BAB III
PENGUAPAN
3.1. Pendahuluan
Penguapan adalah proses berubahnya bentuk zat cair (air) menjadi
gas (uap air) dan masuk ke atmosfer. Dalam hidrologi, penguapan dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi
(diberi notasi Ep) adalah penguapan yang terjadi dari permukaan air (se-
perti laut, danau, sungai), permukaan tanah (genangan di atas tanah dan
penguapan dari permukaan air tanah yang dekat dengan permukaan ta-
nah), dan permukaan tanaman (intersepsi). Apabila permukaan air tanah
cukup dalam, evaporasi dari air tanah adalah kecil dan dapat diabaikan.
Intersepsi adalah penguapan yang berasal dari air hujan yang berada pada
permukaan daun, ranting dan batang tanaman. Sebagian air hujan yang
jatuh akan tertahan oleh tanaman dan menempel pada daun dan cabang,
yang kemudian akan menguap. Transpirasi (£,) adalah penguapan melalui
tanaman, di mana air tanah diserap oleh akar tanaman yang kemudian di-
alirkan melalui batang sampai ke permukaan daun dan menguap menuju
atmosfer. Di lapangan, sulit membedakan antara penguapan dari badan
air, tanah dan tanaman. Oleh karena itu, biasanya evaporasi dan transpi-
rasi dicakup menjadi satu yang disebut evapotranspirasi; yaitu penguapan
yang terjadi di permukaan lahan, yang meliputi permukaan taneh dan ta-
naman yang tumbuh di permukaan tersebut. Laju evaporasi, transpirasi
dan evapotranspirasi dinyatakan dengan volume air yang hilang oleh pro-
I. PENGUAPAN 49ses tersebut tiap satuan luas dalam satu satuan waktu; yang biasanya dibe-
rikan dalam mm/hari atau mm/bulan. Laju evapotranspirasi tergantung
pada ketersediaan air dan kemampuan atmosfer mengevapotranspirasikan
air dari permukaan. Apabila ketersediaan air (lengas tanah) tak terbatas
maka evapotranspirasi yang terjadi disebut evapotranspirasi potensial
(ETP). Pada umumnya ketersediaan air di permukaan tidak tak terbatas,
sehingga evapotranspirasi terjadi dengan laju lebih kecil dari evapotrans-
pirasi potensial. Evapotranspirasi yang sebenamya terjadi di suatu daerah
disebut evapotranspirasi nyata.
Dua masalah utama dalam analisa hidrologi adalah memperkirakan 1)
debit besar (banjir) dan 2) debit tersedia (rerata bulanan atau tahunan) da-
ri suatu DAS. Dalam hal yang pertama, debit dengan jumlah besar terjadi
dalam waktu singkat, sedang yang kedua menyangkut debit kecil yang
terjadi dalam periode waktu panjang. Seperti telah dijelaskan dalam si-
klus hidrologi, penguapan merupakan Kehilangan air terhadap air hujan.
Pada masalah pertama (banjir), kehilangan air yang disebabkan oleh
penguapan dapat diabaikan; sementara untuk masalah kedua harus diper-
hitungkan karena berlangsung dalam durasi panjang. Di beberapa daerah
kering di Indonesia, kehilangan tersebut terhadap hujan yang jatuh dapat
mencapai lebih dari 60%. Scbagai gambaran, hujan yang jah dengan
kedalaman 5 mm/hari tidak akan efcktif membentuk aliran karena selu-
tuhnya dapat menguap.
3.2. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi
Proses perubahan bentuk dari air menjadi uap air terjadi baik pada
evaporasi maupun evapotranspirasi. Penguapan dipengaruhi oleh kondisi
klimatologi, yang meliputi 1) radiasi matahari, 2) temperatur udara, 3) ke-
Jembaban udara dan 4) kecepatan angin. Untuk memperkirakan besarnya
penguapan diperlukan data tersebut. Beberapa instansi seperti BMG, Di-
nas Pengairan dan Dinas Pertanian secara rutin melakukan pengukuran
data klimatologi.
50 HIDROLOGI TERAPAN1. Radiasi maiahari
Pada setiap perubzhan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan), da-
ri zat cair menjadi gas (penguapan), dan dari es langsung menjadi uap air
(penyubliman) diperlukan panas laten (/atent heat). Panas laten untuk
penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah. Radiasi matahari me-
rupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di atas
permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim.
Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang ter-
gantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bu-
lan Desember kedudukan matahari berada jauh di selatan, sementara pada
bulan Juni kedudukan matahari berada paling jauh di utara. Daerah yang
berada di belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum matahari pa-
da bulan Desember, sementara radiasi terkecil terjadi pada bulan Juni.
Radiasi matahari yang sampai ke permukean bumi juga dipengaruhi oleh
penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari
lama penyinaran matahari ayata terhadap lama penyinaran matahari yang
mungkin terjadi.
Tabel 3.1. adalah contoh data klimatologi di DAS Cimanuk Jawa Ba-
rat, yang meliputi data prosentase penyinaran matahari, temperatur udara,
kelembaban relatif, dan kecepatan angin. Tabel tersebut menunjukkan
bahwa prosentase penyinaran matahari rerata bulanan antara 42.5% per
hari pada bulan Januari (musim penghujan) dan 77% per hari pada bulan
Agustus (musim kemarau).
Tabel 3.1. Data klimatologi di DAS Cimanuk
Data fim, | Jan. | Feb. | Mar.| Ape | Mei | Yoni | suti [ Age [ Sept | Oct | Nop | Des
Peny.mthr (%) 42,5 | 52,4 | $7,4 | 62,8 | 67,7 | 68,1 | 72,4 | 77,0 | 76,7 | 70,1 57.6 | 53.6
Temp. (°C), 25,9 | 26,2 | 26,5 | 27,2 | 27,6 | 26,7 | 26,7 | 26,8 | 27,9 | 28.1 21,7 | 26.5
iKelemb. Rit (%) | 89,1 | 89,1 | 88,1 | 85,5 | 85,1 | 84,1 | 81,6 79,6 | 78.4 | 79,6 | 84,7 | 86,9
Kecep. Angin 167,6| 171,3| 178,3} 132,0} 144,0| 154,5| 182.0) 198.8 228,51 178.4 148,1}150,0
[(xm/hari) 1 Ll
Til. PENGUAPAN 512. Temperaiur
Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh ter-
hadap evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan
udara untuk menyerap uap air. Selain itu semakin tinggi temperatur, ener-
gi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air semakin banyak
yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh ka-
rena itu di daerah beriklim tropis jumlah evaporasi lebih tinggi, dibanding
dengan daerah di kutub (daerah beriklim dingin).
Variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.
Seperti terlihat dalam Tabel 3.1., temperatur rerata bulanan hampir kon-
stan sepanjang tahun yang bervariasi antara 25,9°C dan 28,1°C.
3. Kelembaban
Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat
di atas permukaan air lebih rendah dibanding tekanan pada permukaan
air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya penguapan. Pada
waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan udara di atas per-
mukean air; sehingga udara mengandung vap air. Udara lembab merupa-
kan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila jumlah uap air yang
masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi.
Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang menyebabkan ber-
kurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah je-
nuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana
pada saat im penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan
kelembaban relatif.
Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan laut
cukup luas, mempunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara ter-
gantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada musim penghujan dan
berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir umumnya kelembaban
udara lebih tinggi daripada di daerah pedalaman. Pada musim penghujan
kelembaban udara mencapai 80-90%, sementara pada musim kemarau
kelembabannya turun menjadi sekitar.70%. Seperti ditunjukkan dalam
Tabel 3.1. untuk daerah Cimanuk kelembaban bervariasi antara 78,4%
sampai 89,1%.
52 HIDROLOGI TERAPAN4. Kecepatan angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan eva-
porasi menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jermh terha-
dap uap air dan proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat
berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti de-
ngan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin.
Oleh karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evapo-
rasi. Di daerah terbuka dan banyak angin penguapan akan lebih besar da-
ripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
Kecepatan angin di Indonesia relatif rendab. Pada musim penghujan
angin dominan berasal dari barat laut yang membawa banyak uap air, se-
mentara pada musim kemarau angin berasal dari tenggara yang kering. Di
DAS Cimanuk seperti terlihat dalam Tabel 3.1. kecepatan angin rerata
bulanan bervariasi antara 132 km/hari dan 228,5 km/hari
3.3. Fisika Evaporasi
Penguapan dipengaruhi oleh suplai energi yang memberikan panas la-
ten untuk terjadinya penguapan dan kemampuan pemindahan uap air dari
permukaan evaporasi. Radiasi matahari merupakan sumber utama dari
energi panas. Kemampuan pengangkutan uap air meninggalkan permuka-
an evaporasi tergantung pada kecepatan angin dan gradien kelembaban
udara di atas permukaan air.
Berikut ini diberikan beberapa parameter fisika yang berpengaruh pa-
da peristiwa penguapan.
3.3.1, Panas laten
Ketika suatu zat berubah bentuk, zat tersebut melepaskan atau me-
nyerap panas laten (panas tersembunyi, /atent heat). Ada tiga bentuk pa-
nas laten yaitu panas laten untuk peleburan dari es menjadi air, untuk
penguapan dari air menjadi uap air, dan untuk penyubliman dari es men-
jadi uap air. Perubahan bentuk dapat terjadi pada temperatur selain dari
temperatur normal, seperti 0°C untuk pembekuan dan 100°C untuk men-
didih. Sebagai contoh, penguapan dapat terjadi pada temperatur di bawah
titik didih, apabila tekanan udara lebih kecil daripada tekanan atmosfer.
Ti, PENGUAPAN 533Selama terjadinya penguapan, air menyerap energi yang disebut de-
ngan panas penguapan laten. Energi tersebut diperlukan untuk melawan
gaya tarik menarik antara molekul air, sehingga molekul tersebut lepas
dan berubah menjadi uap air. Panas penguapan laten tersebut diperlukan
untuk penguapan, yang merupakan fungsi dari temperatur dan mempu-
nyai bentuk berikut:
1, = 597,3 -0,5647 GB.)
dengan:
T : temperatur CC)
1, : panas penguapan laten dalam kalori per gram (cal./gr).
Persamaan tersebut mempunyai arti bahwa sekitar 590 kalori diperlukan
untuk penguapan satu gram air.
3.3.2. Proses penguapan
Penguapan merupakan perbedaan antara laju penguapan yang diten-
tukan oleh temperatur dan laju kondensasi yang dipengaruhi oleh tekanan
uap. Penguapan terjadi karena adanya pertakaran molekul air antara per-
mukaan air dan udara, Penyerapan panas laten oleh air menyebabkan pe-
ningkatan energi panas, sehingga energi kinetik molckul air naik. Sema-
kin tinggi energi panas yang diterima, energi kinetik molekul air semakin
tinggi sehingga beberapa molekul air akan meninggalkan permukaan air
dan berubah dalam bentuk uap yang bergabung dengan udara di atasnya.
Selama tekanan uap masih rendah, penguapan terus berlanjut. Semakin
banyak molekul air bergabung dengan udara di atasnya, tekanan uap tepat
di atas permukaan air akan meningkat. Pada suatu temperatur udara ter-
tentu, terdapat kandungan uap air maksimum yang bisa dimuat oleh uda-
ra, dan pada saat tersebut udara sudah jenuh dengan uap air, dan tekanan
uap yang terjadi disebut tekanan uap jenuh e,. Pada tekanan uap tersebut
laju penguapan dan kondensasi adalah sama, sehingga penguapan terhen-
ti.
34 AIDROLOGI TERAPAN3.3.3. Kelembaban udara
Selama terjadinya penguapan, uap air bergabung dengan udara di atas
permukaan air; schingga udara mengandung uap air. Udara lembab me-
rupakan campuran dari udara kering dan uap air. Banyaknya uap air yang
terkandung dalam udara dapat dinyatakan dalam beberapa cara yaitu ke-
lembaban mutlak, kelembaban spesifik, dan kelembaban relatif. Kelem-
baban mutlak adalah berat uap air di dalam 1 m° udara lembab, dinyate-
kan dengan gram/m°. Kelembaban spesifik adalah berat uap air yang ter-
dapat dalam 1 kg udara lembab, yang dinyatakan dalam gram/kg. Kelem-
baban relatif adalah perbandingan antara tekanan uap air dan tekanan uap
air jenuh pada suhu yang sama, dan dinyatakan dalam persen. Dari ketiga
cara tersebut, kelembaban relatif adalah yang paling banyak digunakan.
Kelembaban relatif dinyatakan dalam bentuk:
r=“4.x100% B.2)
es
dengan:
eq : tekanan uap air, yaitu tekanan yang disebabkan oleh uap air
yang terdapat di udara.
es : tekanan uap air jenuh.
Tekanan uap air dinyatakan dalam milimeter kolom air raksa (mm
Hg), milibarometer (mm bar.), atau pascal, Pa (N/m’).
Di atas permukaan air tekanan uap air jenuh tergantung pada tempe-
ratur, yang dapat diperkirakan dengan ramus berikut:
17,27T \
~~! 3.3
237,3+T ) Ba)
e= site
dengan
é, : tekanan uap air jenuh (Pa)
T : temperatur (°C)
Tabel 3.2. memberikan tekanan uap jenuh untuk berbagai temperatur
udara yang dinyatakan dalam mm Hg, mm bar, dan Pa.
Ul. PENGUAPAN 55Tabel 3.2. Tekanan uap air jonuh ¢,.
sun 0) Tekanan Uap Air Jenuh e,.
mm Hg mm bar. Pa
10 9,20 12,27 1228
ul 9,84 13,12 1313
12 10,52 14,02 1403 |
13 11,23 14,97 1498 |
4 11,98 15,97 1599
15 12,78 17,04 1706
16 13,63 18,17 1819
7 14,53 19,37 1938. |
18 15,46 20,61 2065 |
19 16,46 21,94 2198 |
20 17,53 23,37 2339 |
21 18,65 24,86 2488
22 19,82 26,42 2645
23 21,05 28,06 2810
24 22,27 29,69 2985
25 23,75 31,66 3169
26 25,31 33,74 3363,
27 26,74 35,65 3567
28 28,32 37,76 3781
29 30,03 40,03 4007
30 31,82 42,42 4244
31 33,70 44,93 4494
32 35,66 47,54 4756
33 31,73 50,30 5032
34 39,90 53,19 5321
35 42.18 56.23 5625
3.3.4. Radiasi
Radiasi adalah suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap ben-
da yang mempunyai suhu di atas nol mutlak. Semua benda memancarkan
tadiasi dengan berbagai panjang gelombang. Pancaran radiasi dari suatu
benda mengikuti hukum Stefan-Boltzmann, yang-mempunyai bentuk
berikut:
56 HIDROLOGI TERAPANR, =eoT* (3.4)
dengan
R, : fluks radiasi (cal./cm? /menit)
e : keterpancaran (emisivitas), yaitu perbandingan antara peman-
caran suatu permukaan dan pemancaran permukaan benda hi-
tam pada suhu dan panjang gelombang yang sama.
T : suhu benda, dalam derajad Kelvin CK=°C+273)
co: konstanta Stefan-Boltzmann (1,17 x 107 cal./cm?/°K*/hari)
Untuk benda dengan pemancaran sempurna (benda hitam), emisivitas
e =1. Tabel 3.3. memberikan koefisien emisivitas untuk beberapa jenis
permukaan.
Tabel 3.3. Koefisien emisivitas (e)
———
Permukaan Emisivitas (%)
Tanah gundul basah 9598
Hutan 90
Gurun 90-91
Pasir kering 89-90
Pasir basah 95
Air 92-96
Salju 82-99,5
Panjang gelombang dari radiasi yang dipancarkan benda berbanding
terbalik dengan temperatur permukaan benda, yang diberikan oleh hukum
Wien:
29103
T
ad (3.5)
dengan 7 dalam derajad Kelvin dan 4 dalam meter.
Radiasi yang mengenai suatu permukaan akan dipantulkan atau dise-
rap (lihat Gambar 3.1). Bagian yang dipantulkan disebut albedo a (0< a
<1). Tabel 3.4. memberikan koefisien refleksi (albedo) untuk beberapa
jenis permukaan. Radiasi yang diserap permukaan adalah:
TH. PENGUAPAN 57R= RU -a) GB.6)
dengan
R, :radiasi yang diserap
R, :radiasi yang mengenai permukaan
oa :koefisien refleksi (albedo)
‘@R; dipantulkan R.cipancarkan
permukean
Re = (1-0) RR,
radiasi netto
‘yang diserap
OXY
Gambar 3.1. Keseimbangan refleksi (albedo)
Tabel 3.4. Koefisien refleksi (albedo)
Jenis Permukaan Albedo (a)
Air terbuka 0,05 — 0,15
Batuan 0,12—0,15
Pasir 0,10 — 0,20
Tanah kering 0,14
Tanah basah 0,08 — 0,09
Hutan, 0,05 — 0,20
Rumput 0,10 - 0,33
Rumput kering 0,15 - 0,25
Salju 0,90
Es 0,40 - 0,50
Tanaman 0,20
3.3.5. Keseimbangan radiasi di permukaan bumi
Jumlah energi radiasi yang ditangkap permukaan bumi merupakan
faktor utama terjadinya penguapan. Permukaan bumi menerima radiasi
matahari yang merupakan radiasi gelombang pendek, Radiasi matahari,
dalam penjalarannya melewati atmosfer menuju permukaan bumi meng-
58 HIDROLOGI TERAPANalami penyerapan, pemantulan, hamburan dan pemancaran kembali. Se-
mentara itu bumi dan atmosfer yang mempunyai temperatur juga me-
mancarkan radiasi dengan panjang gelombang yang Icbih besar. Dengan
demikian permukaan bumi memancarkan radiasi, dan pada saat yang
sama menerima radiasi dari atmosfer (termasuk awan), yang keduanya
merupakan radiasi gelombang panjang.
Gambar 3.2. memberikan gambaran proses penjalaran radiasi mataha-
ri memasuki atmosfer bumi sampai ke permukaan bumi (National Aca-
demy os Science, 1975, dalam Chow et al., 1988). Radiasi matahari yang
sampai ke puncak atmosfer adalah 100 satuan. Radiasi matahari terscbut
sebanyak 16% diserap oleh wap air dan ozon (Os), dan 3% diserap oleh
awan. Sebagian yang lain dipantulkan oleh awan (20%) dan permukaan
bumi (4%); sedang sebesar 6% dihamburkan oleh molekul udara. Dengan
demikian bagian yang diserap oleh permukaan bumi adalah sebesar 51%.
Dari 51% tersebut sebesar 21% dipancarkan kembali oleh permukaan
bumi sebagai radiasi gelombang panjang. Dari 30% energi yang diserap
permukaan bumi, 23% nya dipancarkan sebagai panas tak tampak (panas
laten, /atent heat) yang digunakan untuk penguapan air, sedang 7%
kembali ke atmosfer sebagai panas tampak (sensible heat).
Ruang angkasa Radiasi Keluar
Radiasi matahari
yang datang gelombang pendek gelombang panjang
f 44 4
ATMOSFIR: I
dihamburkan
oleh udara pencaran
diserap wap air
i
See see oleh awan
diserap oleh
Sipantulkan uap air
diserap oleh awan
och awan |
1 dipantilkan pencaran panes paras
diserap bh permukaan permukaan tampak —laten
j deriradiasi 4
geionbang |
panjang |
Tanah, laut
Gambar 3.2. Penjalaran radiasi matahari di atmosfer ke permukaan bumi
Ill, PENGUAPAN 59Dengan demikian radiasi netto yang terserap bumi yang digunakan
untuk penguapan adalah radiasi gelombang pendek dari matahari yang
terserap bumi dikurangi dengan radiasi gelombang panjang netto yang
dipancarkan bumi ke atmosfer.
Ry = Sy—Ly G.7)
S$, =S,(1-a)
L,=Ly-Le
dengan:
R, ; radiasi netto yang terserap bumi
S, :radiasi matahari (gelombang pendek, short wave) dari yang
diserap bumi.
S,. : radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi
a: albedo
L, + radiasi gelombang panjang (Jong wave) netto, yaitu selisih
antara radiasi bumi ke atmosfer dan radiasi atmosfer ke bumi
ZL, : radiasi gelombang panjang yang dipancarkan bumi ke atmosfer
L, °: tadiasi gelombang panjang yang dipancarkan atmosfer ke bumi
1. Radiasi gelombang pendek
Energi yang diperlukan untuk berbagai proses di atmosfer, seperti
berlangsungnya siklus hidrologi, berasal dari matahari. Matahari yang
mempunyai suhu permukaan 6000°K memancarkan energi dalam bentuk
radiasi ke semua arah dengan kecepatan jalar 300.000 km/d. Selama
penjalarannya, intensitas radiasi matahari berkurang berbanding terbalik
dengan kuadrat jaraknya dari matahari.
Banyaknya energi matahari rerata yang jatuh pada puncak atmosfer
tiap satuan luas (cm’) tegak lurus pada sinar matahari tiap menit adalah
sebesar 2,0 kalori. Besaran 2,0 cal./cm’/men disebut dengan tetapan
matahari. Tetapan matahari dapat juga dinyatakan dengan satuan Langley
tiap menit, yang disingkat Jy/men; dengan 1 ly= 1 cal. / em’.
Mengingat bahwa temperatur matahari sangat tinggi, yaitu 6000°K,
maka sesuai dengan hukum Wien (Persamaan 3.5), radiasi yang dipan-
60. HIDROLOGI TERAPANcarkan oleh matahari mempunyai gelombang pendek. Oleh karena itu ra-
diasi matahari disebut juga radiasi gelombang pendek.
Banyaknya radiasi matahari yang jatuh pada puncak atmosfer bumi
tergantung pada waktu tahun, waktu hari dan posisi dacrah (derajad lin-
tang). Dalam waktu tahun, orbit bumi mengelilingi matahari yang berben-
tuk ellips menyebabkan jaraknya terhadap matahari selalu berubah. Ener-
gi matahari yang diterima pada saat bumi berada pada sumbu pendek
ellips (perihelion) adalah lebih besar daripada saat berada pada sumbu
panjangnya (aphelion). Selain itu sumbu rotasi bumi yang membentuk
sudut terhadap vertikal juga menyebabkan terjadinya perubahan musim.
Dalam waktu hari, ketinggian matahari, yaitu sudut antara sinar matahari
dan permukaan bumi, juga mempengaruhi banyaknya energi matahari
yang diterima. Makin besar ketinggian matahari makin besar energi tiap
satuan waktu yang diterima per satuan Juas permukaan bumi.
Banyaknya radiasi matahari total yang diterima di suatu tempat juga
dipengaruhi oleh lamanya siang hari. Panjangnya siang hari beragam de-
ngan garis lintang dan musim. Di sekitar khatulistiwa, siang dan malam
sepanjang tahun hampir sama. Pada umumnya panjang siang hari ber-
tambah atau berkurang dengan bertambahnya derajad lintang. Daerah di
belahan bumi utara, pada wakta musim panas panjang siang hari ber-
tambah dari khatulistiwa menuju kutub utara; dan kebalikannya pada
waktu musim dingin. Kondisi tersebut juga berlaku untuk dacrah di be-
lahan bumi selatan. Tabel 3.5. memberikan lama penyinaran matahari
yang mungkin terjadi (panjang siang) di beberapa lokasi menurut garis
lintang sepanjang tahun.
Radiasi matahari yeng sampai ke permukean bumi dapat dibedaken
menjadi dua bagian, yaitu radiasi matahari langsung dan radiasi langit.
Radiasi matahari langsung adalah radiasi matahari yang langsung datang
dari matahari, sedang radiasi langit adalah radiasi matahari yang telah
mengalami hamburan atau pemantulan dalam perjalanannya di atmosfer.
Gabungan dari keduanya disebut radiasi matahari global.
Il. PENGUAPAN 61~o
NVdVUGL IOOTIONCI
Tabel 3.5. Lama penyinaran matahari maksimum yang mungkin terjadi tiap hari (jam)
C Utara | Jen | Feb. | Mar. | Apr | Mei | Juni | Juli | Agst | Sopt | Okt | Nop. | Des.
“O_| Sclatan] Juli | Agst | Scpt | Okt. | Nop. | Des. | Jan. | Feb. | Mar. | Apr | Mei | Juni
50° 85 | 101 | 1,8 | 13,8 | 15,4 | 163 | 15,9 | 145 | 12,7 | 108 | 9,1 | 8,1
48° 88 | 102 | 1,8 | 13,6 | 15,2 | 160 | 15,6 | 143 | 12,6 | 169 | 93 | 83
46° 91 | 104 | 11,9 | 13,5 | 149 | 15,7 | 154 | 142 | 12,6 | 109 | 95 | 87
ae 93 | 1045 | 19 | 13,4 | 14,7 | 15,4 | 15,2 | 140 | 12,6 | 11,0 | 9,7 | 89
42° 94 | 106 | 11,9 | 13,4 | 146 | 15,2 | 149 | 13,9 | 12,5 | 111 | 98 | 9,1
40° 96 | 107} 11,9 | 13,3 | 14,4 | 15,0 | 14,7 | 13,7 | 12,5 | 11,2 ]| 100 | 93
35° 10,1 | 11,0 | 19 | 13,1 } 140 | 14,5 | 143 | 13,5 | 12,4 | 11,3 | 10,3) 9,8
30° 10,4 | 11,1 | 12,0 | 12,9 | 13,6 | 14,0 | 13,9 | 13,2 | 124 | 15 | 106 | 10,2
se 10,7 | 11,3 | 120 | 12,7 | 13,3 | 13,7 | 13,5 | 13,0 | 12,3 | 116 | 109 | 106
20° 110 | 1,5 | 12,0 | 12,6 | 13,1 ) 13,3 | 13,2 | 12,8 | 12,3 } 11,7 | 11,2 | 109
15° 11,3 | 16 | 12,0 | 12,5 | 12,8 | 13,0 | 129 | 12,6 | 12,2 | 118 } 114 ] 112
10° 11,6 | 148 | 12,0 | 12,3 | 12,6 | 12,7 | 12,6 | 124°] 12,1 | 11,8 ] 16 ) 115
se 11,8 | 14,9 | 12,0 | 12,2 | 12,3 } 12,4 | 12,3 | 123 | 12,1 | 120 ] 19 | 118
oe 11 | 131 | 124 | 12a | wat fiat | iat | tt | tan | iat | tat | atRadiasi matahari biasanya diukur di stasiun meteorologi dengan
menggunakan alat radiometer, yang mengukur kenaikan suhu permukaan
yang menerima radiasi. Radiometer yang biasa digunakan adalah pi-
ranometer, pirheliometer, dan difusometer. Selain menggunakan alat ter-
sebut, radiasi matahari juga dapat diukur dengan alat perekam penyinaran
matahari. Alat ini mengukur durasi atau lamanya penyinaran matahari
yang cerah. Banyaknya radiasi matahari yang jatuh ke permukaan bumi
dapat ditaksir dari durasi penyinaran matahari hasil pengukuran tersebut
dengan menggunakan persamaan berikut:
S; =5i{ 0252) (3.8)
dengan:
S, :radiasi matahari global harian yang jatuh pada permukaan ho-
risontal tiap satuan luas (cal./cm*thari).
So :tadiasi matahari global harian yang jatuh pada permukaan ho-
risontal tiap satuan luas di bagian luar atmosfer di atas tempat
yang sama,seperti diberikan dalam Tabel 3.6.
a, b ; tetapan yang tergantung dari lokasi dan iklim.
n : durasi total penyinaran matehari harian yang diukur dengan alat
tersebut di atas.
N : durasi penyinaran matahari maksimum yang mungkin terjadi.
Nilai a merupakan persentase dari Sp yang mencapai permukaan bumi
apabila dalam sehari penuh matahari tertutup awan (7/=0), sedang nilai b
adalah persentase So yang diserap oleh awan kalau seandainya suatu hari
tertutup penuh oleh awan (Oldeman, 1982, dalam Sukardi, 1998). Frere
dan Popov (Oldeman, 1982, dalam Sukardi, 1998) memberikan nilai a
dan b seperti diberikan dalam Tabel 3.7.
IM. PENGUAPAN 63+9
NVdVaal INOTONdIH
Tabel 3.6. Radiasi gelombang pendek di tepi luar atmosfer {kal.fom’/hari)
Sumber: Soomarto CD (1987)
Lintang | Jan. | Feb. | Mar. | Apr | Mci | Juni | Jui | Agst. | Sept. | Okt | Nop. | Des
goLtu | 0 0 wo | 470 | 900 | 1085 | 1010 | 670 | 170 | 0 0 0
soLu | 0 o | ws | 480 | 890 | 1075 } 995 | 660 | 255 | 25 0 0
LU | 0 70 | 275 | 505 | 855 | 1025 | 945 | 685 | 385 | 445 | IS 0
cotu | 90 | 215 | 425 | 670 | 890 | 1000 | 945 | 770 | sto | 285 | 120 | 60
sotu | 225 | 360 | 555 | 750 | 930 | 1010 | 970 | 830 | 640 |) 435 | 265 | 190
4oLu | 380 | 50s | 675 | 845 | 965 | 1020 | 985 | 895 | 740 | 565 |] 415 | 335
30LU 520 630 TIS 895 975 1000 990 925 820 685 560 490
2oLu | 660 | 750 | 850 | 920 | 960 | 965 | 960 | 935 | 875 | 785 | 685 | 630
ioru | 780 | 840 | 900 | 925 | 915 | 900 | 905 | 915 | 905 | 865 | 800 | 760
0 885 | 915 | 925 | 900 | 850 | 820 | #30 | 870 | 905 | 910 | 890 | 875
rots | 965 | 960 | 915 | 840 | 755 | 710 | 730 | 795 | 875 | 935 | 955 | 960
201s | 1020 | 975 | 885 | 765 | 650 | 590 | 615 | 705 | 820 | 930 | 1000 | 1025
30 LS 1050 965 830 665 525 460 480 595 750 900 1020 1065
4oLs | 1055 | 925 | 740 | 54s | 390 | 315 | 345 | 465 | 650 | 840 | 995 | 1080
sors | 1035 | 86s | 640 | ais | 250 | 180 | 205 | 325 | 525 | 760 | 975 | 1075
60 LS 1000 785 510 280 110 55 15 190 390 660 920 1060
70L8 | 1000 | 695 | 375 | 130 | 10 0 0 55 | 250 |, 580 | 885 | 1090
gots | 1035 | 645 | 225 | 15 0 0 9 o | 100 | 450 } 905 | 1140
sors | 1055 | 660 | 135 | 0 | 0 0 o | 0 1s | 440 | 920 | 1160Tabel 3.7. Nilai a dan b pada Persamaan (3.7)
i
i Daerah Loa b
Daerah dingin dan sedang \o18 | 0,55
| Daerah tropika kering 025 | 0,45
Daerah tropika basah 0,29 0,42
Oldeman (1982, dalam Sukardi, 1998) memberikan nilai a, b dan n/N
untuk beberapa wilayah di Indonesia, yaitu Mojosari, Pusakanegara,
Muara, dan Cipanas. Nilai-nilai tersebut diberikan dalam Tabe! 3.8.
Mojosari adalah daerah pedalaman dengan musim hujan dan musim
kemarau yang berbeda tegas, Pusakanegara adalah daerah pesisir dengan
musim hujan dan musim kemarau yang berbeda tegas, Muara adalah
daerah pedalaman yang tidak ada musim hujan dan musim kemarau yang
berbeda tegas dan n/N rendah, dan Cipanas adalah daerah pegunungan
(elevasi 1100 m) dengan tidak ada musim hujan dan musim kemarau
yang tegas. Tabel terscbut menunjukkan bahwa perbedaan nilai a dan b
antara daerah pesisir dan dataran tinggi adalah kecil.
Tabel 3.8. Nilai a, b dan n/N di beberapa wilayah di Indonesia
| Lokasi | Lintang a b n/N
Mojosari (pedalaman) | 7°305LS | 0,23 0,50 0,50
Pusakanegara (pesisir) 6°15‘LS | 0,25 0,44 0,49
Muara (pedalaman) 6°40°LS | 0,17 0,52 0,42
Cipanas (pegunungan) 6°45‘LS | 0,14 0,49 0,34
Persamaan (3.8) dengan nilai a dan b seperti diberikan dalam Tabel
3.7. dan 3.8., menunjukkan bahwa pada hari mendung dengan tutupan
awan sempurna (n/N=0), masih terjadi radiasi matahari yang sampai ke
bumi, yaitu sckitar 20% dari radiasi yang sampai ke puncak atmosfer.
Pada hari cerah, nilai tersebut sekitar 75%.
Radiasi matahari netto yang diserap permukaan bumi:
S, = S(1-a)
TI. PENGUAPAN 6Substitusi Persamaan (3.8) dengan menggunakan nilai a dan 6 untuk
daerah tropika basah (misalnya Indonesia) ke dalam persamaan di atas
akan diperoleh:
Sy =Sy(1—a)(0,29+ 0,42") (3.9)
2, Radiasi gelombang panjang
Karena mempunyai panas permukaan bumi dan atmosfer meman-
carkan radiasi dalam bentuk radiasi gelombang panjang. Radiasi bumi
(daratan) tergantung terutama pada suhu permukaan tanah. Sebagian
besar dari radiasi tersebut discrap olch uap air, awan dan karbon dioksida
dalam atmosfer. Sementara itu atmosfer juga memancarkan radiasi dalam
bentuk gelombang panjang. Besar intensitas radiasi atmosfer tergantung
pada suhu udara, kadar uap air dan tutupan awan dalam atmosfer. Karena
kesulitan dalam menentukan besaran-besaran tersebut, beberapa ahli telah
mengembangkan suatu hubungan antara kehilangan radiasi gelombang
panjang netto dan parameter meteorologi di dekat permukaan tanah.
Chang (1968, dalam Thomson, 1999) mengusulkan bentuk persamaan
berikut:
Ly = oT *(0,56—0,092,eq ou +09 2) (3.10)
dengan:
L, :tadiasi gelombang panjang yang dipancarkan bumi (daratan)
(cal./em? hari).
T : temperatur absolut pada elevasi 2 m di atas permukaan (°K)
o :konstanta Stevan-Boltzman (1,17 x 107 cal./cm?/°K*/hari).
éq :tekanan uap air pada elevasi 2 m di atas permukaan (mmHg).
3. Radiasi Netto
Radiasi netto yang diserap permukaan bumi merupakan selisih antara
radiasi matahari netto (gelombang pendck) yang diterima permukaan
bumi dikurangi radiasi netto gelombang panjang yang dipancarkan
permukaan bumi, sehingga mempunyai bentuk:
66 HIDROLOGI TERAPANR, =5,-L, @.11)
Radiasi neto dapat diperoleh dengan substitusi Persamaan (3.9) dan
(3.10) ke dalam Persamaan (3.11), sehingga menjadi:
R, =So- al o2s + 0,42 4) oF 4(0,56-0,092,Je3. (oa + 92)
(3.12)
Contoh 1
Hitung radiasi netto yang diperlukan untuk evaporasi di daerah tropi-
ka basah yang berada pada 10°LS pada bulan Agustus. Data yang diberi-
kan adalah a) temperatur udara rerata J = 28°C; b) kelembaban relatif r
= 70%; c) koefisien refleksi permukaan a = 25%; dan d) n/N = 80%.
Penyelesaian
Menghitung radiasi gelombang pendek S,,
Temperatur absolut T= 273 + 28 = 301°K. Dari Tabel 3.6. untuk lo-
kasi pada 10°LS dan bulan Agustus diperoleh nilai So=795 eal./em’ hari.
Dengan menggunakan Persamaan (3.9) untuk nilai o = 25% dan n/N =
80%, akan diperoleh:
Sy = Sp (1) (0,29 + 0,42 n/N)
= 795 (1 - 0,25) (0,29 + 0,42 x 0,8 ) = 373,25 cal./em’/hari
Menghitung radiasi gelombang panjang L.
Untuk temperatur udara 28° C tekanan uap air jenuh dihitung dengan
interpolasi berdasar Tabel 3.2., dan diperoleh:
€, = 28,32 mm Hg
Tekanan udara nyata dihitung dengan Persamaan (3.2):
eg = @, r= 28,32 X 0,7 = 19,82 mm He
Radiasi gelombang panjang netto dihitung dengan Persamaan (3.10):
Til. PENGUAPAN 675
L, = oT * (0,560,092 eq {ou + aoe '
)
=1,17x 107 x (301)* (0,56 — 0,092.+/19,82 ) (0,1 + 0,9x0,8)
= 215,27 cal./em’ hari
Radiasi matahari total netto:
Ry = Sy —Ln = 373,25 -215,27 = 157,98 cal./emt Mari
3.4. Perkiraan Evaporasi
Evaporasi dinyatakan sebagai laju evaporasi yang diberikan dalam
milimeter per hari (mm/hr). Pengukuran evaporasi dari permukaan air da-
pat dilakukan dengan beberapa cara seperti yang dijelaskan berikut ini.
3.4.1. Evaporasi dengan panci evaporasi
Cara yang paling banyak digunakan untuk mengetahui volume eva-
porasi dari permukaan air bebas adalah dengan menggunakan panci eva-
porasi, Gambar 3.3. adalah beberapa alat yang dapat digunakan untuk
mengukur evaporasi. Gambar 3.3.a. adalah tangki standar Inggris yang
terbuat dari besi yang digalvanisir berbentuk bujur sangkar dengan pan-
jang sisi 1,83 m (6 /#) dan kedalaman 0,61 m (2 /#) yang ditempatkan di
dalam tanah dengan sisi atasnya berada 100 mm (4 inchi) dari permukaan
tanah. Tangki tersebut berisi 1,8 m° (400 gallon), dengan elevasi muka air
pada posisi dekat dengan permukaan tanah dan dijaga tidak sampai ber-
ada lebih dari 100 mm di bawah bibir tangki. Pengukuran elevasi muka
air dilakukan setiap hari sehingga dapat diketahui besarnya penguapan.
Apabila terjadi hujan maka kedalaman hujan harus ditambahkan dalam
hitungan.
Gambar 3.3.b. adalah panci evaporasi klas A yang paling banyak di-
gunakan. Alat ini terdiri dari panci logam dengan diameter 1,21 m dan
tinggi 0,255 m dan dilengkapi dengan alat pengukur elevasi muka air.
Alat ini ditempatkan di atas rangka kayu dengan dasamya berada pada
0,15 m diatas permukaan tanah, sehingga udara dapat bergerak bebas di
68 HIDROLOGI TERAPANsekitar dan dibawah panci. Panci tersebut diisi air sampai kedalaman
0,203 m. Evaporasi dihitung dari perbedaan elevasi muka air selama in-
terval waktu pengukuran.
T 7 100m
Permukaan
tanah
(b). US Class A pan
Gambar 3.3. Panci evaporasi
Beberapa percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa eva-
porasi yang terjadi dari panei lebih cepat dibanding dari permukaan air
yang luas (waduk), Untuk itu hasil pengukuran evaporasi dari panci harus
dikalikan dengan suatu koefisien untuk mendapatkan evaporasi dari
waduk atau danau.
E,=KEp (3.13)
dengan
E,; evaporasi dari badan air (waduk atau danau)
Ep: evaporasi dari panci
K : koefisien panci.
Koefisien panci bervariasi menurut musim dan lokasi, yaitu berkisar
antara 0,6 dan 0,8. Biasanya digunakan koefisien panci tahunan sebesar
0,7.
Ill. PENGUAPAN 693.4.2. Neraca air di waduk
Neraca air di danau atau waduk didasarkan pada persamaan konti-
nuitas yang merupakan hubungan antara air masuk, air keluar dan jumlah
tampungan. Gambar 3.4. menunjukkan neraca air di danau, yang secara
matematis dapat dinyatakan dalam bentuk berikut:
E=P+Q-O-I-AS (3.14)
dengan:
E : volume evaporasi dari waduk
P : bujan yang jatuh di waduk
Q :aliran permukaan yang masuk ke waduk
O :aliran keluar dari waduk
J :-volume infiltrasi dari waduk ke dalam tanah
AS : perubahan volume tampungan
Gambar 3.4. Neraca air di waduk
Pengukuran dengan cara ini hanya memberikan perkiraan kasar. Hal
ini disebabkan karena sulitnya mengukur beberapa parameter yang ada
dalam persamaan tersebut, yaitu aliran masuk (Q) dan infiltrasi. Hujan
yang jatuh di sekitar waduk dapat diukur dengan peralatan yang telah di-
jelaskan di depan. Pengukuran aliran permukaan yang masuk (Q) sulit di-
lakukan, karena biasanya terdapat banyak anak sungai yang menuju wa-
duk. Pengukuran debit sungai-sungai tersebut sulit dan membutuhkan
biaya besar. Aliran keluar (O) dari waduk dapat dihitung dari pencatatan
debit yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan air dan air yang ke-
70 HIDROLOGI TERAPANjuar dari bangunan pelimpah. Perubahan volume air di waduk dapat dihi-
tung dengan mengukur elevasi muka air waduk. Sedang infilirasi hanya
dapat secara kasar dihitung berdasar teori aliran air tanah, dengan terlebih
dahulu mengukur permeabilitas tanah dan monitoring perubahan elevasi
muka air ianah di dalam sumur yang berdckatan.
3.4.3. Evaporasi dengan metode transfer massa
Pada tahun 1802, John Dalton mengusulkan persamaan difusi untuk
evaporasi, yang dikenal dengan hukum Dalton, di mana evaporasi seban-
ding dengan perbedaan antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap karena
kelembaban udara.
E=C flu) (e,—¢8) G15)
dengan:
E : evaporasi (mm/hari)
Cz koefisien
(fai) : fangsi kecepatan angin
u _: kecepatan angin pada jarak 2 m di atas permukaan air (7n/d)
e, :tekanan uap jenuh (nm Hg)
eég :tekanan uap udara (mm Hg)
Beberapa peneliti mengusulkan nilai C dan bentuk Au). Dengan me-
masukkan nilai-nilai tersebut, Seyhan (1990) mengusulkan bentuk per-
samaan berikut:
E=0,35 (0,5 + 0,54 up ) (e,—@2) (3.16)
dengan w, adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas permukaan
air dalam m/d.
Harbeck (1962) melakukan studi terhadap 20 waduk, dan diperoleh per-
samaan berikut:
E=Nu(e, ey) @.17)
dengan:
_0,0291
Ag 0,05
TM. PENGUAPAN 71dengan E dalam em/hari, e, dan eg dalam mm bar., dan A, adalah luas per-
mukaan danau dalam meter persegi.
Chow (1988) mengusulkan persamaan berikut:
E=B(e,- ea) (3.18)
dengan:
Be 0,102u
(a)
Lea
di mana:
E : penguapan (mm/hari)
es : tekanan uap jenuh (Pa)
eq: tekanan uap udara (Pa)
uz: kecepatan angin pada ketinggian z, = 2 m di atas permukaan yang
dinyatakan dalam m/d
2) : tinggi kekasaran yang diberikan oleh Tabel 3.9 (Chow, 1988).
Tabel 3.9. Tinggi kekasaran menurut jenis permukaan
Jenis Permukaan Tinggi kekasaran (cm)
Es, lumpur datar 0,001
Air 0,01 - 0,06
Rumput (< 10 cm) 0,1-2,0
Rumput (10 — 50 cm) 2-5
Tanaman (1—2 m) 20
Pohon (10 — 15 m) 40—70
Contoh 2
Hitung laju evaporasi dari permukaan danau dengan luas permukaan
4 juta meter persegi yang mempunyai temperatur 25°C, kelembaban
relatif 40%, dan kecepatan angin 3 m/d. Semua data tersebut diukur pada
ketinggian 2,0 m di atas permukaan air. Tinggi kekasaran z9=0,03 cm.
7 HIDROLOGI TERAPANPenyelesaian
Tekanan uap jenuh dihitung dari Tabel 3.2 untuk temperatur rerata
25°C, yang didapat:
@, = 23,75 mm Hg = 3169 Pa = 31,66 mm bar.
Kelembaban relatif:
r= Pd =40% > eg= res
es
40
eq = Too x 23,75 =9,5 mm Hg = 1267 Pa = 12,66 mim bar.
1. Evaporasi dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.16):
E=0,35 (0,5 + 0,54x3) (23,75 — 9,5) = 10,6 mm / hari
2. Evaporasi dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.17):
a =0,01361
(4x 106)
E=0,01361 x 3 (31,67 — 12,66) = 0,78 em/hari = 7,8 mm/hari
3. Evaporasi dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.18):
0,102 x3
{_ (200)
4 In| ——}
1 (0,03)
E=0,003947 (3169 — 1267 )= 7.5 mmihari
B= = 0,003947
3.4.4. Evaporasi dengan metode neraca energi
Dua faktor utama yang mempengaruhi evaporasi dari permukaan air
adalah suplai energi yang menimbulkan panas laten untuk evaporasi dan
adanya transpor uap air meninggalkan permukaan evaporasi. Radiasi ma-
tahari merupakan sumber utama dari energi panas. Transpor uap air me-
Til. PENGUAPAN 73ninggalkan permukaan evaporasi tergantung pada kecepatan angin di atas
permukaan dan gradien kelembaban udara di atasnya.
Telah dibahas di depan bahwa radiasi netto yang digunakan untuk
evaporasi adalah radiasi matahari yang discrap oleh permukaan bumi
dikurangi dengan radiasi bumi yang keluar ke atmosfer, seperti ditun-
Jukkan dalam Persamaan (3.12), Karena terdapat hubungan antara cnergi
dan evaporasi (melalui panas penguapan laten), maka radiasi netto R,
dapat dinyatakan dengan kedalaman penguapan air. Kedalaman air yang
menguap diberikan oleh bentuk berikut:
4 3.19)
dengan:
£,: kedalaman penguapan (cm/hari)
R,,: radiasi netto yang diterima permukaan bumi (cal./em’/hari)
Pw: rapat massa air (gr/cm*)
1, : panas laten untuk evaporasi (cal./gr)
Berdasar Persamaan (3.19) maka radiasi matahari yang sampai di tepi
luar atmosfer seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.6. dapat dinyatakan
dalam bentuk kedalaman penguapan. Dengan cara tersebut hitungan
evaporasi menjadi lebih sederhana. Tabel 3.10. adalah radiasi matahari
yang sampai di tepi luar atmosfer yang dinyatakan dalam kedalaman
evaporasi.
Contoh 3
Berdasar data seperti dalam Contoh 1, hitung laju evaporasi dari per-
mukaan air dengan menggunakan metode keseimbangan enetgi, jika di-
ketahui rapat massa air p,, = 1000 kg/m.
Penyelesaian
Panas penguapan laten dihitung dengan Persamaan (3.1) untuk tem-
peratur udara 28°C.
1,= 597,3 — 0,564 T = 597,3.— 0,564x28 = 581,5 cal/gr
4 HIDROLOGI TERAPANNVdVO9NGd “IE
Tabel 3.10, Radiasi gelombang pendck di tepi luar atmosfer (mm/harl)
Belahan Bumi Utara Belahan Bumi Sclatan
90° | 80° | 70° | 60° | 50° | 40° 30° | 20° | 10° | 0° | 10° | 20° | 30° | 40° | 50° | 60° | 70° | 80° | 90°
Jan] - - - 11.3 | 3.6 | 6.0 | 8.5 | 10.8] 12.8] 14.5] 15.8 | 16.8 | 17.3 | 17.3 | 17.1 | 16.6 | 16.5 | 17.3 | 17.6
Feb | - - 111} 35 | 5.9] 83 | 10.5] 12.3 | 13.9] 15.0] 15.7 | 16.0) 15.8] 15.2] 14.1] 12.7 | 11.2) 10.5 | 10.7
Mar| - | 1.8 | 4.3 | 6.8 | 9.4 [11.0 | 12.7] 13.9 | 14.8) 15.2) 15.1 | 14.6 | 13.6 | 12.2) 10.5) 8.4 61 | 3.6 | 1.9
Apr | 7.9 | 7.8 | 9.1 | 111 | 12.7] 13.9 | 14.8] 15.2 | 15.2 14.7| 13.8] 12.5]/10.8] 88 | 66143) 19] - -
Mei | 14.9 | 14.6 | 13.6 | 14.6 | 15.4] 15.9 | 16.0] 15.7] 15.0| 13.9124] 10.7] 8.7 | 64] 41] 19) 01] - -
Jun | 18.1 | 17.8} 17.0 | 16.5 | 16.7} 16.7 | 16.5 | 15.8 | 14.8] 13.4] 11.6 | 9.6 | 7.4 | 5.1 | 2.8 O8 | - - -
Jul (16.8 | 16.5 | 15.8 | 15.7| 16.1] 16.3 | 16.2] 15.7 | 14.8] 13.5] 11.9] 10.0] 7.8 | 5.6] 3.3 | 1.2 - -
Ags | 11.2 | 10.6] 11.4 | 12.7] 13.9 | 14.8} 15.3 15.3 | 15.0] 14.2] 13.0] 11.5) 9.6 | 7.5 | 5.2) 2.9 | O08] - -
Sep | 2.6 | 4.0 | 6.8 | 8.5 ] 10.5} 12.2 | 13.5] 14.4 14,9] 14.9 | 14.4] 13.5/12.1/ 10.5] 85] 62] 38) 13] -
ont] - | 02 | 2.4] 4.7 | 7.1 | 9.3 [103] 12.9 | 14.1] 15.0] 15.3 | 15.3 | 14.8 | 13.8 | 12.5 | 10.7) 88 71 | 7.0
Nop] - - for) 19 | 43 | 67 | 94 | 10.2) 13.1] 14.6 | 15.7 | 16.4 | 16.7 | 16.5 | 16.0 | 15.2 | 14.5 | 15.0} 15..3
Des | - - - 109 | 3.0] 5.5] 7.9 [10.3 | 12.4] 14.3 | 15.8} 16.9 | 17.6 | 17.8] 17.8 | 17.5 | 18.1 | 18.9 | 19.3Dari Contoh | telah diperoleh nilai R,= 244,2 cal./em*/hari. Penguapan
dihitung dengan Persamaan (3.27), dengan p.,= 1000 kg/m’ = 1,0 gr/em’:
157,98
in = ST = 0,27 cmthari = 2,7 mmfhari
581,5x10
3.5. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah evaporasi dari permukaan lahan yang ditum-
buhi tanaman. Berkaitan dengan tanaman, evapotranspirasi adalah sama
dengan kebutuhan air konsumtif yang didefinisikan sebagai penguapan
total dari lahan dan air yang diperlukan oleh tanaman. Dalam praktek
hitungan evaporasi dan transpirasi dilakukan secara bersama-sama.
Dalam hidrologi dan irigasi evapotranspirasi ini adalah sangat pen-
ting. Banyak metode telah dikembangkan untuk memperkirakan besarnya
evapotranspirasi, yang dibedakan dalam tiga katagori yaitu 1) metode
neraca air, 2) metode imbangan energi, 3) metode transfer massa, 4)
kombinasi metode transfer energi dan panas, seperti metode Penmann, 5)
metode prediksi, seperti persamaan-persamaan empiris dan indeks yang
digunakan untuk data panci evaporasi, dan 6) metode untuk tanaman
spesifik.
1, Alat pengukur evapotranspirasi
Pengukuran cvapotranspirasi dapat dilakukan dengan cara serupa
dengan pengukuran evaporasi, seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
a. Evapotranspirometer
Evapotranspirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
evapotranspirasi potensial (Gambar 3.7). Alat ini terdiri dari tangki kedap
air berisi tanah yang di atasnya ditumbuhi tanaman (biasanya rumput).
Biasanya terdapat dua atau tiga buah tangki. Di dasar tangki terdapat pipa
yang dihubungkan dengan tempat penampungan air. Air hanya dapat ma-
suk ke dalam tangki dari atas, baik karena hujan atau disiram, dan dapat
meninggalkan tangki melalui pipa di dasar. Evapotranspirasi dapat dihi-
tung dari selisih antara jumlah air yang masuk tangki dan jumlah air yang
76 HIDROLOGI TERAPANterkumpul di tangki pengumpul air. Kandungan air dalam tanah diperta-
hankan pada kapasitas lapangan, sehingga yang terjadi adalah evapotrans-
pirasi potensial dari permukaan tanah dan tanaman.
Kerikil jaring
halus
Pipa baja yang
dilapisi seng
Kaleng pengumpul air
Gambar 3.7. Evapotranspirometer
b. Lisimeter
Lisimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur evapotrans-
pirasi aktual (Gambar 3.8). Oleh karena itu lisimeter harus menggam-
barkan lingkungan sekitarnya, seperti tanaman penutup, kondisi permu-
kaan, tekstur tanah, porositas, infiltrasi, permeabilitas dan karakteristik
kapiler. Untuk itu ukuran tangki lebih besar dari evapotranspirometer.
Scmakin besar tangki semakin kecil pengaruh tepi tangki dan lebih
memungkinkan perakaran tanaman serupa dengan perakaran di kawasan
sekitarnya.
100 em——»
Tanah pasir
400 cm ——:
<
Pasir kasar
Keriki
Dasar berlubang
‘ov anne
(Lysimeter sederhana yang digunakan di Selanda)
Gambar 3.8. Lisimeter
HI. PENGUAPAN 72, Persamaan empiris Thornthwaite
Sejumlah rumus empiris digunakan untuk menghitung evapotrans-
pirasi potensial yang didasarkan pada data klimatologi. Penggunaan ru-
mus-rumus tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi daerah yang di-
tinjau. Salah satunya adalah rumus yang diusulkan oleh Thornthwaite
yang berlaku untuk daerah basah.
Evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh temperatur dan lama pe-
nyinaran matahari. Untuk 30 hari dalam satu bulan dan penyinaran mata-
hari 12 jam per hari, persamaan tersebut mempunyai bentuk:
10.Tm \*
ET ytan 112%") (3.20)
Gengan:
a =675x10° 1 -771x107 I? +179 x 1041 +492 x 10%
12 1514
Tm
- >(7)
m=1
dengan:
ETpaan + ¢vapotranspirasi potensial bulanan (cm)
Tn : temperatur bulanan rerata (°C)
I : indeks panas tahunan,
Apabila waktu penyinaran matahari tidak 12 jam/hari dan jumlah hari
dalam satu bulan tidak 30 hari, maka hasil hitungan dengan persamaan
tersebut harus dikalikan dengan suatu faktor. Tabel 3.11. menunjukkan
faktor pengali tersebut, yang tergantung pada letak garis lintang dan bu-
lan sepanjang tahun. Nilai-nilai di dalam Tabel 3.11. diturunkan dari lama
penyinaran matahari maksimum yang mungkin terjadi seperti diberikan
dalam Tabel 3.5.
7 HIDROLOGI TERAPANContoh 4
Diketahui temperatur rerata bulanan di daerah yang terletak pada ga-
ris lintang [0° lintang utara, seperti ditunjukkan dalam kolom 2 dari Ta-
bel 3.12. Hitung evapotranspirasi potensial bulanan.
Penyelesaian
Hitungan evapotranspirasi dilakukan dengan menggunakan Tabel
3.12.
Pertama kali dibitung nilai J untuk seluruh bulan dan kemudian hasilnya
dijumlahkan sehingga diperoleh:
12 1,514
Im
I= >) =15131
=T
Kemudian dihitung nilai a berdasar nilai J yang telah diperoleh:
a= 675x10° (151,31)> -771* 107 (151,31)? +
179x107 (151,31) +492x 107
= 2,338 - 1,765 + 2,708 + 0,492
a=3,773
Dari nilai a dan I yang telah diperoleh dan untuk setiap nilai 7,,, dihitung
ET setiap bulan:
3,773
10.7m |"
ET, = 1,62} ——
inn = 10 FO
Nilai ET yang telah diperoleh dikalikan dengan faktor pengali yang
diperoleh dari Tabel 3.11. Hasil hitungan E7;orei untuk masing-masing
bulan diberikan dalam kolom 6 dari Tabel 3.12.
Il. PENGUAPAN 7208
NVdVua.l INOTOUCIn
Tabel 3.11. Faktor penycsuaian untuk Persamaan Thormthwaite
Lintang | Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agst. | Sept. Okt. | Nop. Des.
o LU 1,04 0,94 1,04 1,01 1,04 1,01 1,04 1,04 1,01 1,04 1,01 1,04
3° LU 1,02 0,93 1,03 1,02 1,06 1,03 1,06 1,05 1,01 1,03 0,99 1,02
lo°LU | 1,00 0,91 1,03 1,03 1,08 1,06 1,08 1,07 1,02 1,02 0,98 0,99
15°LU | 0,97 0,91 1,03 1,04 111 1,08 1,12 1,08 1,02 1,01 0,95 0,97
20°LU | 0,95 0,90 1,03 1,05 1,13 Ll 1,14 1,11 1,02 1,00 0,93 0,94
25°LU | 0,93 0,89 1,03 1,06 LAS 1,14 117 1,12 1,02 0,99 0,91 0,91
30°LU | 0,90 0,87 1,03 1,08 1,18 1,17 1,20 1,14 1,03 0,98 0,89 0,88
35°LU | 0,87 0,85 1,03 1,09 1,21 1,21 1,23 1,16 1,03 0,97 0,86 0,85
40°LU | 0,84 0,83 1,03 1,11 1,24 1,25 1,27 1,18 1,04 0,96 0,83 0,81
45°LU | 0,80 0,81 1,02 1,13 1,28 1,29 1,31 1,21 1,04 0,94 0,79 0,75
50°LU 0,74 0,78 1,02 1,15 1,33 1,36 1,37 1,25 1,06 0,92 0,76 0,70
5° LS 1,06 0,95 1,04 1,00 1,02 0,99 1,02 1,03 1,00 1,05 1,03 1,06
10ers | 1,08 | 0,97 | 1,05 | 099 | 1,01 | 696 | 1,00 | 1,01 | 1,00 | 1,06 | 1,05 | 1,10
15° LS 1,12 0,98 1,05 0,98 0,98 0,94 0,97 1,00 1,00 1,07 1,07 112
20°LS | 1,14 | 1,00 | 1,05 | 097 | 0,96 | 091 | O95 | 0,99 | 1,00 | 1,08 | 1,09 | 115
aseLs | 1,17 | 1,01 | 1,05 | 096 | 094 | 088 | 0,93 | 0,98 | 1,00 | 1,10 | 4,11 1,18
30° LS 1,20 1,03 1,06 0,95 0,92 0,85 0,90 0,96 1,00 1,12 1,14 1,21
35° LS 1,23 1,04 1,06 0,94 0,89 0,82 0,87 0,94 1,00 1,13 1,17 1,25
40° LS 1,27 1,06 1,07 0,93 0,86 0,78 0,84 0,92 1,00 115 1,20 1,29
45° LS 1,31 1,09 1,07 0,91 0,83 0,73 0,80 O91 0,99 117 1,24 1,34
sorts | 1,37 | 1,12 | 1,08 | 0,89 | 077 | 067 | 0,74 | 088 | 099 | 119 | 1.29 | 141Tabel 3.12. Hitungan evapotranspirasi potensial metode Thornthwaite
Tm tm 4 Faktor | ET koreksi
Bulan | eq) | -(=) ET (om) | Pengali (cm)
Jan, | 262 12,28 12,86 1,00 1286 |
Feb. | 26,5 12,49 13,43 091 12,22
Mar. | 26,6 12,56 13,62 1,03 14,03
Apr. 26.9 12,18 14,21 1,03 14,63
Mei | 27,0 12,85 1441 108 15,56
Juni | 266 12,56 13,62 1,06 14,43
Juli 263 12,35 13,05 1,08 14,09
Agt. | 264 12,42 13,24 1,07 14,16
Sept. | 26,7 12,63 13,81 1,02 14,09
ox. | 272 12,99 1481 1.02 15,11
Nov. | 27,1 12,92 14,61 098 1432
Des._|_ 2655 12,49 1343 | 099 13.29
Jumlah 15131 168,79
c. Metode Blaney-Criddle
Metode Blaney-Criddle digunakan untuk menghitung evapotrans-
pirasi potensial berdasarkan data temperatur dan lama penyinaran mata-
hari. Metode ini banyak digunakan untuk memperkirakan kebutuhan air
tanaman. Persamaan Blaney-Criddle mempunyai bentuk:
=p (0,46 1+8,13) (3.21)
dengan:
f+ faktor kebutuhan air (mm/hari)
Pp; persentase rerata dari jumlah jam siang bulanan dalam setahun,
yang dapat diperoleh dari Tabel 3.13.
t + temperatur udara rerata harian pada bulan yang ditinjau
Untuk suatu jenis tanaman, kebutuhan air konsumtif adalah jumlab
air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi apabila
ketersediaan air tak terbatas. Kebutuhan air konsumtif adalah sama
dengan perkalian antara faktor kebutuhan air /dan koefisien tanaman f..
IH. PENGUAPAN 81Kebutuhan air konsumtif sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh
iklim. Pengaruh iklim pada kebutuhan air tanaman tidak sepenuhnya
dinyatakan oleh faktor kebutuhan air f Pengaruh iklim dapat diga-
bungkan ke dalam koefisien tanaman kj. Biasanya, nilai k, tergantung
pada waktu dan tempat, sehingga diperlukan penelitian di lapangan di
daerah yang ditinjau untuk menentukan nilai yang benar.
Doorenbos dan Pruitt (dalam Ponce, 1989) melakukan modifikasi
terhadap persamaan Blaney-Criddle untuk memperhitungkan pengaruh
waktu penyinaran matahari (n/N), kelembaban relatif minimum (RA nin),
dan kecepatan angin di siang hari (Usieng hari). Persamaan terscbut adalah:
ETy=a+ bf 3.22)
dengan:
ET : evapotranspirasi tanaman referensi
a,b : konstanta, yang dapat dicari dari Gambar 3.9.
Hubungan antara E7p dan f ditunjukkan dalam Gambar 3.9. untuk tiga
tingkatan waktu penyinaran matahari (#/N) yaitu rendah (kurang dari
0,6), sedang (0,6-0,8) dan tinggi (lebih dari 0,8); tiga tingkatan
kelembaban relatif minimum (RHpis) yaitu (kurang dari 20%), sedang
(20-50%) dan tinggi (lebih dari 50%); dan tiga tingkatan kecepatan angin
siang hari yaitu lemah (0-2 m/d), sedang (2-5 mld) dan kuat (lebih dari 5
m/d),
Kebutuhan air konsumtif untuk suatu tanaman, ET, dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
ET. =k. ET (3.23)
Koefisien tanaman untuk beberapa jenis tanaman diberikan dalam
Tabel 3.14.
82 HIDROLOGI TERAPANNVdVODNGd “HE
£8
Tabel 3.13. Faktor p dalam metode Blaney-Criddle
Garis | Utara Mar. | Apr. | Mei | Juni | Juli | Agst, | Sopt. | Okt. | Nop. | Dos.
to Selatan) Juli | Agst. | Sept | Okt. | Nop. | Des, | Jan. | Fob. | Mar. | Apr | Mei | Juni
60° ois | 020 | 026 | 032 | 038 | 0,41 | 040 | 0,34 | 028 | 022 | 0,17 | 0,13
55° ois | 022 | 0,26 | 031 | 036 | 038 | 037 | 0,33 | 0,28 | 023 | 0,19 | 0,17
50° 019 | 023 | 027 | 031 | 034 | 036 0,35 | 032 | 0,28 | 0,24 | 0,20 | o,s
48° 021 | 0,24 | 0,27 | 0,30 | 0,33 | 0,35 | 034 | 031 | 0,28 | 025 | 0,22 | 0,20
40° 022 | 024 | 027 | 030°} 032 | 0,34 | 0,33 | 0,31 | 0,28 | 025 | 0,22 | 021
35° 023 | 025 | 027 | 029 | 031 | 0,32 | 032 | 030 | 0,28 | 025 | 023 | 0,22
30° 024 | 0.25 | 0,27 | 0,29 | 0,31 | 0,32 | 031 | 0,30 | 0,28 | 0,26 | 0,24 | 0,23
25° 024 | 026 | 027 | 0,29 | 030 | 0,31 | 031 | 0,29 | 0,28 | 0,26 | 0,25 | 0,24
20° 025 | 0,26 | 0,27 | 0,28 | 0,29 | 0,30 | 030 | 0,29 | 0,28 | 0,26 | 0,25 | 025
15° 026 | 026 | 027 | 028 | 0,29 | 0,29 | 029 | 0,28 | 0,28 | 027 | 0,26 | 025
10° 026 | 027 | 027 | 028 | 0,28 | 0,29 | 029 | 028 | 0,28 | 027 | 0,26 | 0,26
5° 027 | 027 | 027 | 0,28 | 0,28 | 0,28 | 028 | 0,28 | 0,28 | 027 | 0,27 | 027
0° o27 | 027 | 0,27 | 027 | 0,27 | 027 | 027 | 027 | 0,27 | 027 | 027 | 027ET (mmid)
ETo (mia)
Minimum rendah RH<20% __| Minimum sedang RH 20-50% | Minimum tinggi RH > 50%
a
9 a
@ - 160
BF - 180
7h AG) ~ 200
se
5
ab
3
ak
a L ab
we 3 [ @ 78 728
128
418
2 @ - 185 148
() + 200 105
Rondah a/i< 0.8)
@
@)
a
Sedang mv (0.6 -0.8)
@ - 255
@) - 260 481
() - 240 13%
10
8 4
8
1 3
= 2
z 6 11s
Es ' t 3
ga t F
a '
3 i b
2 1
1 pig t mW
wf 4 ro 4 LJ
12345678 #1234 6878 1204 5678
F (meld) f(mmid) f(mmid)
Gambar 3.9, Hubungan antara ET dan f
84 HIDROLOGI TERAPANTabel 3.14. Koefisien tanaman k,
tanaman k, tanaman k,
Apokat 0,66-0,75 | Kentang | 0,25 -0,40
Pisang 0,90- 1,05 | Padi 0,45 - 0,65
Buncis 0,20-0,25 | Serat 0,25 - 0,40
Coklat 0,95-1,10 | Sorghum 030-045 |
Kopi 0,95-1,10 | Kedelai 0,30-0,45 |
Kapas 0,50-0,65 | Bit gula 0,50-0,65 |
Kurma 0,85-1,10 | Tebu | 1,05-1,20
Remi 0,35-0,70 |Tembaken | 0,30-0,35
Biji-bijian 0,25-0,30 | Tomat 0,30 - 0,45
Jagung 0,30-0,45 | Sayuran 0,15-0,30_|
Contoh 5
Hitung kebutuhan air konsumtif padi dengan menggunakan metode
Blaney-Criddle pada bulan Maret untuk lokasi yang berada di 10°LU,
dengan temperatur harian rerata 30°C. Dianggap bahwa waktu penyinar-
an matahari (n/N) adalah sedang, kelembaban relatif minimum (RMpin)
adalah sedang dan tingkatan kecepatan angin siang hari sedang.
Penyelesaian
Dari Tabel 3.13. untuk lokasi pada 10°LU pada bulan Maret diper-
oleh nilai p=0,27. Kemudian dengan menggunakan Persamaan (3.21)
didapat:
S£= 0,27 (0,46 x 30 + 8,13) = 5,921 mm / d
Untuk nilai n/N sedang, RAminimm Sedang dan kecepatan angin siang
hari sedang, maka digunakan Grafik V kurva 2 untuk menghitung E7o,
yang hasiinya:
ET = 5,5 mm / hari
Kebutuhan air untuk tanaman padi dihitung dengan menetapkan nilai
k, rerata dari Tabel 3.14., yaitu k= 0,55; sehingga:
Tl. PENGUAPAN 85ET. = 0,55 x 5,5 =3,03 mm / hari
¢. Metode Penman
Penman menggabungkan metode transfer massa (Sub bab 3.4.3) dan
metode neraca energi (Sub bab 3.4.4) untuk menghitung evaporasi Ep.
Selanjutnya evapotranspirasi diperoleh dengan mengalikan nilai evapo-
rasi dengan suatu Konstan empiris. Hasil penggabungan kedua metode
menghasilkan persamaan berikut:
E, AE n+ Ho
Aty
atau
E, —fEn +E (3.24)
Bei
dengan B = A/y, yang merupakan fungsi temperatur. Nilai B diberikan da-
lam Tabel 3.15.
E, : evapotranspirasi potensial
—, : kedalaman penguapan dalam mm/hari (Persamaan 3.19) yang
dihitung berdasar radiasi netto yang diterima permukaan bumi
(Persamaan 3.12).
E ; evaporasi, seperti diberikan oleh Persamaan (3.15).
Tabel 3.15. Nilai B fungsi temperatur
Temperatur T
(C) B=My
O 0,68
5 0,93
10 1,25
15 1,66
20 | 2,19 |
25 | 2.86
30 3,69
35 473
86 HIDROLOGI TERAPANContoh 6
Hitung evapotranspirasi potensial dengan metode Penmann di dacrah
yang berada pada 10°LS pada bulan Agustus. Data yang diberikan adalah
temperatur rerata adalah 28°C, kecepatan angin pada 2 m di atas tanah
adalah 200 km/hari, kelembaban relatif adalah 70%, koefisien refleksi
permukaan adalah 25%, dan n/N = 80%.
Penyelesaian
Dalam contoh ini data klimatologi adalah sama dengan Contoh | dan
Contoh 3, sehingga kedalaman penguapan yang dihitung berdasar radiasi
netto yang diterima permukaan bumi telah diperoleh yaitu:
R, = 244,2 cal. / cm? | hari
_ 2442
= = 0,42 cm/ hari= 4,2 mm /hari
581,5 x10
Dengan menggunakan Tabel 3.2. untuk t = 28°C diperoleh tekanan uap
air jenuh (interpolasi):
= 23,16+2 0183 — 23,76) =28,6 mm Hg
Tekanan uap:
eq = es RH = 28,6 x 0,7 = 20,02 mmHg
Kecepatan angin:
uy = 200 kn | hari= 2,31 m/d
Evaporasi dihitung dengan Persamaan (3.16):
E=0,35 (0,5 + 0,54 x 2,31 ) (28,6 — 20,02 ) = 5,25 mm / hari
Dari Tabel 3.15. untuk 7=28°C, diperoleh nilai § = 3,36.
Evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.24):
~~ 3:36%4,2 + 5,25
E,
3,36 +1
=4,42 mm / hari
Til. PENGUAPAN 873.6. Soa! Latihan
1. Hitung radiasi netto yang diperlukan untuk evaporasi di daerah tropika
basah yang berada pada O°LS pada bulan Juni. Data yang diberikan
adalah a) temperatur udara rerata 7-30°C; b) kelembaban rclatif
¥=75%; ¢) koefisien refleksi permukaan 0=25%; dan d) 7/N = 80%.
2. Hitung laju evaporasi dari permukaan danau dengan Juas permukaan 5
juta meter persegi yang mempunyai temperatur 30°C, kelembaban
relatif 70%, dan kecepatan angin 3 m/d, dengan menggunakan metode
Seyhan, Harbeck dan Chow. Semua data tersebut diukur pada
ketinggian 2,0 m di atas permukaan air.
3. Berdasar data seperti dalam Soal 1, hitung laju evaporasi dari
permukaan air dengan menggunakan metode keseimbangan energi,
jika diketahui rapat massa air rho, = 1000 kg / m sup 3.
4. Diketahui temperatur rerata bulanan di daerah yang terletak pada garis
lintang 0° (katulistiwa), seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah.
Hitung evapotranspirasi potensial bulanan.
Bulan [Jan [Feb [Mar |apr [Mei [tint [tuti [Agst [Sept [oxt [Nop [Des |
frm (°c) [25.5 [25,5 [26,0 [26,5 [27,0 bo8.0 9.0 00 00 [29.0 [8.0 [7,5 |
5. Hitung kebutuhan air konsumtif padi dengan menggunakan metode
Blancy-Criddle pada bulan Juli untuk lokasi yang berada di 5°LU,
dengan temperatur harian rerata 30°. Dianggap bahwa waktu penyi-
naran matahari (n/N) adalah sedang, kelembaban relatif minimum
(RH) adalah sedang dan tingkatan kecepatan angin siang hari
sedang.
6. Hitung evapotranspirasi potensial dengan metode Penmann di daerah
yang berada pada 10°LS pada bulan Agustus. Data yang diberikan
adalah temperatur rerata adalah 28°C, kecepatan angin pada 2 m di
atas tanah adalah 200 dm/hari, kelembaban relatif adalah 70%,
koefisien refleksi permukaan adalah 25%, dan n/N = 80%.
. Gunakan metode Penmann untuk menghitung laju evaporasi untuk
kondisi atmosfer berikut: temperatur udara 25°C, radiasi netto 578
~
88 HIDROLOGI TERAPAN_—————————————— nee
cal/em’/d, kecepatan angin pada 2 m diatas permukaan v=150
km/hari, kelembaban relatif 50%.
8. Gunakan metode Blaney-Criddle (dengan koreksi Doorenbos dan
Pruitt) untuk menghitung evapotranspirasi tanaman referensi selama
bulan Juli untuk lokasi geografis 40° lintang utara, dengan temperatur
harian rerata 25°C. Dianggap high actual insolation time, kelembaban
relatif 70% dan kecepatan angin siang hari | m/d.
9. Gunakan metode Thomthwaite untuk menghitung evapotranspirasi
potensial selama bulan Mei untuk lokasi yang berada pada garis
lintang 35°LU, dengan temperatur bulanan rerata berikut dalam °C
Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Ags | Sept | out | Nov | Des
6 | 8 | 10 | 12 | 15 | 20 | 25 | 20 | 16 | 2] 10 [ 8
III. PENGUAPAN 89