Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS SISTEMA MUSKULO SKELETAL

Program Profesi Dokter Hewan Rotasi Interna Hewan Kecil


Di Klinik Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya

Oleh:
Yudana Jatmika Putri S.KH
NIM. 160130100011032

GELOMBAG VIII - KELOMPOK 2

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
SISTEMA MUSKULO SKELETAL
Case Report Bone Neoplasia in Dog

I. Introduction
Metastasis adalah penyebaran kanker dari suatu organ tubuh ke organ
tubuh lain seperti ke otak, tulang, paru-paru atau hati. Sel kanker dapat
melepaskan diri dari tumor utama, masuk ke aliran darah, ikut bersirkulasi dalam
aliran darah dan tumbuh di jaringan normal yang jauh dari tumor asalnya.
Umumnya, semua kanker termasuk kanker darah dan system
lymphe (lekemia, multiple myeloma dan lymphoma) dapat membentuk kanker
metastasis. Meskipun jarang, kanker darah dan sistim lymphe dapat menyebar ke
paru-paru, jantung, susunan saraf pusat dan jaringan tubuh lain.

II. Tinjauan Pusataka

2.1 Definisi
Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang
bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan,
sedangkan setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma.
Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas tulang dapat bersifat
primer yang berasal dari unsur-unsur tulang sendiri atau sekunder dari
metastasis (infiltrasi) tumor-tumor ganas organ lain ke dalam tulang.

2.2 Insiden Kejadian


Dari seluruh tumor tulang primer; 65,8% bersifat jinak dan 34,2%
bersifat ganas. Ini berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu yang
bersifat ganas. Tumor ganas tulang menempati urutan kesebelas dari
seluruh tumor ganas yang ada dan hanya 1,5% dari seluruh tumor ganas or-
gan. Perbandingan insidens tumor tulang pada jantan dan betina adalah sama.
Tumor jinak tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma
(39,3%), osteokondroma (32,5%), kondroma (9,8%) dan sisanya oleh tumor

2
tulang jinak yang lain. Osteogenik sarkoma (48,8%) merupakan tumor
ganas primer tulang yang paling sering ditemukan, diikuti giant sel tumor
(17,5%), kondrosarkoma (10%) dan sisanya adalah tumor tulang ganas
yang lain.

III. Case Report


a. Ananmnesa
Jenis kelamin : Jantan/ Betina
Umur : biasanya remaja (7 tahun) hingga tua, adapun umur muda ditemukan
umur 6 bulan.
Breed : large and giant breed

b. Gambaran Klinis
Osteosarcoma adalah tumor tulang yang paling umum ditemukan, 75%
osteosarcoma ditemukan dalam tulang tulang ekstremitas; Umumnya lesi
agresif, berasal dari metafisis tulang panjang. Lokasi umum: distal radius dan
humerus proksimal (menjauhi siku), distal femur dan proksimal tibia, distal
tibia, proksimal femur (jarang); ekstremitas kaki depan kejadian dua kali lebih
sering dari pada ekstremitas kaki belakang. Meskipun hanya 10-15%
metastasis paru atau tulang yang terdeteksi secara radiografik, 90% anjing akan
meninggal akibat metastasis dalam satu tahun meskipun telah dilakukan
amputasi.

c. Tipe tumor
Osteosarcoma: 85% of primary bone tumors
Chondrosarcoma: 5-10% of primary bone tumors
Hemangiosarcoma: <5% of primary bone tumors
Fibrosarcoma: <5% of primary bone tumors

3
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan perihal diduganya
temuan metastatic neoplasia pada tulang adalah dengan x ray, berikut temuan
radiografi yang dapat ditemukan:
 Bersifat lytic atau proliferatif atau kombinasi keduanya.
 Sifat lisis umumnya agresif » Meskipun tulang bisa bersifat litik,
hemangiosarcoma hampir seluruhnya bersifat litik.
 Pembentukan tulang baru umumnya agresif (pola sunbrust), bentukan
segitiga Codman.
 Ekstensi jaringan lunak dan pembengkakan.
 Fraktur patologis.
 Umumnya monostotik.

e. Differential Diagnosa
Fungal osteomyelitis, multiple myeloma, lymphoma of bone, metastatic
disease.

f. Pembahasan
Sel-sel dari muskuloskeletal berasal dari mesoderm tapi kemudian
berdiferensiasi menjadi beberapa sel osteoklas, kondroblas, fibroblas, dan
mieloblas. Oleh karena itu sebaiknya klasifikasi tumor tulang berdasarkan atas
asal sel, yaitu bersifat osteogenik, kondrogenik atau mielogenik. Meskipun
demikian terdapat kelompok yang tidak termasuk dalam kelompok tumor yaitu
kelainan reaktif (reactive bone) atau hamartoma yang sebenarnya berpotensi
menjadi ganas.
Metastasis sel-sel kanker biasanya menyebar dengan cara sebagai berikut:
1. Penyebaran lokal, sel-sel kanker menyusup ke jaringan normal di
sekitarnya;

4
2. Melalui sirkulasi, sel-sel kanker bergerak melalui aliran darah atau sistim
lymphe bergerak ke bagian tubuh lain;
3. Proliferasi, sel-sel kanker memperbanyak diri ke lokasi yang jauh dan
membentuk tumor-tumor kecil yang disebut sebagai mikrometastasis;
4. Angiogenesis, mikrometastasis merangsang pertumbuhan pembuluh-
pembuluh darah baru untuk mendapatkan pasokan darah. Pasokan darah
dibutuhkan untuk mendapatkan oksigen dan zat nutrisi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tumor. Beberapa penderita dengan metastasis tumor
tidak memberikan gejala. Metastasis ini diketahui melalui pemeriksaan
sinar-x atau tes lain.

Staging secara klinis, staging secara klinis membantu dalam memberikan

informasi tentang adanya perluasan keganasan sebelum operasi dilakukan.


Penentuan staging berdasarkan atas sifat alami tumor ganas, besarnya, pinggirnya
serta ada/tidaknya penyebaran regional pada kelenjar limfe atau metastasis jauh.
Tujuan staging adalah sebagai berikut:
Membantu mengevaluasi prognosis
Mengadakan kerangka perencanaan pengobatan untuk
mengoptimalisasi keunggulan dari setiap metode yang berbeda,
misalnya kemoterapi, radioterapi, operasi.
Membuat metodologi standar untuk dibandingkan hasilnya dengan
institusi lain.
Klasifikasi berdasarkan:
Histological grade (G) , Site (T), Metastases (M)
G0 Histologis jinak : Diferensiasi baik (well differentiated), rasio matrik sel
yang rendah.
G1 Low grade ganas : Sedikit mitosis,difrensiasi yang moderat (moderate
diffrentiated), Penyebaran lokal saja, resiko rendah menyebar (metastasis).
G2 High grade ganas : Banyak sekali motosis, diferensiasi jelek sekali
(poorly differentiated), resiko tinggi menyebar (metastasis.

5
Site (T)
 T0 Intracapsular
 T1 Intracompartmental (misal; didalam kortek, kapsul sendi, atau fasia
 T2 Extracompartmental (Penyebaran melewati kortek tulang, melewati
inter fasia, atau keluar sendi.
Metastasis (M)
 M0 Tidak ada tanda penyebaran regional atau jauh
 M1 Terdapat penyebaran regional atau jauh
Stage Description
IA Low Grade, G1, T1, M0
Intracompartemental
IB Low Grade, G1, T2, M0
Extracompatemental
IIA High Grade, G2, T1, M0
Intracompartemental
IIB High Grade, G2, T2, M0
Extracompatemental
III Any Metastasis Any G, T, M1

Keganasan sel pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang


(myeloma), dari jaringan sel tulang (sarcoma), atau tumor tulang
(carcinomas) pada tahap selanjutnya sel sel tulang akan berada pada
limpa, hati dan ginjal. akibat adanya pengaruh aktivitas hematopoetik
sumsum tulang yang cepat pada tulang, sel sel plasma yang belum
matang dan tidak matang akan terus membelah. khirnya terjadi
penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol.
Anemia dapat terjadi akibat adanya penempatan sel-sel neoplasma. Pada
sum sum tulang, hal ini dapat menyebabkan terjadinya hyperkalsemia dan
hyperuresemia selama adanya kerusakan tulang. Sel sel plasma ganas akan
membentuk sejumlah immunoglobulin/ bance jones protein abnormal. Hal ini
dapat dideteksi dalam serum urine dengan teknik immunoelektrophoesis.
Gejala gagal ginjal dapat terjadi selama presipitasi immunoglobulin dalam
tubulus (pada pyelonephritis),kecenderungan patologik perdarahan merupakan
cirri-ciri myeloma dangan dua alasan utama :

6
a. Penurunan platelet (thrombositopenia) selama adanya kerusakan
megakaryosit, yang merupakan sel-sel induk dalam sel-sel tulang.
b. Tidak berfungsinya platelet, microglobin menghalangi elemen-elemen dan
turut serta dalam fungsi haemostatic.
IV. Kesimpulan
Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas tulang dapat
bersifat primer yang berasal dari unsur-unsur tulang sendiri atau sekunder
dari metastasis (infiltrasi) tumor-tumor ganas organ lain ke dalam tulang.

V. Daftar Pustaka
Pringgoutomo S. HimawanS. Tjarta. 2006. Buku ajar Patologi I (umum). Ed
1. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai