Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemoglobin adalah protein yang mengangkut oksigen ( O2 ) dalam darah manusia

dari paru-paru ke jaringan tubuh. Protein dibentuk dengan menghubungkan asam

amino menjadi rantai polipeptida. Asam amino individu dalam protein dikenal

sebagai residu. Pengaturan dan interaksi residu asam amino dalam protein

menentukan bentuk protein dan berkontribusi substansial fungsinya. Hemoglobin

adalah protein globular (yaitu, dilipat menjadi kompak, hampir bentuk bulat) dan

terdiri dari empat subunit. Setiap subunit protein adalah molekul individu yang

bergabung dengan subunit tetangganya melalui interaksi antarmolekul.1

Kadar Hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah

merah (Costill, 1998).

Kadar Hemoglobin normal untuk anak-anak bervariasi , namun secara umum kadar

hemoglobin bayi baru lahir adalah 14-24 g / dL, sedangkan bayi adalah 9,5-13 g / dL.

Rentang nilai normal dapat sedikit berbeda antara laboratorium yang berbeda.

Beberapa laboratorium menggunakan pengukuran yang berbeda atau menguji sampel

yang berbeda.2 Konsentrasi hemoglobin digunakan secara klinis untuk menentukan

adanya anemia, yang secara fungsional didefinisikan sebagai massa sel darah merah

yang tidak cukup untuk mengantarkan oksigen ke jaringan perifer.

1
Dianggap anemia jika Hb atau hematokrit (Ht) berada di bawah batas normal 2

standar deviasi (-2SD). Anemia mutlak jika massa sel darah merah (RBC mass)

menurun, dan relatif jika berhubungan dengan peningkatan volume plasma.3

Menurut WHO dan pedoman Kemenkes 1999, cut-off points anemia berbeda-beda

antar kelompok umur, maupun golongan individu. Kelompok umur atau golongan

individu tertentu dianggap lebih rentan mengalami anemia dibandingkan kelompok

lainnya. Rujukan cut-off point anemia balita 12-59 bulan adalah kadar Hb dibawah

11,0 g/dL. Anak sekolah usia 6-12 tahun dianggap mengalami anemia bila kadar

Hbnya <12,0 g/dL. Laki-laki berusia ≥15 tahun dianggap mengalami anemia bila

kadar Hb <13,0 g/dL.4

Data WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia menunjukkan bahwa total

keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan

prevalensi anak sekolah dasar yaitu 25,4% dan menyatakan bahwa 305 juta anak

sekolah di seluruh dunia menderita anemia.5

Berdasarkan pengelompokan umur, didapatkan bahwa anemia pada balita cukup

tinggi, yaitu 28,1 persen dan cenderung menurun pada kelompok umur anak sekolah,

remaja sampai dewasa muda (34 tahun), tetapi cenderung meningkat kembali pada

kelompok umur yang lebih tinggi. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa

proporsi anemia pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki. Jika

dibandingkan berdasarkan tempat tinggal didapatkan bahwa anemia di perdesaan

lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan. Berdasarkan nilai rujukan Riskesdas

tahun 2013 proporsi anemia menurut umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal jumlah

penderita anemia umur 5-14 tahun adalah 26,4%, jumlah penderita jenis kelamin laki-

laki adalah 18,4%, jenis kelamin perempuan 23,9%, jumlah penderita yang tinggal di

2
perkotaan 20,6%, pedesaan 22,8%, sedangkan jumlah penderita anemia di Indonesia

mencapai 21,7%.4

Menurut SK Menkes, prevalensi anemia di Sulawesi Utara adalah 5,7%. Sedangkan

menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi anemia di Sulawesi

Utara adalah 4,2%.6

Berdasarkan data dan hasil penelitian diatas, maka peneliti tertarik ingin melakukan

penelitian tentang perbedaan kadar hemoglobin pada anak yang tinggal di

pegunungan dan yang tinggal di tepi pantai.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang dapat dirumuskan

adalah: Bagaimana perbedaan kadar Hemoglobin pada anak di Pegunungan dengan di

Tepi Pantai.

C. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan kadar hemoglobin pada anak di pegunungan dan di tepi

pantai.

H1 : Terdapat perbedaan kadar hemoglobin pada anak di pegunungan dan di tepi

pantai.

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan kadar hemoglobin pada anak di Pegunungan dan di Tepi

Pantai.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti :

a. Sebagai sumber informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan

peneliti tentang perbedaan kadar hemoglobin darah pada anak yang tinggal di

pegunungan dan tinggal di tepi pantai.

4
b. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stdi di Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi Manado.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan:

a. Memperluas pengetahuan mengenai perbedaan kadar hemoglobin pada anak

yang tinggal di pegunungan dan yang tinggal di tepi pantai.

b. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi masyarakat:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat

tentang perbedaan kadar hemoglobin pada anak yang tinggal di pegunungan

dan yang tinggal di tepi pantai.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hemoglobin

1. Definisi

Hemoglobin adalah protein tetramer yang terdiri dari dua pasang subunit

polipeptida yang berbeda (α,β,γ,δ,S). Meskipun memiliki panjang secara

keseluruhan yang serupa, polopeptida α (141 residu) dan β (146 residu) dari

hemoglobin A dikodekan oleh gen yang berbeda dan memiliki struktur primer

yang berlainan. Sebaliknya, rantai β,δ dan γ hemoglobin manusia memiliki

struktur primer yang sangat terlestarikan . Struktur tetramer hemoglobin yang

umum dijumpai adalah sebagai berikut: HbA (hemoglobin dewasa normal) =

α2β2, HbF (hemoglobin janin) = α2γ2, HbS (hemoglobin sel sabit) = α2S2 dan

HbA2 (hemoglobin dewasa minor) = α2δ2.7

Hemoglobin ditemukan hanya di sel darah merah. Molekul hemoglobin memiliki

dua bagian: (1) bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari empat rantai

polipeptida yang sangat berlipat-lipat; dan (2) empat gugus nonprotein yang

mengandung besi yang dikenal sebagai gugus hem, dengan masing-masing terikat

ke salah satu polipeptida diatas.8

Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel

sampai sekitar 34 gm/dl sel. Konsentrasi ini tidak pernah meningkat lebih dari

nilai tersebut, karena ini merupakan batas metabolik dari mekanisme

6
pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya pada orang normal, persentase

hemoglobin hampir selalu mendekati maksimum dalam setiap sel. Namun bila

pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang, maka persentase

hemoglobin dalam darah merah juga menurun karena hemoglobin untuk mengisi

sel kurang. Bila hematokrit (persentase sel dalam darah normalnya 40 sampai 45

persen) dan jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel nilainya normal, maka

seluruh darah seorang pria rata-rata mengandung 16 gram/dl hemoglobin, dan

pada wanita rata-rata 14 gram/dl.9

Hemoglobin mengikat empat molekul oksigen per tetramer (satu per subunit

heme), dan kurva saturasi oksigen memiliki bentuk sigmoid.

Sarana yang menyebabkan oksigen terikat pada hemoglobin adalah jika juga

sudah terdapat molekul oksigen lain pada tetramer yang sama. Jika oksigen sudah

ada, pengikatan oksigen berikutnya akan berlangsung lebih mudah. Dengan

demikian, hemoglobin memperlihatkan kinetika pengikatan komparatif, suatu sifat

yang memungkinkan hemoglobin mengikat oksigen dalam jumlah semaksimal

mungkin pada organrespirasi dan memberikan oksigen dalam jumlah semaksimal

mungkin pada partial oksigen jaringan perifer.7

Disamping mengangkut oksigen dari paru ke jaringan perifer, hemoglobin

memperlancar pengangkutan karbon dioksida(CO2) dari jaringan ke dalam paru

untuk dihembuskan ke luar. hemoglobin dapat langsung mengikat CO2 jika

oksigen dilepaskan dan sekitar 15% CO2 yang dibawa di dalam darah diangkut

langsung pada molekul hemoglobin. C02 bereaksi dengan gugus α-amino terminal

amino dari hemoglobin, membentuk karbamat dan melepas proton yang turut

menimbulkan efek Bohr.9

7
Hemoglobin mengikat 2 proton untuk setiap kehilangan 4 molekul oksigen dan

dengan demikian turut memberikan pengaruh yang berarti pada kemampuan

pendaparan darah. Dalam paru, proses tersebut berlangsung terbalik yaitu seiring

oksigen berikatan dengan hemoglobin yang berada dalam keadaan tanpa oksigen

(deoksigenasi), proton dilepas dan bergabung dengan bikarbonat sehingga

terbentuk asam karbonat. dengan bantuan enzim karbonik anhidrase, asam

karbonat membentuk gas CO2 yang kemudian dihembuskan keluar.9

Dalam jaringan perifer, defisiensi oksigen meningkatkan akumulasi 2,3-

bisfosfogliserat (BPG). Senyawa ini dibentuk dari senyawa intermediate 1,3-

bisfosfogliserat yang bersifat glikolitik. satu molekul BPG terikat per tetramer

hemoglobin di dalam rongga tengah yang dibentuk oleh keempat subunit. BPG

diikat oleh jembatan garam di antara atom-atom oksigennya dan kedua rantai β

melalui gugus terminal aminonya (Val NA1) disamping oleh residu Lys EF6 dan

His H21.9

Dengan demikian, BPG menstabilkan hemoglobin bentuk T atau bentuk

deoksigenasi dengan melakukan pengikatan-silang terhadap rantai β dan

membentuk jembatan garam tambahan yang harus diputus sebelum pembentukan

bentuk R. BPG berikatan lebih lemah dengan hemoglobin janin dibandingkan

hemoglobin dewasa karena residu H21 pada rantai γ adalah Ser bukannya His dan

tidak dapat membentuk jembatan garam dengan BPG. Oleh karena itu, BPG

memberikan efek yang lebih lemah terhadap stabilisasi bentuk T HbF dan

menyebabkan HbF mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap oksigen

dibandingkan HbA.9

8
2. Peran Hemoglobin dalam Pengangkutan Oksigen

Pada keadaan normal, sekitar 97% O2 yang diangkut dari paru ke jaringan, dibawa

dalam campuran kimiawi dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Sisanya

sebanyak 3% diangkut dalam bentuk terlarut dalam cairan plasma dan sel darah.

Dengan demikian, pada keadaan normal, O2 dibawa ke jaringan hamper

seluruhnya oleh hemoglobin.9

3. Kadar Hemoglobin

Kadar Hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah

merah (Costill, 1998). Kadar Hemoglobin rata-rata bervariasi menurut jenis

kelamin dan usia.10

4. Pembagian Kadar Hemoglobin

- Hemoglobin Rendah (Anemia)

Konsentrasi hemoglobin digunakan secara klinis untuk menentukan adanya

anemia, yang secara fungsional didefinisikan sebagai massa sel darah merah

yang tidak cukup untuk mengantarkan oksigen ke jaringan perifer.

Dianggap anemia jika Hb atau hematokrit (Ht) berada di bawah batas normal 2

standar deviasi (-2SD). Anemia mutlak jika massa sel darah merah (RBC

mass) menurun, dan relatif jika berhubungan dengan peningkatan volume

plasma.3

- Hemoglobin Normal

- Hemoglobin Tinggi

Hemoglobin lebih tinggi dari normal mungkin menunjukan polisitemia.

Klasifikasi keganasan hematologi World Health Organization (WHO)

mendefinisikan polisitemia memiliki konsentrasi hemoglobin >18,5g/dL pada

pria, >16,5g/dL pada wanita.

9
Polisitemia mutlak jika meningkatan massa sel darah merah (RBC mass)

meningkat dalam tubuh. Polisitemia relatif jika hematokrit meningkat atau

jumlah RBC yang dihasilkan dari penurunan volume plasma, namun massa

total RBC tidak meningkat.3

5. Anemia

Anemia adalah keadaan jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (Hb)

berada di bawah nilai normal.11 Anemia menurut patokan World Health

Organization (WHO) untuk anak sampai usia 6 tahun adalah kadar Hb dibawah

11,0g/dL dan untuk anak di atas 6 tahun sampai dewasa kadar Hb di bawah

12g/dL. Hemoglobin sendiri berfungsi untuk membantu sel darah merah

membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh (WHO, 2008).

Diagnosis anemia dimulai dengan pengukuran kadar hemoglobin darah secara

spektroskopik.12

Seseorang dikatakan anemia bila kadar hemoglobin berada lebih dari dua standard

deviasi di bawah kadar hemoglobin rata-rata orang tersebut. Kadar hemoglobin

rata-rata bervariasi menurut jenis kelamin dan usia.10

6. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin

Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah :

a. Kecukupan Besi dalam tubuh

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan

menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan

10
hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam

memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke

jaringan tubuh, untuk diekskresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan

komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase,

dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah

dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004% berat tubuh (60-70%)

terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai feritin di dalam hati,

hemosiderin di dalam limfa dan sumsum tulang.13

Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai myoglobin dan senyawa-

senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein.

Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat

penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran

masuk kedalam sel-sel otot, sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa

mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam

proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan

molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi

maka terjadi penurunan kemampuan bekerja.13 Menurut Kartono J dan Soekatri

M, kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang

berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu

yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia

kekurangan besi.13

b. Metabolisme Besi dalam tubuh

Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat

berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah

11
atau hemoglobin (lebih dari 2,5g), mioglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome,

hati, limfa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh,

yaitu bagian fungsional yang di pakai untuk keperluan metabolic dan bagian yang

merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan

non hem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat

badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi

fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Feritin dan hemosiderin adalah

bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum

tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan,

pemanfaatan, penyimpanan danpengeluaran.13

A. Kadar Hemoglobin pada Anak

Kisaran referensi untuk konsentrasi hemoglobin pada anak-anak adalah

sebagai berikut :

 Lahir : berarti 16,5 g / dL ( -2SD : 13,5 g / dL )

 1-3 hari : berarti 18,5 g / dL ( -2SD : 14,5 g / dL )

 1 minggu : berarti 17,5 g / dL ( -2SD : 13,5 g / dL )

 2 minggu : berarti 16,5 g / dL ( -2SD : 12,5 g / dL )

 1 bulan : berarti 14,0 g / dL ( -2SD : 10,0 g / dL )

 2 bulan : berarti 11,5 g / dL ( -2SD : 9.0 g / dL )

 3-6 bulan : berarti 11,5 g / dL ( -2SD : 9,5 g / dL )

 0,5-2 tahun : berarti 12,0 g / dL ( -2SD : 11,0 g / dL )

 2-6 tahun : berarti 12,5 g / dL ( -2SD : 11,5 g / dL )

 6-12 tahun : berarti 13,5 g / dL ( -2SD : 11,5 g / dL )

 12-18 tahun perempuan : berarti 14,0 g / dL ( -2SD : 12,0 g / dL )

 12-18 tahun laki-laki : berarti 14,5 g / dL ( -2SD : 13.0 g / dL )

12
Rentang referensi dapat bervariasi, tergantung pada individu laboratorium,

instrumen, dan metode.14

B. Metode Pengukuran Kadar Hemoglobin

Metode pengukuran kadar hemoglobin yang paling sering digunakan di

laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli. Cara yang cukup teliti

dan dianjurkan oleh International Committee for Standardization in

Hematology (ICSH) adalah cara sian-methemoglobin. Pada metode ini,

hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang

kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sian-

methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan

fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan

alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Penentuan Hb dengan cara ini

memerlukan spektrofotometer yang harga dan biaya pemeliharannya mahal,

maka cara ini belum dapat dipakai secara luas di Indonesia. Mengingat bahwa

membawa spektrofotometer dapat menyebabkan kerusakan pada alatnya.

Metode ini baik untuk dipakai dalam pemeriksaan kadar Hb di laboratorium,

namun akan mengalami kesulitan jika digunakan untuk survei lapangan.15

Tes hemoglobin adalah tes darah yang mengukur berapa banyak hemoglobin

darah Anda . Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang

membawa oksigen. Dibutuhkan sampel darah untuk melaksanakan test, tidak

ada persiapan khusus yang diperlukan. Ketika jarum dimasukkan untuk

mengambil darah , beberapa orang merasa nyeri sedang. Orang lain merasa

13
hanya tusukan atau menyengat . Setelah itu , mungkin ada beberapa berdenyut

atau memar sedikit, namun akan segera hilang.

Tes hemoglobin adalah tes darah yang biasa dipesan dan hampir selalu

dilakukan sebagai bagian dari hitung darah lengkap ( CBC ) . Alasan atau

kondisi untuk melakukan tes hemoglobin umum adalah :18

- Gejala seperti kelelahan, perasaan kesehatan yang buruk, atau

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

- Adanya tanda-tanda perdarahan.

- Sebelum dan setelah operasi besar selama kehamilan.

- Adanya penyakit ginjal kronis atau banyak masalah medis lainnya

yang kronis.

- Pemantauan anemia dan penyebabnya.

- Pemantauan selama pengobatan untuk kanker.

- Pemantauan obat-obatan yang dapat menyebabkan anemia atau jumlah

darah yang rendah.

Hasil normal untuk orang dewasa bervariasi , namun secara umum adalah:

 Pria : 13,8-17,2 g / dL

 Perempuan : 12,1-15,1 g / dL

Hasil normal untuk anak-anak bervariasi , namun secara umum adalah:

 Bayi Baru Lahir : 14 sampai 24 g / dL

 Bayi : 9,5-13 g / dL

Rentang nilai normal dapat sedikit berbeda antara laboratorium yang berbeda .

Beberapa laboratorium menggunakan pengukuran yang berbeda atau menguji

sampel yang berbeda.2

14
B. Pegunungan dan Tepi Pantai

1. Definisi Pegunungan

- Bukit yang sangat besar dan tinggi (biasanya tingginya lebih dari 600m)

- Tempat yang bergunung-gunung (terdiri atas gunung-gunung).16

2. Definisi Tepi Pantai/Dataran Rendah

Dataran rendah adalah bagian dari permukaan bumi dengan letak ketinggan 0-

200 m diatas permukaan air laut (dpal).17

15
C. Kerangka Teori

Lingkungan Tempat
Tinggal

Pegunungan Tepi Pantai

Tekanan Udara ↓ Tekanan Udara ↑

(PO2) (PO2)

Produksi Produksi
Eritrosit ↑ Eritrosit ↓

Kadar Kadar
Hemoglobin ↑ Hemoglobin ↓

16
D. Kerangka Konsep

- Kecukupan Besi dalam


Kadar Hemoglobin
tubuh
Anak
- Metabolisme Besi
dalam tubuh

Kadar Hemoglobin pada anak yang


bertempat tinggal
- Pegunungan
- Tepi pantai

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini besifat survey observasional dengan rancangan cross sectional study.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat: Penelitian dilaksanakan di Provinsi Sulewesi Utara

- SMP

- SMP

b. Waktu: Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 – Desember 2015

C. Subjek Penelitian

a. Populasi

b. Sampel

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria inklusi

1. Anak yang sehat

2. Gizi baik

3. Telah mendapat persetujuan dari orang tua untuk mengikuti penelitian

b. Kriteria eksklusi

1. Anak dengan riwayat keluarga menderita anemia

18
E. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan uji hipotesis rerata 2 populasi berpasangan : 𝑛 =

(𝑍𝛼 +𝑍𝛽 )×𝑆𝑑


[ ]2
𝑑

 n = Ukuran sampel

 𝑍𝛼 = Kesalahan tipe 1

 𝑍𝛽 = Kesalahan tipe 2

 𝑆𝑑 = Simpang baku dari selisih rerata

 𝑑 = selisih rerata kedua kelompok

F. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling kepada ke-2 populasi

besar yang mewakili pegunungan dan tepi pantai dan pengambilan sampel pada

masing-masing populasi tersebut dilakukan secara consecutive sampling, yaitu

dilakukan sampai kurun waktu tertentu sampai semua sampel terpenuhi dengan

memilih sampel sesuai kriteria inklusi.

G. Alat dan Bahan

a. Kuesioner

b. Alat tulis

c. Darah Kapiler

d. Jarum Suntik ukuran 2,5 ml

e. Botol penampung darah

f. Alcohol swab

g. Plester penutup luka

19
H. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas: Pegunungan, Tepi Pantai

b. Veriabel terikat: Kadar Hemoglobin

I. Definisi Operasional

1. Anak yang sehat

Scara sederhana, anak sehat dilihat dari segi fisik, psikis dan sosialisasi :

Dilihat dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani

yang normal. Segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar,

pikiran bertambah cerdas, perasaan bertambah peka, kemauan bersosialisasi baik.

Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Gizi Baik

Yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai penggunaan untuk aktifitas tubuh.

Hal ini diwujudkan dengan adanya keselarasan antara tinggi badan terhadap umur,

berat badan terhadap umur dan tinggi badan terhadap berat badan.

3. IMT

Body mass index (BMI) atau indeks masa tubuh (IMT) adalah indeks sederhana,

dan biasa digunakan untuk mengklasifikasikan obesitas pada anak dan dewasa.

Indeks ini telah direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) dan

The Expert committeeon Clinical Guidelines for Overweight in Adolescent

Preventive Service sebagai baku pegukuran untuk menentukan obesitas pada anak

dan remaja. Body mass index didefinisikan sebagai berat badan (BB) dalam

kilogram dibagi dengan tinggi badan (TB) dalam meter kuadrat (kg/m2), dan

berkolerasi dengan massa lemak tubuh. Dikatakan overweight bila BMI di atas

20
persentil 85 sampai 95 atau BMI ≥25 kg/m2 sedangkan obesitas apabila BMI di

atas persentil 95 atau BMI ≥30 kg/m2 berdasarkan umur dan jenis kelamin.

4. Berumur 6-18 tahun

Anak berumur 6-12 tahun adalah kategorik anak yang sudah bisa berkomunikasi

dan bekerjasama dengan pemeriksa. Umur ditentukan ditentukan berdasarkan

tanggal kelahiran yang dinyatakan dalam tahun.

5. Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur

seseorang.

Hasil normal untuk orang dewasa bervariasi , namun secara umum adalah:
 Pria : 13,8-17,2 g / dL
 Perempuan : 12,1-15,1 g / dL
Hasil normal untuk anak-anak bervariasi , namun secara umum adalah:
 Bayi Baru Lahir : 14 sampai 24 g / dL
 Bayi : 9,5-13 g / dL

6. Pegunungan dan tepi pantai

Daerah pegunungan adalah pemukiman masyarakat yang terletak di jejeran atau

rangkaian gunung-gunung (biasanya ketinggian lebih dari 600m), daerah pantai

adalah pemukiman masyarakat pada bagian dataran yang datar dengan ketinggian

0-200 meter di atas permukaan laut.

J. Analisis Data

Setelah data terkumpul, data diolah melalui tahap editing (pemeriksaan data), koding

(pemberian kode), entry ke komputer, serta cleaning untuk memastikan kebenaran

data yang dimasukkan.

Untuk mengetahui sebaran data dilakukan uji normalitas data dengan Kolmogorov-

Smirnov Test, setelah itu untuk analisa perbandingan tekanan darah anak antara

21
wilayah pegunungan dan tepi pantai dilakukan uji non parametric dengan

menggunakan Mann-Whitney Test. Uji statistik tersebut menggunakan program

Statistic Programe For Social Science (SPSS) v22.

22
K. Alur Penelitian

Penentuan Sekolah Probability Sampling


Menengah Pertama Simple Random Sampling

Pembagian dan penjelasan Non- Probability Sampling


kuesioner dan informed Consecutive Sampling
consent pada anak

Pengambilan kuesioner dan


informed consent

Pengambilan sampel darah Kriteria Eksklusi

Pemeriksaan Kadar
Hemoglobin

Kriteria Inklusi

Analisis data

Statistic Programe For


Social Science (SPSS) v.22

Laporan penelitian

23

Anda mungkin juga menyukai