Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama dinegara berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, terutama fraktur diperkirakan juga akan meningkat ( Sodoyo, 2009 ). Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang Indonesia, jumlah manusia lanjut usia di Indonesia akan bertambah banyak pula. Dengan demikian, masalah penyakit akibat penuaan akan semamkin banyak dihadapi. Salah satu penyakit yang harus diantisipasi adalah penyakit osteoporosis dan patah tulang. Pada situasi mendatang, akan terjadi perubahan demografis yang akan meningkatkan populasi lanjut usia dan meningkatkan terjadinya patah tulang karena osteoporosis. Seiring bertambahnya usia, fungsi organ tubuh pun berangsur – angsur menurun dan berakibat pada timbulnya berbagai macam penyakit. Osteoporosis atau pengoroposan tulang memang rawan menyerang orang - orang berusia di atas 40 tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat pada orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki – laki terkena osteoporosis. Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20- 25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% klien penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Apa itu tulang? B. Bagaima struktur tulang? C. Definisi Osteoporosis? D. Bagaimana patofisiologi Osteoporosis? E. Bagaimana patofisiologi osteoporosis? F. Bagaimana manifestasi klinik osteoporosis? G. Bagaimana terapi osteoporosis? H. Studi kasus 1.3 TUJUAN A. Mengetahui apa itu tulang. B. Mengetahui struktur tulang. C. Mengetahui definisi osteoporosis. D. Mengetahui Etiologi osteoporosis. E. Mengetahui patofisiologi osteoporosis. F. Mengetahui manifestasi klinik osteoporosis. G. Mengetahui terapi osteoporosis. H. Mengetahui studi kasus osteoporosis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1TULANG Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan rangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat. Komponen-komponen nonselular utama dar jaringan tulang adalah mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini memampatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang disebut juga sebagai osteoid. Materi organik lain yang menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat