Anda di halaman 1dari 104
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SEL, PEDOMAN INSPEKSI DAN EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN MARET 2003 Kantor Sekretariat KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN (BALAI KEAMANAN BENDUNGAN) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR/ OPP KETUA KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN NOMOR : 05/KPTS/2003 Tentang PEDOMAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN PEDOMAN KRITERIA UMUM DESAIN BENDUNGAN PEDOMAN INSPEKSI DAN EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN ‘Menimbang ‘Mengingat Direktur Jenderal Sumber Daya Air/ Ketua Komisi Keamanan Bendungan a, Bahwa bendungan sebagai bangunan yang mempunyai kemanfeatan umum, perlu adanya upaya pengamanan agar diperoleh manfaat yang menerus serta jaminan atas keselamatan masyarakat; b. Bahwa upaya pengamanan bendungan perlu ditindak Janjuti dengan pengaturan inspeksi dan evaluasi keamanan bendungan dalam suatu Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan; 4, Bahwa untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Komisi Keamanan Bendungan berwenang untuk mengatur lebih lanjut pelaksanaannya; ¢. Bahwa schubungan hal tersebut diatas, perlu ditetapkan Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air. 1. Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengair: 2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 5. Keputusan Presiden RI Nomor 228 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; ‘Menetapkan PERTAMA 6. Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor O1/KPTS/M/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; 8. Peraturan Menteri PU Nomor 41/PRT/1989 tentang SNI No 1731 - 199 F tentang Pedoman Keamanan Bendungan; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan Jo. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana» Wilayah_~— Nomor 296/KPTS/M/2001 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PR1/1997 tentang Keamanan Bendungan. 10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39/PRT/1989 tentang Pembagian Wilayah Sungai; 11. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 102 Tahun 1994 tentang Penunjukan/Pengangkatan Ketua, Anggota, Sekretaris pada Organisasi Keamanan Bendungan; 12. Keputusan Presiden Nomor 105/M. 2002 tentang Penunjukan dan Pengangkatan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR TENTANG: A. PEDOMAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN; B. PEDOMAN KRITERIA UMUM DESAIN BNDUNGAN; . PEDOMAN INSPEKSI DAN EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN. Mengesahkan berlakunya ketiga Pedoman tersebut diatas sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini sebagai pedoman bagi para Pemilik/Pengelola Bendungan dan Balai Keamanan Bendungan dalam melakukan kajian pembangunan dan pengopersian bendungan. KEDUA —:_ Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan perubahan dan perbaikan seperlunya bilamana dikemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya. Ditetapkandi : JAKARTA Padatanggal =: 14 Maret. 2003 DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN KIMPRASWIL, KETUA KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN DR. Ir. Roestam Sjarief, MNRM. Oa ‘Tembusan Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: Bapak Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Sekretaris Jenderal Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Inspektur Jenderal Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Kepala Balitbang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Staf Ahli Menteri Bidang Otonomi dan Keterpaduan Pembangunan Daerah Staf Ahli Menteri Bidang Pengembangan Keahlian dan Tenaga Kerja Kepala Puslitbang Sumber Daya Air Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 9. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya air 10.Kepala Biro Perencanaan dan KLN, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 1L.Para Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan/Permukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi 12, Perum Jasa Tirta I dan II. BIAWELHS KATA PENGANTAR Didalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 72/PRT/1997 Tentang Keamanan Bendungan jo. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 296/KPTS/M/2001 disebutkan bahwa Pemilik Bendungan bertanggung jawab atas pembangunan dan pengelolaan bendungannya, termasuk tanggung jawab atas keamanan bendungan dengan melakukan pemantauan, eksploitasi dan pemeliharaan dengan baik dan benar. Dalam rangka pelaksanaan ketiga hal tersebut, Pemilik bendungan harus melakukan inspeksi secara berkala maupun inspeksi luar biasa yang dilakukan setelah terjadi keadaan luar biasa, Paling tidak setiap lima tahun sekali, Pemilik harus melakukan inspeksi secara menyeluruh atau inspeksi besar yang disertai dengan evaluasi keamanannnya. sHasil inspeksi dan evaluasi, dikirim ke Balai Keamanan Bendungan (BKB) untuk diverifikasi melalui inspeksi lapangan dan kajian hasil ir. peksi. Pedoman Inspeksi dan Evaluasi ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi Tim inspeksi Pemilik maupun Tim inspeksi BKB, untuk dapat memahami aspek-aspek penting yang harus ditinjau dalam melakukan pengamanan atas bendungan, khususnya dalam melakukan inspeksi besar dan evaluasi keamanan bendungan sesuai ketentuan yang berlaku. Pedoman ini telah dipersiapkan melalui diskusi yang panjang dan pembahasan yang melibatkan para ahli di dalam lokakarya yang diadakan pada tanggal 5 Februari 2003 di Jakarta. Pedoman ini disusun oleh Tim Penyusun yang terdiri dari: © Ir. Zainuddin, ME. * Ir. Hardjuno, Sp. 1 * Ir, Achmad Zubaidi, M. Tech. © Ir. Nurchamid Fatah, Dipl. HE Akhimya kami ucapkan terima kasih kepada penyusun pedoman ini, serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan pedoman Kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan buku ini. Jakarta, Maret 2003, Balai Keamanan Bendungan - uw o> aaah Ir, Pudji Hastowo, Dipl. HE KATA PENGANTAR os. DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR BAB | BAB II BAB Ill BAB IV PEDOMAN INSPEKSI KEAMANAN BENDUNGAN DAFTAR ISI Ist LAMPIRAN PENDAHULUAN 4 UMUM ae 1:2. Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud . 1.2.2 Tujyan Lingkup Pedoman Pengertian ‘ Validitas dan Keterbatasan . Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan oaure JENIS INSPEKSI 2.1. Umum 2.2 Berdasarkan Metode Pelaksanaan inspeksi 2.3-_Inspetal yang dialuken Perk Bendungan 2.4 Inspeksi yang dilakuken Balai TUJUAN DAN TAHAPAN EVALUASI DAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN BA UmUM sans 3.2 Informasi Desain, Pelaksanaan Konstruksi, dan Kinerja . 3.3 Program Pemantauan Instrumentasi ioe 3.4 Identifikasi dan Pencatatan Masalah .. 3.5 Kajian oleh Balai dan Tindak Lanjut TIM INSPEKSI DAN TATACARA INSPEKS! 4.1 Tim Inspeksi Internal Pemilik Bendungan 4.2 Tim Inspeksi Balai ....oeseseneeree 4.1.1 Anggota Tim Inspeksi dan Kualifikasinya 4.4.2 Tanggung Jawab dan Wewenang Tim Inspeksi 4.3 Tata Cara Inspeksi Balai. 43.1 Periode Inspeksi 43.2 Temuan Inspeksi .. 4.3.3. Persetujuan Komisi Atas Laporan inspeksi Hal. BR @ONN oon BAB V BAB VI BAB VII 44 45 46 BENTUK KERUNTUHAN BENDUNGAN DAN PENYEBABNYA 54 52 PELAKSANAAN INSPEKSI BENDUNGAN .. 61 62 POKOK KEGIATAN INSPEKSI DAN EVALUASI ... 4.3.4 Biaya Inspeksi Program Pelatihan Hal-hal Yang Dikerjakan Dalam Inspeksi 4.5.1 Jadual Inspeksi 4.5.2 Komponen Yang Diinspeksi 45.3 Kajian Data = 45.4 Daftar Simak Inspeksi Pengaturan Pelaksanaan Inspeksi 4.6.1 Penginapan dan Transportasi 4.6.2 Perlengkapan Inspeksi 4.6.3 Penjadualan Kegiatan Seiama inspeksi Pengenalan Bentuk dan Penyebab Keruntuhan Penyebab Utama Keruntuhan dan Contoh Kondisi Burut 5.2.1 Kerusakan Pondasi 5.2.2 Kerusakan Bangunan Pelimpah dan Bangunan Pengeluaran 5.2.3 Pengendalian Rembesan Tidak Memadai 5.2.4 Material Cacat dan Mutu Rendah ... 5.2.5 Kemerosotan Mutu Beton dan Kostruksi Baja 5.26 Pengendalian Erosi Yang Buruk i 5.2.7 Kerusakan Tepian Waduk 52.8 — Desain Atau Pelaksanaan Konstruksi Yang Burul Bagian dan Aspek Yang Diperiksa Bendungan dan Tanggul Tambahan Bukit Tumpuan dan Pondasi Waduk me Tanah Longsor Bangunan-bangunan Pelengkap 2299 eeone Catatan Pemeriksaan Lapangan Diskusi Lapangan 6.3.1 Diskusi Dengan Personil Operasi .... 63.2 _ Diskusi Dengan Petugas Diluar Instansi Pengelola Umum a # Geologi Teknik. Desain Hidrologi 7.3.1 Karakteristik Hidrologi dan Pola Banjir 7.3.2. Pengendalian Operasi Waduk 18 18 18 18 19 19 19 19 19 19 20 22 43 43 43 44 44 44 74 75 76 WT 78 79 Kondisi Air Buri (Tail Water) Pengendalian Banjir . Pengelolaan Sungai dan DPS Desain dan Perilaku Bendungan 7.4.1 Metode dan Kriteria Desain 7.4.2. Kondisi Beban dan Faktor Keamanan. 7.43 Stabilitas Fondasi 7.4.4 Deformasi Bendungan dan Bangunan Lain 7.4.5 Kemerosotan Mutu Bahan 7.4.8 Rembesan dan Gaya Angkat 7.4.7 Reaksi/Respons terhadap Kegempaan 7.4.8 Peralatan Hidro & Elektromekanikal Instrumentasi..... Sistem Pengamatan Hidrologi Pemantau Bendungan Pemantau Kegempaan Pemantau Perilaku Tebing Tumpuan Pemantau Sedimentasi Pemantau Kolam Terjunan (Plunge Poo) Pengoperasian Waduk Kajian dan inspeksi 774 772 773 774 775 776 Dokumentasi dan Arsip 78.1 782 Debit Banjir dan Operasi Pelimpah Stabilitas Lereng Waduk Aspek Keamanan Lingkungan Peringatan Banjir ..... Tim Inspeksi Internal Pemilik/Pengelola Bendungan Jadual Kajian dan Cakupan ee Metode dan Rutinitas Pemeriksaan Proses dan Evaluasi Data Arus Data dan Laporan i Proses dan Prosedur Pengambilan Keputusan Catatan dan Pengarsipan Ketersediaan dan Aksesiblitas Data Prosedur dan Rencana Tindak Darurat (RTD) 794 792 79.3 194 7.9.5 796 Klasifikasi Kondisi Darurat....... Rencana Tindak Darurat Sistem Peringatan Darurat .. Skema Komunikasi Darurat Prosedur den Proses Keputusan Darurat Pelatihan Operasi Darurat 7.10 71 7.12 7.13 BAB Vill LAPORAN INSPEKS! .... 84 82 83 84 35 BAB IX EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN LANJUTAN .. 94 92 93 DAFTAR ISTILAH DAFTAR ACUAN ‘Sungai Perbatasan 7.10.1 Keamanan Bendungan 7.10.2 Pengendalian Banjir dan Debit Pengeluaran 7.10.3 Pengelolaan DPS Perbatasan dan Kerjasama Operasi 7.10.4 Peringatan Darurat Klasifikasi Tingkat Bahaya Bendungan 7.11.1 Patokan Klasifikasi 7.11.2 Fleksibiltas dan Perubahan Musibah, Peristiwa dan Kejadian Luar Biasa .... 7.12.1 Investigasi dan Evaluasi 7.12.2. Perbaikan 7.12.3 Pencegahan Kecelakaan Pembiayaan . 7.13.1 Perkiraan Biaya 7.13.2 Pendanaan Umum Isi Laporan Kesimpulan dan Saran ..... Hal-hal Yang Dipertimbangkan Masuk Laporan Hal-hal Yang Tidak Masuk Laporan Tanda Tangan di Distribusi Laporan Umum Evaluasi ’elaksanaan Konstruksi, Operasi & Pemeliharaan Jesain, 9.2.1 Lingkup Evaluasi Data 9.2.2 Ketersediaan Data dan Sumber Data 92.3 Data Yang Deaaan 9.2.4 Kajian Data Analisis Teknik ..... 9.3.1 Analisis Teknik Detail 9.3.2 Konsekuensi Keruntuhan 9.3.3 Evaluasi Hidrologi/Hidrol 9.3.4 — Evaluasi Geologi 9.3.5 Stabilitas Terhadap Gempa 9.3.6 Evaluasi Geoteknik Tabel Tabel Tabel Tabel DAFTAR TABEL Frekuensi Inspeksi Besaran dan jarak gempa untuk inspeksi luar biasa Jadual Pemantauan Instrumentasi Klasifikasi Kondisi Keamanan Bendungan ..... Hal. 14 59 vi DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1 — Bagan Alir Evaluasi Keamanan Bendungan Sefer HEE AO) vii DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1 — Materi Pokok Dalam Evaluasi Keamanan Bendungan 4ni2 Lampiran 2 Bangunan, Sifat, Peristiwa, dan Bukti Yang Diperiksa 47 vill 44 BABI PENDAHULUAN Umum Salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan di dalam menjaga kelestarian fungsi dan keamanan bendungan adalah inspeksi bendungan. Kegiatan ini telah diatur di dalam SNI No.1731~1989-F tentang Pedoman Keamanan Bendungan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No, 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan jo. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 296/KPTS/M/2001. Standar dan Peraturan tersebut telah mengatur mengenai pelaksanaan inspeksi dan pemeriksaan bendungan yang harus dilakukan oleh beberapa pihak yang berkepentingan dengan keamanan bendungan, yakni Komisi Keamanan Bendungan, Balai Keamanan Bendungan, serta Pemilik/Pengelola Bendungan. Inspeksi atau pemeriksaan visual adalah merupakan kegiatan yang _ tidak memerlukan biaya besar, namun sangat penting dan sangat berguna bagi Pemilik/Pengelola bendungan dalam menjaga kelestarian fungsi dan keamanan bendungan. Dengan melaksanakan inspeksi bendungan secara rutin dan _teratur, Pemilik/Pengelola bendungan akan mampu menangkap sedini mungkin tanda-tanda kelainan pada bendungannya, sehingga Pemilik/Pengelola bendungan dapat segera melakukan tindakan perbaikan yang diperiukan atau tindakan pencegahan terjadinya kondisi yang lebih buruk . Telah tercatat bahwa banyak peristiwa keruntuhan bendungan di dunia, justeru gejala awalnya pertama kali terdeteksi dari inspeksi visual, sehingga Pengelola Bendungan dapat melakukan tindakan pencegahan jatuhnya korban yang lebih besar. Hal ini telah membuktikan betapa pentingnya inspeksi di dalam upaya menjaga keamanan bendungan. Inspeksi juga sangat diperlukan untuk mengetahui kesiapan operasi waduk dan peralatan penunjang bendungan tainnya, khususnya pada kondisi darurat. Untuk itu periu dilakukan uji coba secara berkala peralatan dan sistem operasi waduk, serta dilakukan inspeksi dan pemeriksaan secara rutin , berkala maupun luar biasa. Inspeksi rutin, dilakukan dalam selang waktu pendek, sedang inspeksi berkala dilakukan dalam selang waktu yang lebih panjang. Frekuensi inspeksi, ditetapkan berdasarkan tingkat pentingnya bendungan, kondisi bendungan, kelas bahaya bendungan dan pertimbangan lain. Inspeksi berkala dalam sekala besar atau inspeksi besar, sekurang-kurangnya harus dilakukan sekali dalam lima tahun oleh Pemilik/Pengelola bendungan maupun oleh Balai Keamanan Bendungan. Pada dasarnya inspeksi ini adalah merupakan bagian dari proses evaluasi keamanan bendungan, yang bertujuan untuk mengetahui ¥ kondisi suatu bendungan berkaitan dengan keamanan struktur, hidrolis dan operasinya. ¥ mengidentifikasi persoalan-persoalan yang ada Y menetapkan saran-saran untuk peningkatan keamanan bendungan. Setelah melakukan inspeksi besar beserta evaluasi keamanan bendungannys selanjutnya Pemilik/Pengelola bendungan melaporkan hasilnya kepada Komi 42 4.24 1.2.2 1.3 14 Keamanan Bendungan dan Balai Keamanan Bendungan. Laporan inspeksi tersebut, selanjutnya akan diveriikasi oleh Balai Keamanen Bendungan melalui inspeksi lapangan dan evaluasi keamanan bendungan Maksud dan Tujuan Maksud Pedoman ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi Tim Inspeksi Balai Keamanan Bendungan, Pemilik atau Pengelota bendungan dan pihak lain yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaanfinspeksi bendungan, khususnya dalam melakukan pemeriksaan/inspeksi besar. Tujuan ‘Agar perencanaan maupun pelaksanaan inspeksi besar dapat dilakukan dengan baik, dengan mempertimbangkan aspek teknis maupun non teknis yang perlu sehingga diperoleh hasil yang maksimal, yang menuju tercapainya keamanan struktural dan operasional bendungan serta tercapainya pengelolaan bendungan yang lestari. Lingkup Pedoman a. Pedoman inspeksi keamanan bendungan, berlaku untuk semua jenis bendungan yang memenuhi kriteria seperti diuraikan pada pasal 2 ayat 1 SNI No.1731-1989-F tentang Pedoman Keamanan Bendungan (SKBI-1.7.10.1987). b. Isi_ pedoman terutama memberi petunjuk mengenai inspeksi besar yang meliputi - proses inspeksi bendungan dalam rangka evaluasi keamanan bendungan = tata cara yang dikuti dalam rangka inspeksi ataupun pemeriksaan keamanan bendungan. = aspek-aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan dan melaksanakan inspeksi bendungan. = aspek-aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan dan melaksanakan evaluasi keamanan bendungan. Pengertian Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan (4) Komisi adalah Komisi Keamanan Bendungan. (2) Balai adalah Balai Keamanan Bendungan. (3) Pemeriksaan adalah inspeksi yang dilakukan oleh Pemilik atau Pengelola bendungan. Untuk menyederhanakan penulisan dalam Pedoman ini, pada bab- bab selanjutnya akan digunakan satu istilah yaitu: inspeksi yang dapat berarti pemeriksaan oleh Pemilik/Pengelola atau inspeksi oleh Komisi/Balai. 15 1.6 (4) Evaluasi Keamanan Bendungan adalah evaluasi yang dilakukan terhadap aspek teknis dan non teknis yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung kepada keamanan bendungan. Evaluasi terhadap aspek teknis mencakup evaluasi keamanan struktur termasuk pondasi dan hidrolik/hidrologi bendungan dalam satu kesatuan yang utuh, melalui kajian secara menyeluruh terhadap dokumen desain, catatan palaksanaan konstruksi dan rivayat perilaku bendungan. Evaluasi terhadap aspek non teknis antara lain mencakup kajian tethadap sistem operasi dan pemeliharaan bendungan serta sosial, lingkungan yang terkait dengan bendungan. Validitas dan Keterbatasan a. Pedoman terutama hanya memberi petunjuk tentang inspeksi besar yang sekurang-kurangnya harus dilakukan setiap lima tahun sekali, Inspeksi jenis lainnya, hanya diulas secara sekilas. Pengguna yang akan melakukan inspeksi jenis lainnya, agar mengacu pada pedoman lain yang berlaku. b. Pedoman terutama diperuntukkan bagi bendungan bukan penampung limbah, penggunaan pedornan untuk bendungan limbah perlu penyesuaian- penyesuaian sesuai dengan karakteristik bendungan limbah yang diinspeksi. c. Pedoman hanya memberi petunjuk secara garis besar, penggunaannya harus bersama-sama dengan standar dan pedoman lain yang berlaku. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan a. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Pemilik/Pengelola bendungan bertanggung jawab atas kerusakan, Keruntuhan dan dampaknya, atas bendungan yang di kelolanya. Untuk mengurangi risiko tersebut, Pemilik/Pengelola bendungan harus melaksanakan hal-hal sebgal berikut : (1) Melakukan inspeksi rutin dan berkala biasa. (2) Melakukan inspeksi luar biasa setelah terjadinya peristiwa luar biasa. (3) Melakukan inspeksi besar sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun. (4) Melaporkan hasil inspeksi kepada Komisi dan Balai, (5) Melakukan pemantauan secara rutin, Kkhususnya terhadap kondisi mengkhawatirkan yang dapat berpengarun buruk pada keamanan bendungan. (6) Melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan secara rutin sesuai manual (7) Mematuhi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan keamanan bendungan. b. Inspeksi oleh Balai akan menghasilkan penilaian kondisi bendungan secara umum berdasarkan hasil inspeksi lapangan dan kajian pada sebatas data bendungan yang diserahkan oleh Pemilik/Pengelola kepada Komisi/Balai Prinsip evaluasi dan kajian yang dilakukan Komisi/Balai adalah melakukan verifikasi atas apa yang dilaporkan dan dilakukan oleh Pemilik/Pengelola bendungan, serta menilai kesesuaiannya dengan standar dan pedoman yang berlaku atau yang lazim digunakan secara luas. c. _ Inspeksi, evaluasi dan kajian-kajian lain yang dilakukan oleh Komisi/Balai, tidak membebaskan Pemilik dan Pengelola bendungan dari sangsi, kewajiban, dan tanggung jawab yang melekat pada kepemilikan dan kepengelolaannya. 24 22 BAB Il JENIS INSPEKS! Umum Inspeksi keamanan bendungan dibedakan atas beberapa jenis, berdasarkan pada metodenya, dan pada institusi yang melakukan inspeksi. Dari metodenya, dikenal inspeksi visual, dan inspeksi bawah air. Dari sisi yang melakukan inspeksi, dibedakan atas inspeksi yang dilakukan oleh Pemilik/Pengelola Bendungan, dan yang dilakukan oleh Balai. Pemilik/Pengelola Bendungan peru mengenal dan memahami jenis-jenis ispeksi ini untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola dan menjaga keamanan bendungannya. — Untuk selanjutnya, pada bab-bab berikutnya, dalam pedoma akan dibahas secara rinci mengenai inspeksi besar yang dilakukan oleh Pemilik/Pengelola Bendungan dan yang dilakukan oleh Balai Berdasarkan Metode Pelaksanaan Inspeksi a b, Inspeksi Visual, yaitu inspeksi yang dilakukan secara visual pada obyek inpeksi yang berada di permukaan tanah dan air, seperti permukaan bendungan, bangunan pelengkap, tebing tumpuan dan tebing waduk, peralatan hidromekanikal dan lain sebagainya yang mencakup hal-hal sebgai berikut (1) Bendungan Urugan, harus diperiksa terhadap: retakan, bocoran, basahan, mata air, lubang benam, Kkejadian erosi buluh, gerusan, abrasi, tumbuhnya tanaman yang berlebihan, kelurusan puncak, tonjolan atau amblesan lereng dan berem, liang binatang, kemerosotan mutu riprap maupun bahan pelindung lereng lainnya dan lain sebagainya, (2) Bendungan beton dan bangunan pelengkap, harus diperiksa terhadap: retakan, sub-drainase, remukan, pelarutan, _bocoran, _indikasi kemerosotan mutu atau reaksi kimia, dan kerusakan akibat erosi dan kavitasi. Sambungan kontraksi harus diperiksa kekedapan aimya, serta tanda ekspansi atau Konstraksi yang besar, dan perbedaan gerak dari blok beton yang berdekatan, demikian pula sambungan pelaksanaan konstruksi baik sambungan vertikal atau horisontal harus diperiksa kekedapan aimya. Kelurusan puncak bendungan, kantilever, dinding topang, kolom, atau dinding lainnya diperiksa dengan menggunakan hasil bacaan terdahulu sebagai patokan untuk mengetahui alihan bangunan. Lubang aerasi serta bukaan lain pada peluncur pelimpah atau pada pintu harus bebas dari lumpur dan endapan lain. Bila mungkin, kolam peredam energi, kolam olak, kolam loncat air, dan peredam energi lainnya, serta saluran hilir perlu dikeringkan secara berkala untuk keperluan inspeksi visual. Perhatian ditujukan untuk masalah yang berkaitan dengan gerusan dan abrasi. Bilamana pengosongan air waduk secara ekonomis dan teknis memungkinkan, setiap 10 tahun sekali perlu dilakukan pengosongan air waduk untuk keperluan inspeksi visual Inspeksi Bawah Air, yaitu inspeksi terhadap obyek yang berada dibawah air, yang dilakukan dengan cara pemeruman, penyelaman, dan atau dengan kamera televisi bawah air. Obyek yang diperiksa antara lain 2.3 Inspeksi yang : Permukaan lereng hulu bendungan, untuk mengetahui kemungkinan adanya: lubang benam, longsoran, kemerosotan mutu lapis pelindung lereng dan lain sebagainya. Kolam peredam energi dan kolam loncat air, ditekankan pada erosi dan gerusan. - Muka hulu bendungan beton, untuk mengetahui_kemungkinanadanya: retakan, kemerosotan mutu bahan, atau bukaan sambungan yang berakibat pada peningkatan rembesan dan bocoran. Apabila dari inspeksi nampak terjadi Kemerosotan mutu bahan, atau timbul kekhawatiran pada perilaku struktural, atau kesangsian terhadap keamanan struktural, maka harus segera dilakukan penyelidikan lebih lanjut. kukan Pemilik Bendungan: Inspeksi rutin, yaitu inspeksi yang dilakukan oleh _Pemilik/Pengelola bendungan dengan selang waktu pendek seperti harian, mingguan, dan bulanan. Periode dan frekuensi inspeksi rutin ditetapkan dengan mempertimbangkan pada karakteristk dan perilaku bendungan beserta bangunan pelengkapnya. Pada tahap pengisian awal sampai beberapa tahun kemudian adalah merupakan masa kritis bagi bendungan, oleh karenanya diperlukan inspeksi yang lebih intensif. Sebagai patokan umum dibawah jiberikan tabel frekuensi inspeksi untuk bendungan dalam kondisi normal Frekuensi inspeksi yang pasti untuk suatu bendungan, harus ditetapkan oleh Perencana atau Ahli Perekayasaan bendungan berdasarkan pertimbangan tersebut diatas. Tabel 1: Frekuensi Inspeksi Frekuensi Inspekst Katagori | Masa Pengisian ‘Setelah masa pengisian inspeksi Tahun ket Tahun ke 2 Tahun ke 345 x 5 x 5 x 5 A Zina | 2hani__| V2hari__| 1/2han__| t/minggu | 1/minggu | 4/minggu ‘ihari___| thar | t/minggu | ‘/minggu | 4/2minggu | “/2minggu | 1/2mingg Minimum ——[iminggu | Whar | 2/oulan | “oulan = “/2bulan Berkala | timinggu | - | Woulan | “tahun 5 2itahun ‘A: inspeksi dengan berjalan kaki B : inspaksi dengan kendarean ‘Sumber: Bulletin 62 — 1988, ICOLD Inspeksi rutin dilakukan oleh petugas/penjaga bendungan dalam rangka pengamatan dan pemantauan bendungan (surveillance and monitoring) untuk mengetahui tanda-tanda perilaku bendungan yang ditunjukkan oleh tanda- tanda yang tampak, meliputi = pembacaan peralatan/instrumentasi bendungan, alat klimatologi — pengamatan visual kondisi bendungan dan bangunan pelengkapnya, air waduk, air rembesan/bocoran, daerah sekitar bendungan Inspeksi berkala biasa, yaitu inspeksi yang_dilakukan oleh Pemilik/Pengelola bendungan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun terhadap bendungan, waduk, bangunan pelengkap dan peralatannya, untuk memeriksa perilaku bendungan. Secara umum inspeksi berkala perlu dilakukan 2 (dua) musim kemarau saat muka air waduk mencapai elevasi terendah, dan pada musim hujan saat muka air waduk tinggi. Jadual inspeksi hendaknya disusun sesuai dengan kebutuhan dan kelancaran operasi waduk Pada setiap akhir tahun laporan-laporan tersebut dirangkum mendjadi laporan tahunan yang dibuat oleh seorang sarjana teknik Sipil yang berpengalaman dalam bidang bendungan, dan disampaikan kepada Komisi/BALA Hal-hal pokok yang perlu dilaporkan dalam laporan tahunan adalah: = Inspeksi visual = Deformasi - Airrembesan - Gaya angkat/ Tekanan pori i Bangunan pelengkap a Kondisi instrumentasi pemantau perilaku bendungan - Perbandingan dengan nilai-ilai dalam desain e Kondisi operasi Studi, pekerjaan petbaikan, dan inspeksi yang dilakukan, Inspeksi besar, yaitu inspeksi secara menyeluruh terhadap aspek teknis maupun non teknis dalam rangka evaluasi kemanan bendungan yang dilakukan dengan selang waktu teratur yang tidak melebihi 5 tahun. Inspeksi ini ipimpin oleh seorang Ahli Bendungan yang berpengalaman dalam bidang bendungan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan paling tidak dibantu oleh seorang Ahli Geologi dan Ahii Hidromekanikal. ‘Cakupan inspeksi antara lain meliputi = Inspeksi visual atas Komponen struktur bendungan baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan air, pondasi dan tebing” tumpuan, peralatan listrik dan mekanik, air hilir, waduk dan daerah sekitarnya, - Pemeriksaan dan uji coba peralatan listrik dan mekanik dengan skala penuh, untuk mengetahui kesiapan operasinya, = Pengamatan hasil pembacaan instrumentasi yang ada. = Sistem O&P, yang mencakup kecukupan tenaga O&P ditinjau dari jumtah dan kemampuannya, ketersediaan panduan O&P yang memadai, ketersediaan gambar-gambar dan dokumen penting lainnya termasuk Rencana Tindak Darurat, demikian pula peralatan yang diperlukan. - _ Kajian hasil inspeksi, berdasarkan hasil inspeksi lapangan dan kajian atas informasi desain, pelaksanaan konsiruksi dan operasi, yang antara lain meliputi riwayat operasi termasuk data hasil pembacaan instrumen - Dan apabila perlu, analisis teknik yang lebih rinci sebai kelanjutan dari kesimpulan hasil evaluasi dan kajian keamanan bendungan. Jadual kegiatan inspeksi sebaiknya disusun bertepatan dengan jadual pelaksanaan pemeliharaan besar untuk memudahkan inspeksi peralatan, pengeringan konduit, sumuran pompa, dan sebagainya, Penjelasan lebih rinci mengenai inspeksi besar akan disampaikan pada bab-bab selanjutnya, sedang penjelasan yang lebih rinci untuk inspeksi rutin dan sistem instrumentasi dan pemantauan bendungan dapat dilihat pada Pedoman Pengamatan, Pemantauan, Operasi dan Pemeliharaan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, atau dari pedoman lain yang berlaku. da. Pemeriksaan luar biasa, yaitu inspeksi yang dilakukan oleh Pemilik/Pengelola bendungan yang dilakukan segera setelah terjadinya peristiwa luar biasa seperti gempa bumi, banjir besar, sabotase dan lain sebagainya. ‘Ada dua tahap pemeriksaan yang periu dilakukan, yaitu = Pemeriksaan segera, yang dilakukan oleh operator bendungan. = Pemeriksaan lanjutan oleh Tenaga Ahii dan atau Komisi/Balai Gempa bumi : bila goncangan gempa terasa di lokasi bendungan, bendungan harus segera diinspeksi, dengan frekwensi sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu -selama periode empat sampai enam minggu. Perubahan perilaku bendungan, biasanya baru terlihat beberapa minggu setelah terjadinya gempa. Sebagai referensi, berikut disajikan tabel besaran gempa dalam sekala Richter dan jarak pusat gempa terhadap bendungan, yang apabila hal tersebut terjadi pada suatu bendungan, maka perlu segera dilakukan inspeksi luar biasa pada bendungan tersebut. Tabel 2: Besaran dan jarak gempa untuk inspeksi luar biasa Besaran Gempa Sekala Richter Jarak Pusat Gempa Dari Bendungan 25_km 50_km. ‘80_km 425 km, ‘<_150 km. jams Following Earthquake Guidelines, bulletin 62, 1988,ICOLD a Iviivjvyy}v Sol sola) Ajiahialal. ‘Sumber. Inspection of ‘abel diatas hendaknya tidak digunakan secara kaku, karena pengaruh getaran gempa pada suatu bendungan tidak selalu sama untuk semua bendungan, sangat dipengaruhi oleh sifat gelogi pondasi, tipe bendungan dan ukuran bendungan. Pendesain harus menetapkan suatu besaran gempa, bisa dalam Sekala Richter, MMI (Modified Mercalli Intensity) atau gal yang akan digunakan sebagai petunjuk kapan pemeriksaan luar biasa harus dilakukan. Banjir besar : bila diperkirakan akan terjadi_ banjir besar yang disebabkan oleh hujan badai yang sangat lebat, pelimpah bendungan harus segera diperiksa untuk mengetahui lokasi-lokasi yang perlu perlindungan khusus terhadap banjir, Selama dan setelah terjadinya banjir bendungan harus segera dinspeksi untuk mengetahui kerusakan-kerusakan yang perlu diperbaiki. Badai : dapat menimbulkan gelombang yang tinggi yang dapat merusak lereng hulu bendungan. Selama terjadinya badai, lereng hulu harus dipantau untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan yang memerlukan indakan perbaikan secepatnya. Setelah badai reda, inspeksi yang lebih rinci perlu dilakukan untuk mengetahui tindakan-tindakan pemeliharaan dan perbaikan lebih lanjut yang diperlukan. Laporan inspeksi pada butir 2.2. b, 6, d, disampaikan Pemilik kepada Balai 24 Inspeksi yang dilakukan Balai: b. Inspeksi Awal : Inspeksi yang dilakukan oleh Komisi/Balai dua (2) tahun sesudah diterbitkannya persetujuan operasi bendungan. Pada desarnya inspeksi ini masih merupakan kelanjutan dari kegiatan pementauan pelaksanaan pengisian awal, yang bertujuan untuk mengevaluasi perilaku bendungan dan membandingkannya dengan kondisi desain. Pedoman inspeksi, masih menggunakan Pedoman Teknis Kajian Keamanan Bendungan — Bab IV mengenai Kajian Pelaksanaan Pengisian Waduk. Inspeksi Besar : Inspeksi dilakukan sebagaimana butir 2.2.c sekaligus melakukan verifikasi atas laporan inspeksi besar Pemilik/Pengelola bendungan. Inspeksi Luar Biasa : Inspeksi yang dilakukan sesudah terjadinya peristiwa luar biasa, yang merupaka Kelanjutan dan pendalaman dari inspeksi yang dilakukan oleh Pemilik/Pengelola bendungan. Inspeksi Khusus : Inspeksi yang dilakukan secara khusus terhadap masalah yang timbul pada suatu bendungan, seperti adanya longsoran, bocoran, penurunan yang berlebihan, retakan-retakan besar dan lain sebagainya Inspeksi Kajian (1) Inspeksi Kajian Desain : Inspeksi yang dilakukan pada saat kajian desain, dengan tujuan untuk mengumpulkan data lapangan dan melakukan verifikasi atas data desain. Sasaran inspeksi calon lokasi bendungan, bangunan pelimpah, tebing tumpuan, kolam waduk dan sekelilingnya, sumber material timbunan dan agregat beton, dan lain sebagainya (2) Inspeksi Kajian Pelaksanaan Konstruksi atau Inspeksi Pemantauan Pelaksanaan Konstruksi : Inspeksi yang dilakukan pada saat pelaksanaan Konstruksi dengan tujuan untuk memantau pelaksanaan konstruksi sekaligus mengumpulkan data lapangan untuk keperluan kajian pelaksanaan konstruksi (8) Inspeksi Kajian Pelaksanaan Pengisian atau Inspeksi Pemantauan Pelaksanaan Pengisian : Inspeksi yang dilakukan pada saat pelaksanaan pengisisan awal setelah selesainya pelaksanaan konstruksi pembanguan bendungan baru, rehabilitasi, perluasan atau perubahan. Inspeksi bertujuan untuk memantau pelaksanaan pengisian dan mengumpulkan data kajian pelaksanaan pengisian. 34 3.2 BAB Ill TUJUAN DAN TAHAPAN EVALUASI DAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN, Umum Inspeksi besar, pada dasarnya adalah merupakan bagian dari proses evaluasi keamanan bendungan, bagi bendungan yang telah ada. Tujuan dilakukannya evaluasi keamanan bendungan adalah untuk menetapkan status sebuah bendungan berkaitan dengan keamanannya secara struktural dan operasional, serta meng-identifikasi masalah yang ada, menetapken saran_ untuk: perbaikan, pembatasan pengoperasian, modifikasi, atau saran untuk melakukan analisis dan studi yang lebih lanjut guna menentukan pemecahan masalah dengan tepat. ‘Tahapan-tahapan dalam evaluasi keamanan terdiri dari Evaluasi Tahap Pertama a. Mengumpulkan dan mempelajari informasi mengenai desain, pelaksanaan konstruksi dan riwayat O&P dari Buku Catatan Bendungan (Dam Records Book), atau dari laporan desain, catatan pelaksanaan konstruksi dan catatan riwayat 08? yang ada, b. Melakukan inspeksi lapangan ¢. Melakukan interpretasi data instrumen bendungan d. Mengevaluasi keamanan bendungan berdasarkan hasil kegiatan a, b, c tersebut diatas, fe. Membuat laporan termasuk kesimpulan dan saran. Bila dari hasil evaluasi keamanan diatas disimpulkan bahwa bendungan yang diinspeksi diragukan keamanannya atau dinyatakan tidak aman, maka perlu dilakukan evaluasi keamanan bendungan lanjutan sebagaimana diuraikan pada Bab IX dan seterusnya Kegiatan evaluasi lanjutan itu mencakup antara lain * Kaji ulang atas desain dan data/parameter desain Kaji ulang atas metode pelaksanaan konstruksi dan material Kaji ulang atas riwayat operasi & pemeliharaan Analisis Teknik ‘Membuat laporan, kesimpulan akhir dan saran Bagan alir evaluasi keamanan bendungan, tindak lanjut dan peran Pemilik/Pengelola Bendungan serta Komisi/Balai secara garis besar disajikan pada gambar 1 Informasi Desain, Pelaksanaan Konstruksi, dan Perilaku Desain bendungan dan bangunan pelengkapnya perlu dipelajari_ untuk menilai perilaku sebenamya dibandingkan dengan perilaku yang direncanaken. Data teknik dan catatan selama pelaksanaan konstruksi perlu dipelajari untuk mengetahui apakah bangunan-bangunan tersebut telah dibuat sesuai desain, atau sudah dimodifikasi karena ditemukan Kondisi-kondisi yang tidak diantisipasi sebelumnya. Inspeksi lapangan dan kajian atas data atau catatan instrument perlu dilakukan untuk menilai perilaku sebenarnya dari bendungan. Gambar 1 BAGAN ALIR EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN GP Perbentukan Tin inspeks (leh Peri Berdungan x pala Borar& Evalae Keararn ‘Bendungan ¥ Ponyapan LaporanInspeksi Pengiman Laporen inpeksi ko 8KB ¥ Taporan epokeTEvates Keamanen Pema Pembentatan Tim inspeka ‘Olen Baa Bendungan Oleh PemiiPengoiia | Eveluas Tehap Periama har Bisa, | Irspotsi Boral, aos. Pengkiman LeporenInspelsi Berks ‘Sian Para PemlidPongelois Bendungan Kepeda Bali Kajan wal Tim Inspeks! Balk Pela ieformesDesain, |e Kens, O8P, Lap. Insp Input Data lian Teak q nspeiLapangan Oleh Tim Bala Didamping! Wa Pemile dan Pondescin ¥ jan Detal Tm Bait Berdasarkar: nspesi Lapangan, Data Kaan Aval ata Instanta 8 Irerpretsh Ye Pembualon Leporanlnapaksi 10 \ porn rest Bala Kepada ‘Siang Ker valu Leporan vnaa [faticouarcen aaa i Ferric Peleksanean poston bsg a egies | oe Low, ‘mun ay a Kei Pera Ternnan Teak 9| Srete eins, care Cais e eutikaad Neeru Te Den Soaror, v0 ¥ ron fe |_| rade siary en tontan ont ‘en " Desain asli dan data desain perlu diperiksa ulang untuk mengetahui sudahkah semua kondisi dan kombinasi pembebanan yang dipersyaratkan dalam standar diterapkan. Kriteria desain perlu diperiksa untuk mengetahui apakah perubahan kondisi di lapangan telah mengakibatkan periunya perubahan dalam kriteria, misalnya beban, aliran, dll. Setiap terjadi perubahan data/parameter desain, seperti berubahnya pola banjir, berubahnya besaran gempa berdasar hasil studi terbaru, berubahnya sifat material timbunan atau bangunan seperti kemerosotan mutu dan lain sebagainya, harus di pelajari untuk menentukan pengaruhnya pada bangunan. Sebelum pengaruh data dipelajari, data lebih dulu harus dikaji kebenarannya. Desain juga harus dipelajari, untuk melihat apakah bendungan dan bangunan pelengkapnya mampu melaksanakan fungsinya seperti yang direncanakan secara struktural maupun hidrolik. Standar yang digunakan dalam pembuatan desain harus dipelajari dan dibandingkan dengan standar yang berlaku, Kondisi yang dijumpai pada saat pelaksanaan konstruksi, dapat berpengaruh besar pada keamanan bendungan. Kondisi pondasi yang tidak diharapkan, seperti terdapatnya rembesan, penyerapan bahan grouting (grout take) yang besar, menandakan adanya kerusakan, atau terjadinya pergerakan pada saat pelaksanaan konstruksi, hal ini merupakan potensi yang dapat berkembang menjadi kondisi yang tidak aman. Demikian pula metode pelaksanaan konstruksi yang kurang baik juga dapat menyebabkan konaisi ‘latent’ tidak aman. Lemahnya pengendalian dan kurang memadainya uji material, akan menyebabkan dipakainya material yang mutunya rendah ataupun metode pelaksanaan konstruksi yang tidak tepat, hal ini akan menyebabkan timbulnya bidang lemah pada bangunan yang pada akhimya akan berakibat buruk pada keamanan bendungan. Dalam pengendalian pelaksanaan konstruksi periu dilakukan survai pengukuran yang teratur dan akurat, agar menghasilkan konstruksi yang sesuai dengan desain baik sudut, garis atau kelurusan maupun elevasinya. Catatan perilaku dan operasi, seperti pengamatan dan_interpretasi dokumen-dokumen perubahan pada kriteria operasi, kriteria operasi dari pendesain, laporan pemeliharaan, dan catatan ‘historis’ lainnya yang ada harus dikaji untuk mengetahui apakah semuanya sudah dioperasikan sesuai rencana dan dalam batas operasi sesuai desain. Seringkali operator bendungan dapat menunjukkan suatu masalah yang timbul, pada saat peralatan dioperasikan. Kondisi sesaat bendungan, dapat ditentukan dengan inspeksi__lapangan. Bendungan, bangunan pelengkap, dan peralatan hidromekenik harus diperiksa apakah mereka mampu bekerja sebagaimana yang direncanakan. Bagian-bagian yang rusak, pergerakan-pergerakan yang tidak diharapkan, rembesan atau bocoran yang tidak biasa, peralatan elektrik dan mekanik yang tidak berfungsi dengan benar, dan semua observasi yang berkaitan dengan keamanan bendungan harus diidentifikasikan dan dicatat. Hasil-hasil observasi instrumen dan analisis dapat mengungkap atau memprediksi kondisi berbahaya yang mungkin akan terjadi. Pemeriksaan visual selama inspeksi lapangan kadang-kadang dapat memverifikasi penyimpangan data instrumen yang menimbulkan tanda tanya 12 3.3 Program Pemantauan Instrumentasi ‘Sistem dan program pemantauan instrumentasi yang dipasang baik pada bendungan maupun di sekitamya mempunyai peran penting dalam program keamanan bendungan. Fungsi_utama pemasangan instrumentasi dalam pembangunan bendungan antara. adalah untuk pengendalian konstruksi, penilaian perilaku Pengisian awal, dan pemantauan jangka panjang, mengharuskan agar dilakukan Pemantauan secara terus menerus dan berkesinambungan, yang ditunjang oleh institusiorganisasi dengan perangkat lunak dan perangkat kerasnya untuk dapat dilaksanakannya tugas dan fungsi dari pemantauan keamanan bendungan. ‘Sistem instrumentasi bendungan paling tidak harus mencakup pengukuran dan pemantauan terhadap: — besarnya tekanan air pori di dalam tubuh bendungan dan/atau di pondasi bendungan| — _ kuantitas dan kualitas air rembesan/bocoran waduk — Pengukuran jenis dan laju deformasi yang terjadi Untuk bendungan tertentu, sistem instrumentasi juga mencakup pemantauan atas faktor-faktor ekstemal, misalnya kegempaan yang sewaktu-waktu dapat terjadi, serta Untuk memastikan bahwa data yang diperoleh dari sistem pemantauan hidrologi dapat diandelkan, perlu diperiksa dan dipastikan bahwa alat-alat pengukuran, sistem pemantau jarak jauh (kalau ada) beserta alat komunikasinya, semua berfungsi dengan baik. Kondisi dan fungsi peralatan pemantauan perilaku bendungan perlu diperiksa dan dievaluasi, begitu juga pemantauan kegempaan, pemantauan perilaku tebing tumpuan termasuk pondas emantauan sedimentasi, dil. ‘Sebagai acuan untuk program pemantauan instrumentasi bendungan dapat dipakai jadual pemantauan yang disarankan oleh ICOLD, dengan beberapa modifikasi, ‘sesuai tabel berikut. 13 Tabel 3 : Jadual Pemantauan Instrumentasi | _insrumen catia 22 | (Pengukuran) 53 Operasi 5 Konstruksi | Pengisian Awal | Tahun Operasi |. Otitng Pendulum | 1xperminggu | Harian selama | 1xperbulan | 1.xperbulan pengisian atau ee elevasi-elevasi 8 tertentu € 3 Patok Geser 1 xperminggu | 1x perminggu 1x perbulan 2x setahun 8 (Triangulasi) ‘saat waduk 3 penuh 3 Deformasi 1xperminggu | 1xperminggu | 1xperbulan | 1 xper3 bulan Ekstensometer | 1xperminggu | 1xperminggu | 1x perbulan | 1 x>per3 butan (mult tt Stressmeter | 1 xperminggu | 1xperminggu | 1xperbulan | 1 x per 3 bulan Strainmeter | 1 xperminggu | 1xperminggu | 1xperbulan | 1x per3 bulan Termometer | 1 xperminggu | 4 xperminggu | 1 xperbulan | 1x>per 3 bulan Tegangan/regangan/Sunu @ | Gayaangkat | 1xperminggu | 1xperminggu | 1xperminggu | 2xperoulan 2 a 2 Rembesan | 1 xperminggu | 1xperminggu | 1x perminggu | 2x perbulan B 8 | Picometer | 1xperminggu | 1xperminggu | 4xperminggu | 2x perbulan 5 @ Catatan : * Untuk kondis! khusus diperlukan pemantauan lebih intensif. (Peningkatan Frekuensi Pembacaen) Dari USCOLD, ICOLD 1989, dengan modifikasi 14 3.4 3.5 Identifikasi dan Pencatatan Masalah Cara mengenali potensi masalah dan kelemahan (weeknesses)selama evaluasi cukup komplek. Semua informasi, laporan dan catatan yang berkaitan dengan masalah yang timbul perlu dikumpulkan dan dipelajari, dan bendungan perlu diperiksa atas: ) _perilakunya yang tidak sesuai dengan yang direncanakan (2) _ terjadinya kerusakan konstruksi }) _ penyimpangan dalam rembesan atau bocoran (4) _ timbulnya bahaya dari kondisi geologi (6) _ tidak berfungsinya peralatan hidro-elektrik dan hidro-mekanik (©) _ indikasi terjadinya kemorosotan mutu secara perlahan atau melemahnya bangunan dan/atau pondasi Seringkali kelemahan atau kerusakan dapat diketahui dari perubahan perilaku bangunan, pondasi, tebing tumpuan, atau rembesan. Pengetahuan tentang perilaku bendungan merupakan hal yang penting dalam evaluasi. Bila hasil survai atau bacaan instrumen tidak tersedia dilapangan, maka harus diminta atau dicari Sebelum inspeksi, hasil pembacaan instrumen terakhir harus diperiksa. Grafik (plotting) dari seri data perilaku bendungan dan rembesan harus tersedia pada saat pemeriksaan lapangan untuk dapat segera diperbandingkan bila dicurigai adanya masalah yang spesifik. Harus dibuat catatan yang mencakup setiap potensi masalah atau kerusakan yang ditemui selama inspeksi dan mengkaji data/catatan-catatan yang ada, tanpa harus mengingat-ingat. Data tentang lokasi, elevasi, uraian, dan kuantitas harus dicatat. Penggunaan daftar simak yang disiapkan untuk suatu bendungan tertentu dan bangunan pelengkapnya akan membantu, namun harus dingat bahwa lingkup pemeriksaan tidak terbatas hanya pada daftar tersebut. Perilaku bendungan walau nampak tidak begitu berarti, harus diidentifkasi dan dicatat karena kondisi yang tidak biasa dapat menjadi peringatan dini akan terjadinya kondisi bendungan yang tidak aman Salah satu contoh kajian kondisi bendungan adalah dengan menggunaken foto-foto dokumentasi sebelumnya, yang merupakan catatan permanen kondisi bendungan untuk dibandingkan dengan kondisi saat ini, hal ini penting dalam pembuatan laporan pemeriksaan atau inspeksi. Kajian oleh Balai dan Tindak Lanjut ‘Sesudah inspeksi besar dan evaluasi keamanannya selesai dilakukan oleh Tim Inspeksi Pemilik/Pengelola bendungan, Pemilik/Pengelola bendungan melaporkan il inspeksi kepada Komisi/Balai. Balai akan mengkaji_hasil _inspeksi engelola, dilanjutkan dengan inspeksi lapangan guna mengumpulkan data lapangan dan melakukan verifikasi Hasil inspeksi Balai dilaporkan kepada Komisi dan Pemili/Pengelola_ bendungan Laporan inspeksi, berisi gambaran sesaat kondisi lapangan, temuan, kajian keamanan dan saran 15 Bila dari inspeksi_dijumpai kondisi yang tidak normal, Komisi akan memberi saran kepada Pemilik/Pengelola untuk melakukan analisis teknik rinci atau evaluasi lanjutan yang lebih dalam, yang harus dilakukan oleh Tenaga Abli yang berpengalaman. Dari hasil evaluasi lanjutan dapat diketahui apakah diperlukan survai dan investigasi (SI), atau bahkan akan diperlukan pekerjaan desain (SID) untuk rehabilitasi fisik bendungan dan/atau bangunan pelengkapnya. Hasil SID dikirim kepada Balai untuk dikaji, dan dibahas dalam Sidang Komi Komisi akan mengeluarkan rekomendasi persetujuan bagi SID yang telah memenuhi standar dan pedoman keamanan bendungan yang beriaku, sedang bagi yang belum ‘memenuhi, harus diperbaiki lebih dulu oleh Pemilik/Pengelola, Pelaksanaan konstruksi perbaikan atau rehabilitasi baru dapat dimulai setelah Mendapat persetujuan desain, dan Balai berkewajiban memantau pelaksanaan konstruksi tersebut. 16 4a 42 424 4.2.2 43 4.34 BABIV TIM INSPEKSI DAN TATACARA INSPEKSI Tim Inspeksi Internal Pemilik Bendungan Tim Inspeksi Bendungan dibentuk oleh Pemilik atau Pengelola Bendungan untuk melakukan inspeksi secara menyeluruh dan melakukan evaluasi keamanan bendungan. Tim inspeksi yang melaksanakan inspeksi sekurang-kurangnya 2 kali setahun dipimpin oleh seorang ahli bendungan senior dibantu oleh operator lapangan, sedangkan Tim inspeksi yang melakukan inspeksi besar sekurang-kurangnya 5 tahun sekali dipimpin oleh seorang ahli bendungan (Dam Engineer Generalist) dibantu oleh ahli Geoteknik dan ahli bidang peralatan hidromekanikal. Inspeksi ini diluar pemeriksaan rutin yang dilakukan dalam rangka pemantauan perilaku bendungan oleh petugas pengelola sebagai bagian dari kegiatan operasi_ dan pemeliharaan. Pemeriksaan rutin secara berkala terhadap peralatan dan instalasi maupun cara pengoperasiannya dengan aman harus dilakukan oleh petugas operasi dan pemeliharaan bendungan Tata cara inspeksi, obyek yang diinspeksi, dan kebiasaan inspeksi perlu dikaji ulang secara berkala untuk menghindari kelalaian yang mungkin terjadi Laporan inspeksi besar oleh Tim disampaikan kepada Pemillk dan Pengelola Bendungan, dan Pemilik menyampaikan laporan inspeksi kepada Komisi dan Balal disertai permintaan untuk dilakukan inspeksi besar oleh Balai Tim Inspeksi Balai Anggota Tim Inspeksi dan Kualifikasinya Tim Inspeksi Balai dibentuk oleh Kepala Balai untuk setiap bendungan atau lebih dari satu bendungan bila kondisinya memungkinkan. Tim inspeksi dipimpin oleh seorang ahli bendungan yang berpengalaman, dan diupayakan agar didampingi sekurang- kurangnya seorang wakil Pendesain, dan seorang wakil dari Pemilik/Pengelola Bendungan. Bila diperlukan tim inspeksi dapat ditambah dengan tenaga spesialis, yang ahii untuk menyelidiki masalah khusus. ‘Tanggung Jawab dan Wewenang Tim Inspeksi Tim inspeksi dan setiap anggotanya, bertanggung jawab atas saran-saran yang disampaikan untuk tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guna mempertahankan, memperbaiki, meningkatkan atau mengembalikan kepada kondisi aman bendungan yang diinspeksi. Tata Cara Inspeksi Balai Periode Inspel Setiap bendungan dan/atau waduk secara umum harus diinspeksi oleh Tim inspeksi Balai paling tidak setiap 5 tahun sekali. Untuk bendungan yang baru dibangun, 7 4.3.2 4.3.3 4.3.4 44 45 454 diperluas atau direhabilitasi, inspeksi awal dilakukan 2 (dua) tahun sesudah jjin operasi dikeluarkan oleh Menteri. Inspeksi luar biasa/khusus terhadap komponen- Komponen yang_terkena dampak harus dilakukan segera sesudah terjadinya banjir besar atau kejadian luar biasa seperti gempa bumi, usaha sabotase dan lain-lain Temuan Inspeksi Temuan dan saran setiap inspeksi besar maupun luar biasa/khusus harus disampaikan dalam bentuk laporan resmi. Tiap bagian dari laporan harus ditandatangani oleh anggota tim dan/atau ahli yang ikut dalam inspeksi dan bertanggung jawab atasnya. Ketidaksepakatan yang mungkin terjadi atas temuan ataupun kesimpulannya diantara orang-orang yang terlibat didalam inspeksi harus disebutkan didalam laporan. Apabila seorang anggota tim merupakan wakil dari suatu perusahaan, badan atau lainnya, tanda tangannya harus mencakup organisasi yang diwakilinya. Temuan dan saran harus terbebas dari konflix kepentingan dari anggota tim Persetujuan Komisi Atas Laporan Inspeksi Laporan Inspeksi segera disampaikan oleh Balai kepada Komisi untuk mendapatkan persetujuan, yang kemudian rekomendasi akan disampaikan kepada Pemilik dan/atau Pengelola Bendungan. Bila dalam inspeksi yang dilakukan terdapat indikasi adanya halhal yang tidak normal yang dapat mengarah kepada keruntuhan bendungan, maka Komisi akan meminta kepada Pemilik/Pengelola Bendungan untuk segera mengambil tindakan pengamanan sesuai saran dalam laporan inspeksi Biaya Inspeksi Biaya inspeksi dibebankan kepada Pemilik atau Pengelola Bendungan sebagai bagian dari biaya operasi biasa. Program Pelatihan Program pelatinan harus ditetapkan oleh Pemilik/Pengelola Bendungan, oleh Pimpinan Balai, untuk orang-orang yang bertugas secara rutin dalam sistem inspeksi dan observasi, juga untuk meningkatkan kecakapan professional dari para petugas inspeksi. Pelatihan yang dilakukan berupa penyegaran, pemutakhiran metode dan lain-lain. Hal-hal Yang Dikerjakan Dalam Inspeksi Jadual Inspeksi Jadual inspeksi dibuat bersama oleh pengelola bendungan dan tim inspeksi, dan bila dimungkinkan, disesuaikan dengan kemudahan dan kondisi pengoperasian, dimana kegiatan-kegiatan inspeksi yang penting diselaraskan dengan pelaksanaan pemeliharaan besar untuk dapat memfasilitasi inspeksi atas peralatan dan pengeringan pipa-pipa air, kolam tampungan bocoran, dan lain-lain. 18 4.5.2 45.3 4.5.4 46 46.1 46.2 Komponen Yang Diinspeksi Inspeksi_ yang dilakukan mencakup komponen-komponen. struktur bendungan, pondasi dan bukit tumpuan, peralatan elekirikal dan mekanikal, air buri (failwater) dan waduk. Perkakas perlengkapan, instrumen pengukur dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara cepat dan efisien harus disediakan saat inspeksi dilakukan. Kajian Data Setiap inspeksi harus didahului dengan mempelajari data yang ada, laporan-laporan inspeksi atau kajian untuk persetujuan-persetujuan sebelumnya. Bila belum pernah dilakukan inspeksi ataupun kajian, diperiksa apakah tersedia laporan catatan desain bendungan termasuk bangunan pelengkapnya, pelaksanaan _konstruksi, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bendungan termasuk catatan pengisian awal waduk. Data lengkap yang perlu dikaji sebagaimana diuraikan pada sub bab 5.3 Data Yang Diperlukan, dengan rincian kajian sebagaimana diuraikan pada Lampiran 3 Materi Pokok Dalam Evaluasi Keamanan Bendungan. Daftar Simak Inspeksi Untuk kelancaran inspeksi perlu disiapkan daftar simak yang rinci meliputi_ macam pekerjaan yang akan diinspeksi dan pemeriksaan yang akan dilaksanakan pada setiap pekerjaan, pengetesan, dan urut-urutan yang akan dikerjakan di lapangan. Daftar simak tersebut harus dipelajari sebelum inspeksi dilaksanakan, dimutakhirkan dan disesuaikan dengan bendungan yang akan diinspeksi, dengan memperhatikan ‘adanya insiden atau kejadian yang mengganggu aktiftas rutin, penggantian dan atau modifikasi operasional yang mungkin terjadi semenjak inspeksi terakhir. Tim inspeksi harus mengecek apakah saran-saran yang sebelumnya telah dilaksanakan Pengaturan Pelaksanaan Inspeksi Penginapan dan Transportasi Penginapan dan transportasi harus diatur oleh Tim Inspeksi segera sesudah jadual inspeksi ditetapkan. Bila memungkinkan, penginapan harus sedekat mungkin dengan lokasi bendungan Perlengkapan Inspeksi ‘Anggota Tim harus menentukan perlengkapan apa saja yang diperiukan dan ‘mengatur agar tersedia untuk inspeksi. Perlengkapan termasuk : a. Referensi Data ringkas tentang bendungan yang diinspeksi, yang disiapkan sebelum Tim Inspeksi melakukan inspeksi lapangan. Rekaman dari laporan inspeksi ataupun pemeriksaan sebelumnya, termasuk gambar-gambar berukuran sedang dan mudah digunakan dilapangan dari bagian-bagian khusus bendungan harus tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu 19 b. Daftar Simak Daftar simak pemeriksaan untuk bendungan dan bangunan perlengkapannya disarankan mengacu pada Daftar Simak Inspeksi Keamanan Bendungan No OS5/PP/KKB/95 yang dikeluarkan oleh Komisi atau instansi lain yang diakui. Setiap anggota Tim harus mempelajari daftar simak tersebut sebagaimana disebutkan pada butir 6.5.4, dan menyesuaikan dengan bidang yang akan diinspeksi sesuai dengan disiplin masing-masing. Daftar khusus mengenai hal- hal yang memerlukan jawaban spesifik harus disertakan dalam daftar simak Lembaran kosong dapat dipergunakan untuk catatan tambahan ataupun untuk identifikasi gambar foto. Harus disadari bahwa daftar simak hanya dipergunakan sebagai pedoman dan tidak membatasi inspeksi. Bila laporan inspeksi telah selesai dibuat, daftar simak tersebut harus dilampirkan dalam laporan inspeksi dan menjadi bagian dari Buku Data Bendungan. cc. Dokumentasi Foto Paling sedikit satu orang anggota Tim Inspeksi harus membawa kamera dan mengenal baik pengoperasiannya. Lebih baik apabila dilengkapi dengan lensa jauh (telefens) dan lensa sudut lebar (wide angle lens) serta lampu foto (flash). Pengambilan foto harus diusahakan dengan orientasi/posisi sama pada bagian- bagian yang yang telah dilaporkan pada inspeksi sebelumnya untuk dapat diperoleh perbandingan dari kondisi struktur/bangunan dengan berialunya waktu. d. Alat Bantu Inspeksi Pita ukur ukuran saku akan sangat berguna. Begitu juga teropong jauh akan membantu dalam memeriksa daerah-daerah yang susah dicapai seperti bukit tumpuan, permukaan lereng bendungan beton, dan daerah longsoran. Alat Bantu lain: buku catatan kecil, tape recorder ukuran saku, lampu senter, termometer, waterpas kecil (hand level), palu geologi, Kompas, dan alat baca instrumen. Tiap anggota Tim harus mempunyai topi lapangan (hard hat), sepatu boot, dan lain-lain yang diperlukan untuk pemeriksaan lapangan. 4.6.3 Penjadualan Kegiatan Selama Inspeksi Inspeksi harus dijadualkan pada waktu yang paling sedikit dalam mengganggu kepentingan para pemakai air, pada waktu mana hampir semua bagian bendungan dapat terlinat, dan ketika peralatan-peralatan dapat dicoba-operasikan. Tingkat elevasi air waduk yang paling baik adalah (1) mendekati maksimum, (2) mendekati normal, dan (3) mendekati minimum. Penanggung jawab lapangan untuk bendungan harus dihubungi dan diminta untuk menyediakan informasi tentang status/kondisi bendungan dan bangunan-bangunan pelengkapnya, mengenai elevasi air waduk dan air yang dikeluarkan pada saat ini dan perkiraan pada saat inspeksi dilakukan. 20 Sebelum inspeksi dilakukan Tim Inspeksi harus segera_menentukan dan mengkonfirmasikan kepada Pemilik/Pengelola Bendungan mengenai fasilitas dan peralatan mana yang akan diuji coba dan sejauh mana pengoperasiannya nanti pada saat inspeksi akan dilakukan. Usulan pengoperasian tersebut harus dibicarakan dengan wakil dari pengelola dilapangan yang dapat menentukan apakah akan diperiukan persetujuan/kewenangan khusus, yang akan diberitahukan kepada Tim Inspeksi. Bila perlu, Tim Inspeksi harus meminta wewenang khusus melalui Komisi Keamanan Bendungan. Penanggung jawab lapangan harus menyediakan operator yang diperiukan saat inspeksi dilakukan. Bila uji coba peralatan yang diminta tidak dapat diselesaikan pada waktu inspeksi dilakukan, Tim Inspeksi harus minta agar mereka diberitahu sebelumnya mengenai tanggal kapan peralatan dapat dioperasikan. Pada saat itu harus ditentukan apakah perwakilan Tim Inspeksi akan hadir saat pengoperasian, atau cukup diberikan laporan tertulis. Tim Inspeksi harus menentukan apakah kolam olak harus diperiksa dengan cara dikeringkan atau dengan menggunakan penyelam, atau cukup dengan laporan pemeriksaan yang terakhir. Pemeriksaan bangunan pelimpah dan terowongan, gorong-gorong untuk pengeluaran air dengan aliran bebas (free flow) akan memerlukan perahu dan tanga untuk bisa masuk. Petugas Pengelola di lapangan harus menyediakan peralatan yang diperlukan untuk pengeringan dan untuk memasukinya Tim Inspeksi harus menetapkan jangka waktu yang diperlukan untuk inspeksi, Laporan inspeksi/pemeriksaan sebelumnya dan diskusi dengan petugas lapangan dapat dijadikan acuan. Akan sangat berguna bila Tim Inspeksi dapat terbang diatas lokasi atau memeriksa tepi-tepi waduk dengan menggunakan perahu. Dapat juga disediakan waktu yang cukup untuk dapat dilaksanakannya pemeriksaan mendalam dan tidak terburu-buru atas fasilitas-fasilitas dan mengunjungi kembali lokasi bendungan untuk mengecek hal-hal yang terlewat dari perhatian dan/atau berdiskusi dengan staf Pemilik/Pengelola Bendungan tentang temuan-temuan inspeksi. 21 BAB V BENTUK KERUNTUHAN BENDUNGAN DAN PENYEBABNYA Pengenalan Bentuk dan Penyebab Keruntuhan Anggota Tim harus mengenali bentuk-bentuk keruntuhan bendungan. Untuk dapat memahami dan mengidentifikasikan kelemahan-kelemahan dan kemungkinan gagalnya bendungan, anggota tim lebih dulu harus memahami benar penyebab- Penyebab keruntuhan bendungan. Hal ini dapat dipelajari dari hasilriset dan tulisan — tulisan mengenai keruntuhan-keruntuhan bendungan yang pernah terjadi. 5.2 Penyebab Utama Keruntuhan dan Contoh Kondisi Buruk Adanya potensi kerusakan ataupun kemungkinan terjadinya kerusakan pada bendungan urugan atau bendungan beton tetmasuk pondasinya, dapat diketahui melalui pemeriksaan teliti atas catatan desain, pelaksanaan konstruksi, kajian data instrumen serta catatan perilaku sebelumnya yang dikombinasikan dengan inspeksi lapangan Harus disadari bahwa waduk yang penuh air menimbulkan tekanan hidrostatis. yang besar pada pondasi maupun tubuh bendungan. Sistem drainase harus dapat mengendalikan aliran rembesan maksimum dengan aman. Waduk yang penuh air mengandung potensi bahaya yang sangat besar bila terjadi keruntuhan bendungan. Dibawah disebutkan beberapa bentuk mekanisme potensi keruntuhan dan kelemahan yang sering terjadi pada bendungan atau pondasi. Beberapa kondisi yang kurang baik yang dapat menjadi penyebab keruntuhan bendungan, sering dapat diketahui dari permeriksaan visual, seperti yang telah dijelaskan didepan. JENIS DAN PENYEBAB KERUNTUHAN Jenis Keruntuhan Penyebab Kemerosotan mutu pondasi Terhanyutnya butiran tanah dan material yang mudah larut Bergesernya batuan Terpotongnya/tergalinya bagian bawah pondasi Ketidakstabilan pondasi Pondasi luluh/likuifaksi Longsoran Penurunan pondasi Pergerakan patahan/sesar Kerusakan bangunan pelimpah Terdapat penghalang aliran Tembok pecah Aliran diluar kapasitas Kesalahan pintu dan alat angkat 22 5.241 Kerusakan Pengeluaran ‘Terdapat penghambat aliran Penumpukan endapan Kerusakan pintu dan alat angkat Posisi dan letak pintu yang tidak tepat Kemerosotan mutu beton Reaksi alkali pada agregat Material teriarut terbawa air. Kerusakan Bendungan Beton Gaya angkat yang tidak diantisipasi Tidak diantisipasinya distribusi_ gaya angkat. Perbedaan pergeseran dan defleksi ‘Tegangan yang berlebihan. Kerusakan bendungan urugan Potensi likuifaksi Keticak stabilan lereng Bocoran terlalu besar ‘Terhanyutnya butiran tanah dan material yang mudah larut Erosi permukaan lereng Kerusakan tepian waduk Tingginya tingkat permeabilitas Ketidak stabilan lereng Kelemahan batas-batas alami Penurunan muka air yang berlebihan Kerusakan Pondasi Kerusakan pondasi, sangat terkait erat dengan kualitas pondasi dan perbaikan pondasi. Perbedaan penurunan, longsoran, tekanan berlebihan, lapisan atau zona lemah, tidak memadainya pengendalian rembesan, merupakan mekanisme keruntuhan yang dapat terjadi pada pondasi Retakan yang terlihat pada bendungan dapat merupakan petunjuk terjadinya pergerakan pondasi. Kurang stabiInya suatu pondasi, kadang-kadang dapat diketahui dengan memeriksa secara teliti pada dokumen desain dan catatan pelaksanaan konstruksi Penurunan suatu daerah yang disebabkan oleh penyedotan air tanah atau hidrokarbon (al. minyak bumi) dapat menyebabkan penurunan pondasi dan keretakan bendungan. — Penurunan pondasi dan tubuh bendungan yang mengakibatkan retak-retakan dapat terjadi karena kerusakan tanah pondasi sebagai akibat pembebanan dan pembasahan material pondasi. Kerusakan ini dapat terjadi pada pondasi berupa pasir halus ataupun lanau dengan kepadatan rendah dan kadar air alami tendah. Terjadinya penurunan yang diikuti keretakan material timbunan akan menjadi bahaya besar bila timbunan mengandung tanah yang bila berubah bentuk mudah retak Material pondasi yang mempunyai tegangan geser sisa (residual shear strength) yang rendah atau terdapat lapisan material lemah seperti bentonite (bersifat ‘ekspansif), dapat menyebabkan longsornya pondasi dan timbunan. Demikian pula lapisan material lulus air pada pondasi yang tidak dilengkapi dengan pelepas tekanan (pressure relief) dapat menimbulkan gaya angkat yang besar dan menyebabkan longsornya pondasi 23 5.2.2 Rembesan lewat pondasi dapat menyebabkan erosi buluh (piping) atau erosi pada material mudah larut melalui proses pencucian atau pelarutan. Lepasnya material pondasi akan membentuk rongga-rongga yang terus bertambah besar sehingga meruntuhkan material yang tidak disangga dan sebagai akibatnya adalah terjadinya keruntuhan pada sutu bagian pondasi. Air rembesan juga dapat menghancurkan material pondasi, seperti pada batu serpih (shales) dan serpentin. Sebagian kelemahan-kelemahan diatas dapat dideteksi dengan pemeriksaan visual sekitar pondasi selama pemeriksaan lapangan. Erosi pada material pondasi yang mudah larut melalui proses pencucian, dapat dideteksi dengan analisis kimia rembesan. Meningkatnya debit rembesan, dapat merupakan tanda adanya proses pelarutan atau erosi buluh. Dengan mempelajari data desain, dapat diketahui adanya potensi kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, seperti adanya batuan serpih yang sangat reaktif terhadap air, lempung dispersif (dispersive clays), material yang mudah larut (soluble materials) dan lain sebagainya. Kerusakan Bangunan Pelimpah dan Bangunan Pengeluaran Kerusakan pada bangunan pelimpah atau bangunan pengeluaran, dapat disebabkan oleh tidak memadainya bangunan tersebut secara hidrolis, struktural, maupun terjadinya kegagalan operasi. Kapasitas bangunan pelimpah mungkin akan menjadi tidak aman untuk melewatkan aliran_banjir. Hasil pemutakhiran banjir desain mungkin akan diperoleh banjir desain yang jauh lebih besar dari banjir desain asli, Karena digunakannya_metode analisis yang lebih baik dan tersedianya seri data banjir yang lebih panjang. Karena berubahnya banjir desain, mungkin bangunan pelimpah menjadi tidak mampu melewatkan banjir desain dengan aman, sehingga ada kemungkinan terjadinya limpasan diatas tubuh bendungan yang dapat berakibat pada — keruntuhan bendungan. Pada beberapa kasus, bangunan pengeluaran juga digunakan untuk membantu bangunan pelimpah dalam melepas banjir, atau bahkan menjadi satu- satunya sarana untuk melepaskan banjir rencana. Bila hasil pemutakhiran banjir desain temyata jauh lebih besar dari kapasitas bangunan tersebut, maka perlu dilakukan pembatasan pengoperasian waduk atau dilakukan modifikasi pada bangunan pelimpah maupun bangunan pengeluaran. Estimasi banjir rencana yang ada, harus dikali ulang untuk mengetahui apakah estimasi tersebut masih sesuai dengan kriteria terbaru yang bertaku. Catatan pengoperasian bangunan bangunan pelimpah dan bangunan pengeluaran, periu dipelajari untuk mengetahui apakah komponen-komponennya seperti pintu- pintu, kelep, bangunan pengendali, intake, saluran peluncur, pemecah enersi, sudah berfungsi dengan baik selama ini Banyak kondisi buruk seperti: hambatan pada aliran, kelemahan struktur bangunan, persoalan-persoalan pondasi dan drainase yang tidak baik, dapat dideteksi secara Visual pada saat inspeksi dilapangan. Keruntuhan struktur pada pipa, terowongan, dapat menghambat sistem pelepasan air. Terjadinya penumpukan batu/kerikil dan terbentuknya pulau dihilir bangunan pengeluaran dapat mengurangi kapasitas saluran hilir dan mempengaruhi sistem aliran. Sebaliknya degradasi pada saluran hilir akan menurunkan muka air hilir dan mengakibatkan kurang berfungsinya kerja peredam enersi. Runtuhnya pelindung lereng hilir yang berakibat pada runtuh tebing, dapat pula menggangu aliran dihili. 24 Longsoran lereng diatas bangunan pemasukan (intake), dapat menghambat aliran masuk dan merusak bangunan serta konstruksi baja seperti pintu-pintu, alat angkat, motor penggerak, dan lain-lainnya. Tanaman yang tumbuh disaluran pemasukan, kotoran, serta kayu yang mengapung dan mengumpul didepan pintu intake akan mengganggu aliran. Begitu juga endapan yang terkumpul dapat mengganggu aliran keluar, bila tidak dibersihkan secara teratur. Kolam olak dapat menjadi tampungan batu, kerikil, atau kotoran lainnya, yang dapat mengganggu aliran secara hidrolika dan menyebabkan erosi pada permukaan beton sehingga timbul kerusakan yang lebih besar pada kolam olak. Retakan dan pergerakan bangunan beton menandakan adanya kerusakan bangunan, hal ini harus segera diselidiki penyebabnya. Gerakan pondasi, gaya angkat, beban gempa, tidak berfungsinya drainasi, perubahan beban, dan lain-lainya dapat menjadi penyebab kerusakan bangunan beton. Pada bangunan pelimpah dan bangunan keluaran yang mengalirken air dengan cepat, dapat terjaci kavitasi yang disebabkan oleh adanya: beton yang pecah atau permukaan beton yang tidak rata, adanya konstruksi baja, ataupun bahkan tetesan cat atau hasil pengecatan yang tidak baik. Untuk itu, seluruh sistem harus diperiksa dalam keadaan kering dengan menutup pintu penyekat depan (bulkhead). Semua tembok penahan tanah harus diperiksa kemungkinan adanya tanda-tanda kerusakan, demikian pula kemungkinan tidak berfungsinya drainasi sebagaimana yang direncanakan Bangunan pelimpah dan bangunan keluaran yang dikendalikan oleh pintu atau katup, hanya dapat berfungsi sesuai desain bila pintu dan katupnya dapat dioperasikan sesuai desain pula. Bila bangunan pelimpah atau bangunan pengeluaran tidak dapat dioperasikan karena kegagalan operasi pada_pintu, katup, ataupun peralatan operasi lainnya, maka hal ini dapat mengancam keamanan bendungan. Kegagalan operasi ini dapat disebabkan oleh, antara lain: © Terjadinya penurunan atau gerakan bangunan pendukung yang akan memacetkan pintu. Kemerosotan mutu, usang, kendor atau kerusakan bagian-bagian pintu Bengkoknya komponen-komponen Kurang seringnya dilakukan uji coba Kurangnya pelumasan/pemeliharaan Timbulnya getaran Tatacara pengoperasian yang tidak benar Desain kurang baik Rusaknya sumber tenaga listrik Perusakan oleh manusia ‘Terputusnya jalan masuk akibat banjir atau kondisi darurat lainnya Pengoperasian yang tidak benar dari bangunan pelengkap dapat menyebabkan berbagai jenis keruntuhan bendungan, misalnya terjadinya luapan diatas bendungan karena kesalahan pengoperasian ruang tampung banjir atau kurang cepatnya pelepasan banjir melalui bangunan pelimpah dan bangunan keluaran. Penurunan air waduk yang terlalu cepat dapat menyebabkan longsomya lereng hulu bendungan. 25 5.2.3 Kurangnya pemeliharaan peralatan mekanik dapat meyebabkan kegagalan operasi justeru pada saat alat tersebut sangat dibutuhkan. Bangunan-bangunan air kadang-kadang mempunyai batas-batas tertentu untuk dapat dioperasikan dengan aman. Bangunan pelimpah atau bangunan pengeluaran yang berpintu banyak, kadang-kadang harus dioperasikan secara simetris untuk memenuhi persyaratan didalam desain kreteria. Pukulan air (walerhammer), kecepatan air yang terlalu tinggi, getaran, dan lain-tain, adalah hal-hal yang harus dikendalikan untuk bisa mengoperasikan bangunan dengan aman. Batasan-batasan, larangar-larangan, dan instruksi-instruksi untuk pengoperasian peralatan dengan baik dan aman harus dibuat oleh Pendesain dan harus ada lokasi bendungan, dalam bentuk Prosedur Operasi Tetap/Setempat (Standing Operating Procedure), serta Panduan Operasi dan Pemeliharaan Bendungan. Prosedur dan Panduan harus diikuti oleh operator bendungan, karena apabila tidak, akan _mengancam keamanan bendungan atau bahkan dapat menimbulkan keruntuhan bendungan. Pengendalian Rembesan Tidak Memadai Masalah rembesan dapat terjadi pada bendungan beton maupun pada bendungan urugan, baik melalui tubuh bendungan maupun sepanjang pondasinya Pada bendungan beton, sumber utamanya adalah pada sepanjang sambungan kontraksi, sambungan pelaksanaan yang tidak menyatu, maupun sambungan datar antara lapisan pembetonan bagian bawah dengan lapisan diatasnya. Retakan pada beton massif juga dapat menjadi penyebab rembesan. Drainase pipa yang dipasang didalam bendungan dimaksudkan untuk memotong jalannya rembesan dan mengurangi tekanan yang dapat terjadi pada retakan ataupun sambungan datar. Rembesan tidak terkendali yang melalui tubuh bendungan urugan, dapat menyebabkan pergerakan butiran tanah keluar ketempat yang tidak dilindungi atau tidak diberi filter dengan balk, hal ini akan menyebabken tejadinya rongga-rongga, yang akan mengarah pada terjadinya Keruntuhan akibat erosi buluh (piping). Pemadatan yang kurang baik, penurunan tidak merata, material timbunan lulus air, terdapatnya akar, tonggak, atau kotoran didalam timbunan sebagai akibat dari pengawasan pelaksanaan yang tidak memadai, dapat menyebabkan terjadinya rembesan besar melalui timbunan. Rembesan tidak terkendali yang melalui bukit tumpuan atau pondasi bendungan beton, dapat membentuk aliran buluh atau rongga, yang menyebabkan terjadinya hubungan antara bagian-bagian bukit tumpuan dan mengakibatkan terpusatnya tekanan pada beton. Pada pondasi bendungan urugan, rembesan yang tidak terkendali juga dapat membentuk aliran buluh atau “terowong-terowong" dibawah bendungan. Ini akan menyebabkan runtuhnya material disekitarya, kemudian disusul dengan retakan penurunan, yang akhimya dapat berakibat pada runtuhnya bendungan. Rembesan tidak terkendali, dapat pula menyebabkan tekanan air pori berlebih didalam tubuh bendungan ataupun pada pondasi, yang akan melemahkan massa tanah dan mengakibatkan terjadinya mata air, sembulan butiran pasir (sand boils), keruntuhan bukit tumpuan, serta keruntuhan lereng hulu dan hilir. Tekanan pori yang berlebihan dapat disebabkan oleh perkolasi air melalui daerah lulus air pada tubuh bendungan atau melalui sepanjang rekahan pada pondasi yang menerus sampai di waduk, atau disebabkan oleh terjadinya surut cepat pada air waduk. Tekanan pori yang berlebihan, dapat pula terjadi selama pelaksanaan konstruksi akibat 26 5.24 pelaksanaan timbunan material yang terlalu cepat atau penimbunan dengan material yang terlalu basah. Rekah hidrolik (hydraulic fracturing) adalah terbukanya (rekah) lapisan tanah/batuan yang akan terjadi apabila tekanan_hidrolik atau tekanan air (yang bekerja kesemua arah) pada ttik yang ditinjau lebih besar dari pada tekanan tanah vertikalnya. Rekah hidrolik pada tanah yang sangat mudah tererosi seperti lanau atau pasir lanauan yang tidak dilindungi dengan filter, akan mengakibatkan partikel tanah terbawa aliran rembesan dengan cepat dan menyebabkan runtuhnya tubuh bendungan. Pengeboran pada tubuh bendungan urugan untuk keperluan penyelidikan, pemasangan instrumen, atau untuk grouting, dianggap sebagai sumber terjadinya retak hidrolik yang kurang diperhatikan. Retak penurunan (settlement cracks) yang disebabkan oleh adanya material yang dapat menyusut (compressible) dalam timbunan atau pondasi juga dapat menimbulkan alur rembesan. Retak-retak kerutan (shrinkage cracks) yang disebabkan oleh digunakannya material lempung yang sangat plastis dalam timbunan juga dapat menyebabkan terjadinya erosi buluh. Sebab-sebab lain terjadinya rembesan yang berlebihan adalah liang hewan, akar pohon besar, dan bocoran pada atau sepanjang konduit yang ditanam didalam timbunan. Efek buruk rembesan pada bendungan urugan tanah tipe zona, biasanya dikendalikan dengan filter untuk mencegah terjadinya erosi buluh pada tubuh bendungan ataupun pondasi. Namun, apabila filter tidak didesain atau dikonstruksi dengan baik sehingga tidak mampu menampung volume rembesan dan mencegah terjadinya aliran buluh, maka erosi buluh masih dapat terjadi. Peristiwa atau tindakan biologi dan kimiawi dapat menyebabkan tersumbatnya drainase dalam bendungan maupun pada pondasi, yang bila dibiarkan rembesan akan mencari jalan keluar yang dapat mengancam keamanan bendungan. Gaya angkat (up lift) dapat terjadi pada dasar bendungan kerena perkolasi atau rembesan air di sepanjang lapisan dibawahnya, atau pada bidang kontak antara timbunan dan pondasi. Pengukuran gaya angkat akan dapat mengetahui keberhasilan grouting pada _pondasi dan sistem drainase yang direncanakan. Bila gaya angkat keatas yang diukur lebih besar daripada asumsi desain, kestabilan bendungan berkurang. Bila gaya angkat sangat besar/ekstrim atau tidak terduga sebelumnya atau distribusinya tidak sesuai desain, perlu diadakan dilakukan studi lebih lanjut. Material Cacat dan Mutu Rendah Material yang cacat atau bermutu rendah yang dipakai dalam pelaksanaan konstruksi dapat mengakibatkan merosotnya mutu dan kemungkinan terjadinya keruntuhan bendungan. Agregat yang reaktif bila dipakai pada bendungan beton dapat menjadi penyebab utama kemerosotan mutu beton. Pemakaiannya dengan semen dengan kebasaan (alkali) yang tidak tepat, dapat menyebabkan pembengkakan massa beton, dan terjadinya retak permukaan serta kemerosotan mutu. Pengembangan beton juga dapat menyebabkan macetnya peralatan pintu, katup, dan alat operasi, merosotnya mutu beton pada penyangga pekerjaan baja. Agregat yang kekuatannya rendah atau sifat lekat beton yang tidak baik akan menghasilkan beton mutu rendah yang menyebabkan retak atau bagian beton bendungan yang rusak. Agregat yang terkontaminasi dengan tanah, lempung, mika, 27 5.2.5 arang, pecahan kayu, bahan-bahan organik, garam kimia, atau lapisan permukaan, akan menghasilkan beton dengan mutu dan ketahanan rendah. Adanya mineral dalam air yang digunakan untuk campuran beton juga akan menghasilkan beton yang tidak memuaskan Material dengan mutu rendah atau cacat dalam tubuh bendungan urugan akan menimbulkan masalah serius. Material yang mudah larut, mengalami degradasi, kehilangan kekuatan, atau mengalami perubahan mineralogi, tidak baik untuk dipakai pada bendungan urugan karena akan menimbulkan masalah serius. Terlarutnya material yang ‘soluble’ seperti gypsum dapat menyebabkan terbentuknya saluran dalam bendungan yang kemudian menyebabkan erosi buluh serta rembesan yang bertambah besar. Lempung dispersif juga akan menyebabkan mudah terjadinya erosi buluh bila terkena aliran air yang mengandung kadar larutan garam rendah. Hilangnya kekuatan dan terjadinya longsoran permukaan lereng dengan lempung yang sangat plastis atau lempung yang ekspansif dapat terjadi dekat permukaan lereng ketika tanah yang dipadatkan mengembang secara berangsur-angsur, menyebabkan retak karena lepasnya kandungan air, dan longsor ketika material menjadi basah lagi. Material tanah dengan kepadatan rendah, kenyang air, dan tidak berkohesi, dalam timbunan dan pada pondasi dapat mengalami pertambahan tekanan pori yang besar dan kehilangan kekuatan geser bila terkena tegangan geser yang disebabkaan oleh imbas gempa. Tergantung beberapa faktor, maka timbunan dapat mengalami ketidak stabilan, penurunan yang besar, dan kehilangan tinggi jagaan, atau retak. Bendungan yang dikonstruksi dengan teknik penimbunan secara hidrolik (hydrulic fill) akan lebih mudah mengalamai kerusakan oleh imbas gempa karena punya potensi menjadi cair (liquefaction) yang diakibatkan oleh beban gempa. Kemerosotan Mutu Beton dan Kostruksi Baja Bendungan beton atau bangunan pelengkap seperti bangunan pelimpah, dapat mengalami kerusakan karena terjadinya kemerosotan mutu beton. Kemerosotan ini paling sering terjadi adalah akibat terjadinya : = reaksi antara aggregat dengan basa (a/kall) - reaksi asam anorganik, sulfat, dan garam-garaman - proses pelumeran beton, erosi, kavitasi, - _ terjadinya tegangan (stress) yang berlebihan Reaksi aggregate dengan basa merupakan hasil reaksi kimia antara kandungan basa dalam semen dan kandungan mineral dalam agregat beton, yang berakibat pada kemerosotan mutu yang parah pada massa beton. Biasanya, tanda awal dari reaksi kimia adalah lepasnya ikatan antara sambungan lapis-lapis_pengecoran horizontal pada blok-blok beton. Berkurangnya kekuatan beton akibat lepasnya ikatan, dikombinasi dengan bertambahnya tekanan hidrostatis _sepanjang sambungan horizontal yang terbuka, akan mengurangi factor keamanan terhadap geser dan guling. Kekuatan beton sendiri juga akan berkurang karena reaksi kimia ini. 28 5.26 Kondisi ini dapat ditandai oleh adanya hal-hal sebagai berikut (1) Retakan yang biasanya dengan pola acak dan dengan ukuran cukup besar (2) Pengembangan internal dan ekspansi keseluruhan yang berlebihan (3) _Retakan-retakan besar di permukaan beton dengan lebar bukaan sampai 3- 4 ‘om, kedalaman hanya sampai 15-20 cm (4) Lepasnya gelatin, terdapat deposit keputih-putihan tanpa bentuk tertentu dipermukaan atau dalam beton (8) Pada partikel aggregate terjadi zona reaktif, perubahan, atau infiltrasi, khususnya agregat yang mengandung opal, jenis asam tertentu, dan batuan volkanik (6) Pada retak yang baru terjadi kenampakan seperti kapur putih. Kemerosotan mutu beton akibat erosi , penyebab utamanya adalah : Kavitasi Pergerakan material yang abrasif karena aliran air Abrasi dan dampak lalu lintas Terpaan angin. Kemerosotan mutu beton, dapat menyebabkan timbulnya tegangan yang tidak biasa atau tegangan yang ekstrim pada bangunan. Sekali terjadi pergeseran atau retakan, kerusakan akan terus berlanjut walaupun pada kondisi cuaca normal sekalipun. Terjadinya tegangan yang berlebihan pada beton, dapat dikenali dari indikasi berikut: - timbulnya area kerusakan dan retakan yang biasanya dapat dilihat secara visual = bukaan pada sambungan pengecoran, sambungan kostraksi, = perubahan debit bocoran, perbedaan gerak, dan lain sebagainya. Tegangan yang berlebinan dapat pula terjadi karena adanya perubahan beban dari luar, fluktuasi suhu, tekanan grouting pada sambungan kontraksi, pergerakan pondasi, gaya angkat yang berlebinan pada pondasi atau pada sambungan Pengecoran horisontal. Pada bangunan pelimpah, bangunan pengeluaran dan tembok penahan tanah , kemerosotan mutu beton juga dapat diakibatkan oleh penurunan pondasi, getaran aliran air banjir, atau dari pengoperasian peralatan mekanik. Pada konstruksi baja, penyebab kemerosotan mutu adalah: karat, kavitasi, dan keusangan, yang akibatnya akan mengurangi kekuatan efektit pada bagian atau komponen-komponen Konstruksi, yang akan berakibat terjadinya tegangan yang berlebihan pada bagian tersebut, yang akhirnya dapat terjadi keruntuhan. Pengendalian Erosi Yang Buruk Perlindungan pada lereng hulu dan hilir bendungan yang tidak memadai, dapat mengakibatkan terjadinya erosi pada lereng hulu oleh arus dan gelombang, serta terjadinya erosi air hujan pada lereng hilir. Daerah cekungan paling mudah terkena erosi permukaan, Kaki bendungan timbunan dan pondasi sekitarya, dapat pula terkena erosi oleh karena letak kolam olak bangunan pelimpah atau bangunan pengeluaran yang terlalu dekat dengan badan bendungan dan kurangnya periindungan lereng disekitar kolam dan sepanjang saluran hil. 29 5.2.7 Kerusakan Tepian Waduk Kondisi waduk dan daerah sekitarnya yang dapat mebahayakan keamanan bendungan dapat berupa: tanah longsor, sesar aktif, gelombang akibat imbas tanah longsor atau gempa, erosi tepian waduk, dan keruntuhan waduk karena erosi buluh. Hal-hal tersebut dapat dideteksi, dari foto udara, peta geologi wilayah dan geologi lokal, peta topografi, dan mempelajari pekerjaan-pekerjaan yang pernah dilakukan sebelumnya. Pemeriksaan lapangan harus dilakukan dengan mengevaluasi kondisi- kondisi yang sudah diketahui maupun kondisi lain yang belum dikenali Pada semua waduk akan terjadi kebocoran sampai batas tertentu; Tim inspeksi harus mengenali dan melakukan evaluasi terhadap indikasi peningkatan rembesan dan bocoran. Perhatian terhadap bocoran, terutama ditujukan pada waduk yang terletak didaerah batu kapur, daerah dengan material yang tidak terkonsolidasi dengan baik dan batuan endapan. Hal-hal khusus yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya alur rembesan pada bekas saluran yang ditimbun, daerah sesar, kekar-kekar, alur akibat pelarutan material dan lain-lain. Indikasi adanya kelulusan air yang berlebihan adalah: munculnya_bocoran, fluktuasi air tanah yang tak diharapkan, sembulan air (water boils), kehilangan air waduk yang tidak dapat dijelaskan, dan mata air baru. Alur perkolasi dapat terbentuk oleh erosi buluh; larutnya: bahan pengikat, material pengisi rekahan, dan materiainya sendiri; kekar yang terbuka, sesar dan daerah remasannya, bidang perlapisan (bedding planes), perbedaan litologi, dan bentuk-bentuk lain kelulusan air. Bentuk ketidakstabilan yang sering terjadi pada tepian atau tebing waduk, adalah tanah longsor, dimana ukuran besarnya longsoran adalah merupakan pertimbangan terpenting didalam evaluasi keamanan bendungan. Namun, longsoran yang kecil apabila terjadi dilokasi yang kritis, dapat menyebabkan tersumbatnya bangunan pelimpah atau bangunan pengeluaran sehingga membahayakan keamanan bendungan. Evaluasi terhadap tanah longsor harus mencakup: ukuran, penyebab, kecepatan dan bentuk pergerakan, jenis material, umur longsoran, lokasi dan konfigurasi waduk, kejenuhan dan sumbemya, dan pergerakan berkaitan dengan fluktuasi waduk. Untuk evaluasi ini perlu dipelajari pula data yang terkait dengan longsoran yang telah ada. Evaluasi harus mencakup penilaian atas program pemantauan yang sedang berjalan dan harus mempertimbangkan konsep bentuk pergerakan yang baru. Harus dilakukan_penilaian atas kestabilan tanah longsor yang dikaitkan dengan keamanan bendungan, pembatasan pengisian maupun laju penurunan air waduk. Punggung bukit tepian waduk yang kecildan terdiri dari material yang mudah tererosi, akan mudah pula terjadi erosi buluh dan menjadi tidak setabil disaat jenuh air, sehingga besar potensinya terjadi keruntuhan pada bukit ini. Secara umum hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi ini adalah uraian Tinci kondisi geologi, karakteristik teknik dari material, kekar, sesar, kemungkinan alur perkolasi, dan gradien hidrolik maksimum antara waduk dan kemungkinan tempat keluar. Demikian pula perlu dilakukan pemeriksaan air rembesan terhadap kemungkinan adanya kandungan material yang terlarut dan yang melayang. 30 5.2.8 Desain Atau Pelaksanaan Konstruksi Yang Buruk Desain ataupun pelaksanaan konstruksi yang buruk dapat menjadi penyebab keruntuhan bendungan. Data atau parameter desain maupun kriterianya yang tidak benar atau tidak lengkap akan menghasilkan desain yang tidak mantap. Desain dengan kondisi pembebanan yang tidak lengkap akan menghasilkan bangunan yang tidak aman. Penyelicikan atau pengetesan material yang tidak lengkap, dan penetapan nilai sifat-sifat teknik material yang salah selama dilakukan desain, dapat menyebabkan penggunaan material yang tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat pada bendungan maupun bangunan pelengkapnya. Ketidak mampuan mangenali potensi-potensi masalah selama tahap desain, akan menyebabkan masalah yang serius atau bahkan dapat menyebabkan keruntuhan bendungan. Penurunan konsolidasi yang tidak terkendali pada zona-zona bendungan urugan, dapat menyebabkan penurunan yang tidak merata (differential settlement) dan penurunan yang berlebihan. Penurunan yang tidak merata dan penurunan yang berlebihan dapat terjadi pada bendungan akibat pemadatan material tidak baik dan kandungan air tidak tepat. Penyelidikan pondasi yang tidak memadai serta tidak lengkap dapat menghasilkan asumsi desain yang tidak tepat dan desain perbaikan pondasi yang tidak baik. Bila pengawas pelaksanaan pekerjaan tidak memahami atau menuruti kriteria desain, dan/atau tidak dikonsultasikan kepada pendesain, perbaikan pondasi yang dilaksanakan kemungkinan tidak tercapai. 31 64 644 BAB VI PELAKSANAAN INSPEKS! BENDUNGAN Bagian dan Aspek Yang Diperiksa Bendungan dan Tanggul Tambahan ‘Semua kejadian atau peristiwa yang mengganggu kegiatan rutin, atau perubahan berkaitan dengan bendungan dan bangunan pelengkapnya yang tercatat dan diamati harus diperiksa karakteristiknya, lokasinya, serta kedekatannya dengan waktu inspeksi. Banyak permasalahan sifatnya umum yang dapat dijumpai pada setiap tipe bangunan ataupun pondasi a. Bendungan Urugan (Tanah dan Batu) Permukaan luar dari bendungan urugan sering memberikan pertanda akan perilaku didalam tubuh bendungan, Oleh karenanya, harus _dilakukan pemeriksaan teliti atas permukaan-permukaan yang nampak. Bila memungkinkan, pemeriksaan lapangan dilakukan dalam keadaan waduk penuh dan bendungan menerima beban maksimum. Badan bendungan harus diperiksa dengan teliti apakah terdapat tanda-tanda terjadinya pergerakan, retakan, lubang benam (sinkhole), mata air, bagian- bagian yang basah, gerusan permukaan, lubang-lubang binatang, tumbuhan, lain-lain. Setiap kejadian ini, bila tidak diperbaiki, dapat menyebabkan keruntuhan bendungan. Pergerakan pada permukaan bendungan sering dapat dideteksi dengan pemerixsaan visual. Dengan memandang kelurusan as jalan dipuncak bendungan, dinding parapet, pagar pengaman, atau garis lurus baik yang parallel maupun yang konsentris dengan bendungan, dapat memberikan tanda adanya perubahanipergerakan pada permukaan. Puncak bendungan harus diperiksa apakah telah terjadi penurunan yang dapat mengurangi tinggi jagaan. Permukaan lereng hulu dan hilir serta daerah bendungan harus diperiksa apakah ada tanda-tanda penonjolan (bulging) ataupun _tanda-tanda penyimpangan dari permukaan yang seharusnya rata dan seragam (uniform). Setiap petunjuk terjadinya_pergerakan harus diverifikasi_ dengan pengukuran/survai Retakan-retakan pada permukaan timbunan dapat memberi petunjuk adanya kondisi yang tidak aman. Retak permukaan sering disebabkan oleh pelepasan kandungan air dan mengkerutnya material dekat permukaan timbunan; namun, dalam dan orientasi retakan harus diketahui untuk dapat _memahami penyebabnya. Terjadinya retakan (crack) besar pada puncak atau lereng timbunan dapat menunjukkan adanya longsor atau penurunan yang tidak merata, dan untuk itu perlu diperiksa lebih teliti untuk mengetahui secara pasti lokasi serfa sampai sejauh mana proses tadi terjadi. Retak permukaan dekat hubungan antara timbunan dengan bukit tumpuan dapat menjadi petunjuk adanya penurunan pada timbunan, dan bila parah, dapat terjadi jelur bocoran sepanjang bidang kontak tersebut, Oleh karenanya, lokast-okasi ini perlu diperiksa dengan elif. Retakan dapat pula mengindikasikan terjadinya penurunan yang berbeda antar zona-zona timbunan. 32 Lereng hilir dan kaki belakang bendungan serta daerah dibelakang bendungan harus diperiksa apakah terdapat bagian-bagian yang basah, sembulan (boils), depressi/penurunan, lubang benam, atau mata air yang menunjukkan terjadinya rembesan besar lewat bendungan. Petunjuk lain adanya rembesan adalah bagian-bagian yang basah, endapan yang terjadi karena penguapan, tanaman yang tumbuh subur secara tidak normal, dan lain-lain. Air rembesan harus diperiksa kemungkinan adanya kandungan material yang terangkut, dan apabila terdapat kecurigaan melarutnya bahan timbunan, harus dilakukan analisa kimiawi terhadap air rembesan dan air waduk. Air rembesan harus diperiksa rasa dan suhunya untuk membantu menunjukkan asal rembesan. Apabila ditemukan adanya bagian yang jenuh air, harus dipelajari untuk menentukan apakah bagian yang basah tersebut merupakan akibat air permukaan, rembesan melalui tubuh bendungan, atau dari sumber-sumber lain. Daerah- daerah yang basah, mata air, dan sembulan harus ditentukan lokasinya dengan akurat dan dipetakan untuk dapat dibandingkan dengan pemeriksaan yang akan datang. Rembesan harus diukur dan dipantau secara berkala untuk mengetahui pola rembesan atau tren yang terjadi Sistim drainase harus diperiksa_terhadap terjadinya_endapan _kimia, pertumbuhan bakteri, kerusakan, korosi, dan lain-lain hambatan yang dapat menyumbat lubang-lubang drainase, dan lain-lain Instrumentasi disamping dapat memberi indikasi perilaku dari timbunan dan pondasi, dapat pula memberikan peringatan akan terjadinya kondisi yang tidak aman yang harus diantisipasi. Instrumentasi yang biasa dipasang pada bendungan urugan teridiri dari patok-patok penurunan permukaan dan patok- patok geser horizontal, instrumen pergerakan horizontal dan vertikal internal (inklinometer), pisometer, dan alat pengukur rembesan. — Patok-patok pengukuran permukaan dan instalasi pergerakan internal harus diperiksa terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan yang diakibatkan oleh vandalisme, kegiatan alat berat, dan erosi Keamanan struktur bangunan terminal pisometer, perpipaan, dan alat ukur (gauges) harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa sistimnya dipelinara dengan baik sehingga akan didapatkan pembacaan yang menerus dan dapat diandalkan, Kerusakan yang disebabkan oleh vandalisme, kegiatan alat-alat mesin, penimbunan kembali yang tidak baik, atau tidak adanya tutup dapat mempengaruhi perilaku pisometer pipa tegak. Pipa- pipa atau bendung untuk mengukur rembesan harus diperiksa akan terdapatnya hambatan, korosi, kerusakan, dan erosi. Disamping pencatatan kekurangan- kekurangan pada instrumentasi yang ada, perlu ditentukan daerah atau bagian mana yang masih memerlukan dipasangnya instrumentasi ‘Sebagai tambahan pada pemeriksaan timbunan yang dilakukan saat elevasi air waduk tinggi, lereng depan bendungan dan daerah genangan waduk harus diperiksa selama elevasi air waduk rendah bila kondisi memungkinkan. Seluruh permukaan lereng hulu bendungan harus diperiksa apakah terdapat tanda- tanda longsoran, lubang benam, atau kerusakan pada pelindung lereng. Bila elevasi waduk tidak memungkinkan dilakukannya pemeriksaan, kemungkinan akan diperlukan pemeriksaan bawah air. Bila terjadi keadaan yang serius, elevasi air waduk mungkin harus diturunkan untuk dapat dilaksanakannya pemmeriksaan didaerah hulu. Seluruh permukaan timbunan harus diperiksa apakah terdapat tanda-tanda erosi yang berlebihan. Sebab-sebab terjadinya erosi seperti perlindungan lereng yang tidak memadai, hujan yang turun berlebihan, limpasan permukaan (surface runoff) yang terkonsentrasi, atau terdapatnya material tanah silt yang 33 b. sangat mudah tererosi ataupun tanah lempung yang sangat mudah terurai harus diidentifikasi. Daerah yang berdekatan dengan bangunan-bangunan yang terletak ditimbunan harus diperiksa apakah terjadi erosi yang dapat menyebabkan terjadinya erosi buluh melalui tubuh bendungan. Permukaan timbunan, terutama bendungan urugan yang kecil, harus diperiksa adanya liang-liang binatang dan tumbuh-tumbuhan. Setiap tumbuhan yang mempunyai sistim perakaran yang meluas atau menghambat pandangan ke bendungan atau daerah bukit tumpuan harus dicabut. Tetumbuhan baru dan jenis tumbuhan yang memerlukan air banyak harus diperiksa, Karena ini dapat mengindikasikan daerah-daerah yang basah pada timbunan. Beda warna dari tumbuhan yang sama dalam satu daerah timbunan merupakan petunjuk baik akan adanya daerah yang basah. Fotografi dengan menggunakan sinar merah infra dapat mendeteksi bagian timbunan yang basah. Bendungan Beton Bendungan beton meliputi bendungan gaya berat (gravity), pelat dan perkuatan (slab and buttress), bendungan busur ganda (multiple arch), dan busur tunggal (single arch). Dalam hal keamanan, semua tipe bendungan mendapat pertimbangan dasar yang sama Bendungan beton harus diperiksa apakah terdapat indikasi terjadinya tegangan dan regangan yang berlebihan dan juga ketidak stabilannya. Kebanyakan bendungan mempunyai patok-patok survai dan/atau tali pengukur vertical (plumblines) yang secara teratur di diukur untuk mengetahui pergerakan didalam bendungan, yang hasilnya bisa diplot untuk menentukan tren perilaku bendungannya, Banyak indikasi yang jelas adanya pergerakan pada saat pemeriksaan. Bendungan gaya berat biasanya dapat dicek dengan melinat sepanjang parapet atau handrails dari jung bendungan keujung lainnya. Tiap sambungan kontraksi harus diperiksa akan adanya tanda-tanda beda pergerakan antara blok-blok yang berdekatan. Sambungan-sambungan harus diperiksa apakah terdapat ekspansi atau kontraksi yang berlebihan. Kontak dengan pondasi harus diperiksa apakah ada tanda-tanda interaksi dengan pondasi. Permukaan beton harus diperiksa terhadap kemungkinan adanya leaching, yakni terbawanya material beton oleh cairan, dan kerusakan yang disebabkan oleh cuaca, tegangan yang luar biasa, reaksi basa ataupun reaksi kimia lainnya, erosi, kavitasi, beda temperatur, vandalisme, dan lain-lain. Beton harus diperiksa apakeh ada indikasi mengembang (yang biasanya disebabkan oleh reaksi basa) seperti retak yang berpola, retak pada pekerjaan besi yang tertanam dalam beton, dan pergerakan yang berbeda. Semua retakan dan serpihan pada permukaan bendungan dan di dalam galeri harus diperiksa. Retakan di galeri diperiksa untuk mengetahui apakah ada kaitannya dengan retakan pada permukaan bendungan. Retakan dan serpihan yang tercatat pada pemeriksaan sebelumnya harus dievaluasi untuk diketahui perubahan kondisinya. Retak-retak dan serpihan baru harus dicatat dan diperiksa untuk menentukan tipenya, seperti tegangan dan remukan, dan sebab-sebab kejadiannya. Dokumentasi foto dari kondisi retakan atau serpihan dapat membantu dalam evaluasi atas perubahannya dari satu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. 34 Rembesan harus diperiksa untuk menentukan kemungkinan sumbernya seperti rekatan yang tidak baik pada sambungan tahap-tahap pengecoran keatas, kerusakan waterstop, retak struktural, dan lain-lain. Jumlah rembesan harus dibandingkan dengan rembesan yang sebelumnya terjadi untuk menentukan apakah ada perubahan debit yang cukup besar pada elevasi air waduk yang sama. Hal ini memerlukan pengkajian atas grafik hasil pengeplotan elevasi waduk terhadap rembesan. Tekanan gaya angkat yang ditunjukkan pada jarum pengukur (dial gauge) lubang drainase didalam galeri bendungan gaya berat, harus diperiksa apakahi ada kenaikan yang dapat mempengaruhi kestabilan bendungan. Sistem drainase dan lubang drainase harus diperiksa untuk menentukan apakah mereka masih terbuka dan berfungsi. Drainase di pondasi dan di tubuh bendungan harus diperiksa untuk menentukan apakeh ada perubahan signifikan dalam perilakunya. Dalam beberapa hal drainase yang tidak berfungsi dapat dilihat saat pemeriksaan secara visual, namun satu-satunya indikasi yang jelas terjadinya masalah, adalah perubahan debit aliran/rembesan. 6.1.2 Bukit Tumpuan dan Pondasi Daerah-daerah yang kritis pada bukit tumpuan (abutment) dan pondasi biasanya tertutup dan tidak dapat diperiksa secara langsung. Untuk itu, pemeriksaan akan sangat banyak bergantung pada kajian atas catatan-catatan dan dokumen-dokumen selama tahap persiapan desain Saat mengkaji data instrumentasi, air tanah, dan rembesan, karakeristik asli material pondasi dan bukit tumpuan serta catatan semua perubahan yang terjadi selama pelaksanaan konstruksi dan pengoperasian harus dievaluasi. Pengkajian harus mengidentifikasikan kondisi umum dan daerah spesifik yag harus diperiksa Pemeriksaaan pada bagian depan bukit tumpuan dan pondasi biasanya tidak mungkin dilakukan karena adanya air waduk. Karenanya, pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada bagian belakang bukit tumpuan, lembah, dan kaki bendungan. TTerowong-terowong grouting dan drainase, khususnya pada bendungan beton, kemungkinan dapat diperiksa pula, Bagian-bagian dari daerah pondasi bangunan pelengkap yang terbuka juga dapat diperiksa. Karakteristik pelapukan material pondasi dan bukit tumpuan kemungkinan dapat ditentukan dari galian jalan didekat lokasi ini ataupun galian lainnya. Efek dari kejenuhan material pondasi kadang- kadang dapat dilihat pada tempat-tempat dimana elevasi waduk berfluktuasi Reaksi dari struktur bendungan seringkali mencerminkan_perubahan-perubahan pada pondasi. Depressi atau penurunan pada puncak atau lereng bendungan urugan kemungkinan mencerminkan: konsolidasi bendungan atau pondasi, terjadinya pelarutan (solutioning), atau erosi buluh. Sambungan bendungan beton yang tidak rata kemungkinan mencerminkan perubahan atau ketidak mampuan pondasi. Bangunan-bangunan pelengkap yang sudah mengalami penurunan atau berada di luar garis lot menunjukkan adanya keruntuhan atau pemampatan pondasi. Indikasi adanya rembesan yang membahayakan mungkin sangat jelas, atau sangat samar-samar. Perubahan aliran yang mencolok pada drainase yang dipantau, merupakan pertanda langsung yang harus dicurigai. Indikasi perubahan lain mungkin adalah meningkatnya frekuensi operasi pompa bak penampung bocoran (sump pump) dan berkembangnya tumbuh-tumbuhan baru maupun bertambah rimbunnya 35 6.1.3 6.4.4 tanaman. Grafik pengeplotan elevasi air di sumur observasi atau pisometer harus dicek dengan hati-hati dan harus dibandingkan dengan tingkat elevasi waduk dan hujan lokal Rembesan harus dikendalikan dengan filter yang efektif. Adanya muatan layang dalam air rembesan merupakan bukti terjadinya erosi buluh dan harus mendapat perhatian penuh. Keruntuhan akibat erosi buluh akan dengan cepat mengakibatkan keruntuhan bendungan. Bila terdapat kemungkinan terjadinya proses pelarutan, sampel air waduk dan air rembesan harus diambil dan dianalisis apabila datanya belum ada untuk mengidentifikasi material yang melarut. Apabila debit rembesan dapat diketahui, laju pelarutan dapat diperkirakan pula. Waduk. Cekungan waduk, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi kestabilan bendungan, harus diperiksa berkaitan dengan pengoperasian bendungan dan waduk yang aman. Daerah sekitar waduk harus diperiksa apakah terdapat indikasi persoalan yang akan berpengaruh pada pada keamanan bendungan dan waduk. Bentuk-bentuk permukaan tanah dan struktur geologi regional harus dinilai. Daerah-daerah yang mengandung mineral, batubara, gas, minyak, dan pengambilan air tanah harus diperiksa. Daerah tersebut harus diperiksa apakah terdapat indikasi terjadinya amblesan (subsidence), seperti lubang benam, parit-parit, dan penurunan badan jalan dan bangunan. Reaksi dari bangunan-bangunan lain dengan formasi sama dapat memberikan informasi akan perilaku yang mungkin terjadi pada bendungan dan bangunan-bangunan pelengkapnya. Pada waktu dilakukan pemeriksaan, elevasi waduk harus dicatat. Demikian pula informasi atau data pada Kondisi muka air waduk tinggi atau rendah, dan setiap ada perluasan daerah genangan di saat banjir. Bila kondisi memungkinkan, daerah waduk harus diperiksa pada saat elevasi waduk rendah. Bila tidak mungkin, pemeriksaan bawah air mungkin diperiukan untuk meneiliti lokasi yang dianggap mencurigakan. Permukaan daerah genangan waduk harus diperiksa apakah _terdapat penurunan/depresi, lubang benam, atau erosi pada permukaan alami ataupun perkuatan waduk. Daerah genangan juga harus diperiksa adanya pengendapan yang berlebihan yang akan mempengaruhi pembebanan pada bendungan dan mengganggu saluran muka kearah bangunan pelimpah ataupun fasilitas pengeluaran air. Tanah Longsor Tanah longsor dimaksud disini adalah pergerakan tanah skala besar yang akan mempengaruhi bendungan, bangunan-bangunan pelengkap, waduk, atau jalan masuk. Termasuk disini: daerah-daerah yang aktif, tidak aktif serta berpotensi longsor mulai dari longsoran kecil di lereng sampai pergerakan dalam volume besar. Anggota Tim Inspeksi harus mampu menganalisis tentang sebab-sebab tanah longsor, mekanismenya, karakteristiknya, gejala-gejalanya, dan cara perbaikannya, Daerah longsoran sering dapat diidentifikasi dan mungkin digambarkan dari 36 beberapa tanda-tanda kerusakan atau pergerakan. Ini termasuk pergerakan perlahan-lahan, pohon-pohon yang terangkat, daerah yang tumbuh-tumbuhannya mati atau merana, retakan-retakan karena gaya tarik, distorsi daerah perbukitan, bangunan-bangunan yang lurus menjadi bengkok, tumbuh-tumbuhan dipinggiran waduk yang masuk kedalam waduk, mata air-mata air. Pendokumentasian hal-hal ini dengan menggunakan fotografi sangat dianjurkan. Bila diperiukan, survai stabilitas lereng dan pemasangan patok-patok monumen sangat dianjurkan. ‘Anggota-anggota Tim harus mengkaji laporan-laporan dan gambar-gambar geologi, setiap foto udara yang tersedia, dan riwayat pelaksanaan konstruksi dan operasi. a. Longsoran Waduk Longsoran yang masuk kedalam waduk dapat menimbulkan_gelombang yang dapat meluap diatas puncak bendungan, merusak bangunan-bangunan, atau menimbulkan erosi pada tempattempat yang kris sepanjang tepi waduk. Karakteristik tanah longsor yang perlu diketahui antara lain adalah ukuran/besarannya; orientasinya berkaitan dengan konfigurasi waduk; Jaraknya dari bendungan, bangunan pelengkap, tanggul-tanggul, atau bagian pinggiran waduk yang kritis; Kecepatan terjadinya longsoran; jenis material, dan mekanisme terjadinya longsoran. Penyebab atau mekanisme pemiou tanah longsor adalah gempa, penurunan elevasi waduk, tingkat elevasi waduk yang sangat tinggi, kerusakan bagian bawah oleh kekuatan ombak, atau terjadinya kejenuhan yang disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi. Perkembangan disekitar waduk dapat mengakibatkan perubahan-peubahan keseimbangan alam dengan berubahnya lereng, perubahan pola drainase, dan perubahan air bawah_tanah. Perkembangan dimaksud termasuk adanya jalan masuk, perataan tanah untuk tempat rekreasi, pemotongan pohon-pohon besar, tempat pembuangan, lapangan untuk membersihkan dengan aliran air, dan fasiltas drainase. Waktu yang tersedia untuk inspeksi bendungan tidak cukup untuk melaksanakan pemeriksaan mendalam atas setiap daerah di waduk yang berpotensi longsor. Untuk itu perlu lebih dahulu dikaji daerah mana yang perlu untuk diperiksa. Bila sudah diidentifikasikan daerah-daerah yang dicurigai, segera diberikan rekomendasi untuk dapat diperiksa oleh Tim Inspeksi dengan telit b, Tanah longsor didekat lokasi bendungan dan jalan-jalan masuk Penggalian pada bendungan, bangunan-bangunan pelengkap, dan jalan-jalan masuk akan mengganggu kestabilan lereng-lereng dan drainase alami yang telah terbentuk selama umur geologisnya dan hampir semuanya akan mengakibatkan ketidakstabilan daerah tersebut. Terbentuknya genangan waduk akan mempengaruhi regim air tanah, yang akan mempengaruhi setabilitas lereng. Petugas-petugas yang mengoperasikan waduk lebih mengenal keadaan sekitar waduk dan jalan masuk, sedangkan bagi orang-orang yang tidak mengenal daerah tersebut, gejala-gejala ketidaksetabilan lereng yang telah berlangsung secara lambat mungkin akan luput dari pengamatan atau tidak diteliti dengan sungguh-sungguh, ‘Anggota Tim harus menanyakan kepada staf pengoperasian waduk tentang daerah-daerah longsoran yang diketahui, Longsorar-longsoran kecil pada lereng akan menyumbat selokan drainase yang akan membentuk genangan 37 dan mengakibatkan lereng menjadi jenuh air. Baut-baut batuan (rockbolts) dan perkuatan anyaman kawat (wire mesh) yang tidak dipelihara dengan bener akan menyebabkan longgar, yang dapat menyebabkan terjadinya longsor. Efek dari curah hujan yang tinggi pada longsoran yang sudah ada maupun yang potensial sepanjang jalan masuk harus dievaluasi, demikian juga pada lereng- leteng sepanjang saluran intake dan saluran air buri (tailwater) untuk menentukan apakah berpengaruh buruk pada karakateristik kapasitas aliran pada bangunan pelimpah maupun bangunan-bangunan pengeluaran atau tidak Lereng-lereng diatas jalan masuk dan bangunan-bangunan pengendali yang apabila longsor akan menyebabkan terhalangnya jalan masuk ketempat pengoperasian maupun menghalangi pengoperasian fasilitas tersebut harus diperiksa. 6.1.5 Bangunan-bangunan Pelengkap Semua bangunan pelengkap yang akan berpengaruh pada keamanan pengoperasian bendungan harus diperiksa. Bangunan tersebut termasuk bangunan pelimpah, bangunan dan peralatan pengeluaran, bangunan keluaran untuk PLTA, dan bangunan keluaran untuk saluran. Setiap bangunan akan meliputi sebagian atau keseluruhan komponen berikut a. Saluran masuk dan saluran keluar Hampir semua bangunan-bangunan air mempunyai saluran masuk (saluran muka) dan saluran keluar yang terbentuk pada lereng galian maupun timbunan tanah atau batu, Beberapa bangunan pelimpah dan pelimpah darurat dibangun diatas galian ataupun timbunan tanah maupun batu. Kebanyakan bangunan pelimpah pada tanah maupun yang dilapisi dengan batu mempunyai bangunan pengendali dari beton atupun batuan masif yang akan mengurangi kemungkinan rembesan maupun potensi erosi. Saluran-saluran masuk pada bangunan keluaran umumnya berada dibawah air dan peru pemeriksaan bawah air. Saluran-saluran tersebut harus mempunyai lereng yang stabil dan bebas dari bagian-bagian lunak, longsoran, ataupun kotoran sampah. Saluran-saluran dan lerengnya harus bersih dari tanaman yang akan mengganggu aliran_ air. Saluran harus diperiksa apakah ada lubang benam, sembulan (boils), atau erosi buluh. Saluran harus punya ruang bebas yang cukup sebagai jagaan disekitar intake dan ujung/akhir bangunan sehingga secara hidrolis akan dapat beroperasi dengan baik sesuai desain. Saluran-saluran tersebut harus diperiksa apakah terjadi arus olakan (eddy) yang bersifat merusak. Saluran akhir harus diperiksa apakah terjadi degradasi yang berlebihan yang akan berpengaruh buruk pada karakteristik hidrolis dari bangunan akhir (terminal structure). Saluran muka (approach channel), khususnya pada bangunan pelimpah, harus dilengkapi dengan semacam petampung pengaman untuk menjaga agar jangan ada orang atau barang-barang yang mengapung sampai masuk kedalam bangunan intake. Pelampung tersebut harus diangker secara kuat dan tidak menunjukkan adanya kerusakan pada rantai maupun pengikatnya, dan harus bisa melendut untuk dapat beroperasi dengan baik pada elevasi waduk dalam keadaan rendah atau tinggi. Perlengkapan ini harus diperiksa apakah bisa dilakukan pemeliharaan, dan diperiksa terhadap barang-barang yang terbawa arus dan sampah lainnya. 38 b. Bangunan beton Bagian beton dari bangunan pelimpah, bangunan Keluaran, dan keluaran PLTA semuanya mempunyai kesamaan fungsi hidrolik dan struktur dasar; oleh karenanya teknik dan objek pemeriksaannya juga sama. Bangunannya harus bebas dari semua instalasi yang tidak diperlukan seperti dinding-dinding yang akan mengurangi debit melalui bangunan tersebut, Permukaan beton harus diperiksa apakah terdapat kerusakan yang disebabkan oleh pelapukan, tegangan berlebihan atau tegangan tidak biasa, reaksi basa atau reaksi kima lainnya, erosi, kavitasi, vandalisme, dll. Khususnya bangunan menara seperti bangunan pemasukan dari bangunan pelimpah terjunan, bangunan pemasukan dari bangunan keluaran, dan terowongan masuk yang dibuat dengan gali dan timbun (cul & cover) harus diperiksa apakah terjadi penurunan yang tidak sama (differential settlement). Garis kelurusan dinding saluran harus dicek, mengingat bahwa dinding yang bersifat kantilever akan membengkok kedalam dibandingkan dinding didekatnya yang diperkuat dengan balok perkuatan (counterfort) atau konstruksi pengaku lainnya. Permukaan panel dinding dan lantai didekat dan di hilir sambungan kontraksi melintang harus rata dengan permukaan di hulunya ataupun sedikit terbenam agar panel dinding/lantai tidak rusak apabila terjadi aliran dengan kecepatan besar. Semua sambungan kontraksi harus bersin dari tumbuhan/tanaman. Slot-slobukaan udara harus bersih dari tanah maupun sampah. Terowongan dan pipa air termasuk pipa pesat harus diperiksa apakah terdapat retak karena tegangan, penonjotan, perpindahan alignment, dan bocoran yang besar. Semua jalan air maupun udara harus bebas dari hambatan-hambatan. Bagian/lokasi_ yang mudah mengumpulkan kotoran harus dicatat. ‘Semua timbunan didekat bangunan harus diperiksa apakah terjadi_ penurunan atau bertambah dalam karena terjadi pergerakan tanah. Kontak antara timbunan dan bangunan harus diperiksa apakah terjadi erosi buluh, Semua lereng yang dipotong atau ditimbun dekat dengan bangunan harus diperiksa apakah terjadi kondisi yang tidak stabil Jembatan dan lantai pelayanan (service deck) termasuk penyangganya harus diperiksa kondisinya dan fungsinya. Semua alur pintu/sponning untuk penangkap sampah, pintu-pintu, atau konstruksi mekanikal lainnya harus dalam kondisi baik. Semua konstruksi drainase harus bersih/terbuka dan bisa berfungsi baik. Air drainase dan rembesan dialirkan jauh dari konstruksi baja seperti tabung-tabung listrik, pipa-pipa, dan instalasi listrik. Ventilasi udara drainase kolam olak harus diperiksa apakah saringannya terpasang dan ventilasinya terbuka, Alur-alur aliran dari beberapa debit pada dinding bangunan harus dipelajari untuk mendapatkan indikasi karakteristik aliran melalui bangunan tersebut. Pelindung saluran didekat bangunan pemecah enersi harus diperiksa apakah bisa berfungsi dengan baik sebagaimana direncanakan. Diperlukan perhatian khusus kemungkinan terjadinya material yang terbawa keluar bangunan atau kedalam bangunan selama pengoperasian. Peralatan Mekanikal Peralatan mekanikal dan elektrikal yang berkaitan harus dioperasikan sampai batas bukaan penuh dengan kondisi-kondisi operasi sebenamya untuk menentukan bahwa peralatan berfungsi dengan memuaskan. Peralatan harus dicek apakah pelumasannya dan pengoperasiannya dilaksanakan dengan baik hingga tidak terjadi macet, getaran, bunyi-bunyi yang tidak biasa, dan 39 kepanasan, Kecukupan dan keandalan catu daya juga harus dicek selama pengoperasian peralatan. Sumber daya listrik tambahan dan sistem kendali jarak jauh (remote contro) harus dicek pula untuk dapat dioperasikan dengan baik dan dapat diandalkan, Semua bagian peralatan yang bisa dimasuki harus diperiksa apakah terjadi kerusakan, berkurang kualitasnya, korosi, kavitasi, renggang, aus, atau ada bagian yang pecah. Sling harus diperiksa apakah diberi pelumas dengan balk. Kawat-kawat dan tali yang yang berubah bentuk, pecah, atau berkarat, harus dicatat. Sambungan sling atau rantai pada pintu-pintu harus diperiksa apakah terjadi aus atau pecah. Sekat (seal) pintu dari karet atau neoprene harus diperiksa apakah berkurang kualitasnya, retak, aus dan bocor. Alat angkat dan pengendalinya harus dicek apakah olinya bocor. Torak angkat dan batang petunjuk harus dicek apakah terjadi kontaminasi dan ada bagian-bagian yang kasar yang dapat merusakkan paking. Batang-batang pintu dan sambungan (kopling) harus diperiksa apakah terjadi Korosi, bagian-bagian yang pecah atau rusak, dan kondisi lapisan pelindung (protective coating). Jalurjalur cairan, daun-daun, dudukan metal, dan perapat pintu dan kelep harus diperiksa apakah terjadi kerusakan karena kavitasi, aus, tidak sentris, Korosi, dan bocor. Pompa pengisap bocoran (sump pumps) harus diperiksa dan dioperasikan untuk membuktikan perilaku yang bisa diandalkan dan memuaskan. Ventilasi udara untuk pintu-pintu_ dan kelep-kelep harus dicek untuk meyakinkan bahwa mereka terbuka dan terlindung. Instruksi pengoperasian harus dipasang didekat peralatan bersangkutan dan dicek apakah jelas, Semua pengontrol peralatan harus dicek keamanannya untuk meyakinkan bahwa orang yang tidak berhak tidak dapat mengoperasikan atau mengganggu kerja peralatan. Peralatan untuk mengatur elevasi muka air waduk harus diperiksa apakah bisa berfungsi dengan balk. Peralatan mekanikal dan elektrikalnya harus dicek perlindungannya terhadap cuaca dan apakah telah terjadi kerusakan karena kurang perlindungan. Sistem ventilasi dan pemanas harus dioperasikan untuk mengecek kapasitasnya dalam mengatur kelembaban lingkungan peralatan mekanikal dan elektrikal. Balok sekat, pintu bulkhead, dan rangka serta batang- batang angkat (lifting frames end beams) harus diperiksa untuk menentukan apakah dapat difungsikan dan dalam kondisi baik. Ketersediaan peralatan untuk menggerakkan, mengangkat, dan menempatkan balok sekat, bulkhead, dan penyaring sampah (trashracks) harus dicek. Selama atau sesudah pemeriksaan lapangan, harus diadakan diskusi dengan operator atau penjaga bendungan untuk mengetahui apakah ada kondisi- kondisi yang tidak biasa atau persoalan-persoalan dengan peralatan. Pembicaraan dan pengoperasian peralatan harus digunakan untuk membuktikan bahwa operator bendungan memahami dan memenuhi syarat untuk mengoperasikan peralatan. Praktek/cara pemeliharaan dan Ppercobaan juga harus didiskusikan untuk menentukan apakah memadai dan sesuai dengan Kriteria Operasi Pendesain (Designer's Operating Criteria) dan Prosedur Operasi Setempat (Standing Operating Procedure) ‘Akses untuk mengendalikan pengoperasian pintu-pintu bila terjadi keadean darurat dan kondisi yang buruk harus ditinjau. Kemungkinan pengendalian jarak jauh harus dipertimbangkan. Bila keadaan tidak memungkinkan untuk memeriksa ataupun untuk mengoperasikan pintu-pintu atau kelep-kelep, harus dijadualkan untuk dapat dilakukan pada kesempatan lain 40 6.2 d. Sumber Daya Listrik Tambahan Sumber daya listrik tambahan yang memadai harus disediakan untuk pengoperasian pintu-pintu dan peralatan lainnya dalam keadaan darurat ketika sumber daya listrik yang normal tidak tersedia. Sumber daya tambahan tersebut harus mempunyai kapasitas cukup untuk beroperasi dengan beban maksimum yang disyaratkan dalam Kriteria Operasi Pendesain dan Prosedur Operasi Setempat. Persediaan bahan bakar harus cukup untuk mengoperasikan unit sumber daya_listrik tambahan untuk menghasilkan tenaga maksimum yang diantisipasi dari sumber daya listrik normal Selama pemeriksaan, sumber daya listrik tambahan harus digunakan untuk mengoperasikan pintu-pintu dan peralatan lain untuk menentukan apakah sistemnya dapat beroperasi dan memadai. Peralatan pemadam kebakaran, pengeluaran gas buangan yang berjalan baik, dan perlindungan terhadap vandalisme harus diperiksa. Petunjuk pengoperasian yang dengan jelas menguraikan cara mengoperasikan tenaga listrik tambahan secara manual, harus diletakkan didekat peralatan tersebut. Sistem-sistem operasi otomatis harus diperiksa apakah dapat beroperasi dengan balk. Sistem-sistem ini umumnya tidak memerlukan instruksi pengoperasian. Semua skakelar/tombol dan kelep-kelep harus diuraikan didalam petunjuk pengoperasian dan diidentifikasikan/ditandai dengan jelas. Frekuensi latihan/percobaan, prosedur pemeliharaan, dan persoalan-persoalan operasional harus dibicarakan dengan operator. e. Jalan Masuk Pengoperasian bendungan yang aman banyak tergantung pada jalan masuk yang aman dan memadai. Umumnya cara memasuki lokasi bendungan adalah melalui jalan darat. Jalan tersebut harus merupakan jalan dengan konstruksi yang bisa dipakai dalam segala cuaca bagi mobil dan peralatan-peralatan lain yang diperlukan guna melayani bendungan dalam segala cuaca. Muka jalan dan jembatan harus terletak cukup aman diatas muka air banjir dari sungai- sungai yang berdekatan Apabila jalan masuk tidak dapat digunakan dengan baik dalam keadaan darurat, cara lain untuk memasuk lokasi bendungan harus sudah ditentukan, misalnya dengan helikopter atau lainnya. Catatan Pemeriksaan Lapangan Setiap anggota Tim Inspeksi harus membawa daftar simak atau buku catatan selama pemeriksaan lapangan. Daftar simak tersebut dikategorikan dalam catatan tentang bangunan-bangunan dan dipisahkan menjadi bagian-bagian yang diperiksa seperti lantai, dinding, riprap, tanaman/tumbuh-tumbuhan, dll. Catatan harus mencakup - Status operasi waduk pada saat inspeksi - Daftar peserta inspeksi = Catatan khusus tentang Kriteria perencanaan, prosedur standar pengoperasian, pemeriksaan bawah air, potensi longsoran, instrumentasi, komunikasi, sumber daya listrik tambahan, jalan masuk, masalah keamanan, dll 41 63 6.3.1 6.3.2 Diskusi Lapangan Diskusi Dengan Personil Operasi Anggota Tim harus mengadakan diskusi dengan personil/staf operasi mengenai Pengoperasian dari setiap bangunan/peralatan yang ada dengan petugas yang bersangkutan, yang dapat menunjukkan apakah kesemuanya _ berfungsi sebagaimana. direncanakan, disamping akan mengetahui permasalahan yang memerlukan penyelidikan lebih tanjut. Diskusi Dengan Petugas Diluar Instansi Pengelola Diskusi perlu diadakan dengan petugas dari instansi diluar Pemilik/Pengelola misalnya dengan Pemerintah Daerah dan lain-lain mengenai semua aspek berkaitan dengan pemeriksaan bendungan, menyangkut prosedur pemeriksaan, hal-hal yang memeriukan perhatian, dan hal-hal khusus yang menjadi perhatian dari pihak luar. 42 TA 72 BAB VII POKOK KEGIATAN INSPEKSI DAN EVALUASI Umum Evaluasi yang dilakukan pada tahap pertama ini adalah evaluasi terhadap perilaku bendungan dibandingkan dengan perilaku yang direncanakan dalam desain. Hal ini dilakukan dengan mempelajari informasi data desain, pelaksanaan konstruksi, riwayat Operasi dan Pemeliharaan bendungan yang dapat dikumpulkan dari Buku Catatan Bendungan, ataupun dari laporan desain, catatan pelaksanaan konstruksi, dan catatan riwayat Operasi & Pemeliharaan yang ada. Biasanya telah dibuat semacam buku data bendungan yang merupakan ringkasan dari data teknik, catatan pelaksanaan konstruksi, dan catatan tentang perilaku dari bendungan. selama dilakukan operasi dan pemeliharaan, masalah-masalah yang yang dihadapi selama ini serta penanganan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan mempelajari informasi tersebut, Tim inspeksi telah mempunyai gambaran yang jelas tentang bendungan yang akan dievaluasi. Hal-hal yang masih belum jelas atau menimbulkan anda tanya perlu. dimintakan penjelasan kepada Pemilik/Pengelola Bendungan, ataupun diverifkasi dalam inspeksi lapangan yang akan dilakukan. Kajian yang dilakukan mencakup: Geologi Teknik, Desain Hidrologi, Desain dan Perilaku Bendungan, Instrumentasi, Pengoperasian Waduk, Kajian ataupun Inspeksi internal Pemilik/Pengelola Bendungan, Dokumentasi dan Arsip, Prosedur dan Rencana Tindak Darurat, Sungai Perbatasan, Klasifikasi Tingkat Bahaya Bendungan, Musibah/Kecelakaan dan Kejadian Luar Biasa, serta Pembiayaan. Geologi Teknik Dalam kajian ini diperiksa ha-hal berikut a. Masalah yang terjadi selama penggalian fondasi (atau dokumennya), dan cara mengatasinya. b. Deformasi fondasi dan tebing tumpuan karena peningkatan pembebanan selama pelaksanaaan konstruksi. Bila ada, periksa hasil pemantauan tegangan dan regangan (stress and strain), dan dibandingkan dengan hasil perhitungan desain. Untuk fondasi tanah lunak diperiksa besar penurunan permukaan fondasi dan pergerakan plastis arah horizontal fondasi pada tumit bendungan akibat peningkatan pembebanan. c. Kesesuaian hasil pelaksanaan grouting di lapangan dengan desainb. Pastikan bahwa pelaksanaan grouting didokumentasikan dengan baik agar dapat digunakan sebagai acuen di kemudian hari. Hathal yang _perlu didokumentasikan antara lain meliputi : Profi lubang bor, hasil uji air bertekanan (Lugeon Test), lama waktu pelaksanaan, temperature setempat; campuran bahan, tekanan grouting, volume penyerapan bahan grout (grout take), dan tahapan grouting; perubahan bentuk atau retakan bila ada pada bangunan atau fondasi dan uji tekan sesudahnya 43 73 734 73.2 7.3.3 734 d. Ada tidaknya gangguan kestabilan pada tebing tumpuan, antara lain adanya kenampakan atau gejala adanya longsoran, runtuhan batu (rock fall), rembesan dan lain-lain. Desain Hidrologi Karakteristik Hidrologi dan Pola Banjir Pokok kajian mengenai karakteristik hidrologi dan pola banjir paling tidak mencakup pemeriksaan hal-hal berikut : a. Ada tidaknya penyimpangan antara pola banjir hasil hitungan teoritik, terhadap patokan desain aslinya, terutama bila terjadi perubahan kondisi aliran perubahan kondisi aliran limpasan/ permukaan (run off) di Daerah Pengaliran ‘Sungai (DPS). b. Ada tidaknya kesesuaian antara besarnya liran masuk hasil perhitungan desain dengan hidrograf banjir yang terjadi. ¢. Kecukupan kapasitas pelimpah dan bangunan-bangunan pengeluaran lainnya berdasarkan data banjir sampai dengan yang terakhir. d.Pengaruh hasil investigasi secara berkala mengenai angkutan sediment dan pengendapannya di waduk, periksa pengaruhnya tethadap stabilitas dan pengoperasian bendungan. Pengendalian Operasi Waduk Dalam pengkajian pengendalian operasi waduk diperiksa a. Pengaruh pengoperasian waduk atau fasilitas produksi seperti tenaga listrik, air baku, irigasi, dan lain-lain terhadap kemampuan penyaluran debit banjir b. Apabila pengoperasian tersebut menyebabkan terjadinya hambatan penyaluran debit banjir, perlu dibandingkan kapasitas maksimum sarana penyaluran yang tersedia (dalam keadaan terganggu) dengan banjir desain yang sebenarnya untuk menentukan upaya bagaimana menghilangkan hambatan tersebut, ¢. Sehubungan dengan masalah tersebut, dilakukan pemeriksaan ada tidaknya bangunan-bangunan liar atau peralatan yang bisa menghambat atau mengurangi kapasitas penyaluran pelimpah dan bangunan pengeluaran lainnya. Kondisi Air Buri (Taif Water) Dilakukan pemeriksaan atas hasil pengamatan berkala yang dilakukan oleh Pemilik/Pengelola Bendungan terhadap kemungkinan adanya akumulasi bahan rombakan, runtuhan atau rintangan-rintangan lain dan/atau perubahan kondisi saluran yang bisa mengganggu kemampuan melewatkan air banji. Pengendalian Banjir Dilakukan pemeriksaan atas 44 a. Hasil pengamatan berkala yang dilakukan oleh Pemilik/Pengelola Bendungan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi di daerah hilir bendungan seperti perubahan tata guna lahan, hambatan pengaliran air banjir serta kemungkinan terjadinya kierusakan terhadap lingkungan, korban jiwa maupun harta benda bila terjadi bencana banjir, terutama perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dan tidak sesuai dengan desain kapasitas penyaluran banji. b. Sehubungan dengan butir diatas, dilakukan kajian terhadap perubahan sifat aliran masuk serta sedimentasi di kolam waduk yang memungkinkan perlunya penyesuaian kapasitas tampungan air/banjir di kolam waduk. Kemungkinan diperlukan perubahan pengaturan eksploitasi waduk yang harus dilaporkan 7.3.5 Pengelolaan Sungai dan DPS Dilakukan pemeriksaan atas hasil pengamatan berkala yang (harus) cilakukan oleh Pemilik/Pengelola Bendungan mengenai ada tidaknya kesesuaian antara pengelolaan sungai dan pengelolaan di DPS dengan jaduel pengoperasian waduk 7.4 Desain dan Perilaku Bendungan 7.4.1 Metode dan Kriteria Desain Dilakukan kajian mengenai strategi pengamanan yang digunakan berikut metode analitiknya serta criteria yang digunakan pada desain asli. Dibandingkan dengan perkembangan opengetahuan dan teknologi mutakhir, terutama perkembgangan baru di dealam metodologiya. Diperiksa perlu tidaknya dillakukan evaluasi ulang mengenai kriteria keamanan yang digunakan 7.4.2. Kondisi Beban dan Faktor Keamanan a. Dilakukan pemeriksaan dan kaji ulang hasil pengamatan yang harus/telah dilakukan oleh Pemilik/Pengelola Bendungan mengenai perilaku bendungan serta pengukuran deformasi yang terjadi saat waduk penuh air serta bendungan mendapatkan beban penuh. Dipastkan pula bahwa untuk bendungan urugan, pemeriksaan ini juga harus dilakukan pada kondisi surut cepat (rapid drawdown). b. _Dibandingkan kondisi beban yang sebenamnya (nyata) dengan beban dan factor keamanan yang dinitung atau diasumsikan di dalam desain asi. Bila terdapat perubahan yang mencolok, misalnya akibat terjadinya _perubahan besar pada kondisi eksternainya, maka patokan desain asli dan strategi keamanannya harus ditinjau kembali berdasarkan teknologi mutakhir. cc. Diperiksa hasil_pengamatan berkala yang harus/telan dilakukan oleh Pemilik/Pengelola Bendungan terhadap deformasi yang terjadi p ada fondasi, tebing tumpuan, dan tubuh bendungan. Dicek bahwa keteltiian data di atas, yang diperoleh dari pembacaan instrumen pengukur deformasi yang terpasang, telah diperiksa setiap tahun sejak bendungan dieksploitasikan, baik saat musim kemarau maupun selama musim penghujan. 45 7.4.3 Stabilitas Fondasi a. Diperiksa hasil pengamatan berkala terhadap permeabilitas dan keutuhan structural antara fondasi, tebing tumpuan dan tubuh bendungan. Dibandingkan hasilnya dengan data awal dan parameter desain. b. Diperiksa secara langsung perilaku dan deformasi yang terjadi pada fondasi (dan tebing tumpuan) melalui galeri (gallery) atau terowong tegak (shaft) yang ada. Bila tidak memungkinkan, maka pemeriksaan harus dilakukan dengan cara pengamatan tidak langsung. Bila dijumpai penurunan berlebihan, ketidak lurusan bentuk atau pergeseran sambungan beton, hal ini menunjukkan terjadinya gangguan stabilitas pada fondasi ©. Dilakukan pemeriksaan langsung atau hasil pengamatan rembesan di sekitar tumit bendungan atau pada drainase pengumpul. Bila muncul rembesan atau terjadi rembesan yang berlebihan, terlebih bila membawa butiran halus atau keruh, hal ini mengindikasikan adanya bukaan pada retakan atau rekahan pada batuan fondasi, 7.4.4 Deformasi Bendungan dan Bangunan Lain Dilakukan pemeriksaan pada hasil pemeriksaaan berkala mengenai deformasi yang terjadi pada batuan fondasi, tebing tumpuan, dan tubuh bendungan. Ketelitian data mengenai ini harus diperiksa setiap tahun sejak bendungan dideksploitasikan Diperiksa dan dibandingkan hasilnya dengan besarnya deformasi yang ditentukan dalam desain. a. Tubuh Bendungan. 1) Diperiksa hasil pengukuran di lapangan (bila ada), hubungan antara tegangan (stress) dan regangan (strain) yang terjadi. 2) Diperiksa muka lereng hulu dan lereng hilir bendungan, berikut tumit bendungan dan areal sekitamya, kenampakan atau tanda-tanda seperti penurunan, penggelembungan atau ketidak teraturan bentuk lainnya, pergeseran, lubang-lubang benam (sinkholes), rembesan, dll. b. Konstruksi Beton secara Umum 1) Diperiksa kondisi permukaan beton terhadap tanda-tanda atau proses perusakan seperti abrasi, retak-retak renik atau pecah-pecah akibat pembebanan berlebihan atau pengerutan, dll. 2) Diperiksa kondisi struktur beton terhadap kelurusan bentuk (alignment), kenampakan-kenampakan seperti penurunan, defleksi, kemiringan serta perakan-pergerakan lainny kearah horizontal. 3) Diperiksa dan dipastikan bahwa sambungan-sambungan antar blok beton (siar muai) bebas dari proses perusakan, pengkerutan dan pengembangan serta tidak bocor. 4) Diperiksa ada tidaknya beda gerak (differential movement) diantara masing-masing blok beton. 46 c. Bangunan Pelimpah Bagian-bagian bangunan pelimpah yang perlu mendapat perhatian dan pemeriksaan, antara lain 1. Pintu pengatur dan Mesin penggerak (bila ada) mengenai c.1.1 Hubungan kerja antar masing-masing bagian dan kodisi rantai, kawat dan kabel-kabel, kerekan dan mesin penggeraknya, sistem hidrolik dan kompressor, dll 1.2 Sumber/daya penggerak beserta kecukupan dayany balk dalam kondisi normal maupun darurat. Dilakukan pengujian terhadap prosedur dan cara kerjanya. Perlu dipastikan bahwa kesemuanya dalam keadaan baik dan siap pakai. 1.3 Bila pengoperasian pintu-pintu dan balok-sekat (stop logs) atau bulkheads menggunakan mesen Derek (crane), diperiksa dan dipastikan bahwa mesin telah siap di tempat dan siap_pakai. Dilakukan kajian terhadap kemampuan, kapasitas serta kondisinya, termasuk fungsi system alat kontro dan pencedgahnya seperti batas pemutus arus listrik (limit switches) beserta pompa drainasenya. .1.4 Diperiksa dan dipastikan bahwa pintu-pintu beserta klep-klepnya telah terpasang dengan baik dan sempuma di tempatnya, ceruk- ceruk tidak terisi oleh lanau, lempung atau kerikil dan bahan bongkaran lainnya yang dapat mengganggu kerapatan dan pengoperasiannya. 2. Saluran Peluncur dan Saluran Pengeluaran. Saluran Peluncur dan saluran pengeluaran termasuk saluran-saluran udara dan lubang-lubang lainnya harus bersih dari onggokan material atau rintangan-rintangan. 3. Kolam terjunan (plunge pool) dan peredam ener Kolam terjunan termasuk bangunan peredam enerji dan pematah arus deras (baffles), bangunan peloncat (flip bucketP dan_ bentuk-bentuk peredam eneri lainnya harus diperiksa terhadap kemungkinan terjadinya gerusan erosi pada dasar maupun dinding kolam dan tebing sungai disekitarnya 7.4.5 Kemerosotan Mutu Bahan Dilakukan pemeriksaan terhadap hasil pengamatan berkala mengenai_perilaku bangunan-bangunan yang diidentifikasikan mengandung Komponen yang bisa menurun mutunya sering dengan proses penuaan bendungan. a. Diperiksa apakah jenis dan uji kualitas bahan sudah sesuai dengan ukuran dan jenis bangunan seria telah mencakup penentuan sifat kandungan unsur-unsur yang dikemudian hari dapat mengkibatkan kerusakan atau kemerosotan bahan. a7 7.4.6 747 7.48 b. Bila diindikasikan adanya kandungan unsur-unsur di atas, perlu dipastikan bahwa dokumen desain telah mencantumkan instruksi mengenai upaya perlindungan atau penanggulangan terhadap terjadinya kemerosotan mutu bahan dan komponen struktural bendungan. c. Pada komponen struktur baja, perlu dipastikan bahwa desain telah menyediakan kelegaan (allowance) yang cukup terhadap kemjungkinan terjadinya korosi. 4d. Bila keamanan bendungan secara umum tergantung kepada komponen atau bagian bangunan tertentu atau komponen seperti sekat kedap air (water stops) atau saluran drainase, perlu diperiksa bahwa desain telah mencakup penyediaan sistem pengamanan yang lain sebagai cadangan. Rembesan dan Gaya Angkat Dilakukan pemeriksaan atas hasil pengamatan berkala mengenai kuantitas dan kualitas air rembesan. Dibandingkan kesesuaiannya dengan perhitungan desain, elevasi air waduk serta besamya tekanan air pori pada tubuh bendungan. Bila tidak sesuai atau terjadi perubahan yang mencolok, perlu dikaji lebih mendalam mengenai penyebabnya. Reaksi/Respons terhadap Kegempaan Bila kondisi memungkinkan terjadinya gempa imbas, diperiksa dan dipastikan bahwa pengamatan kegempaan telah dilakukan sejak pengisian awal waduk. Perlu diketahui bahwa untuk bendungan-bendungan tua, pengamatan ini paling sedikit dilakukan selama kurun waktu 20 tahun, meskipun tidak dijumpai adanya gejala/kegiatan seismic. Peralatan Hidro & Elektromekanikal a. Perlu dipastikan bahwa semua peralatan hidro dan elektromekanil dipelihara dengan memadai, dilumasi secara teratur, berfungsi baik dan selalu siap dioperasikan. Diperiksa ketepatan perilaku operasinya, fungsi dan perilaku masing-masing bagian maupun fungsi secara menyeluruh sebagai rangkaian kesatuan. Bagian-bagian yang mengalami korosi atau rusak harus segera diperbaiki/diganti b. Untuk keperluan ini, diperiksa dan dipastikan bahwa Pemilik/Pengelola Bendungan telah menyediakan persediaan suku cadang cukup untuk jangka panjang. ¢. Dilakukan pemeriksaan paling tidak terhadap kelengkapan dan kondisi dibawah ini 1) _Kisi sampah (trash rack) beserta alat pembersihya. 2) Pintu-pintu, termasuk perapat, dudukan, ceruk-ceruk. 3) _Dinding sekat (bulk heads), balok sekat (stop logs), peralatan pengangkat dan dudukannya, 4) Pengkat/kerekan (hoist) dan mesin angkat. 5) Tali baja dan rantai 6) Katup 7) Sistem hidrolik dan compressor, termasuk peralatan pompa. 8) _Ventilasi dan sitem sirkulasi udara. 48 9) Kecukupan sumber daya listrik termasuk generator cadangan beserta transmisinya yang harus siap dioperasikan pada kondisi bencana alam ‘seperti: banjir, badai, kebakaran hutan, dll. 10) Transformator dan pusat pengendaliannya (swilch yards) kalau sudah ada 11) Peralatan dan sistem Kendal, baik local maupun jarak jauh (remote control) 12) Sistem penerangan dalam kondisi normal maupun darurat. 13) Peralatan pemadam kebakaran. 14) Sistem dan peralatan komunikasi 15) Peralatan bergerak termasuk kendaraan, mesin derek, perahu karet, motor boat, dan lain sebagainya yang diperlukan bagi pekerjaan pemeliharaan dan darurat d. Diperiksa bahwa setiap peralatan terjamin keamanannya atau terlindjung deri pengoperasiaan yang tidak disengaja dan dari segala gangguan/perusakan, demikian pula tersedia jalan masuk menuju ke lokasi atau instalasi peralatan penting untuk kegiatan perawatan dan perbaikan. Dipastikan bahwa ditempat operasi tersedia Petunjuk/Panduan Operasi pada kondisi normal dan kondisi darurat. 7.5 Instrumentasi 7.5.1 Sistem Pengamatan Hidrologi Dilakukan pemeriksaan dan dipastikan bahwa alat-alat_ pengukuran, system pemantau jarak jauh beserta peralatan komunikasinya, semua berfungsi balk. Pemeriksaan atau kajian sebaiknya dilakukan sebelum datangnya musim hujan agar peralatan yang rusak bisa diketahui/diperbaiki secara dini Pemantau Bendungan Diperiksa kondisi dan fungsi peralatan pemantau perilaku bendungan dengan melakukan pembacaan secara langsung dan/atau melakukan kajian terhadap seri data pengukuran/pembacaan/pemantauan yang telah dilakukan Pemilik/Pengelola Bendungan. Untuk itu dilakukan evaluasi sebagai berikut a. Diperiksa dan dipastikan bahwa system titi referensi tetap (CP/BM) untuk memantau deformasi bendungan dan tebing tumpuan telah terpasang sesuai persyaratan desain. b. Dicek apakah pengamatan instrument yang terpasang sudah dimulai sejak awal pelaksanaan konstruksi. Diperiksa fungsi masing-masing instrument yang terpasang berdasarkan seri data hasil pembacaan instrumen sejak awal pemasangan. c. _ Diperiksa pola/kecenderungan (trend) hasil pembacaan/pemantauan selama ini dan dilakukian kajian sebagai berikut : 1) Bila pola menunjukkan kurva normal dan tidak ada perubahan yang mencolok, berarti kondisi bendungn normal 49 2) Walaupun normal namun terjadi perubahan mencolok, periu diperiksa penyebabnya. Dibandingkan dengan trend pembacaan instrument di dekatnya. 3) Bila trend-nya pembacaan tidak normal, perlu dibandingkan dengan pembacaan instrumen di sekitarnya. Diperiksa beberapa kemungkinan sebagai berikut: 3.1 Bila trend-nya sama atau hampir sama, _kemungkinan permasalahan ada pada bendungan dan/atau fondasi, ¢.3.2. Bila trend-nya menyimpang terhadap pembacaan di sekitarya, permasalahan kemungkinan terletak pada _instrumennya (kemungkinan rusak) atau ada pengaruh dari luar (misalnya pengaruh tekanan air dari bukit terhadap bacaan_pisometer) Kerusakan juga dapat dideteksi dari tidak adanya respons sama sekali dari instrumen yang dioperasikan. 4. Diperiksa hasil pemantauan deformasi yang terjadi pada fondasi dan petgerakan-pergerakan yang terjadi pada tubuh bendungan. Dibandingkan kelayakannya terhadap kriteria atau parameter desain 7.5.3 Pemantau Kegempaan Bila sistem pemantau kegempaan dioperasikan dari jarak jauh (remote control), dilakukan kajian tethadap hasil pemeriksaan berkala mengenai ketepatan dan keandalan fungsinya, termasuk system telekomunikasinya. Diperiksa apakah pengamatan telah dilakukan secara berkelanjutan selama pelaksanaan kontruksi dan selama pengisian waduk. Pada bendungan-bendungan besar, gempa imbas waduk dapat diperkiraken dari meningkatnya kegiatan gempa dalam kurun waktu yang panjang. Pemeriksaan atas reaksi terhadap kegiatan kegempaan, antara lain a. Diperiksa apakah analisis mengenai reaksi/respons terhadap kegiatan/ goncangan gempa pada bendungan telah berpedoman pada standar yang berlaku berdasarkan cara yang mutakhir. b. Diperiksa apakah analisis kegempaan sudah dilakukan berdasarkan dua macam gempa, yaitu Gempa Dasar Operasi (OBE/Operation Basic Earthquak) dan Gempa Desai Maksimum (MDE/Maximum Design Earthquake). c. Bila pada analisis kegempaan digunakan metode koefisien gempa, diperiksa perhitungan untuk penetapan koefisien gempa-nya. d. Perlu dipastikan bahwa semua faktor keamanan hasil analisis stabilitas bendungan pada betbagai kondisi dan kombinasi_ pembebanan baik tanpa maupun dengan beban gempa, telah memenuhi standar yang berlaku, e. Perlu dipastikan bahwa walaupun bendungan terletak pada daerah yang relatif stabil (tidak ada catatan terjadinya gempa), namun bila tingginya melebih 100 meter atau tampungannya lebih besar dari 500 juta meter kubik, desain bendungan sudah memperhitungkan kemungkinan pengaruh beban gempa imbas waduk (RIE/Reservoir Induced Earthquake) f. Diperiksa dan dipastikan bahwa perhitungan dan analisis mengenai beban gempa akibat gempa imbas, dilaksanakan oleh ahli kegempaan yang kredibilitasnya telah diakui oleh Pemerintah atau pihak yang berwenang (asosiasi profesi). 9. Diperiksa ada tidaknya investigasi kemungkinan terjadinya likuifaksi pada tubuh bendungan atau batuan fondasi, antara lain bila diumpai kondis sebagi berikut 1) Pada batuan fondasi di kedalaman 15 — 20 m dari permukaan, dijumpai lapisan pasir yang mengandung lempung < 10%, ukuran butiran Dey = 0.075 — 2.00 mm, sera memiliki koefisien keseragaman (uniformity coefficient) Uc < 10. 2) Tubuh bendungan berupa pasir lepas atau bila kekuatan gesernya (shear strength) diperkirakan akan menjurun akibat meningkatnya air pori yang berlebihan. h. Peru dipastikan apakah analisis kegempaan tidak hanya dilakukan pada tubuh bendungan dan bangunan pelengkapnya, tapi juga dilakukan pada peralatan utama yang dioperasikan untuk keamanan, lereng tebing-tebing waduk, sungai dan galian yang dalam yang apabila longsor dapat mengakibatkan jatuh korban jiwa dan kerusakan harta benda dalam sekala yang besar. i. Bila dinyatakan bahwa desain bendungan bebas dari faktor kegempaan, perlu diperiksa bawa pernyataan tersebut telah didokumentasikan. 7.55 7.56 Diperiksa hasil pemantauan berkala terhadap posisi titk referensi tetap yang dipasang pada tebing-tebing tumpuan mengenai kemungkinan terjadinya gerakan atau deformasi. Bila sistem pemantau ini pengoperasiannya dilakukan dari jarah jauh, diperiksa kelayakan fungsinya berikut sistem telekomunikasinya. Kajian dilakukan sebagaimana diuraikan pada kajian geologi teknik butir 7.3 diatas. Pemantau Sedimentasi Diperiksa hasil pemantauan berkala terhadap laju atau perkembangan sedimentasi di kolam waduk berikut penumpukan endapan lanau dan lumpur di kolam waduk dekat hulu bendungan. Dibandingkan dengan laju perkiraan dalam desain. Pemantau Kolam Terjunan (Plunge Pool) Diperiksa hasil perantauan berkala mengenai pengikisan dan penggerusan yang tefjadi di kolam terjunan pelimpah berikut kemungkinan pengaruhnya terhadap stabilitas bangunan di sekitarya. 7.6 Pengoperasian Waduk 7.6.4 Debit Banjir dan Operasi Pelimpah Kajian dilakukan terhadap pemeriksaan berkala tentang pengoperasian waduk (terutama tata cara pengendalian banjir dan surut cepat), bagaimana relevansinya dengan perubahan kondisi hidrologi dan pola banjir yang mungkin terjaci. Demikian pula mengenai kelayakan fungsi pelimpah serta bangunan-bangunan pengeluaran 51 7.6.2 7.6.3 7.6.4 lainnya terhadap kondisi yang baru tersebut, berikut sistem penyediaan dan persiapan tenaga listrik serta kondisi peralatan-peralatan penunjang untuk kondisi normal maupun darurat. Stabilitas Lereng Waduk Diperiksa hasil pemantauan berkala terhadap lokasi-lokasi yang diidentifikasikan bisa terganggu stabilitasnya akibat pengoperasian waduk atau proses alami dan/atau aktifitas manusia. Aspek Keamanan Lingkungan Diperiksa hasil pengamatan berkala mengenai kualitas air waduk terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran, berkembang biaknya tumbuh-tumbuhan tertentu atau penyebaran penyakit endemik yang bisa menularkan/membahayakan kesehatan manusia, binatang maupun hewan di daerah hilir bendungan. Peringatan Banjir Diperiksa sistem dan prosedur peringatan banjir termasuk keandalan fungsi peralatan yang digunakan. 7.7 Kajian dan Inspeksi TIA 712 Tim Inspeksi Internal Pemilik/Pengelola Bendungan Dalam menjalankan fungsi pengamanan bendungan, Pemilik/Pengelola Bendungan harus melakukan inspeksi dan memantau perilaku bendungan secara berkala. Untuk itu perlu diperiksa: a. Ada tidaknya Tim Inspeksi dan/atau organisasi pemantauan bendungan yang harus dibentuk oleh Pemilik/Pengelola Bendungan beserta program pelatihan berikut pelaksanaannya dalam rangka meningkatkan kemampuan personil secara professional. b. Apakah personil yang menangani butir a) diatas telah memadai kualitas maupun kuantitasnya sesuai dengan kualfikasi yang dibutuhkan, termasuk petugas yang bertanggung jawab terhadap analisa dan interpretasi data. cc. Dilakukan kajian, sesuai kondisi bendungan yang ditinjau, perlu tidaknya keberadaanh ahli-ahli yang khusus menangani__investigasi terhadap permasalahan yang ada, Jadual Kajian dan Cakupan ‘a. _Dilakukan pemeriksaan terhadap program dan jadual inspeksi internal berikut cakupan rinci perinal yang dipantau dan hasil-hasilnya, termasuk pemeriksaan perilaku dan fungsi peralatan eletrik dan mekanik. Diperiksa dan dipastikan bahwa cakupan pemantauan ini secara berkala telah ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi atau kondisi yang ada, terutama sebagai akibat proses penuaan bendungan. Hal ini bisa diperiksa pada daftar cakupan pemeriksaan rinci yang telah dilaksanakan sebelumnya. 52 173 114 715 7.76 b. _ Diperiksa tersedia tidaknya buku panduan mengenai Operasi dan Pemeliharaan secara lengkap, layak, dan cukup. Metode dan Rutinitas Pemeriksaan Dilakukan pemeriksaan terhadap metode dan rutinitas pemeriksaan yang mungkin perlu ditinjau ulang untjuk disesuaikan dengan perkembangan tatacara dan teknologi mutakhir. Diperiksa dan dipastikian bahwa pemeriksaan bisa dilakukan ke semua bagian bendungan tanpa rintangan, termasuk ke lokasi-lokasi tertutup dan terisolir yang dalam hal ini harus diperiksa mengenei kecukupan lubang-lubang ventilasinya, Proses dan Evaluasi Data Diperiksa dan dipastikan adanya mekanisme yang menjamin, bahwa data hasil pengamatan dan/atau pembacaan segera diproses dan/atau diinterpretasikan tanpa ditunda lagi agar bisa diketahui secara dini segala penyimpangan yang mungkin terjadi. Diperiksa dan/atau dilakukan Kaji ulang terhadap data hasil pengamatan di atas berikut metode evaluasi serta kesimpulannya berdasarkan perkembangan tata cara dan teknologi mutakhir. Arus Data dan Laporan a. Diperiksa dan dipastikan bahwa hasil setiap pemantauan dan pemeriksaan secara teratur telah dituangkan kedalam laporan resmi serta didokumentasikan. b. Perlu dipastikan bahwa laporan-laporan diatas _ sesegera_mungkin didistribusikan kepada fihak-fihak yang bertanggung jawab dan terkait dengan keamanan bendungan untuk tindak lanjut perbaikan dan pengamanannya. Hal ini bisa diperiksa pada mekanisme arus data, laporan dan pelaporan. Proses dan Prosedur Pengambilan Keputusan Dilakukan pemeriksaan mengenai proses dan prosedur pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kemanan bendungan, keabsahannya, serta tindak lanjutnya, terutama mengenai relevansi dan kesesuaiannya dengan situasi dan kondisi yang ada sekarang, misalnya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di bidang kelembagaan, operasional administrative, dan lain sebagainya. 7.8 Dokumentasi dan Arsip 78.1 Catatan dan Pengarsipan Diperiksa dan dipastikan bahwa segala catatan dan dokumen-dokumen yang sah mengenai desain dan data hasil pemeriksaan/pamantauan berkala, termasuk catatan-catatan kejadian yang berkaitan dengan atau berpengaruh terhadap keamanan bendungan, kesemuanya telah didokumentasikan dan diarsipkan secara lengkap dan kronologis, yakni antara lain Pemetaan geologi selama penggalian fondasi Gambar-gambar pelaksanaan (as built drawings) Laporan perbaikan dan pemeriksaan fondasi Informasi mengenai bahan bangunan Metode pelaksanaan konstruksi berikut prosedur dan inspeksi/pemeriksaan paose 53 f. Hasil penyelidikan dan pengujian material, hasil pelaksanaan konstruksi serta hidromekanikal dan elektrikal. g. _Foto-foto pelaksanaan berikut gambar teknis yang sah. h. Temuan dan saran perbaikan yang dijumpai selama pemantauan/kajian, data mengenai uji material dan kendali mutu dan tain-lainnya. 7.8.2 Ketersediaan dan Aksesibilitas Data Diperiksa dan dipastikan bahwa dokumen-dokumen diatas terjamin keberadaannya, lengkap serta mudah mendapatkannya, antara lain untuk keperluan pemeriksaan dan pemantauan dikemudian hari 7.9 Prosedur dan Rencana Tindak Darurat (RTD) 7.9.1 Klasifikasi Kondisi Darurat (KKD) Mengingat resiko dan bencana yang ditimbulkan oleh runtuhnya suatu bendungan semakin tinggi seiring dengan laju perkembangan di daerah hilirnya, maka klasifikasi kondisi darurat harus diperbaharui secara berkala. Oleh karena itu: ‘a. Harus diperiksa bahwa KKD yang ada telah sesuai dengan perubahan dan perkembangan kondisi lingkungan fisik dan sosial yang ada sekarang. b. Diperiksa dan dipastikan bahwa pada daerah yang relatif cepat berkembang, Penyesuaian dan pemutakhiran KKD ini dilakukan secara berkala paling tidak setiap 5 tahun sekali dan paling lama setidaknya setiap 10 tahun sekali 7.9.2. Rencana Tindak Darurat (RTD) a. Diperiksa dan dipastikan bahwa RTD secara rinci telah disiapkan dan ditetapkan oleh Pemilik/Pengelola Bendungan dan dipastikan bahwa RTD telah dibuat berdasarkan analisa, antara lain dari kemungkina terburuk yang bisa terjadi akibat runtuhnya bendungan. Untuk itu, RTD paling tidak telah is/disusun berdasarkan atau mencakup hal-hal sebagai berikut 1) Pengamatan hidrograf dan bagan/skema peringatan darurat. 2) Penurunan air waduk dan operasi pengendalian banjir. 3) _ Pengosongan darurat air waduk. 4) Peta genangan pada kondisi banjir biasa, debit banjir desain sampai dengan kondisi bencana besar akibat runtuhnya bedndungan, termasuk analisis resiko yang ditimbulkannya. 5) _ Evakuasi atau pengungsian penduduk yang daerahnya terancam baniji 6) _ Kerusakan lingkungan seperti tumpahan minyak dan kontaminasi bahan- bahan berbahaya lainnya. 7) Operasi penyelamatan dan tindakan darurat termasuk tanggung jawab pengoperasiannya. 8) Persiapan peralatan berikut katalognya, ketersediaan bahan dan penunjang lainnya untuk penyelamatan darurat. 9) Koordinasi tindakan darurat dengan fihak lain seperti HANSIP, PEMDA, POLISI, RUMAH SAKIT, dll 10) Kelengkapan sarana umum untuk kondisi darurat, seperti jalan, sarana angkutan, komunikasi dan sstem peringatan darurat. 11) Ketersediaan tenaga listrik untuk operasi darurat termasuk bagan/skema penyediaan air atau jaringan irigasi, pintu-pintu air dan lain-lain 54 7.9.3 7.9.4 7.95 7.9.6 740 7.40.1 12) Jalan masuk darurat ke tempat-tempat terpencil. 18) Prosedur dan proses pengambilan keputusan. b. Bila bendungan yang dievaluasi merupakan salah satu dari beberapa bendungan yang berada dalam satu DPS, atau terletak dalam satu sistem operasi (pengelolaan bendungan, system tenaga listrik, dll.), diperiksa bahwa RTD juga berlaku atau ditetapkan untuk keseluruhan sistem. c. Bila terdapat lebih dari satu sistem operasi di dalam satu DPS, diperiksa dan dipastikan bahw sistem RTD telah dikoordinasikan oleh panitia bersama yang beranggotakan wakil-wakil dari semua pengelola bendungan. d. Perlu dipastikan bahwa semua RTD telah disetujui oleh Pemerintah Daerah setempat. Sistem Peringatan Darurat (SPD) a. SPD diperiksa, terutama mengenai fungsi dan kesesuaiannya dengan kondisi sekarang b. Diperiksa bahwasanya SPD telah disosialisasikan dan dimengerti oleh masyarakat hilir dan dikoordinasikan dengan fihak-fihak lain yang terkait seperti PEMDA, HANSIP, POLISI, RUMAH SAKIT, dll. Skema Komunikasi Darurat (SKD) Diperiksa berfungsi tidaknya SKD termasuk kesesuaiannya dengan kondisi sekarang. Prosedur dan Proses Keputusan Darurat (PKD) Diperiksa kelayakan mekanisme PKD, bagaimana kesesuaiannya dengan kondisi sekarang, prosedur dan proses pengambilan keputusan beserta Pedoman Operasi Darurat, termasuk keabsahannya dan distribusinya kepada fihak-fihak yang terkait seperti unit operasi atau satuan kerja serta stasiun-stasiun eksploitasi yang ada. Pelatihan Operasi Darurat (POD) Diperiksa bahwa fihak Pemilik/Pengelola Bendungan telah menyiapkan program POD atau tenaga-tenaga terlatih untuk pelaksanaan operasi darurat. Sebaiknya program ini selalu disesuaikan dengan perkembangan kondisi maupun kemajuan teknologi di bidang keamanan bendungan. Sungai Perbatasan Keamanan Bendungan Diperiksa peraturan dan pengaturan tentang pemeriksaan dan pengawasan mengenai keamanan dan pengamanan tepi waduk di daerah hulu terutama kesesuaiannya dengan patokan-patokan tentang keamanan yang digunakan. 55 7.10.2 Pengendalian Banjir dan Debit Pengeluaran Diperiksa hasil pengamatan berkala terhadap tebing kolam waduk, adakah kaitannya dengan ketidaksesuaiannya antara beberapa hal sebagai berikut : a. Surutnya air waduk dengan operasi waduk maupun pengendalian banjir. b. _Hidrograf pengamatan dengan pola banjir rencana. cc. Pembatasan debit pengeluaran maksimum dengan debit minimum, kebutuhan air danb jenis kegiatan di sepanjang sungai perbatasan. 7.10.3 Pengelolaan DPS Perbatasan dan Kerjasama Operasi a. Bagi sungai perbatasan diperiksa hasil pengamatan berkala yang secara berkala dan bersama-sama antara wakilwakil negara atau provinsi/kabupaten mengenai dampak kerjasama dan pengelolaan waduk. b. Dari butir a) diatas, dilakukan kajian tentang periu tidaknya dilakukan penyesuaiannya atau peningkatan peraturan serta pengamanan di sepanjang tepi kolam waduk, terutama berkenaan dengan terjadinya perubahan kondisi aliran limpasan/permukaan (run off), operasi darurat dan PKD. 7.10.4 Per \gatan Darurat Dilakukan kajian terhadap hasil pemeriksaan berkala bersama terhadap fungsi dan keandalan rencana/pola peringatan darurat di berbagai tempat yang mungkin terkena dampak situasi darurat. 7A1 Kia kasi Tingkat Bahaya Bendungan 7.44.1 Patokan Klasifikasi Diperiksa dan dipastikan bahwa penentuan kelas tingkat bahaya di dalam satu DPS, dibuat berdasarkan pedoman klasifikasi yang sama atau seragam, terutama bila DPS mencakup beberapa wilayah, provinsi atau daerah otonom, atau adanya tambahan bendungan baru dalam suatu DPS, 7.14.2 Fleksibiltas dan Perubahan Mengingat kondisi fisik dan social ekonomi masyarakat di hilir bendungan bisa berubah (berkembang) setiap saat, diperiksa bahwa kelas tingkat bahaya bendungan yang ada bersifat fleksibel, dalam arti bisa diubah secara mudah dalam waktu relatif, cepat. Dilakukan kajian apakah kelas yang digunakan sekarang masih sesuai dengan kondisi sekarang atau perlu diubah. 7.12. Musibah, Peristiwa dan Kejadian Luar Biasa 7.12.4 Investigasi dan Evaluasi a. Bila terjadi musibah, peristiwa dan kejadian luar biasa yang berakibat pada terganggunya keamanan bendungan, diperiksa dan dipastikan bahwa peristiwa tersebut telah diselidiki dan dievaluasi oleh Pemilik/Pengelola Bendungan, 56 termasuk penyebab dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, bila periu dilakukan oleh suatu Panel Bebas. b. Diperiksa dan dipastikan bahwa hasil penyelidikan di atas telah dilaporkan secara resmi kepada semua fihak yang terkait dalam pengawasan keamanan bendungan. 7.12.2 Perbaikan Diperiksa dan dipastikan bahwa segala kerusakan akibat musibah dan peristiwa telah atau segera diperbaiki hingga cepat berfungsi atau beroperasi kembali secara aman. 7.12.3 Pencegahan Kecelakaan Diperiksa dan dipastikan bahwa segala laporan analisis mengenai musibah dan peristiwa mencakup butir-butir di atas, telah didokumentasikan secara baik dan aman, antara lain dalam rangka mencegah terjadinga pengulangan peristiwa yang sama pada bendungan atau pembangunan bendungan lainnya. 7.13 Pembiayaan 7.43.4 Perkiraan ya Diperiksa kelayakan perkiraan biaya yang digunakan untuk pengawasan keamianan bendungan, termasuk usulan program-program yang rasional. 7.43.2 Pendanaan Diperiksa ketersediaan dana termasuk kelayakandari mana sumber dana tersebut diperoleh dalam rangka pelaksanaan program pengawasan keamanan bendungan. 87 84 8.2 BAB Vil LAPORAN INSPEKSI Umum Laporan hasil inspeksi lapangan harus disiapkan segera sesudah setiap inspeksi selesai dilakukan, yang berisikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, temuan-temuan, kesimpulan, dan saran-saran sebagai hasil dari inspeksi bendungan. Laporan tersebut terutama ditekankan pada aspek keamanan berkaitan dengan temuan- temuan inspeksi baik yang ada maupun yang berpotensi akan dapat terjadi Walaupun laporan cukup singkat, namun uraian mengenai temuan-temuan harus mencakup informasi yang cukup mengenai semua aspek keamanan bendungan yang menunjang kesimpulan maupun saran dalam laporan, serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul dari saran-saran tersebut. Laporan Inspeksi harus objeltif, langsung kepada permasalahan dan komprehensif. Kondisi bendungan harus dinyatakan sedemikian hingga memberikan kredibilitas pada inspeksi yang dilakukan. 1si Laporan Laporan ditulis secara singkat menguraikan dua hal pokok yaitu: kaji ulang terhadap data dan laporan yang ada, dan status pengoperasian bendungan pada saat inspeksi dilakukan. Disamping itu, dilengkapi pula dengan tanggal dan elevasi waduk maksimum yang pernah dicapai, dan debit maksimum bangunan pelimpah, serta perbandingannya dengan asumsi dalam desain. Temuan-temuan saat inspeksi harus diuraikan untuk menunjang kesimpulan dan saran yang diajukan untuk dilakukan oleh Pemilik atau Pengelola Bendungan, serta mengenai inspeksi berikutnya yang peru dilakukan. Kondisi bendungan dapat dinyatakan sebagai baik, cukup, kurang, atau buruk, secara umum dipakai dalam laporan inspeksi yang menggambarkan kondisi struktural bendungan dan bangunan pelengkapnya, dan operasional dari peralatan. Foto-foto, terutama yang menunjukkan hal-hal yang tidak biasa, harus diambil pada saat dilakukan inspeksi, diacu dalam uraian, dan dimasukkan sebagai lampiran dalam laporan. Gambar-gambar yang menunjukkan lokasi, situasi dan potongan- potongan bendungan, bangunan pelimpah, dan bangunan outlet harus dimasukkan pula sebagai lampiran. Dalam Lampiran | disajikan materi pokok dalam melakukan evaluasi keamanan bendungan, yang menguraikan tentang tindakan, studi, dan kajian yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan aman tidaknya sebuah bendungan. Lampiran I menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan bangunan, sifat, peristiwa, dan bukti yang harus diperiksa pada saat inspeksi untuk mendeteksi adanya_kelemahan struktural dan hidrolik, yang harus dicari keterkaitannya. Dari hal tersebut dapat dihasilkan status kondisi keamanan bendungan 58 ‘TABEL 4: KLASIFIKAS! KONDISI KEAMANAN BENDUNGAN Kategori Nol geemesst Indikator Keterangan/Tindakan Diperlukan 1 | BAIK = Tidak terdapat kekurangan pada | ~- Dapat beroperasi seperti biasa saat ini maupun yang berpotensi terjadi pada kondisi beban normal maupun kondisiluar biasa 1 2 | cUKUP | - Tidak ada indikasi kurang aman | -Diperlukan analisis teknik untuk pada beban normal, memastikan kondisi keamanan bendungan = Kemungkinan kurang aman pada _|- Dapat beroperasi seperti biasa banjr desain dan gempa desain. 3 | KURANG |- Pada kondisi beban tidak biasa | - _Diperlukan studi dan investigasi | (unusual loading condition) lebih lanjut untuk memastikan keamanan struktural bendungan parameter desain, peralatan, dan disangsikan perilaku bendungan - Nampak terjadi kemerosotan mutu | - Dapat beroperasi, namun bahan kewaspadaan ditingkatkan + Perilaku struktural mengkhawatirken = Adanya hasil pemantauan yang rmelebihi parameter-parameter | dalam desain yang berpotensi gangguan tethadap keamanan bendungan 4 | BURUK | - Bendungan tidak aman pada ~Diperlukan tindakan segera untuk beban normal mengamankan bendungan = Penghentian sementara atau pembatasan operasi waduk + Tindakan perbaikan segera Catatan Aman: Dari kegagaian hidrolik Dari kegagalan rembesan Dari kegagalan struktur Beban — :_ Gempa Maksimum Dapat Terjadi Luar (MCE) Banjir Maksimum Boleh Biasa Jadi (PMF) 59 8.3 a4 Kesimpulan dan Saran ‘Yang terpenting dalam laporan inspeksi bendungan adalah kesimpulan dan saran, yang harus ditunjang oleh temuan-temuan dan evaluasi dalam laporan tersebut Setiap kesimpulan harus diidentifikasikan secara terpisah dan berurutan. Setiap saran harus merupakan hasil dari kesimpulan. Saran harus ditulis secara ringkas dan menunjukkan, sebatas pengetahuan yang ada pada Tim Inspeksi, tindakan- tindakan spesifik yang harus dilakukan. Awal kata dalam setiap saran harus berupa kata tindakan, misalnya "Lakukan’, atau “Siapkan’. Saran-saran harus tertuju kepada hal-hal mengenai keamanan bendungan yang menjadi perhatian dari Tim Inspeks| Datam laporan inspeksi yang dibuat disimpulkan sebagai berikut: * Tidak diperlukan tindak lanjut karena tidak terdapat indikasi tidak normal dan bahaya terhadap keamanan bendungan rendah atau dapat diabaikan. = Terdapat indikesi tidak normal dan diperlukan tindakan segera untuk menghindarkan bahaya karena terdapat ancaman bahaya yang nyata atas keamanan bendungan. + Diperlukan evaluasi lanjut atau studi tambahan untuk menilai permasalahan yang ada, StudV/evaluasi tersebut dapat melibatkan pekerjaan eksplorasi permukaan dan bawah tanah yang memerlukan pengeboran, pengambilan sampel, tes laboratorium, pemasangan instrumentasi, atau penyelidikan lapangan lainnya untuk mendapatkan data baru. Pada pekerjaan pengeboran di tubuh bendungan tidak diperbolehkan menggunaken tekanan air berlebihan yang dapat memicu terjadinya rekah hidrolik. Hal-hal Yang Dipertimbangkan Masuk Laporan Bila Tim Inspeksi menetapkan bahwa data yang diperlukan untuk menyelesaikan evaluasi mereka tidak tersedia, tidak memadai atau tidak lengkap, maka perlu diusahakan benar-benar untuk mendapatkannya sebelum membuat evaluasi akhir. Apabila memang tidak terdapat dalam catatan data yang ada, maka hal ini dimasukkan dalam laporan dan disarankan untuk mendapatkannya melalui penyelidikan tambahan dan/atau pengujian. Penilaian tentang banjir rencana biasanya sudah dilakukan sebelumnya. Dalam memeriksa penelusuran banjir perlu dicek apakah banjir rencana adalah yang paling mutakhir. Jika tidak, harus disarankan agar data hidrologi dimutakhirkan dan dilakukan studi penelusuran banjir Kajian geologi sangat unik karena kondisi, kekurangan/cacat, dan sifat karakteristik bendungan berbeda dari lokasi ke lokasi. Pertanyaan yang harus dijawab adalah: apakah kondisi geologi yang ada berbeda dengan kondisi yang diantisipasi? Bila ya, mengapa? Biasanya menyangkut hal-hal berikut: persiapan pondasi tidak memadai, penyelidikan yang tidak memadai, dan/atau kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kebutuhan akan data geologi terbaru biasanya tergantung pada pertimbangan tertentu. Saran untuk mendapatkan data tersebut harus mengacu pada persoalan geologi yang spesifik yang harus dijawab. Beberapa bendungan kemungkinan sudah dilakukan evaluasi kegempaan lokasi khususnya pada daerah gempa. Bendungan-bendungan yang belum pernah dievaluasi dengan mengunakan desain gempa modern perlu distudi. Perlu diketahui 60 8.5 sumber data untuk keperiuan studi kegempaan suatu lokasi bendungan. Peta geologi detail, catatan kejadian gempa merupakan tambahan sumber informasi yang lebin akurat untuk wilayah tertentu. Berdasar data yang ada, perlu dikaji resiko gempa yang mungkin terjadi dan menyarankan apakah periu dilakukan kajian awal kegempaan lokasi, atau secara lebih telit Kajian atas analisis desain dan prosedur yang lama harus termasuk membandingkannya dengan metode-metode mutakhir dan canggih yang harus mengacu pada SNI atau standar yang telah disetujui, dengan mengevaluasi kelayakan desain dan pelaksanaan konstruksi bendungan dan bangunan pelengkapnya untuk berperilaku dengan aman. Analisis yang dievaluasi termasuk stabilitas struktur (statik dan dinamik, internal dan external), pengendalian rembesan dan bocoran, tinggi jagaan, perilaku hidrolik, operasi peralatan dalam keadaan normal maupun darurat. Bila analisis dianggap sudah kuno dan kurang telit, disarankan untuk distudi dengan metode-metode analisis yang mutakhir. Misal: analisis tegangan dinamik (dynamic stress analysis) untuk bendungan beton dan bendungan urugan; analisis sebelumnya umumnya belum berpedoman pada pedoman gempa terbaru, biasanya termasuk beban gempa dengan menerapkan akselerasi dasar perkiraan, Analisis. mutakhir_ menggunakan Gempa_Desain Maksimal (Maximum Design Earthquake/MDE), dan Gempa Daser Operasi (Operating Basis Earthquake), Perlu dibuat kesimpulan (1) Perbandingan desain bendungan asli dengan metode desain yang mutakhir. (2) Hal-hal yang tidak beraturan, struktur yang tidak memadai atau praktek-praktek yang usang yang ditemukan saat kajian pelaksanaan konstruksi dan dari riwayat operasi bendungan. (8) Observasi adanya tanda kerusakan yang mungkin terjadi selama inspeksi lapangan. Instrumentasi digunakan untuk memantau perilaku bendungan dan pondasi. Bila data instrumentasi tersedia, harus dievaluasi hasil-hasil perilaku yang lalu. Bila tidak ada instrumentasi, perlu disarankan pemasangan instrumen baru. Bila tidak ada data instrumentasi ataupun ploting datanya, perilaku bendungan hanya dapat diketahui dari hasil inspeksi lapangan yang merupakan observasi permukaan saja. Bilamana diperlukan disarankan untuk membuat analisis permodelan dengan data parameter dari hasil pelaksanaan bendungan saat pelaksanaan, atau hasil investigasi baru. Dalam kesimpulan harus dimasukkan hal-hal tentang instrumentasi, dan diberikan saran atas hal khusus tentang perilaku struktur yang harus dipantau dengan instrumentasi Hal-hal Yang Tidak Masuk Laporan Laporan Inspeksi tidak dimaksudkan untuk menjadi suatu dokumen lengkap tentang bendungan yang dievaluasi. Informasi tentang latar belakang bendungan kecuali yang memang menunjang dan berkaitan dengan permasalahan keamanan bendungan, tidak perlu dimasukkan dalam laporan. Kajian data catatan oleh Tim Inspeksi termasuk hal-hal yang ada pada kajian Operasi dan Pemeliharaan yang terkini, Hal-hal yang termasuk dalam pemeliharaan yang sifatnya mencegah kerusakan namun ternyata diabaikan yang apabila dibiarkan akan berkembang menjadi ancaman yang cukup besar pada keamanan bendungan, periu dimasukkan dalam kesimpulan untuk menekankan pentingnya hal 61 86 a7 tersebut dilakukan. Apabila hal tersebut belurn masuk dalam kesimpulan maupun saran dari hasil kajian O&P sebelumnya, harus dimasukkan dalam laporan Tim inspeksi Komisi, namun yang sudah ada dalam laporan kajian sebelumnya tidak usah lagi dimasukkan dalam laporan inspeksi Tanda Tangan ‘Semua anggota Tim harus membubuhkan tanda tangan pada laporan hasil inspeksi. Distribusi Laporan Laporan yang dibuat oleh Tim Inspeksi disampaikan kepada Komisi, Pemilik/ Pengelola Bendungan, dan pihak-phak terkait. 62 of 9.2 9.2.4 9.2.2 BAB IX EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN LANJUTAN Umum Bila dari hasil inspeksi yang dilakukan balk oleh Tim Inspeksi Komisi maupun Pemilik/Pengelola disimpulkan adanya hal-hal yang tidak normal yang menyangkut keamanan bendungan, maka Pemili/Pengelola Bendungan segera mengambil tindakan pengamanan sesuai dengan kesimpulan dan saran dalam laporan inspeksi. Tindakan pengamanan dimaksud dapat berupa tindakan untuk melakukan evaluasi rinci tentang hal-hal yang tidak normal atau meragukan, dengan melakukan kajian kajian mendalam terhadap data yang ada termasuk laporan inspeksi, data teknis desain dan pelaksanaan konstruksi, serta perilaku bendungan selama pengoperasian, dan melakukan analisis yang diperlukan. Evaluasi Desain, Pelaksanaan Konstruksi, dan Operasi & Pemeliharaan Lingkup Evaluasi Data Lingkup evaluasi ini yang merupakan evaluasi lanjut mencakup kaji ulang, analisis dan evaluasi terhadap semua data yang ada yang berkaitan dengan desain, pelaksanaan konstruksi, dan operasi & pemeliharaan bendungan beserta bangunan pelengkapnya. Dengan latar belakang ini, maka Tim yang bertugas melakukan inspeksi dan evaluasi keamanan suatu bendungan akan mengenal betul bendungan tersebut dengan baik, mengetahui riwayat operasi dan pemeliharaannya, sehingga dapat melakukan inspeksi secara efektif dan melakukan evaluasi keamanan secara akurat. Laporan inspeksi dan evaluasi sebelumnya, merupakan sumber informasi yang sangat berharga, balk yang berkaitan dengan kajian terhadap desain, riwayat pelaksanaan maupun pengoperasian serta pemeliharaannya. Saran-saran yang ada ‘akan mengungkapkan riwayat, kemajuan, dan status perbaikan ataupun modifikasi bendungan tersebut. Setiap potensi terjadinya dampak merugikan dari adanya bendungan lain di hulu maupun hil terhadap bendungan yang dievaluasi harus dikalj. Dalam proses evaluasi, harus dikaji pula kemampuan bendungan dan bangunan pelengkapnya dalam menjalankan fungsinya. Bila terdapat ha-hal yang tidak memadai, harus diuraikan secara jelas dengan ditunjang data yang relevan, alasan- alasan teknis, dan analisis. Bila perlu dilakukan konsultasi dengan para ahii dalam bidangnya Materi pokok dalam melakukan evaluasi keamanan sebuah bendungan disajikan pada Lampiran 1 Ketersediaan Data dan Sumber Data Sebelum evaluasi dimulai, semua data survai, investigasi, dan desain serta catatan pelaksanaan konstruksi harus dikumpulkan untuk dapat digunakan oleh tim evaluasi Data tersebut mungkin tidak lengkap, terutama untuk bendungan-bendungan yang dibangun di masa lau 63 9.23 9.2.4 Catatan desain dan pelaksanaan konstruksi untuk bendungan-bendungan lama mungkin akan sukar didapat, atau mungkin sudah tidak ada lagi. Dalam hal seperti ini, perlu dicari publikasi teknik untuk mendapatkan informasi, ataupun dengan mengumpulkan data dari lapangan. Tipe, format, dan maksud dari laporan, catatan, dan data yang dimiliki Pemilik Bendungan bisa berbeda satu dengan yang lain tergantung yang menyiapkan, namun secara umum polanya akan serupa untuk pembangunan bendungan dari mulai rencana sampai ke pengoperasian Data Yang Diperlukan Data yang diperlukan mencakup dokumen antara lain © Dokumen desain, meliputi patokan desain, data masukan, laporan penyelidikan lapangan dan pengujian model, perhitungan, gambar, spesifikasi; © Catatan pelaksanaan konstruksi, seperti metode pelaksanaan_ konstruksi, material konstruksi, pengendalian mutu, pengujian material maupun produk di laboratorium, inspeksi selama pelaksanaan Konstruksi, observasi dan perilaku struktur bangunan, gambar-gambar pelaksanaan konstruksi dan gambar purna bangun (as built drawings), laporan selesai proyek (project completion report) © Petunjuk untuk operasi dan pemeliharaan, termasuk instruksi tatacara untuk pengoperasian; © Catatan perilaku struktural dan operasional seperti pembacaan instrumentasi dan interpretasinya, catatan inspeksi, evaluasi keamanan; * Catatan mengenai perubahan, pekerjaan perluasan atau rehabilitasi, dan pemeliharaan; © Catatan mengenai kejadian luar biasa atau yang berhubungan dengan keamanan bendungan. Kajian Data (a) Tahap Pradesain Data pada tahap ini adalah informasi tentang penyelidikan material, geologi rakonstruksi, foto-foto, dan lain-lain. Dengan data ini dapat dievaluasi kualitas data yang didapat, keabsahan interpretasi dan penggunaanya oleh pendesain dan ahii geologi saat dibuat studi kelayakan, dan desain awal. (b) Tahap Desain Dokumen berkaitan dengan desain, dikaji ulang untuk mendapatkan informasi tentang: tipe dan kualitas data yang ada pada saat dilakukan desain, kriteria yang berlaku pada saat itu, keputusan yang dibuat yang mungkin mempengaruhi desain, dan rencana akhir pelaksanaan konstruksi dan spesifikasi yang diterapkan saat pelaksanaan. Kemungkinan adanya alternatif desain lain dan spesifikasinya juga harus dikaji. Dengan data ini, dapat dievaluasi tepat tidaknya desain dan spesifikasi pelaksanaan konstruksi dengan karakteristik dari lokasi Laporan desain yang harus dikaji antara lain: latar belakang kriteria desain, asumsi-asumsi, kondisi pembebanan, dan hasil analisis bendungan dan bangunan pelengkapnya Juga laporan akhir desain, pertimbangan untuk pelaksanaan, dokumentasi penetapan desain, perhitungan desain, laporan 64 (ce) tentang tegangan dan analisa stabilitas, studi banjir rencana dan penelusuran banjir, studi model hidrolk, penguiian laboratorium, laporan kegempaan lokasi, dan kriteria operasi dari pendesain. Saat mengkaji data geologi, pertimbangan khusus perlu diberikan pada zona geser, sesar, remukan terbuka (open fractures), kekar, retak memanjang (fissures), gua bawah tanah (caverns), tanah longsor, keanekaragaman batuan, material yang mudah mampat (compressible) atau yang mudah mencair, dan bidang pertemuan yang lemah. Dengan data ini dapat ditetapkan selanjutnya tentang ketepatan lokasi bendungan. Catatan tentang mineral, hidrokarbon, pengambilan air tanah termasuk lokasinya, produksinya dan produksi saat ini harus diperiksa. Survai penurunan bendungan, bila ada, harus dikaji Dengan latar belakang data ini, agar dibuat penilaian atas layak teknis pondasi dan perbaikannya. Laporan penyelidikan material harus dikaji untuk menentukan asal dan sifat-sifat agregat beton, material timbunan, dan material konstruksi lainnya. Dengan informasi ini dapat dievaluasi ketahanan dan karakteristik kekuatan material terkait dengan fungsi mereka didalam bangunan. Perlu diberikan perhatian khusus pada sifat-sifat ketahanan mereka terhadap pecah, reaksi kimia, reaksi agregat terhadap basa, terhadap bahan sulfat, dan faktor lain. Banjir desain perlu dikaji ulang berdasarkan kondisi terbaru dari DPS, dan hujan dan teknik perhitungan yang lebih handal. Kapasitas bangunan pelimpah perlu dicek ulang dengan penelusuran banjir di waduk yang baru Periu dikaji kemampuan fasilitas bangunan pengeluaran dasar (bottom outlet) untuk mengosongkan waduk pada kondisi darurat. Bila tidak ada fasilitas ini, harus ditentukan cara-cara penanganan pada kondisi darurat dengan pihak terkait. Keruntuhan bendungan dapat terjadi karena pergerakan tanah sewaktu terjadi gempa. Metode untuk menentukan respon bangunan terhadap gempa desain makin realistis dan dapat diandalkan. Untuk itu, data gempa harus dikaji, dan bila ternyata yang digunakan sudah ketinggalan, perlu dilakukan analisis ulang dengan menggunakan teknologi yang berlaku saat ini Tahap Pelaksanaan Konstruksi Cacat laten sebagai hasil pelaksanaan Konstruksi yang buruk mungkin baru akan nampak kemudian, yang akan membahayakan keamanan bendungan Dengan menganalisa laporan yang ada, terkadang dapat diketahui teknik pelaksanaan konstruksi mana yang menyebabkan terjadinya kondisi seperti dialami saat ini Catatan pelaksanaan konstruksi biasanya cukup lengkap untuk bendungan yang baru dibangun, seperti: laporan kegiatan bulanan, mingguan, harian, pemasangan instalasi teknik, laporan grouting dan lain-lain. Disamping laporan- laporan tersebut, korespondensi sewaktu pelaksanaan pekerjaan dapat memberikan informasi lebih rinci dalam semua kegiatan pelaksanaan, termasuk kondisi-kondisi yang tidak diharapkan ada, dan cara mengatasinya Penyiapan pondasi yang baik dan perbaikan yang dilakukan, merupakan hal yang sangat penting yang menentukan integritas struktur bendungan. Catatan 65 pelaksanaan Konstruksi dan laporan geologi pelaksanaan sangat berguna untuk mengevaluasi apakah pondasi sudah memadai. Penerimaan pekerjaan pondasi biasanya didukung dengan pernyataan dari pengawas teknik yang berpengalaman. Catatan grouting pondasi menyediakan data tentang lokasi, orientasi, kedalaman, volume penyerapan bahan grout (grout take) tiap lubang, Foto yang diambil sebelum dan saat pelaksanaan kontruksi_ memberikan interpretasi visual yang baik sekali atas proyek dari permulaan sampai selesainya pekerjaan. Persoalan-persoalan yang diuraikan dalam catatan laporan sering didokumentasikan dengan foto, dan hubungan serta interaksinya dengan bangunan didekatnya dapat dievaluasi secara visual. Fitur geologi yang berpengaruh pada desain juga dapat terlihat. Analisis yang komprehensif harus dilakukan untuk menemukan hal-hal tidak normal atau perbedaan yang mungkin terlewatkan dalam tahap desain dan pelaksanaan konstruksi, namun dapat berakibat pada keamanan operasional jangka panjang dari bangunan tertentu. (d) Tahap Pasca Konstruksi Sejak pengisian awal waduk, catatan operasi dijaga untuk dapat memberikan riwayat pengoperasian yang lengkap dari waduk, bangunan pelimpah, dan bangunan pengeluaran. Catatan ini meliputi elevasi air waduk, debit masuk, dan pengeluaran air setiap hari. Dengan memindai data ini, tahap-tahap pengoperasian maksimum dan yang biasa dapat diidentifikasi. Pengoperasian bangunan pelengkap harus dibandingkan dengan Panduan Operasi yang disiapkan oleh Pendesain (Designer Operating Criteria) dan prosedur operasi setempat (Standing Operation Procedure). Setelah waduk diisi, kemungkinan terjadinya tanah longsor akan bertambah besar dan selalu ada, terutama karena fluktuasi muka air. Potensi terjadinya longsoran dan akibatnya sampai kemungkinan yang paling buruk berupa keruntuhan bendungan harus dikaji. Perilaku bendungan dan bangunan pelengkapnya dapat dipelajari dari arsip korespondensi, laporan-laporan khusus, dan catatan instrumentasi. Adanya hal- hal yang berbeda dalam pengoperasian komponen bangunan harus diidentifikasi dan dipelajari untuk memastikan efeknya terhadap keamanan bendungan secara keseluruhan . Dengan memeriksa arsip korespondensi, akan dapat lebih mengenal: kegiatan- kegiatan sebelum pelaksanaan konstruksi, data desain, persoalan-persoalan selama pelaksanaan konstruksi, modifikasi dari desain aslinya, modifikasi yang dibuat semasa pembuatan di pabrik, pemasangan dan pengoperasian alat-alat mekanik, serta persoalan-persoalan pasca konstruksi dan pemelinaraan. Korespondensi yang dipakai sebagai bahan/latar belakang pada buku catatan bendungan, laporan pemeriksaan lapangan, harus didaftar sebagai acuan, bila dianggap penting. Dalam pemeriksaan atas catatan ini harus pula dikaji catatan instrumentasi termasuk gambar denah dan lokasi instrumen, program observasi/pengamatan, jadual, dan penggambaran hasil bacaan. Perilaku semua struktur harus dibandingkan dengan kriteria desain dan asumsi-asumsi untuk membuktikan bahwa struktur bangunan berperilaku atau berperilaku sebagaimana telah diantisipasi 66 9.3 934 9.3.2 Perbaikan dan modifikasi yang signifikan harus dicatat, bila mungkin berikut informasi latar belakang dan alasan kenapa dilakukan. Modifikasi yang diperlukan selama pelaksanaan konstruksi dapat ditemukan pada catatan pelaksanaan, laporan akhir pekerjaan, gambar pura bangun, dan korespondensi. Dalam tahap operasi, perbaikan dan modifikasi baik yang sudah selesai maupun yang diantisipasi, diuraikan dalam arsip korespondensi atau laporan inspeksi/pemeriksaan sebelumnya. Pengamanan lokasi sering diperlukan untuk mencegah sabotase, vandalisme, dan perusakan oleh pengunjung, dan mencegah masuknya orang-orang pada tempat-tempat penting dan kritis. Termasuk disini adalah dengan cara pemagaran, alat pemberi peringatan, dan lain-lain. Peralatan kontrol harus diletakkan dalam almari yang berkunci, dalam ruangan atau bangunan. Dalam pemeriksaan harus dilakukan kontak dengan kantor pengelola di lokasi, untuk mendapatkan informasi tentang sistem komunikasi, sistem gawar banjit daerah dihilir bendungan, sumber daya listrik cadangan, sitem operasi jarak jauh, jalan masuk dalam keadaan darurat, dan petugas yang bisa dihubungi. Analisis Teknik Analisis Teknik Detail Analisis atas saran-saran dalam laporan inspeksi dapat meliputi masalah yang luas, antara lain termasuk konsekuensi keruntuhan bendungan, hidrologi/hidrolik, geologi, tehnik gempa, masalah geoteknik, dan masalah struktur bangunan. Bila perlu, untuk memastikan perkiraan-perkiraan dapat dilakukan kunjungan lapangan, demikian pula penyelidikan lapangan dan uji laboratorium untuk menetapkan parameter desain. Pekerjaan analisis ini meliputi studi dan biasanya mencakup: kajian mendalam atas buku data bendungan yang ada, laporan pemeriksaan lapangan, catatan operasi dan pemeliharaan, catatan desain dan pelaksanaan konstruksi, dan data baru yang tersedia, dilakukan oleh ahli dalam bidang masing-masing, Konsekuensi Keruntuhan Bila hasil dari analisis teknik dan geologi menunjukkan adanya indikasi yang membahayakan keamanan bendungan, perlu diperiksa teliti peta banjir yang dibuat oleh Pemerintah Daerah atau lainnya untuk menentukan konsekuensi dari keruntuhan tersebut. Bila peta tersebut tidak tersedia, maka perlu dilakukan studi tambahan untuk menentukan konsekuensi tersebut, untuk menentukan urgensi studi- studi yang akan datang termasuk —penyiapan/revisi_ rencana _tindak daruratberdasarkan penelusuran banjir di daerah hilir bendungan dengan kriteria tertentu yang disepakati. Berdasarkan peta banjir dan kriteria tersebut, bahaya berkaitan dengan tingkat- tingkat genangan tersebut dapat diantisipasi : * Apabila kota, desa, atau pusat penduduk terkena dampak genangan, harus disebutkan dan diberikan saran bahwa bendungan harus dievaluasi dan untuk dimodifikasi. Dalam kajian juga harus ditentukan dan dievaluasi alternatif- alternatif yang mungkin ada untuk menampung tingkat banjir tersebut. 67 9.3.3 9.3.4 + Apabila peta lembah menunjukkan bawa daerah genangan tidak banyak penduduknya, perlu diadakan kunjungan lapangan untuk melihat sejauh mana efek banjir akan terasa. Evaluasi rologi/Hidrolik Maksud evaluasi ini adalah untuk memberikan : * Gambaran mengenai penelusuran banjir guna menentukan kemungkinan teriadinya luapan pada bangunan yang ada berdasarkan banjir desain aliran masuk (inflow design flood) yang disetujui, atau hidrograf aliran masuk banjir maksimum boleh jadi (BMB). * Penilaian bencana tingkat awal atas daerah hilir apabila terjadi genangan akibat keruntuhan bendungan. * Kajian atas kondisi didaerah hulu, khususnya untuk perkembangan pemukiman. * Penentuan analisis lebih lanjut seperti analisis keruntuhan bendungan jika diperlukan. Termasuk evaluasi hidrologi/hidrolik = © Penelusuran banjir waduk dengan hidrogaf aliran masuk BMB menggunakan asumsi-asumsi yang konservatif. * Bila hidrograf BMB mengancam keselamatan bendungan, dilakukan penelusuran banjir dengan kala ulang (1000 tahun, 500 tahun, dan 100 tahun). Bila banjir desain dengan berbagi kala ulang tidak tersedia, digunakan hidrograf banjir sesuai dengan standar yang beriaku. Hal-hal yang akan didapat melalui analisis lebih tanjut (a) Profil banjir di daerah genangn untuk setiap kondisi (b) Dampak pola tata guna tanah yang ada maupun yang diusulkan secara detail pada peta genangan (©) Perkiraan biaya untuk setiap tingkat banjir genangan. (@) Peta genangan untuk beberapa kala ulang banjir (©) Penyiapan altematif desain atau modifikasi struktur bangunan Evaluasi Geologi Perhatian utama dalam geologi adalah pada tepian waduk, stabilitas bukit tumpuan, rembesan, dan bahaya tanah longsor. Analisis ini sering harus dengan memahami struktur rinci dari batuan, efek kegempaan dan yang berhubungan dengan gempa, dan sifat-sifat fisik timbunan dan pondasi. Termasuk dalam analisis ini: kajian data geofisik, instrumentasi, catatan-catatan, dan laporan rembesan sebelumnya, pergerakan air tanah, studi tentang kandungan material dan struktur, dan interpretasi penginderaan jauh dari foto udara. Material pondasi yang mudah meneair (liquefaction), adanya potensi lubang (offset) pada sesar di pondasi dan di bukit tumpuan, dan pergerakan massa pondasi adalah pertimbangan-pertimbangan dalam mengevaluasi perilaku lokasi bendungan saat terjadi gempa. ‘Analisis geologi ini akan memberikan pengertian lebih baik dalam mengkaji catatan geologi, laporan-laporan, dan pemetaan geologi untuk mendapatkan informasi 68 9.3.5 9.3.6 tentang struktur batuan, misalnya hubungan antara lapis batuan, kekar, sesar, atau lapisan-lapisan tipis. Stabilitas Terhadap Gempa Pada daerah dengan beban gempa rendah dan jarang, analisis awal dilakukan dengan penyederhanaan dan secara konservatif dengan sifat-sifat yang diasumsikan. Bila hasilnya cukup aman, tidak perlu dilanjutkan. Namun pada daerah dimana beban gempa lebih besar dan lebih sering terjadi, serta analisis awal tidak menunjukkan bendungan cukup aman, perlu dilakukan analisis lebih canggih, dengan menggunakan antara lain: (a) Analisa Stabilitas Dinamis (Dynamic Stability Analysis) (b) Analisa Likuifaksi (Liquefaction Analysis) (©) Lubang Sesar pada Bendungan dan Bukit Tumpuan (Fault Offsets) (a) Efek Osilasi Gelombang di Waduk (Seiche) () Gelombang Akibat Tanah Longsor dan Pergerakan Sesar (f) Geofisika Evaluasi Geoteknik Perilaku bangunan sesudah mengalami kondisi beban maksimum sering menunjukkan sebagian dari dasar penilaian. Kualitas perilakunya dinilai dari koncisi bangunan yang teriihat sebagaimana digambarkan oleh ahli yang memeriksa dan bila ada, dari catatan instrumentasi Dalam evaluasi, semua data instrumen harus dikaji. Bila datanya tidak ada atau sangat sedikit, harus ditentukan apakah diperlukan pemasangan instrumen baru untuk menilai_persoalan keamanan bendungan yang potensial. Harus dilakukan penilaian atas stabilitas struktur dan integritas pengendalian rembesan dalam timbunan maupun pondasi pada kondisi dibawah beban statis. Sejauh mana penilaian dilakukan akan berbeda untuk satu bendungan dengan yang lain dan tergantung pada beberapa faktor seperti berikut: Kondisi timbunan dan pondasi yang terlihat Catatan operasi dan perilaku bendungan Tinggi struktur dan tinggi hidrolik bendungan Kemiringan zona-zona timbunan Kapasitas waduk, tata cara operasi, dan kemampuan mengosongkan Konsekuensi dari runtuhnya bendungan Kiasifikasi bahaya Informasi teknis dan geologi berkaitan yang ada Stabilitas statis tubuh bendungan urugan dan pondasinya dianalisis dalam hal penurunan, pergerakan, dan pengelupasan, Data seperti peta geologi, data engeboran (dri logs), uji laboratorium, garis freatik, dan metode pelaksanaan akan digunakan bila ada. Perlu ditinjau apakah fungsi sub-drainase didalam galeri bendungan gravitasi untuk mengurangi gaya angkat cukup efektif. Bilamana ada tanda-tanda naiknya penunjuk pada pisometer, maka harus diambil tindakan pengamanan. Asumsi kekuatan geser untuk analisis didasarkan pada tipe material, gradasi, cara pemadatan, dan biasanya diasumsikan bahwa dalam jangka panjang air pori sudah terdrainase dan konsolidasi sudah selesai. Muka freatik diper kan 69 dari data hasil pembacaan pisometer, atau asumsi berdasarkan konfigurasi zona timbunan dan kemiringan lereng, Analisis stabilitas biasanya dilakukan pada kondisi rembesan dalam keadaan tetap. ‘Analisis untuk kondisi penurunan air mendadak (sudden drawdown) dilakukan secara kasus per kasus yang ditentukan dari beberapa faktor, misalnya apakah bendungan pada aliran sungai atau diluar aliran sungai (onstream, offstream), kemampuan bangunan pengeluaran untuk menurunkan air waduk, kemampuan drainase dari zona-zona timbunan, dan apakah waduk berpotensi untuk dapat terisi kembali oleh air banjir sebelum longsoran yang terjadi akibat penurunan mendadak muka air waduk dapat diperbaiki, Stabilitas rembesan dari timbunan dan pondasi juga dinilai. Analisis akan terfokus pada hal-hal seperti: perkembangan rembesan dari waktu kewaktu, adanya lubang benam, lubang-lubang atau gua, sembulan pasir, dengan memanfeatkan catatan- catatan informasi dalam evaluasi ini. Analisis rembesan seperti gradien kritis, pembuatan jaring aliran (flownet), dan “finite elements” juga ditakukan bila datanya memungkinkan. Kemampuan pengendalian rembesan dari filter/saringan, drainase, lapisan selimut (blanket zone) dan zona transisi juga dianalisis, 70 air buri amblesan analisis tegangan dinamis anyaman kawat arus pusar balok sekat balok penyokong bangunan akhir bangunan keluaran bangunan pemasukan batu serpih baut batuan beda permukaan bendungan busur mul bendungan busur tunggal bendungan gaya berat bendungan pelat dan perkuatan blok bantalan tekan butiran pasir mengapung data pengeboran engsel erosi buluh erosi permukaan lereng gempa maksimal yang dapat terjadi gempa desain maksmimal jaring aliran kekar kendall jarak jauh kolam olak kredibilitas kriteria operasi pendesain lapis pelindung lapisan selimut likuifaksi log pemboran lubang benam material mudah larut material yang dapat menyusut osilasi air waduk papan penghalang air pelepas tekanan penahan air penurunan air mendadak penurunan tidak merata penurunan penyaring sampah dinding penopang dalam peletakan pintu paling atas/luar pompa penampungan rembesan prosedur operasi DAFTAR ISTILAH tail water subsidence dynamic stress analysis, wire mesh eddy currents skot balk counterfort terminal structure outlet intake shales rockbolt offset multiple arch dam single arch dam gravity dam slab and buttress dam thrust block sandboils drill logs trunnion piping slope erosion maximum credible earthquake/mee maximum design earthquake/mde flow net joint remote control stilling basin credibility designer's operating criteria protective coating blanket zone liquefaction drill log sinkhole soluble material compressible material seiches flashboard pressure relief water stop suddeni/rapid drawdown differential settlement settlement trash racks counterfort setting bulkhead gate sump pump standard operating procedure 1 rejim rekah hidrolik retak kerutan retak memanjang retak penurunan sambungan, hubungan, pertemuan sekat sembulan air sembulan pasir sesar stabil prosedur operasi standar susuran tangan tanah liat mudah terurai tegangan geser sisa tembok penahan torak angkat Uji air Uji penetrasi standar zona remasan regime hydraulic fracture shrinkage crack fissure settlement crack seams seal water boils sand boils, fault mantap standard operating procedure handrail dispersive clay residual shear strength retaining wall lifting shaft water test standard penetration test shear zone 72 DAFTAR ACUAN Dam Safety Guidelines, Bulletin 59, ICOLD, Paris, 1987 Federal Guidelines for Dam Safety, Federal Coordinating Council for Science Engineering and Technologies, June, 1979 Pedoman Keamanan Bendungan. SNI No. 1731 - 1989 F, Departemen Pekerjaan Umum, 1987 Safety Evaluation of Existing Dams, U.S Department of the Interior, Bureau of Reclamation, 1992 Dam Safety Guidelines, Canadian Dam Association, January, 1995. Safety Inspe Consultants n and Rehabilitation of Dams, D. Gallacher, Colenco Power Inspection of Small Dams, Alberta Environmental Protection, Publication No. 7/434 Revised October 1998. Peraturan Menteri PU No. 72/PRT/1997, Tentang Keamanan Bendungan, jo. SK Menteri Kimpraswil No.296/KPTS/M/2001 73 Lampiran 1 MATERI POKOK DALAM EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN *) 4, Umum Berikut ini adalah daftar lengkap tentang tindakan, studi, dan kajian yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan aman tidaknya sebuah bendungan. Beberapa hal mungkin tidak dapat diterapkan pada semua bendungan, ataupun tidak semua merupakan hal yang sama pentingnya. 2. Geologi (a) Lakukan kajian atas pemetaan geologi, geomorfologi, situasi, dan tampang melintang yang menunjukkan Kondisi geologi dan menyimpulkan log pemboran serta interpretasi geologi, termasuk paling tidak bendungan, bangunan- bangunan pelengkap, sumber-sumber material, dan bila ada, geologi waduk. Perlu diperhatikan secara khusus kondisi geologi yang mempengaruhi pertimbangan desain, seperti: zona remasan (shear zone), sesar-sesar, retak terbuka, pelarutan (seams), kekar, celah (fissures), atau gua-gua (caverns), tana longsor, formasi yang bervariasi, material-material yang dapat ampatkan atau menjadi cair, bidang pelapisan yang lemah, dll (b) Lakukan kajian atas log eksplorasi rinci, termasuk litologi dan kondisi fisik material yang diketemukan, data uji air (water fest), uji penetrasi_standar (standard penetration test) atau lainnya, frekuensi dan tipe material yang didapat untuk uji laboratorium. Diperiksa apakeh jumlah/macam pekerjaan investigasi geologi insitu/laboratorium cukup memadai (©) Lakukan kajian atas data geofsika. (d)Lakukan kajian atas catatan muka air tanah disekitar waduk sebelum dan ‘sesudah dilisi air. (©) Lakukan kajian atas studi petrografi atau kimiawi dari material-material pondasi dan konstruksi. () Lakukan kajian atas laporan geologi yang relevan dengan lokasi, mulai dari awal (reconnaissance) sampai terakhir (final). (g)_ Lakukan kajian atas foto-foto udara lokasi bendungan dan waduk. (h) Lakukan kajian atas studi geologi regional yang relevan dengan perietakan (setting) bendungan dan waduk, baik yang diterbitkan maupun yang tidak (i) Periksa kondisi yang berkaitan dengan geologi wilayah dari lokasi bendungan dan bangunan pelengkap, daerah pengambilan material (borrow & quarry), dan daerah waduk sejauh dimungkinkan. Periksa contoh inti dari eksplorasi lokasi, terutama dari zona-zona yang diindikasikan rusak berat, melapuk, atau sangat lulus air. () Berdasarkan setting geologi umum, apakah lokasi ini cocok untuk tipe bendungan yang dipilih? Apakah sifat-sifat dasar dan/landasan dan kekar menguntungkan dari segi rembesan, stabilitas lereng, stabilitas pondasi, beban dan tekanan terhadap bendungan dan waduk, dan longsoran? (6) Apakah pengaruh kenaikan muka air tanah terhadap stabilitas bukit tumpuan dan terhadap lereng sudah dipertimbangkan. () Apakah kemungkinan terjadinya reaksi kimiawi dari agregat beton, kualitas air permukaan dan air bawah tanah, tipe semen, mencaimya gips, sudah dipertimbangkan dengan saksama?- *) Considerations for Making Safety Evaluations, SEED Manual, U.S.B.R., 1992; Hal. 1/12 (m) (n) (0) () @ Apakah pondasi dapat menerima/toleran terhadap perbaikan, misalnya grouting dengan tekanan, grouting dengan slurry, grouting selimut, drainase, beton dental, dan galian yang lebih dalam dan luas? Lakukan kajian apakah program eksplorasi menyeluruh sudah memadai. ‘Apakah informasi geologi yang didapat saat pelaksanaan konstruksi cocok dengan yang dipakai oleh pendesain? Apabila terdapat perbedaan yang mencolok, apakah tindakan perbaikan yang dilakukan atas kondisi geologi yang berbeda tersebut cukup memadai? Apabila jumlah material yang diperkirakan dapat diambil dari lokasi pengambilan tidak mencukupi, apakah lokasi alternatifnya mencukupi? Apakah informasi mengenai geologi sudah mencuk\ Tandai dan buat daftar semua dokumen yang dikaji, dan dimasukkan dalam laporan sebagai acuan.(sangat penting) Kegempaan @ (b) (c) () (k) ” Lakukan kajian atas riwayat kegempaan dan tektonik wilayah tersebut dari literatur-literatur balk yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan. Lakukan kajian atas riwayat kegempaan lokasi bendungan dari literatur yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan. Tentukan lokasi dan pengaruh sesar-sesar aktif maupun sesar potensial yang dapat mempengaruhi lokasi pekerjaan/proyek. Pertimbangkan akibat-akibat gempa bumi yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi lokasi proyek, seperti: ‘* Terbelahnya permukaan (surface rupture) Tanah terangkat sebelah (ground titing) Perubahan elevasi (elevation change) Tanah bergetar (shaking) Tanah longsor (iandsiiding) Amblesan (subsidence) Likuifaksi (liquefaction) Penurunan (settlement) ‘* Ayunan gelombang air waduk (seiches) Lakukan kajian atas gempa rencana (design earthquake)—lokasi, besaran, dan kala ulang. Lakukan kajian atas gempa desain maksimal (maximum design earthquake/MDE) untuk desain—lokasi, besaran, dan kala ulang Apakah terjadi gerakan batuan dasar (baserock motions) yang diharapkan pada gempa desain? Apakah tersedia akselerogram desain (design accelerogram)? Apakah faktor “g” pseudostatik disarankan dalam desain? Bagaimana menentukannya? Apakah ada _kemungki waduk? Lakukan kajian atas foto udara dan citra satelit dari lokasi waduk dan daerah sekitar waduk Apakah pendesain mempunyal informasi cukup? ‘Semua dokumen yang dikaji diberi tanda dan didaftar sebagai acuan dalam laporan (sangat penting) n/potensi terjadinya gempa imbas karena adanya Hal. 2/42 4. Hidrologi dan Banjir Rencana Bangunan pelimpah (a) (b) () (d) (e) @ (9) (h) Lakukan kajian atas data hidrologi yang ada dalam laporan proyek Lakukan kajian atas laporan desain, manual operasi dan pemeliharaan, serta rencana kontrak dan spesifikasi bangunan pelimpah dan bangunan keluaran untuk memahami desainnya. Lakukan kajian atas kriteria banjir rencana: © Waduk-waduk di hulu dan debit aliran masuk dari sungai utama dan anak- anak sungainya, Evaluasi risiko di hilir bendungan. Banjir maksimum boleh jadi (BMB) dan banjir kala ulang yang dipakai sebagai banjir rencana Lakukan kajian atas hujan badai rencana, lamanya, dan koefisien aliran limpasan/permukaan (run off coefficient): © Distribusi hujan tethadp waktu dan ruang * Karakteristik daerah pengaliran—Kelembaban yang ada, tipe vegetasi, topografi, penggunaan lahan, dan lain-lain. Lakukan kajian atas studi penelusuran banjir: Kurva elevasi vs. volume - luas waduk Kurvallengkung debit (dengan atau tanpa pintu) Analisis penelusuran banjir Perkiraan muka air waduk sebelum ada banjir rencana Elevasi permukaan banjir maksimum Sisa tinggi jagaan antara puncak bendungan dengan elevasi muka air banjir maksimum Lakukan kajian atas kriteria volume pengendalian banjir: Persyaratan penyimpanan air waduk tiap musim Potensi terjadinya banjir musiman Potensi terjadinya konflik operasi waduk Pengaliran air waduk secara normal Apabila bangunan pelimpah berpintu ‘* Lakukan kajian atas prosedur dan jadual operasi pintu musiman © Apakah studi penelusuran banjir sudah mempertimbangkan terjadinya kerusakan pintu dan hal-hal lain dalam melewatkan air banjir? Kaji kondisi lembah di hilir waduk: « Batas-batas saluran/sungai dan/atau tanggul banjir * Daerah-daerah yang mungkin terkena genangan dari debit banjir rencana * Jarak daerah-daerah yang sudah berkembang disepanjang lembah * Apakah sudah dibuat studi keruntuhan bendungan, dan apakah sudah dibuat peta genangan? Hal. 3/12 5. 5. 0 Dengan adanya konsep/perhitungan yang lebih canggih, dan data hidrologi yang mutakhir sesudah pelaksanaan Konstruksi, apakah kapasitas bangunan pelimpah sudah dievaluasi ulang? Identifikasi semua dokumen yang dikaji, dan buat daftar sebagai acuan dalam laporan. Bendungan Urugan (Timbunan Tanah dan Batu) Umum @ (b) ©) (d) (e) 10) (h) @ 0 (k) Lakukan kajian atas desain dan spesifikasi, gambar-gambar konstruksi dan purna bangun, dan laporan desain untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman. Lakukan kajian atas desain dasar termasuk tata letak bendungan, tampang melintang dan zona, perbaikan pondasi khusus, dan grouting. Catat apabila ada aspek-aspek khusus atau yang dihilangkan. Lakukan kajian atas ringkasan data eksplorasi, geologi, dan kegempaan bendungan dan waduk, dan lakukan evaluasi. Catat potensi akan terjadinya efek buruk dari sifat-sifat geologi yang diketahui dan aspek-aspek yang memerlukan kajian lebih rinci. Lakukan tinjauan atas sifat-sifat geologi yang kritis berkaitan dengan keamanan bendungan. Lakukan evaluasi secara umum atas kecukupan program-program eksplorasi. Lakukan evaluasi atas potensi terjadinya likuifaksi tanah pondasi. Lakukan kajian atas prosedur dan hasil uji laboratorium. Lakukan kajian atas parameter-parameter pondasi dan desain yang diterapkan dan bandingkan dengan hasil-hasil eksplorasi, uji lapangan dan uji laboratorium untuk mengetahui kesesuaiannya. Lakukan evaluasi atas kesesuaian antara pondasi dengan bendungan. Lakukan kajian atas ringkasan analisis stabilitas, termasuk kondisi-kondisi pembebanan dan pengoperasian. Catat apabila terdapat perbedaan yang jelas ataupun hasi-hasil yang tidak wajer. Apakah dilakukan analisis dengan metode-metode analisis yang terkini, misalnya metode elemen hingga (finite element method). Lakukan kajian atas gambar-gambar purna bangun dan data termasuk konfigurasi pondasi, ringkasan pekerjaan grouting, Konstruksi drainase, perubahan-perubahan konstruksi, tipe dan kedalaman struktur penyekat (cutoff), pondasi yang terputus-putus (discontinuities), perbaikan pondasi secara khusus, dan lain-lain, dan lakukan penilaian potensi pengaruhnya pada perilaku bendungan. Lakukan kejian atas tuntutan (claims) untuk kondisi-kondisi yang berubah, memorandum tindakan perbaikan, dan perintah-perintah perubahan konstruksi Lakukan penilaian hubungannya dengan keamanan dan perilaku bendungan dan bangunan pelengkap. Lakukan kajian atas foto-foto pelaksanaan konstruksi. Lakukan kajian atas hasi-hasil uji pengendalian konstruksi. Bandingkan dengan hasil-hasil eksplorasi dan hasil uji dan dengan asumst-asumsi desain Bandingkan ringkasan kandungan sifat material dan pondasi yang ditentukan pada saat pelaksanaan konstruksi dengan kriteria umum yang dipakai untuk. desain. Lakukan penilaian apakah spesifikasi dan kriteria yang dipakai sudah mencukupi dipandang dari kemanan bendungan, terhadap hal-hal yang spesifik seperti pengendalian rembesan, kapasitas, dan potensi terjadinya penyumbatan pada drainase pondasi dan drainase didalam struktur, potensi terjadinya erosi buluh, dan lain-lain, Hal. 4/12 5.2 5.3 W (m) (n) (0) (p) (@) (s) ® Ww) (w) Lakukan kajian atas kriteria desain dan metode analisis dan hubungannye dengan metode-metode terkini yang canggih ‘Apakah terdapat kegiatan penambangan, penyedotan air atau minyak bumi di daerah tersebut yang dapat berpengaruh buruk pada bendungan? Lakukan evaluasi apakah spesifikasi konstruksi, prosedur-prosedur, dan material-material sudah sesuai dengan asumsi-asumsi desain umum dan kondisi lokasi yang diketahui. Lakukan kajian atas pemasangan instrumentasi dan lakukan penilaian atas kecukupan instrumentasi untuk memantau kemungkinan perilaku operasional secara umum atau untuk pola-pola perilaku yang diketahul. Lakukan kajian catatan instrumentasi dan lakukan evaluasi atas hasil-hasil yang signifikan. Lakukan pemeriksaan rinci atas lokasi dan lingkungannya. Buat catatan atas kondisi-ondisi yang tidak biasa atau mencurigakan seperti mata air dan rembesan-rembesan, daerah-daerah yang mengalami gangguan, dil. Lakukan ‘observasi pada inti hasil pemboran bila ada, Lakukan evaluasi akibat-akibat pembekuan dan pencairan dari lingkungan sekitar bendungan terhadap aspek-aspek struktur dan fungsinya. Lakukan penilaian implikasi dari hasil-hasil kajian terhadap kemungkinan terjadinya keruntuhan bendungan. ‘Apakah informasi cukup tersedia pada pendesain? Bila tidak, apa yang kurang? Apakah desain dan pelaksanaan konstruksi sesuai dengan yang paling canggih pada saat itu? Bagaimana bila dibandingkan dengan desain dan pelaksanaan konstruksi yang paling canggin pada saat ini? Identifikasi semua dokumen yang telah dik dalam laporan yang disiapkan. dan buat daftar sebagai acuan Sifat-sifat Material-Penempatan, Pengetesan, dan Pengendalian (a) Klasifikasi, gradasi, Atterberg limits. (b) Uji Proctor (Proctor densities) untuk material yang butirannya halus, ui relatif (relative densities) untuk material dengan butiran kasar. Uji kandungan air optimum (optimum moisture content). (©) Ujikeandalan rip-rap. (d) Konsolidasi dan penurunan. (©) Uji tanah liat yang mudah terurai (dispersive olay test), uji kemudahan melarut (solubility test). (f) Material filter dan drainase, gradasi, permeabilitas, dll. (g)_Deskripsi petrografi dan mineralogi (h) _Ketebalan lapisan timbunan, upaya pemadatan, metode pemadatan. (i) Jumlah dan distribusi dari’ uji pengendalian mutu. Variasi kepadatan dan kelembaban () Material dan metode pemadatannya pada tebing tumpuan dan sekitar bangunan. (k) Material di sumber (borrow areas) yang beraneka-ragam. () Penurunan relatif dari zona-zona disekitarnya. (m) Sifat-sifat kekuatan dinamis dan statis (sudut geser alam dan kohesi) Pondasi (a) Metode-metode yang digunakan dalam menentukan kekuatan dan karakteristik perilaku massa pondasi. Hal. 5/12 5.4 64 (b) Jangkauan penyelidikan pondasi—daerah cakupan—jumiah dan tipe lubang- lubang ekspiorasi (©) Ringkasan pekerjaan grouting—kedalaman, volume penyerapan, tekanan, bahan additive, dan campuran. (4) Lubang-lubang drainase, rembesan, dan sistem pengendalian gaya angkat, (e) _ Strike dan dip dari sistern kekar. () _ Perbaikan pondasi yang spesifik (9) Ukuran dan lokasi seams dan remasan. (h) Karakteristik isian kekar. (i) Kepadatan tanah dan potensi | ikuifaksi. Data Analisis (2) Metode analisis—elemen hingga, lingkar longsoran (slip circle), pasak (wedge), dll. Material-material apa saja, dan kandungarvsifat teknisnya (kekuatan, dll.) yang digunakan? Apakah mereka berlaku? (b) Bagaimana pertimbangan-pertimbangan tentang deformasi pondasi? (c) Kondisi beban mana yang dipakai? (d)__Hasil-hasil analisis—tegangan, regangan, pergerakan, faktor stabilitas, tekanan pondasi. (©) Apakah dilakukan analisis pada distribusi tekanan pori didalam bendungan dan pondasi? () Apakah dilakukan analisis pada distribusi rembesan didalam bendungan dan di pondasi? (9) Apakah dilakukan enalisis pada tebing tumpuan? (h) Bandingkan antara hasil perhitungan dengan hasil pengukuran deformasi falam bendungan dan pondasi () Apakah gaya angkat dan retakan yang disebabkan oleh pekerjaan grout dipertimbangkan dan dipantau? Bendungan Beton Umum (@ (b) © (a) (e) Lakukan kajian atas rencana dan spesifikasi, pelaksanaan konstruksi dan gambar-gambar purna bangun, dan laporan desain untuk pengenalan secara umum dan memahami maksudnya. Lakukan kajian atas desain dasar termasuk tata letak, tampang melintang, perbaikan pondasi secara khusus, dan pekerjaan grout. Catat apabila ada aspelcaspek tidak biasa dan adanya hal-hal yang dinilangkan. Lakukan kajian atas sifat-sifat geologi dan aspek-aspek yang memerlukan kajian lebih rinci. Lakukan penilaian atas sifat-sifat geologi kegempaan yang kris berkaitan dengan keamanan bendungan. Lakukan evaluasi apakah program-program sudah cukup memadai termasuk kemantapan bukit tumpuan terhadap kemungkinan runtuhnya bukit bagian hilir. Lakukan kajian pada prosedur dan hasil-hasil uji laboratorivim Lakukan kajian pada sifat/parameter desain dari pondasi dan material beton, dan bandingkan dengan hasil-hasil eksplorasi dan hsil uj laboratorium dan lapangan untuk melihat kepantasannya . Lakukan evaluasi kecocokan antara bendungan dan pondasinya Lakukan kajian atas ringkasan h asi-hasil analisis tegangan atau analisis stabilitas, termasuk kondisi-kondisi pembebanan dan operasionalnya. Catat apabila terdapat kekurangan yang nyata serta hasil-hasil yang tidak biasa. Hal. 6/12

Anda mungkin juga menyukai