a u
3 . C a w a n
4 . O v e n
5 . Neraca Analitik
31
C. Dokumentasi
No K e t e r a n a g n G a m b a r
1 Sampel sebelum dikeringkan atau dipanaskan
32
KRISTALISASI
Nomor Percobaan : IV
Tanggal Percobaan : 16 Juli 2018
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu memurnikan zat padat dengan cara rekistalisasi
33
larutan sementara zat yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Pada
dasarnya peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan.
Endapan merupakan suatu zat yang memisah dari satu fase padat dan
keluarkedalam larutannya. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan diperoleh hasil rendemen sebesar 54,3% dan zat pengotor
sebesar45,7%.
Kristalisasi merupakan sebuah peristiwa pembentukan partikel-
partikel zat padat didalam suatu fase homogen. Kristalisasi dapat terjadi
sebagai pembentukan partikel padat dalam uap, seperti dalam
pembentukan salju sebagai pembekuan (Solidification) didalam lelehan
cair. Pada prinsipnya kristalisasi terbentuk melalui dua tahap yaitu,
nukleasi atau pembentukan inti Kristal dan pertumbuhan Kristal. Factor
pendorong untuk laju nukleasi dan laju pertumbuhan Kristal ialah
supersaturasi. Baik nukleasi maupun pertumbuhan tidak dapat berlangsung
didalam larutan jenuh atau tak jenuh. Inti Kristal dapat terbentuk dari
berbagai jenis partikel, molekul, atom atau ion. Karena adanya gerakan
dari partikel-partikel tersebut, beberapa partikel mungkin membentuk
suatu gerombol atau klaster, klaster yang cukup banyak membentuk
embrio pada kondisi leat jenuh yang tinggi embrio tersebut membentuk
inti Kristal (Pinalia, 2011).
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang
efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk
pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah
menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang
diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter
berikut yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD),
kemurnian kristal (Crystal purity) dan bentuk Kristal. Pada proses
kristalisasi kristal dapat diperoleh dari lelehan (Melt crystallization) atau
larutan (Crystallization from solution). Dari kedua proses ini yang paling
banyak dijumpai di industri adalah kristalisasi dari larutan (Setyopratomo,
2003).
34
Pada kristalisasi bahan pengikat pengotor yang ditambahkan
bervariasi konsentrasinya. Penambahan dilakukan secara bertetes-tetes
hingga tidak terbentuk endapan. Pemurnian ini diharapkan dapat
mengurangi kadar air yang terkandung dalam garam hasil pemurnian
sehingga garam tidak mudah mencair. Pada tahap kristalisasi
menggunakan bahan pengikat pengotor yaitu larutan Na2C2O4, Na2CO3
dan NaHCO3. Bahan-bahan ini ditambahkan untuk mengikat pengotor
yang ada pada garam dapur sesuai hasil analisis zat-zat pengotor garam
dapur yang telah dilakukan sebelumnya. Pengotor ion Fe3+ akan
membentuk senyawa Fe(OH)3 sedangkan pengotor dari Mg2+ dan Ca2+
akan membentuk senyawa MgCO3 dan CaCO3. Semua senyawa yang
terbentuk tersebut akan mengendap sehingga dapat dipisahkan dengan
penyaringan biasa (Triastuti, 2010).
Jenis pelarut berperan penting pada proses kristalisasi karena
pelarutan merupakan faktor penting pada proses kristalisasi. Kelarutan
suatu komponen dalam pelarut ditentukan oleh polaritas masing-masing.
Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan
melarutkan senyawa non polar. Diduga ada sedikit perbedaan polaritas
dari komponen-komponen yang ada dalam fraksi tidak tersabunkan
DALMS, termasuk perbedaan polaritas tokoferol dan tokotrienol serta
masing-masing isomernya. Oleh karena itu, penentuan jenis pelarut yang
tepat penting dilakukan pada pembuatan konsentrat vitamin E. Pada proses
kristalisasi, pelarut mempengaruhi kecepatan nukleasi dan morfologi
Kristal (Ahmadi, 2010).
Pada tahap sublimasi masalah tingginya konsumsi energy pada
pengeringan beku tersebut dipecahkan dengan penerapan pemanasan
terbalik, yaitu merambatkan panas melalui lapisan beku untuk
meningkatkan laju perpindahan panas. Pemanasan terbalik yang dilakukan
pada penelitian adalah dengan harapan panas akan berkonduksi melalui
lapisan beku bahan yang mempunyai nilai konduktifitas panas lebih tinggi
35
dibandingkan dengan lapisan bahan kering brongga, sehingga waktu yang
dibutuhkan akan lebih cepat (Siregar, dkk., 2006).
Berdasarkan pelarut yang digunakan metode rekristalisasi terbagi
menjadi dua yaitu rekristalisasi dengan pelarut tunggal dan rekristalisasi
dengan multi pelarut. Sedangkan berdasarkan tekniknya, metode
rekristalisasi dibagi menjadi tiga yaitu rekristalisasi dengan penyaringan
panas, rekristalisasi dengan nukleasi spontan dan rekristalisasi
menggunakan seeding dari filtrat. Meski sedikit masih dimungkinkan
senyawa pengotor terikut dalam Kristal. Pelakasanaan proses pemurnian
ini yang berulang-ulang akan mengakibatkan hilangnya sejumlah Kristal
karena terbatasnya kelarutan senyawa yang akan dimurnikan. Pada
dasarnya peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan.
Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat keluar ke
dalam larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan (Pinalia, 2011).
adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan
cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat
yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya.
Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang
diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.
Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula
molekul zat terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu
terjadi kisi-kisi diantara molekul zat terlarut yang terus tumbuh
membentuk Kristal yang lebih besar diantara molekul pelarutnya, sambil
melepaskan sejumlah energy. Kristalisasi dari zat akan menghasilkan
Kristal yang identik dan teratur bentuknya sesuai dengan sifat Kristal
senyawa nya. Dan pembentukan Kristal ini akan mencapai optimum bila
berada dalam keseimbangan.
Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut
yang cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan
36
kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan sampai semua
senyawanya larut sempurna. Apabila pada temperatur kamar, senyawa
tersebut telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi
dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa
tersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah
satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi
adalah pemilihan zat pelarut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang
sesuai adalah sebagai berikut:
1. Pelarut tidak hanya bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.
2. Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak
melarutkan zat pencemarnya.
3. Titik didh pelarut harus rendah, hal ini akan mempermudah
pengeringan Kristal yang terbentuk.
4. Titik didih harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan
dimurnikan agar zat tersebut tidak terurai.
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada
dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju
pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali
kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi
terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel
kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari
larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan
untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti.
Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi
ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju
ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh
derajat lewat jenuh (Svehla, 1979).
Kristal dapat digolongkan berdasarkan sifat ikatan antara atom-atom,
ion-ion atau molekul-molekul yang menyusunnya. Penggolongan ini akan
lebih mendasar menggunakan jumlah dan jenis unsure semestinya. Bila
37
hasil rotasi, pantulan atau inverse suatu benda dapat dengan tepat
disuspensi pada benda asalnya, maka struktur itu dikatakan mengandung
unsure seperti simetri tertentu sumbu rotasi, bidang pantulan (cermin),atau
titik pusat .operasi simetri ini dapat diterapkan pada bentuk-bentuk
geometris, pada siatu benda fisis atau stuktur molekul.
Tahap – Tahap rekristalisasi adalah :
1. Pelarut : melarutkan zat pengotor pada Kristal.
2. Penyaringan : memisahkan zat pengotor dari larutan Kristal yang
murni.
3. Pemanasan : menguapkan dan menghilangkan pelarut dari Kristal.
4. Pendinginan : mengkristalkan kembali Kristal yang lebih murni.
Sublimasi merupakan cara yang digunakan untuk pemurnian
senyawa – senyawa organik yang berbentuk padatan. pemanasan yang
dilakukan terhadap senyawa organik akan menyebabkan terjadinya
perubahan sebagai berikut: apabila zat tersebut pada suhu kamar berada
dalam keadaan padat, pada tekanan tertentu zat tersebut akan meleleh
kemudian mendidih. Disini terjadi perubahan fase dari padat ke cair lalu
kefase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan
cair. Pada tekanan dan temperatur tertentu (pada titik didih nya) akan
berubah menjadi fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada
dalam keadaan padat, pada tekanan dan temperature tertentu akan
langsung berubah menjadi fase gas tanpa melalui fase cair terlebih dahulu.
Zat padat sebagai hasil reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan zat-zat padat yang kita inginkan perlu
dimurnikan terlebih dahulu. Prinsip proses ini adalah perbedaan kelarutan
zat pengotornya. (Underwood,2002:169)
Rekristalisasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
memurnikan zat kimia.[1] Dengan melarutkan baik pengotor dan senyawa
dalam pelarut yang sesuai, baik senyawa yang diinginkan atau pengotor
bisa dikeluarkan dari larutan, meninggalkan yang lain di belakang
38
III. Alat dan Bahan
a. Alat
Gelas piala 1 buah
Kertas saring 1 buah
Spatula 1 buah
Batang pengaduk 1 batang
Botol semprot 1 buah
Corong Buchner 1 buah
b. Bahan
Asam benzoate tercemar
Aquadest
Air es
Kertas saring 2 lembar
39
V. Hasil Pengamatan
No Sampel Suhu awal 42oc Suhu akhir 32oc Suhu pada saat pemanasan Berat kristal
1 C7H6O2 2,44gram + Air suling yang panas 200 ml Ter bentukalah larutan yang berwarna putih Ter bentuklah kristalisasi seperti jarum berwarna putih Ter bentukalah Kristal seperti garam pada suhu10 oc selama 15,43 menit 2,57gram
40
proses pengovenan selama 15,43 menit. Berat Kristal asam benzoate murni
yang di dapat dari proses kristalisasi tersebut adalah 2,57 gram.
VII. Tugas
Bentuk : padat
Warna zat : putih
41
Titik leleh : 122,4 °C
Titik didih : 249,2 °C
Tekanan uap : 0,001 hPa pada 20 °C
Titik nyala : 121 °C
Titik sublimasi: >100 °C
Suhu menyala : 570 °C
Densitas curah : Ca.500 kg/m3
Berat jenis uap relatif : 4,21
Berat jenis : 1,321 g/cm3 pada 20 °C
Kelarutan dalam air : 2,9 g/L pada 25 °C
Larut dalam alkohol, aseton, benzena, chloroform, etanol. Sedikit larut:
petroleum eter dan heksana.
42
VIII. Kesimpulan
X. LAMPIRAN
A. Lampiran Perhitungan
C6H5COOH / C7H6O2
BM = 12
= 72 + 5+12+33
= 122
Rumus padatan =
= 2,44 gram
Berat rendemen
Rendemen = berat Kristal 100%
43
= 2,57 gram 100%
= 257%
Zat pengotor = 100% - rendemen
=100% - 257%
= - 157%
B. Gambar Alat
No N a m a A l a t G a m b a r A l a t
1 . G e l a s p i a l a
2 . K e r t a s s a r i n g
3 . S p a t u l a
4 . Batang pengaduk
5 . B o t o l s e m p r o t
44
C. Dokumentasi
No K e t e r a n g a n G a m b a r
1 P e m a n a s a n a i r
45