Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

Perancanga
n Sistem
Digital
Elektronika Digital

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Fakultas Teknik Teknik Elektro MK10230 Dr. Ir. Andi Adriansyah, M.Eng

Abstract Kompetensi
Modul ini memberikan penjelasan awal Mahasiswa diharapkan mampu
mengenai Perancangan Sistem Digital. memahami definisi Perancangan Sistem
Hal ini melingkupi definisi, contoh Digital, mampu menyebutkan manfaat
peralatan, representasi dan manfaat dan contoh peralatan digital.
penggunaan Sistem Digital.
1.1. Definisi Digital
Digital berarti suatu keadaan yang memiliki 2 (dua) nilai saja. Biasanya, keadaan ini
diwakili dengan angka 1 dan angka 0, atau benar (true) dan salah (false), atau HIGH dan
LOW. Untuk manipulasi besaran digital, hanya dikenal 3 (tiga) operator dasar, yaitu AND,
OR dan NOT. Pada Gambar 1.1 tampak 3 gerbang (gate) digital yang dipakai untuk mewakili
rangkaian digital. Sedangkan Tabel 1.1 berisi variasi nilai INPUT dan OUTPUT terkait
dengan Gerbang Digital pada Gambar 1.1.

(a) (b) (c)


Gambar 1.1. Gerbang (Gate) digital. AND (a), OR (b) dan NOT (c)

Tabel 1.1. Variasi Nilai INPUT dan OUTPUT pada Gerbang Digital
INPUT OUTPUT
A B A AND B A OR B NOT A
atau atau atau
A.B A+B Ā
0 0 0 0 1
0 1 0 1 1
1 0 0 1 0
1 1 1 1 0

Untuk Gerbang AND, jika kedua input, yaitu A dan B, bernilai ‘0’, maka OUTPUT-nya
akan bernilai “1”. Untuk gerbang ini, OUTPUT selalu ‘0’, kecuali jika kedua INPUT bernilai
‘1’. Untuk Gerbang OR, OUTPUT selalu ‘1’, kecuali jika kedua INPUT, dalam hal ini A dan B,
bernilai ‘0’. Sedangkan untuk Gerbang NOT, INPUT-nya hanya 1 variabel, dalam digital
disebut 1-bit, dalam hal ini INPUT gerbang NOT tersebut adalah A. OUTPUT gerbang NOT
selalu kebalikan INPUT-nya, jika INPUT-nya ‘1’, maka OUTPUT-nya ‘0’.
Gambar 1.2 memperlihatkan contoh sederhana untuk logika digital. INPUT-nya
berupa saklar A dan B, sedangkan OUTPUT-nya berupa lampu F. Saklar yang putus diwakili
dengan nilai ‘0’, sedangkan saklar kontak diwakili nilai ‘1’. Adapun lampu ON atau OFF
diwakili oleh nilai ‘1’ dan ‘0’. Karena saklar A, saklar B dan lampu F disusun sedemikian
rupa, maka logika digitalnya, 3 variabel tersebut, yaitu A, B dan F, diwakili oleh gerbang
logika seperti tampak pada Gambar 1.2.a.

‘15 Teknik Digital


2 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(a) (b) (c)
Gambar 1.2. Contoh sederhana penerapan logika digital AND

Gambar 1.3 memperlihatkan contoh sederhana penerapan logika digital gerbang


OR.

(a) (b) (c)


Gambar 1.3. Contoh sederhana penerapan logika digital OR

1.2. Contoh Peralatan Digital


Meskipun logika digital kelihatan sederhana dan remeh, tetapi dalam penerapannya,
logika digital merambah hampir semua peralatan elektronik, mulai dari yang sangat rumit,
sampai yang sangat sederhana. Berikut ini adalah beberapa contoh peralatan elektronik
yang menerapkan logika atau besaran digital.
Contoh pertama adalah Komputer Digital. Gambar 1.4 memperlihatkan sebuah
laptop beserta komponennya, antara lain LCD (Liquid Crystal Display), Motherboard,

‘15 Teknik Digital


3 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Keyboard dan lain-lain. Motherboard berisi banyak komponen digital, terutama
microprocessor, memory dan beragam I/O device termasuk Graphic Chip. LCD screen harus
dilengkapi dengan microcontroller terprogram agar dapat berinteraksi baik dengan
motherboard, begitu pula dengan Keyboard. Baik microprocessor, memory, I/O device,
maupun microcontroller, merupakan implementasi rangkaian dan logika digital.
Seperti kita telah ketahui, tergantung software yang digunakan Komputer Digital
dapat menggeser peran banyak peralatan lama seperti mesin tik, mesin hitung atau
kalkulator, meja gambar, video game, proto board, oscilloscope dll. Selain itu Komputer
Digital juga dapat digunakan untuk menyimpan informasi dalam jumlah amat besar dalam
Harddisk-nya. Komputer Digital juga dapat digunakan untuk transfer informasi kecepatan
tinggi, baik berupa teks, gambar, audio, video dan lain-lain.

Gambar 1.4. Laptop dan Komponennya

Contoh kedua adalah Kamera Digital. Gambar 1.5 memperlihatkan sebuah kamera
digital beserta komponennya, antara lain LCD, Microcontroller Mainboard, External Memory,
Sensor Photon atau Cahaya, Battery, Lensa dan lain-lain. Hampir semua komponen yang
disebutkan tadi merupakan penerapan logika dan rangkaian digital, termasuk rangkaian
detektor untuk memantau sisa energi pada battery. Karena beragam fiturnya, Kamera Digital
ini telah menggeser peran Kamera Analog. Beberapa jenis Kamera Digital juga dapat
berperan ganda sebagai Video Recorder. Bahkan alat ini dapat dipadukan dengan
Handphone, Laptop, Peluru Kendali, Kacamata, Ballpoint dll.

‘15 Teknik Digital


4 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.5. Kamera Digital dan Komponennya

Contoh ketiga adalah Neon Digital. Gambar 1.6 memperlihatkan sebuah neon
dengan ballast elektronik. Ballast adalah benda yang digunakan untuk membangkitkan
tegangan amat tinggi, sekitar 500V, agar gas pada tabung terionisasi dan berpendar
memancarkan cahaya. Awalnya ballast diperankan oleh sebuah trafo, kemudian diganti
menjadi ballast elektronik yang memiliki banyak kelebihan dibanding pendahulunya,
termasuk pengurangan berat fisik, penghilangan kedipan dan penghematan energi.
Meskipun ballast elektronik analog sudah jauh lebih baik dari ballast trafo, kualitas ballast ini
masih kalah jika dibandingkan dengan ballast digital.

(a) (b)
Gambar 1.6. Ballast Elektronik Analog (a) dan Digital (b).

‘15 Teknik Digital


5 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Meskipun lampu neon sudah jauh lebih hemat dari lampu pijar, apalagi jika
digunakan ballast digital, saat ini sudah ada upaya untuk menggeser perannya dengan LED
bulb sebagai pengganti. Lampu ini tidak menghasilkan cahaya dari benda berpijar berupa
filamen maupun gas, yang biasanya disertai panas dan gelombang ultra violet, dua hal yang
tidak dibutuhkan oleh pengguna lampu. Lampu ini menghasilkan cahaya semata-mata
karena eksitasi elektron pada bahan semikonduktor. Selain tidak menghasilkan panas,
photon atau cahaya yang keluar darinya dapat direkayasa agar berkisar pada spektrum
yang sempit saja.

(a) (b)
Gambar 1.7. LED Bulb (a) dan Switching Power Supply MC33374 (b)

1.3. Representasi Bilangan Biner


Untuk menerapkan logika dan komponen digital pada beragam alat elektronik,
diperlukan representasi yang memadai. Berikut ini adalah beberapa contoh representasi
digital untuk informasi berupa tulisan, bilangan, gambar dan sinyal.

1.3.1. Representasi Tulisan


Untuk mewakili tulisan, baik angka, huruf maupun lambang-lambang tertentu
termasuk alfabet Yunani, telah dibuat standar kode ASCII seperti tampak pada Gambar 1.8.
Setiap lambang dapat diwakili dengan 8-bit info biner, misalnya lambang ‘Ω’ diwakili oleh
bilangan biner 11110100. Tulisan berupa angka ‘5’ akan diwakili dengan bilangan biner
00110101, dan seterusnya.

‘15 Teknik Digital


6 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.8. Daftar Kode ASCII

1.3.2. Representasi Bilangan


Untuk informasi berupa bilangan, telah disediakan standar untuk mewakili beragam
ukuran atau skala presisi bilangan seperti tampak pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3. Misalnya,
bilangan bulat antara – 2 milyar sampai + 2 milyar dapat diwakili dengan 4-bytes atau 32-
bits bilangan biner. Sedangkan untuk bilangan dengan digit desimal terlampau banyak, baik
karena bilangan tersebut teramat besar maupun bilangan yang teramat halus , harus diwakili
dengan menganggapnya sebagai bilangan riil dengan konsekwensi bilangan yang diwakili
belum tentu persis sama dengan hasil konversi bilangan biner yang mewakilinya, di mana
presisi atau error-nya sesuai dengan ukuran bilangan biner yang mewakilinya.

‘15 Teknik Digital


7 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Misalnya bilangan π yang diwakili single (32-bit) akan berupa
3.1415927410125732421875, dengan presisi hanya sampai 7-digit angka desimal.
Sedangkan jika diwakili dengan double (64-bit) menjadi
3.1415926535897932384626433832795..., dengan presisi melampaui 32-digit angka
desimal. Setiap penghematan bit akan berakibat pengurangan presisi.

Tabel 1.2. Representasi Bilangan Bulat


Size Decimal
Name Range
(Bits) digits
nibble 4 − 8 to 7 1
0 to 15 2
byte 8 -128 to 127 3
0 to 255 3
word 16 − 32,768 to 32,767 5
0 to 65,535 5
int 32 − 2,147,483,648 to 2,147,483,647 10
0 to 4,294,967,295 10
int64 64 − (263) to (263 − 1) 19
0 to (264 − 1) 20
octaword 128 − (2127) to (2127 − 1) 39

Tabel 1.3. Representasi Bilangan Riil


Type Total Sign Exponent Significant Exponent Bits
bits bit bits bits bias precision
Half 16 1 5 10 15 11
Single 32 1 8 23 127 24
Double 64 1 11 52 1023 53
Quad 128 1 15 112 16383 113

1.3.3. Representasi Gambar


Dalam penerapan teknik digital, gambar dianggap kumpulan titik yang setiap titiknya
diwakili dengan 1 atau sejumlah bit bilangan biner. Untuk gambar hitam putih, setiap titik
gambar atau pixel (picture element) cukup diwakili dengan 1-bit info biner. Untuk gambar
skala abu-abu (grayscale) setiap titik harus diwakili dengan 8-bit info biner. Sedangkan
untuk gambar dengan kualitas warna true color (lebih dari 4 milyar warna), setiap pixel
diwakili oleh 32-bit info biner.
Seperti tampak pada Gambar 1.9. Pas foto hitam putih yang biasa kita lihat bukan
hanya terdiri dari titik hitam dan putih saja, tetapi beragam intensitas abu-abu antara hitam
dan putih.

‘15 Teknik Digital


8 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Selain kehalusan warna, kualitas gambar yang diwakili info biner juga dipengaruhi
jumlah pixel pada gambar tersebut. Gambar 1.10 memperlihatkan 2 gambar dengan resolusi
atau jumlah pixel berbeda.

(a) (b) (c)


Gambar 1.9. Foto dengan 3 macam presisi warna, true color (a), grayscale (b) dan
hitam putih (c)

(a) (b)
Gambar 1.10. Foto dengan resolusi berbeda, (320x400) pixel (a) dan (80x100) (b).

Ringkasnya, setiap gambar dapat diwakili dengan info biner sesuai dengan resolusi
(jumlah pixel) dan kualitas warna (jumlah variasi warna). Gambar 1.11 memperlihatkan
setting kualitas gambar pada layar, dengan resolusi (1280x1024) pixels dan kulitas warna
(32-bit) atau 4 milyar lebih variasi warna. Gambar dengan kualitas tinggi memerlukan lebih
banyak info biner untuk mewakilinya dibandingkan dengan gambar kualitas rendah. Untuk
mengurangi besarnya ukuran file gambar, biasanya dilakukan kompresi, yaitu mengurangi
ukuran file gambar tanpa harus mengurangi kualitasnya atau hanya sedikit mengurangi
kualitasnya.

‘15 Teknik Digital


9 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.11. Utility yang disediakan WinXP untuk Setting Resolusi dan Kualitas Warna

Untuk mewakili gambar dengan info biner dapat digunakan beberapa macam
peralatan, antara lain scanner dan kamera. Berikut ini adalah prosedur menghasilkan
gambar digital menggunakan kamera digital.

Gambar 1.12. Sensor pada Kamera Digital. (a) IR-Blocking Filter, (b) Color Filters,
(c) Color blind sensors, (d) Millions of light sensors.
Seperti tampak pada gambar 1.12. Cahaya yang masuk kamera akan tiba pada
sensor setelah melalui beberapa lapisan, yaitu penyaring infrared (IR-blocking filter),
penyaring warna (color filter) dan sensor untuk cahaya tak tampak (color blind sensor).

‘15 Teknik Digital


10 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Setelah tiba di sensor cahaya yang jumlahnya jutaan, setiap photon atau kuanta
energi cahaya diubah menjadi besaran tegangan dan seterusnya sampai menjadi file
gambar yang sudah dikompres.

Gambar 1.13. Proses mengubah Energi Cahaya menjadi File Gambar

1.3.3. Representasi Sinyal


Dalam penerapan teknik digital, semua sinyal analog harus diubah menjadi sinyal
digital sebelum disimpan dalam media digital, dimanipulasi secara digital, atau dikirim
melalui media transmisi digital. Gambar 1.14 memperlihatkan proses kuantisasi sinyal
analog menjadi pulsa digital.
Ada 2 hal penting yang terkait dengan kuantisasi ini, yaitu periode sampling dan
resolusi kuantisasi. Makin pendek periode atau interval sampling, maka kualitas representasi

makin tinggi. Untuk sinyal analog yang memiliki frekuensi f Hz, periode sampling harus

sama atau lebih pendek dari 1/f. Sedangkan resolusi kuantisasi mempengaruhi kehalusan
sinyal hasil kuantisasi, seandainya hanya digunakan 1-bit untuk setiap potongan sinyal hasil
proses sampling, maka level sinyal yang dikuantisasi hanya 2, terlalu kasar. Tetapi jika
digunakan 8-bit kuantisasi, maka level sinyal yang diwakilinya cukup halus, yaitu 256 level.
Bayangkan jika sinyal tersebut berasal dari sensor suhu LM35 yang menghasilkan tegangan
antara 0 sampai 5 volt untuk suhu antara 0 °C sampai 100 °C. Berarti untuk menghasilkan

‘15 Teknik Digital


11 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
resolusi 1 °C diperlukan setidaknya 100 level sinyal atau 7-bit info biner untuk setiap
sampel.

Gambar 1.14. Proses Kuantisasi Sinyal Analog menjadi Deretan Pulsa Digital
(a) Signal sampling. (b) Quantization. (c) Binary pulse coding

1.4. Manfaat Format Digital


Paling tidak ada 3 hal penting terkait dengan representasi digital, yaitu manipulasi
informasi, peyimpanan informasi dan transfer informasi. Bayangkan jika kita ingin mengirim
foto dari Jakarta ke Jayapura. Seandainya informasi tersebut dalam bentuk kertas foto,
apalagi jika ukurannya cukup besar, misalnya ukuran A0, maka kita perlu usaha ekstra untuk
menyimpan atau membawanya. Kita juga perlu biaya ekstra untuk mengirimkannya ke
Papua. Selain itu, untuk memanipulasinya, kita harus pandai menggunakan alat-alat gambar
seperti spidol, rapido atau kuas.
Jika foto tersebut dikonversi ke format digital, maka 3 hal tadi menjadi lebih mudah
dilakukan. Edit atau manipulasi foto dapat dilakukan dengan software seperti PhotoShop.
Menyimpannya dalam flashdisk. Dan mengirimkannya melalui email atau internet.

1.5. Perancangan Sistem Digital


‘15 Teknik Digital
12 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sebuah sistem digitial, untuk dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
memerlukan sebuah proses perancangan. Perancangan untuk menghasilkan sebuah sistem
digital, disebut dengan Perancangan Sistem Digital. Pada proses ini, sebuah sistem melalu
tahapan perancangan secara manual, perancangan secara simulasi dan perancangan
secara perangkat keras.

Gambar 1.15. Proses Perancangan Sistem Digital

Pada perancangan sistem manual, sebuah sistem didefinisikan secara baik.


Kemudian sistem tersebut dijabarkan dan disederhanakan secara manual menggunakan
‘tangan’. Beberapa teknik perancangan dan penyederhanaan sistem akan dibahas pada
bagian berikutnya.
Perancangan sistem secara simulasi, berarti penggunaan perangkat lunak aplikasi.
Beberapa perangkat lunak aplikasi dapat digunakan, seolah-seolah telah melakukan
perancangan secara perangkat keras. Hasil simulasi dapat dilihat langsung pada perangkat
lunak aplikasi tersebut. Apakah perancangan berhasil atau gagal serta performansinya
dapat diketahui dari hasil simulasi. Perangkat lunak aplikasi yang dipakai pada kuliah ini
adalah: Proteus.

Gambar 1.16. Proses Perancangan Sistem Digital menggunakan Proteus

‘15 Teknik Digital


13 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perancangan sistem secara perangkat keras, berarti perancangan sistem digital
menggunakan peralatan dan komponen sebenarnya. Beberapa IC yang diperlukan
diinterkoneksikan secara ‘real’. Hasil perangancan dapat diketahui langsung dari sistem
tersebut.

Gambar 1.17. Hasil Perancangan Sistem Digital

Daftar Pustaka
1. M. Moris Mano and Michael D. Ciletti, Digital Design, 4th Ed., Prentice Hall Inc., USA
2007
2. Albert Paul Malvino, Elektronika Komputer Digital, 2nd Ed., Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1983

‘15 Teknik Digital


14 Dr. Ir. Andi Adriansyah
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai