PENDAHULUAN
1. Memberikan intake cairan secara tepat, Intake cairan secara tepat, pasien dengan masalah
perkemihan yang sering intake jumlah cairan setiap hari ditentukan dokter. Pasien dengan
infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan edema cairannya
dibatasi.
2. Memastikan keseimbangan intake dan output cairan, mengukur intake dan output cairan.
Jumlah caiaran yang masuk dan keluar dalam setiap hari harus diukur, untuk mengetahui
kesimbangan cairan.
3. Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Membantu mempertahankan secara normal berkemih.
5. Mencegah kerusakan kulit.
6. Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemih.
7. Memberikan kebebasan untuk pasien.
8. Mencegah infeksi saluran kemih.
9. Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air kecil Jika
menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
10. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional.
11. Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan posisi
fowler dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk meningkatkan support dan
kenyamanan fisik (prosedur membantu memberi pispot/urinal).
12. Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.
Inkontinensia Fungsional
1. tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, seperti :
a. Pertahakan hidrasi optimal dengan cara
b. Pertahankan nutrisi yang adekuat
c. Tingkatkan intergritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih,
dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot).
d. Tingkatkan integritas kulit
e. Tingkatkan higiene perseorangan
2. Jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa,
darah dalam urine dan perubahan warna
3. Ajarkan cara memantau adanya tanda dan ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan
urine, nyeri supra pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, mual, muntah
Melakukan kateterisasi
Indikasi :
Tipe Intermitten
tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
retensi akut setelah trauma uretra
tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesic
cedera pada tulang belakang
degenerasi neuromuskular secara progresif
pengeluaran urine residual
Tipe Indwelling
obstruksi aliran urine
pasca operasi saluran uretra dan struktur disekitarnya
obstruksi uretra
inkontinensia dan disorientasi berat
Alat dan bahan
1. sarung tangan steril
2. kateter steril (sesuai dengan ukurannya dan jenis)
3. Duk steril
4. minyak pelumas/ gel
5. larutan pembersih antiseptic
6. spuit yang berisi cairan
7. perlak dan alasnya
8. pinset anatomi
9. bengkok
10. urinal bag
11. sampiran
Prosedur Kerja
Untuk pasien pria :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Atur ruangan/pasang sampiran
4. Pasang perlak/alas
5. Gunakan sarung steril
6. Pasang duk steril
7. Pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium ditarik sedikt ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kapas savlon
8. Beri gel pada ujung kateter, lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan untuk tarik napas
9. Jika tertahan, jangan dipaksa
10. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades
11. Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah paha
12. Rapikan alat
13. Cuci tangan
Untuk pasien wanita :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Atur ruangan
4. Pasang perlak/alas
5. Gunakan sarung tangan steril
6. Pasang duk steril
7. Bersihkan vulva kapas savlon dari atas ke bawah
8. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri lalu bersihkan bagian dalam
9. Beri gel pada ujung kateter lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan tarik napas, hingga
urine keluar
10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya menggunakan spoit
11. Sambung kateter dengan urine bag dan fiksasi ke arah samping
12. Rapikan alat
13. Cuci tangan
Menggunakan kondom kateter
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan kondom kateter pada pasien yang tidak mampu mengontrol berkemih. Cara ini
bertujuan agar pasien dapat berkemih dan mempertahankannya.
Alat dan bahan :
1. sarung tangan
2. air sabun
3. pengalas
4. kondom kateter
5. Urinal bag
6. sampiran
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada klien
3. Atur ruangan/pasang sampiran
4. Pasang perlak/alas
5. Gunakan sarung tangan
6. Atur posisi klien dengan terlentang
7. Bersihkan area genitalia dengan sabun dan bilas dengan air hangat bersih kemudian
keringkan
8. Lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5 – 5 cm ruang antara glans penis
dengan ujung kondom
9. Letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan terlalu ketat
10. Hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran urobag
11. Rapikan alat
12. Cuci tangan
2.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam :
1. Miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan
cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih
atau kateter
2. Mengosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurangnya distensi, volume urine
residu, dan lancarnya kepatenan drainase
3. Mencegah infeksi/ bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya infeksi, tidak
ditemukan adanya disuria, urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar
4. Mempertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa
inflamasi dan kulit di sekitar uterostomi kering
5. Memberikan pasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak ditemukan
adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang
6. Melakukan Bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia
dan mampu berkemih di saat ingin berkemih
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi fekal dan urin
dilakukan untuk memenuhu kebutuhan dasar manusia. Karena jika tidak
dilaksanakan, akan menimbulkan banyak masalah kesehatan.
1. Bagi perawat agar dapat menunjang kebersihan keperawatan maka perlu memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan kasus retensio urine
3. Perlu ada kerja sama antara perawat dan pihak keluarga pasien yang baik, agar
intervensi yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik untruk mengatasi masalah
pasien.