Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil

menyelesaikan Makalah Kepemimpinan tentang Kepemimpinan Berbasis

Kearifan Budaya Lokal di Sumatera Barat.

Kelompok berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita

semua tentang konsep kepemimpinan di Sumatera Barat. Dalam hal ini pun kami

masih dalam tahapan belajar, sehingga kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah dari awal sampai akhir.

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakter Pemimpin .............................................................................. 4

B. Pola Kepemimpinan Minangkabau ..................................................... 9

C. Kepemimpinan Kearifan Lokal Minangkabau .................................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 15

B. Saran ................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh

pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Mempelajari kepemimpinan adalah melakukannya dalam kerja dengan praktik

seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.

Hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan

pengajaran/instruksi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa

pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat

penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan

intensitas. Apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti

Napoleon Bonaparte, George Washington, Abraham Lincoln, Churcill,

Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-

sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah dimanfaatkan untuk

mencapai tujuan yang mereka inginkan.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi seseorang,

baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan

dipimpin bukan dengan cara menyuruh atau mondorong dari belakang.

Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari bawahannya

tersebut melayani dia. Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya

dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara

keseluruhannya. Batasan kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas,

seorang dikatakan pemimpin apabila mempunyai pengikut atau bawahan.

3
Bawahan ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak

mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan

terlebih dahulu. Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan

otoritas dan pembuatan keputusan, oleh karena itu adanya strategi untuk

menjalanlan tugas-tugas kepemimpinan. Memberikan ulasan tentang strategi

kepemipinan yang efektif, dalam tulisan ini akan mengulas hal-hal yang

berkaitan dengan masalah tersebut, terutama tentang pola kepemimpinan

Minangkabau agar lebih dapat dimengerti dan jelas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Karakter Seorang Pemimpin?

2. Bagaimana Pola Kepemimpinan di Minangkabau?

3. Bagaimana Kepemimpinan Kearifan Lokal di Minangkabau?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami materi pembelajaran mengenai

Kepemimpinan Kearifan Lokal di Minangkabau

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami Karakter Seorang Pemimpin

2. Mahasiswa mampu memahami Pola Kepemimpinan Di

Minangkabau

3. Mahasiswa mampu memahami Kepemimpin Kearifan Lokal di

Minangkabau

4
1.4 Manfaat

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dalam memahami materi

pembelajaran mengenai Kepemimpinan Kearifan Lokal di Minangkabau

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Karakter Pemimpin

Menurut Sudewo, “Karakter sebagai kumpulan sifat baik yang

menjadi perilaku sehari-hari, sebagai perwujudan kesadaran menjalankan

peran, fungsi dan tugasnya dalam mengemban amanah dan tanggung jawab” .

Menurut Khan, “Karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses

konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan” .

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum

Kementerian Pendidikan Nasional, bahwa : “Karakter adalah tabiat, akhlak

atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari internalisasi berbagai

kabajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara

pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak.

Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral dan norma, seperti jujur,

berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi

seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter

bangsa, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu,

maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan

dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan” . Menurut Prayitno

dan Khaidir, “Karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri

individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai

dan norma” .

Lebih jauh Prayitno dan Khaidir menguraikan arti dari karakter

sebagai berikut :

6
1. Sifat pribadi : ciri-ciri yang ada dalam pribadi seseorang yang tewujudkan

dalam tingkah laku,

2. Relatif stabil : suatu kondisi yang apabila telah terbentuk akan tidak

mudah diubah,

3. Landasan : kekuatan pengaruhnya sangat besar/dominan dan menyeluruh

terhadap hal-hal yang terkait langsung dengan kekuatan yang dimaksud

4. Penampilan perilaku : aktifitas individu atau kelompok dalam bidang dan

wilayah (setting), kehidupan sebagaimana tersebut di atas,

5. Standar nilai/norma : kondisi yang mengacu kepada kaidah-kaidah agama,

ilmu dan teknologi, hukum, adat dan kebiasaan yang tercermin dalam

prilaku sehari-hari.

Membentuk karakter bangsa dilaksanakan melalui berbagai media, dan

salah satu yang terpenting adalah dengan pendidikan dan pelatihan karakter.

Melalui pelatihan yang berkesinambungan dimasukkan materi-materi yang

berkenaan dengan pembangunan karakter bangsa (character building).

Pendidikan dan pelatihan karakter dapat mengembangkan potensi diri pribadi

dan mengembangkan nilai-nilai yang menjadi kepribadiannya dalam

pergaulan di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan dan pelatihan budaya dan

karakter bangsa bertujuan untuk dapat mengembangkan potensi kalbu/nurani

(aspek afektif) sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai

budaya dan karakter bangsa. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku yang

terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang

religius serta menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab.

7
Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa (RIPPKB)

telah dirumusukan 18 macam nilai karakter bangsa yang harus dikembangkan

secara sungguh-sungguh. Delapan belas karakter bangsa dimaksud adalah :

NO NILAI-NILAI DESKRIPSI

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap


1. Religius
pelaksanaan ibadah agama lain, dan selalu hidup

rukun dengan pemeluk agama lain,

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

2. Jujur dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam

perkataan, tindakan dan pekerjaan,

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

3. Toleransi agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan

orang lain yang berbeda dari dirinya,

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh


4. Disiplin
pada berbagai ketentuan dan peraturan,

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

5. Kerja keras dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,

serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya,

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan


6. Kreatif
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki,

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada


7. Mandiri
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas,

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai

8
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain,

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

9. Rasa ingin tahu mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu

yang dipelajari , dilihat dan didengar,

Cara berfikir, bertindk dan berwawasan yang


Semangat
10. menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kebangsaan
kepentingan diri dan kelompoknya,

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

rasa kesetiaan, kepeduliaan dan penghargaan yang


11. Cinta tanah air
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, dan politik bangsa,

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

Menghargai menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,


12.
prestasi dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang

lain,

Bersahabat/komuni Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,


13.
katif bargaul dan bekerja sama dengan orang lain,

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan

14. Cinta damai orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran

dirinya

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

15. Gemar membaca berbagi bacaan yang memberikan kebajikan bagi

dirinya

16. Pedui lingkungan Sikap dan tindakan yang sellau berupaya mencegah

9
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yag sudah terjadi,

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

17. Peduli sosial bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan,

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,


18. Tanggungjawab
terhdap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Masa Esa.

Nilai-nilai karakter tersebut bersumber pada tiga kekuatan

sebagaimana yang dirumuskan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu :

1. Agama : masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama, oleh karena

itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran

agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraanpun

didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama,

2. Pancasila : Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ditegakkan atas

prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut

Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan

lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya

nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang

mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya

dan seni,

10
3. Budaya : sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup

bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui

masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian

makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota

masyarakat itu.

Budaya adalah salah satu sumber nilai-nilai pendidikan karakter yang

penting, yang lahir, tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Budaya telah menjadi kebiasaan keseharian dan kebutuhan bagi masyarakat

sehingga menjadi ukuran baik atau buruk, salah satu enis yang kaya akan

nilai-nilai budaya di Indonesia adalah suku Minangkabau.

2.2.Pola Kepemimpinan Minangkabau

Ada beberapa pola kepemimpinan tradisional berdasarkan kearifan

lokal Minangkabau yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini beranjak

dari tatanan hidup dan keunikan budaya di Sumatera Barat tersebut.

Pemimpin menurut adat Minangkabau hanya ditinggikan sarantiang dan

didahulukan salangkah sehingga masyarakat masih bisa menjangkaunya

dengan tangan dan masih dapat mengingatkannya. Seperti dalam ungkapan

dikatakan sebagai berikut : Pemimpin itu bagaikan : “tinggi sarantiang

jombo-jomboan sarangguik runtuah badaram, didahulukan cuman salangkah

bajarak tungkai-tungkaian sahambua lompeklah tibo sadatiak wakatu

nampak satitiak salah basuo baitu ukua jo jangko di dalam alam

Minangkabau”.

Itulah sebabnya pemimpin disebut dengan : “Bak kayu gadang

ditangah koto ureknyo tampek baselo batangnyo tampek basanda dahannyo

11
tampek bagantuang daun rimbunnyo tampek bataduah, tampek bahimpun

hambo rakyat, pai tampek batanyo pulang tampek babarito, sasek nan

kamanyapo tadorong nan kamanyintak, tibo dikusuik kamanyalasai tibo

dikaruah mampajaniah, mahukum adia bakato bana”.

Beberapa prinsip-prinsip kepemimpinan yang berasal dari kearifan

lokal Minangkabau untuk membentuk masyarakat yang kuat dan berkarakter,

antara lain adalah :

1. Kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka panghulu, panghulu

barajo ka mufakat, mufakat barajo ka nan bana : yaitu menegakkan

kebenaran sesuai peraturan,

2. Hilang nan ka mancari, anyuik ka maminteh, luluih nan ka manyalami :

yaitu perhatian yang besar pada masyarakat,

3. Indak lamak karano santan, indak kuniang karano kunyik : yaitu

berpendirian dan berprinsip,

4. Kato putuih, biang tabuak : yaitu bijaksana dalam mengambil keputusan,

5. Tinggi tampak jauah, gadang tampak ampia : yaitu dapat menempatkan

diri,

6. Bahari abih babadan litak, rantau jauah diulangi, rantau dakek dikana :

yaitu senang dekat dengan masyarakat,

7. Bakato baiyo, bajalan bamolah, duduak surang basampik-sampik, duduak

basamo balapang-lapang : yaitu mengutamakan musyawarah,

8. Kapai tampek batanyo, pulang tampek babarito : yaitu menjadi tumpuan

masyarakat,

12
9. Manimbang samo barek, maukua samo panjang, mamanggang samo

merah : yaitu bertindak adil,

10. Tibo diparuik indak dikampihkan, tibo di dado indak dibusuangkan, tibo

di mato indak dipiciangkan : yaitu memperlakukan sama semua orang,

11. Baalam laweh bapadang lapang : yaitu penyabar dan bisa menerima

kritik.

12. Didahulukan salangkah, ditinggikan sarantiang, dianjuang tinggi,

diamba gadang : yaitu dekat dengan masyarakat, jaraknya hanya

selangkah,

13. Singkek mauleh, lamah manahua, kurang manukuak, senteang mambilai :

yaitu dapat memberi bantuan,

14. Kusuik ka manyalasai, karuah mampajaniah : yaitu dapat menyelesaikan

masalah,

15. Pusek jalo pumpunan ikan, bukik timbunan kabuik, taluak timbunan kapa :

yaitu menjadi tempat berpegang bagi masyarakat.

Perpaduan pola kepemiminan moderen dengan pola kepemimpinan

tradisional Minangkabau sangat diperlukan dalam memimpin, terutama di

daerah dan di tengah-tengah masyarakat Sumatera Barat.

2.3.Kepemimpinan Kearifan Lokal Minangkabau

Kearifan lokal atau local wisdom adalah merupakan ide-ide atau

gagasan lokal pada suatu tempat yang bersifat bijaksana, bernilai baik yang

tumbuh dan berkembang serta menjadi pedoman bagi masyarakatnya. Kearifan

lokal merupakan produk masyarakat masa lalu yang kemudian menjadi

unggulannya, yang digunakan secara terus menerus sehingga menjadi

13
pegangan bagi masyarakat setempat. Biasanya kearifan lokal menjadi sumber

ilmu pengetahuan, sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan dan terintegrasi

dalam kehidupan masyarakatnya.

Kearifan lokal adalah juga suatu kebenaran yang telah mentradisi dalam

suatu daerah yang berpedoman pada filosofi, nilai-nilai, etika, cara-cara dan

perilaku yang melembaga secara tradisional. Definisi pengertian kearifan lokal

menurut Naritoom dalam Wagiran adalah :

“Local wisdom is the knowledge that discovered or acquired by local people

throught the accumulation of experiences in the trials and integrated with the

understansing of surrounding nature and culture. Local wisdom is dynamic by

function of created local wisdom and connected to the global situation”

Menurut Wagiran, “Ruang lingkup kearifan lokal dapat dibagi menjadi

delapan, yaitu :

1. Norma-norma lokal yang dikembangkan, pantangan dan kewajiban,

2. Ritual dan tradisi masyarakat serta makna disebaliknya,

3. Lagu-lagu rakyat, legenda, mitos dan cerita rakyat yang biasanya

mengandug pelajaran atau pesan-pesan tertentu yang hanya dikenali oleh

komunitas local,

4. Informasi data dan pengetahuan yang terhimpun pada diri sesepuh

masyarakat, tetua adat, pemimpin spiritual,

5. Manuskrip dan kitab-kitab suci yang diyakini kebenarannya oleh

masyarakat,

6. Cara komunitas lokal dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari,

7. Alat-bahan yang dipergunakan untuk kebutuhan tertentu, dan

14
8. Kondisi sumber daya alam/lingkungan yang biasa dimanfaatkan dalam

penghidupan masyarakat sehari-hari.

Kepemimpinan menurut kearifan lokal Minangkabau dapat

dikemukakan dalam beberapa criteria berikut ini :

1. Syarat-syarat seseorang dipilih menjadi seorang pemimpin, dalam hal ini

pangulu atau datuak adalah :

a. Memenuhi 4 sifat Nabi: Sidik, Tabligh, Amanah, dan Fathanah,

b. Loyalitas yang tinggi terhadap kaum, suku, anak kemenakan dan

nagari,

c. Berilmu pengetahuan tentang adat dan agama dan lain lain,

d. Adil dalam memimpin anak kemenakan dan keluarga,

e. Berani dalam menegakkan kebenaran dan mencegah kebathilan,

f. Taat menjalankan ajaran agama dan adat,

g. Tidak cacat moral dimata masyarakat dalam nagari.

2. Martabat seorang pemimpin di Minangkabau, adalah :

a. Pertama, berakal dan kuat pendirian,

b. Kedua, berilmu, berpaham, berma’rifat ujud yakin, tawakal pada

Allah,

c. Ketiga, kaya dan miskin pada hati dan kebenaran,

d. Kempat, murah dan mahal pada laku dan perangai yang berpatutan.,

e. Kelima, hemat dan cermat, mengenai awal dan akhir,

f. Keenam, ingat dan ahli pada adat. Dengan martabat seorang penghulu

yang demikian, maka wajarlah apabila dalam masyarakat Minagkabau

15
seorang penghulu sangat disegani dan dihormati, terutama oleh

kaummnya.

3. Disamping sifat tersebut seorang pemimpin seperti telah disebutkan di atas

harus memakai sifat yang empat, yakni :

a. Pertama : Siddiq, yaitu benar dan tidak merubah yang benar kepada

yang salah.,

b. Kedua : Tablig, yaitu seorang pemimpin menyampaikan hukum syarak

(agama) kepada seluruh rakyat atau kaum kerabatnya,

c. Ketiga : Amanah, yaitu memegang teguh kepercayaan yang telah

diterima untuk digunakan sepenuhnya pada masyarkat yang dipimpin,

d. Keempat : Fathanah, yaitu cerdik dan kuat dalam bekerja sehingga

memberikan manfaat yang terbaik bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Kemudian juga dapat menyelesaikan benang kusut atau permasalahan

yang timbul di tengah-tengah masyarakat.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang

menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma”.

Nilai-nilai karakter tersebut bersumber pada empat kekuatan sebagaimana

yang dirumuskan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Pendidikan Nasional, yaitu; (1) Agama, (2) Pancasila, (3) Budaya. Pemimpin

menurut adat Minangkabau seperti dalam ungkapan dikatakan sebagai berikut

“tinggi sarantiang jombo-jomboan sarangguik runtuah badaram,

didahulukan cuman salangkah bajarak tungkai-tungkaian sahambua

lompeklah tibo sadatiak wakatu nampak satitiak salah basuo baitu ukua jo

jangko di dalam alam Minangkabau”. Kepemimpinan menurut kearifan lokal

Minangkabau dapat dikemukakan dalam beberapa kriteria berikut ini; (1)

syarat seseorang menjadi pemimpin, (2) martabat seorang pemimpin di

Minangkabau, (3) Sifat pemimpin di Minangkabau.

3.2 Saran

Diharapkan siapapun pemimpin di daerah Sumatera Barat agar dapat

menerapkan pola dan karakter pemimpin Minangkabau di tengah-tengah

masyarakat Sumatera Barat.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Suleman, Zulfikri. 2010. Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik

Bung Hatta. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

2. Telematika Biro Humas Setda Provinsi Sumatera Barat. 2016. Karakter

Kepemimpinan Menurut Kearifan Lokal Minangkabau.

http://www.sumbarprov.go.id/details/news/7897 (diakses tanggal 15

November 2016).

3. Wirawan. 2003. Kapita Selekta Teori Kepemimpinan. Jakarta: UHAMKA

Press.

18

Anda mungkin juga menyukai