ABSTRAK
Remaja Indonesia merupakan kelompok rentan terhadap masalah kesehatan
reproduksi. Pada masa ini terjadi keinginan besar untuk mencoba dan mengetahui hal
baru. Dari berbagai laporan dinyatakan bahwa banyak remaja sudah terjebak dalam
perilaku reproduksi tidak sehat, diantaranya perilaku seksual pranikah. Berdasarkan
Hasil survey Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalimantan Timur
tahun 2008. Dari 300 remaja (usia 13-20 tahun) 12% responden mengaku sudah
melakukan hubungan seks.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Sikap dan Pola
Komunikasi Dengan Orang Tua dengan Perilaku seks Pranikah pada Siswa di
SMA Swasta Kota Samarinda Tahun 2010. Penelitian ini adalah Observasional
dengan metode “Cross Sectional Study”. dengan jumlah sampel sebanyak
102 siswa. Data yang diperoleh dari hasil menjawab angket. Analisis yang
digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi Square Test.
Analisis data univariat, sebanyak 3% telah melakukan hubungan
intim selayaknya suami istri ,serta 2% . Perilaku beresiko seksual pada
responden sebanyak 17% responden yang beperilaku resiko tinggi , dan
hanya 5% yang tidak memiliki perilaku beresiko. Analisis bivariat menunjukan
adanya hubungan sikap dengan perilaku seks pranikah p=0,028 dan tidak ada
hubungan pola komunikasi dengan perilaku seks pranikah p=0.06).
Penelitian ini diharapkan kerjasama antara guru dan orang tua untuk
memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang baik
agar dapat membentengi sikap dan prilaku Remaja di SMA Swasta Samarinda.
Kata Kunci : Sikap, Komunikasi ,perilaku seks pranikah
ABSTRACT
Indonesian adolescents are particularly vulnerable to reproductive health
problems. At the time this happens a great desire to try and learn new things. From
various reports stated that many teens already trapped in unhealthy reproductive
behavior, including sexual behavior before marriage. Based on the survey results
Indonesian Family Planning Association (IPPA) East Kalimantan in 2008. Of the 300
adolescents (aged 13-20 years) 12% of respondents claimed to have had sex.
This study aims to determine the relationship Attitudes and Patterns of
Communication With Parents with Premarital Sex Behavior in High School Students
in Private Samarinda in 2010. This study is observational method "Cross Sectional
Study". with a total sample of 102 students. Data were obtained from questionnaires
answered. The analysis is the analysis of uni-variate and bi-variate with Chi Square
Test.
Uni- variate analysis of the data obtained from 102 respondents as much as 3% had
sex should husband and wife, and 2% had had sex in the past month and 1% had had
sex in a last month . Behavior different sexual risk among respondents as many as
17% of respondents which high risk behavior , and only 5% who do not have risky
behaviors. Bi-variate analysis showed an association with the attitude of premarital
sexual behavior p = 0.028 and no association with the communication patterns of
premarital sexual behavior (p = 0061).
This study is expected the cooperation between teachers and parents to provide
education and knowledge about good reproductive health in order to fortify the
attitude and behavior of Private High School Youth in Samarinda.
Keywords: Attitude, Communication, premarital sexual behavior
Perilaku Ya Tidak
No
n % n %
1 Berpelukan 97 95 5 5
2 Berpegangan tangan 96 94 6 6
3 Menghabiskan waktu berduaan 91 89 11 11
4 Ciuman 60 59 42 41
5 Bermanja-manjaan 53 52 49 48
6 Baring Bersama dengan pasangan 19 19 83 81
7 Diraba didalam pakaian 16 16 86 84
8 Meraba di dalam pakaian 14 14 88 86
9 Melepaskan pakaian dan memperlihatkan 5 5 97 95
alat kelamin
10 Bersenggama 3 3 99 97
11 dalam sebulan terakhir anda melakukan 2 2 100 98
hubungan seks
12 memiliki pasangan hubungan seks yang 1 1 101 100
berbeda dalam sebulan terkahir
Tahun 2010
Tabel 2 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Seks Pranikah siswa SMA
Swasta tahun 2010
Terbuka 54 53%
Tabel 4 Distribusi Sikap dan Pola
Komunikasi dengan orang tua responden di SMA Swasta Kota
Samarinda Tahun 2010
Berdasarkan tabel 3 tentang yaitu dari 102 responden yang
perilaku beresiko seksual pada memiliki sikap yang baik sebesar
responden sebanyak 17% responden (58%). Sementara pola komunikasi
yang beperilaku resiko tinggi , dan orang tua , responden yang memiliki
hanya 5% yang tidak memiliki pola komunikasi yang terbuka
perilaku beresiko. sebesar (53%).
Berdasarkan tabel 4 tentang
sikap akan kesehatan reproduksi
Tabel 5. Hubungan Sikap dan Pola Komunikasi dengan perilaku seks Pranikah
pada siswa SMA Swasta di Kota Samarinda
Berdasarkan hasil pengolahan percintaan. Bila ada kesempatan para
dan analisa data maka dilakukan remaja melakukan sentuhan fisik,
pembahasan hasil penelitian sesuai mengadakan pertemuan untuk
dengan variabel yang di teliti.
melakukan aktifitas seksual bahkan
1. Perilaku
Perilaku adalah suatu kadang-kadang remaja tersebut
kegiatan atau aktivitas organisme mencari kesempatan untuk
(makhluk hidup) yang melakukan hubungan seksual
bersangkutan. Perilaku (manusia) (Soetjiningsih, 2004). .
adalah semua kegiatan atau Untuk itu diharapkan pada
aktivitas manusia, baik yang seluruh aspek dapat memberikan
diamati langsung, maupun yang dampak yang baik dengan
tidak dapat diamati oleh pihak mengubah yang buruk menjadi
luar (Notoatmodjo,2003) lebih baik, baik dari segi
Berdasarkan penelitian pengetahuan agar semakain
yang dilakukan tentang perilaku ditingkatkan, pola komunikasi
remaja pada siswa SMA Swasta , orang tua harus lebih terbuka
diketahui bahwa responden yang dan merespon permasalahan
dijadikan sempel adalah anak agar anak tidak
responden yang tidak pernah mencurahkan permasalahan
berpacaran dan pernah pada orang yang kurang tepat
berpacaran (100%) dan aktivitas yang akan berdampak pada
yang banyak dilakukan oleh perilaku seks pranikah, serta
responden dengan lawan jenis / memperkecil paparan media
pasangan yaitu responden di SMA dengan memberikan himbauan,
Swasta berpelukan (95%), arahan dan terus memantau agar
sedangkan yang melakukan dapat terkontrol, dengan
hubungan intim (3%). Sedangkan demikian sikap yang terbentuk
di berpelukan (93%) dan yang akan jauh lebih baik dan akan
melakukan hubungan intim (3%). menimbulkan perilaku yang
Responden di SMA Swasta positip pada para remaja di SMA
mulai tertarik dengan lawan jenis Swasta .
rata-rata pada usia 10-13 (78%)
dan (92%). Dari data yang 2. Sikap
didapat diatas bahwa remaja Sikap merupakan reaksi
mulai tertarik terhadap lawan atau respon yang masih tertutup
jenis pada masa remaja awal, dari seseorang terhadap suatu
dimana pada tahap remaja awal stimulus atau objek. Manifestasi
ini responden mulai memasuki sikap tidak dapat langsung
masa pubertas. dilihat, tetapi hanya ditafsirkan
Dengan adanya acuan terlebih dahulu dari perilaku
untuk mengukur prilaku seks yang tertutup, bukan merupakan
pranikah melaui ASAI maka dari reaksi terbuka atau tingkah laku
hasil penelitian yang dilakukan di yang terbuka. Sikap merupakan
SMA Swasta samarinda terdapat kesiapan untuk bereaksi
siswa yang pernah melakukan terhadap objek di lingkungan
seks pranikah, dan rata-rata tertentu sebagai suatu
siswa yang ada di SMA Swasta penghayatan terhadap objek
adalah siswa yang memiliki (Notoatmodjo, 2003).
kategori seks aktif dilihat dari Sikap yang tidak seiring
kriteria yang telah ada didalam dengan perilaku disebabkan
ASAI sebanyak 3%. faktor situasi dan kondisi. Bila
Sebagian besar dari remaja keyakinan normatif responden
biasanya sudah mengembangkan tentang perilaku seks pranikah
perilaku seksualnya dengan lawan bersifat mendukung, artinya
jenis dalam bentuk pacaran atau bahwa pandangan orang lain,
baik lingkungan maupun Swasta pada siswa di sekolah
keluarga menganggap bahwa tersebut diketahui bahwa sikap
perilaku seks merupakan yang ditunjukan sudah baik
sesuatu yang wajar, maka hal dalam menjawab pertanyaan-
tersebut akan memicu terjadinya pertanyaan yang diajukan dalam
perilaku seks pranikah di angket, tetapi disini juga tidak
kalangan mereka. Tetapi bila menutup kemungkinan bahwa
keyakinan normatif yang mereka pengisian tersebut belum
miliki tidak mendukung, dijawab dengan sejujur-jujurnya
keyakinan subyektif terhadap hal ini dapat dilihat responden
perilaku seks pranikah akan dalam menjawab tidak searah,
berbeda. Akibatnya sikap yang sehingga jawaban yang saling
sudah bagus tidak termanifestasi berkaitan menjadi tidak jelas,
dalam perilaku yang baik seperti terlihat pada jawaban responden
sikapnya terhadap sesuatu akan sikap mereka tentang
obyek. (azwar,1998) menolak aborsi, dan pada
Dari hasil yang ada variabel pengetahuan yang
bahwa yang memiliki sikap yang membahas tentang aborsi masih
baik tetapi tidak menutup ada responden tidak mengetahui
kemungkinan dapat beresiko pengertian aborsi, hal ini yang
terhadap prilaku seks pranikah menyebabkan jawaban menjadi
yaitu 8.5% pada penelitian ini . rancu.
Dikarenakan pengetahuan Namun demikian dapat
responden masih ada yang dilihat bahwa hasil dari
kurang seperti pengetahuan penelitian ini terdapat hubungan
responden mengenai cara antara sikap dan prilaku seks
mencegah kehamilan responden pranikah. Dengan rata-rata sikap
hanya mengetahui 11% di SMA yang sudah baik yang dimiliki
Swasta 15% di tapi apabila oleh responden maka
dilihat dari jawaban responden diharapkan bagi responden
setuju 53% mengenai hal yang dapat mempertahankannya,
terlarang apabila remaja sehingga dapat terhindar dari
menggunakan alat kontrasepsi hubungan seks pranikah dengan
untuk mencegah kehamilan. cara memperkuat keimanan dan
Sikap yang baik ini di meningkatkan pengetahuan
SMA Swasta dikarenakan tentang kesehatan reproduksi
mempunyai kegiatan dan seks pranikah, serta bagi
ekstrakulikuler yaitu kegiatan responden yang masih memiliki
ibadah secara rutin di setiap sikap yang tidak baik
minggunya dimana responden dikarenakan pernah melakukan
wajib untuk mengikutinya hubungan seks maka tidak
sehingga dengan adanya mengulangi kesalahan yang
kegiatan tersebut dapat sama dengan meingkatkan
memperkuat keimanan. pengetahuan dan menjaga
Sedangkan pada yaitu sekolah kesehatan reproduksinya, dan
umum dimana tidak memiliki dengan memperbaiki akhlak dan
kegiatan ekstrakulikuler tentang memperkuat iman dapat
keagamaan responden hanya menghindari seks pranikah.
mendapatkan materi keagamaan Sehingga perlunya pendidikan
di pendidikan agama saja. dan pengetahuan guru dan
Sehingga diperlukan kegiatan orang tua tentang kesehatan
ibadah di ekastrakulikuler seperti reproduksi sehingga guru dan
kegiatan mentoring untuk orang tua dapat memberikan
membentengi sikap responden. bimbingan konseling kepada
Dengan demikian responden yang memiliki
penelitian yang dilakukan di SMA masalah atau sikap yang
menjurus kepada arah perilaku sesuai dengan kehendaknya.
seks pranikah sehingga dapat Mengikuti keinginanya yang
meminimalisir terjadinya dianggap dapat membuatnya
perilaku seks pranikah. senang tanpa memikirkan
dampaknya.
3. Pola Komunikasi Sehingga sangat
Komunikasi berlangsung diperlukan sekali Peran orang
bila antara orang-orang yang tua disini makin awal komunikasi
terlibat terdapat kesamaan itu dilakukan,fungsi
makna mengenai suatu hal yang pencegahannya semakin nyata.
dikomunikasikan. Secara Hasil penelitian terkait
terminologis, komunikasi berarti mengungkapkan bahwa peran
proses penyampaian suatu orang tua dalam komunikasi
pernyataan oleh seseorang dengan remaja terbatas dalam
kepada orang lain. hal tertentu saja, seperti
( Djmarah,2004) pendidikan, pelajaran,
Dukungan orang tua kesehatan atau keuangan .
merupakan peran serta orang sementara itu, untuk masalah
tua yaitu komunikasi secara pergaulan dan khususnya
terbuka antara orang tua dengan masalah seksual orang tua
remaja. Tidak dapat dipungkiri selalu mengangap sesuatu yang
lagi bahwa keluarga merupakan tabu untuk di bicarakan
lingkungan primer hampir setiap sehingga orang tua cenderung
individu. Hubungan antara tetutup untuk mengungkapkan
manusia yang paling intensif dan maslah-masalah seks dan
paling awal terjadi dalam tentang reproduksi yang dimiliki
keluarga. Oleh karena itu laki-laki maupun perempuan.
sebelum mengenal norma-norma Rasa penasaran yang dimiliki
dan nilai-nilai dari masyarakat anak membuat anak untuk
umum, pertama kali ia mencari informasi diluar melalui
menyerap norma-norma dan media-media dan pembicaraan
nilai-nilai yang berlaku dalam dengan teman sebaya (Sarwono
keluarganya (sarwono,2006) 2006)
Hasil penelitian di SMA Hasil penelitian di SMA
Swasta memiliki komunikasi Swasta memiliki komunikasi
orang tua yang tertutup dengan terbuka dengan perilaku resiko
perilaku resiko tinggi terhadap tinggi terhadap seks pranikah
seks pranikah sebanyak 18.8% sebanyak 13.0% ini dikarenakan
Dimana orang tua sebagai sosok Adanya Peran keluarga yang
orang yang susah untuk diajak baik belum tentu tidak
tukar fikiran dan bertanya berperilaku resiko tinggi
sehingga anak lebih condong terhadap seks pranikah karena
keluar untuk mencari informasi bisa saja remaja memiliki
apa yang dia butuhkan. pergaulan teman sebaya yang
Informasi yang dia dapat dari kurang baik. ini terlihat dari
luar masih diragukan akan persentasi responden
kebenarannya dan tanpa mendapatkan informasi tentang
diimbangi dengan saran untuk seksualitas dari teman pada SMA
kebaikan remaja tersebut. Peran Swasta sebesar (35%) .
keluarga dalam membimbing Pergaulan teman sebaya besar
dan mendidik anak-anaknya kecilnya akan sangat
ternyata berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap perilaku
perilaku seksualnya. Dimana seksualnya karena terkadang
perilaku remaja jika tidak remaja lebih terbuka dengan
dikontrol dan diberikan arahan temanya dari pada dengan
maka remaja akan berjalan keluarganya karena rasa segan
untuk bertanya dan bagaimana ia akan bereaksi
menceritakan apa yang sedang terhadap lingkungannya selain
dialami pada masa remajanya. itu juga ibu didalam keluarga
Selain itu juga memiliki peran sangat berperan dalam
keluarga yang baik belum tentu meletakkan dasar perilaku sehat
tidak beresiko tinggi terhadap pada anak-anak mereka sejak
perilaku seks pranikah ini lahir (Notoatmodjo 2005)
disebabkan dari sikap tidak baik Sehingga dengan adanya
responden yaitu responden tidak Komunikasi yang terbuka secara
setuju kalau pendidikan seks dini dari orang tua maka remaja
sebaiknya diberikan dari tidak akan malu dan takut untuk
lingkungan keluarga. bertanya sehingga remaja
Selain itu juga memiliki memperoleh informasi yang
komunikasi yang terbuka belum tepat dan akurat dan dapat
tentu tidak berperilaku seks terhindar dari perilaku seks
pranikah ini disebabkan oleh pranikah. Selain itu juga harus
Pengetahuan remaja kurang dan adanya kerjasama dari lembaga-
seringnya remaja mengkases lembaga kesehatan dengan
media pornografi baik dari media lembaga pendidikan untuk
cetak, elektronik maupun memberikan penyuluhan kepada
internet. orang tua bahwa seksualitas itu
Kepuasan psikis yang bukan masalah tabu untuk
diperoleh anak dalam keluarga dibicarakan.
akan sangat menentukan