Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LURASIK
Jalan Raibasin,Kelurahan Boronubaen,Kecamatan Biboki Utara

SURAT KEPUTUSAN

KEPALA PUSKESMAS LURASIK


Nomor : /SK/KAPUS/XII/ 2015

TENTANG
MANAJEMEN RISIKO KLINIS

KEPALA PUSKESMAS LURASIK

Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan


keselamatan pasien Puskesmas maka diperlukan manajemen
risiko klinis;
b. bahwa sehubungan dengan butir a tersebut diatas ditetapkan
manajemen risiko klinis dengan keputusan Kepala Puskesmas
Lurasik;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Permenkes No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
3. Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
4. Permenkes Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi
Puskesmas;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG MANAJEMEN RISIKO


KLINIS DI PUSKESMAS LURASIK.

Kesatu : Panduan manajemen risiko klinis, bukti identifikasi risiko, analisis, dan
tindak lanjut risiko pelayanan klinis seperti yang tertera pada lampiran
Surat Keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lurasik
pada tanggal : 30 Desember 2015
KEPALA PUSKESMAS LURASIK,

SIMON LUAN ASA


LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR : /SK/KAPUS/XII/ 2015
TENTANG : MANAJEMEN RISIKO KLINIS

Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses
kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa datang. Manajemen risiko klinis
adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasikan, mengevaluasi, dan
mempriotaskan risiko untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien,
karyawan puskesmas, pengunjung dan organisasi sendiri.
Tujuan manajemen risiko klinis adalah:
1. Meminimalkan kemungkinan terjadinya cedera pada pasien, pengunjung, dan
karyawan puskesmas Lurasik
2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung
puskesmas Lurasik
3. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien
4. Mempertahankan reputasi puskesmas Lurasik

Puskesmas Lurasik mengembangkan program manajemen risiko dan


keselamatan pasien, mensosialisasikan program manajemen risiko dan keselamatan
pasien (sistem & alur pelaporan), bagaimana kesalahan dapat terjadi dan harus
dilaporkan untuk menjadi pembelajaran memastikan dan monitor bahwa risiko di
kelola secara aktif dan dikomunikasikan ke manajemen,secara multidisiplin
mendiskusikan manajemen risiko dalam rapat yang sudah biasa dilakukan (tidak
perlu dipisah-pisah)
Pelaksanaan sistem manajemen risiko klinis yaitu:
1. Identifikasi Risiko
Adalah usaha- usaha yang dilakukan untuk mengidentifikasi situasi yang
dapat menyebabkan cedera, tuntutan, dan kerugian. Instrumen yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi risiko klinis antara lain laporan kejadian
(KTD, KNC), review rekam medik, pengaduan pelanggan, survei, dan self
assesment.
2. Analisis Risiko
Petugas melakukan pembahasan secara rinci dan pencatatan selengkap
mungkin segala sesuatu tentang semua risiko yang teridentifikasi. Meliputi
bagaimana hal itu bisa terjadi, akibat yang ditimbulkan, tingkat keparahan,
frekuensi kejadian, cara pencegahannya atau rencana tindakan untuk
mengatasi risiko tersebut. Alat yang digunakan Puskesmas Lurasik untuk
menganalisa risiko tersebut adalah analisa modus dampak dan kegagalan
(Failure Mode Effect Analysis).
3. Evaluasi Risiko
Dalam tahap ini dilakukan prediksi tingkat risiko dan menentukan prioritas
risiko dengan menggunakan penilaian matriks risiko. Penilaian matriks risiko
adalah metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu insiden
berdasarkan dampak dan probabilitas.
4. Pengelolaan Risiko
a. MenentukanTindakan Pengelolaan Risiko antara lain:
 Risk retention: dilakukan pada risiko yang tingkatnya rendah (dampak
dan probabilitas yang rendah), misalnya kerusakan pada peralatan
yang tidak membahayakan. Risiko ini dapat dikelola puskesmas.
 Risk transfer: dilakukan pada risiko yang jarang terjadi tapi bida
berakibat serius (probabilitas rendah, dampak tinggi). Dilakukan
pengalihan risiko agar pihak lain ikut menaggung.
 Risk avoidance: dilakukan pada risiko yang sering terjadi dan
berdampak tinggi (dampak dan probabilitas yang tinggi). Kegiatan
yang menimbulkan risiko tersebut sebisa mungkin dihindari untuk tidak
dilaksanakan.
b. Langkah- langkah melaksanakan tindakan pengelolaan risiko:
1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaan (action)
3. Opemantauan (monitoring)
4. Evaluasi (evaluation)
5. Perbaikan berkelanjutan (continous improvement)
5. Monitoring dan review
Meliputi kegiatan pemantauan dampak risiko, pengkajian efektivitas kegiatan
yang dilakukan dan perubahan prioritas risiko bila diperlukan.
6. Komunikasi dan konsultasi
7. Tahap terakhir adalah dilakukan komunikasi dan konsultasi kepada semua
pihak baik internal maupun eksternal.

KEPALA PUSKESMAS LURASIK,

SIMON LUAN ASA

Anda mungkin juga menyukai