Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


RUMAH SAKIT HUSADA

Nama Mahasiswa : Tanda Tangan :


NIM : Tanggal :31Januari 2018
Pembimbing :

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AS Agama :Budha
Umur : 49tahun Suku Bangsa : Chinese
Jenis kelamin :Laki-laki Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Diketahui Tanggal masuk RS : 07Januari2018
Pekerjaan : Wiraswasta Jam masuk RS : pk. 14.55WIB

I. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesa tanggal 09Januari 2018pukul 15.00 WIB
1. Keluhan Utama :
Sulit (buang air kecil) sejak2-3minggu sebelum masuk RS Husada
2. Keluhan Tambahan :
BAK hanya menetes , nyeri saat BAKdan nyeri pada perut bawah
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 1 bulan sebelum masuk RS Husada, pasien sering merasa
BAK tidak lampias, seperti ada yang tersisa namun sulit dikeluarkan.Pasien
juga merasa pancaran kencingnya lemah serta kadang terputus-putus.Pasien
sering merasa tidak dapat menahan BAK namun sulit untuk memulai
BAK.Pasien juga sering terbangun pada malam hari sekitar 3-4 kali untuk
BAK.Air seni berwarna kuning, darah pada air seni disangkal pasien.
Sekitar 2-3 minggu sebelum masuk RS Husada pasien merasakan
keluhan semakin memberat, pasien juga merasa sedikit nyeri saat BAK dan
sedikit mengedan untuk memulai BAK, pancuran saat BAK juga semakin
lemah dan kadang hanya berupa tetesan. Pasien juga semakin sering terbangun
pada malam hari sekitar 7-8 kali hanya untuk BAK sehingga pasien sulit untuk
beristirahat.Selain itu, pasien merasakan nyeri pada perut bawahnya.
1
Pasiendatang ke IGD RS Husada dan dilakukan pemasangan kateter untuk
membantu berkemih, setelah dilakukan pemasangan kateter keluar urin
sebanyak 1000cc. Kemudian pasien memutuskan pergi ke dokter spesialis
urologi untuk berkonsultasi, kateter dilepas namun keluhan tidak membaik,
sehingga kembali dilakukan pemasangan kateter dan diberikan beberapa obat
diantaranya Prostam SR, Avodart, dan Fixacep.
Keluhan lain seperti nyeri pada daerah pinggang, kencing berpasir, dan
kencing nanah disangkal pasien. BAB dalam batas normal.Riwayat demam,
mual, muntah, lemas dan penurunan berat badan disangkal pasien.Pasien
merupakan perokok aktif sejak muda dan menghabiskan kurang lebih 1
bungkus perhari dan pasien mengkonsumsi kopi 2 kali perhari.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien
tidak memiliki riwayat hipertensi, DM,maag, TBC, jantung, dan keganasan
disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien menyangkal bahwa dalam keluarganya ada yang pernah
mengalami keluhan yang sama. Anggota keluarga pasien tidak memiliki
riwayat hipertensi, DM,maag, TBC, jantung, dan keganasan.

II. STATUS PRAESENS


Diperiksa pada tanggal 09 Januari 2018 pukul 15.20 WIB
1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, E4M6V5
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Denyut nadi : 84 x/menit
- Suhu : 36.60C
- Pernafasan : 20 x/menit
Status Gizi
Berat badan : 78kg

2
Tinggi badan : 170 cm
IMT : 26,9 (Obesitas I)
Pemeriksaan Sistem

a. Kepala : Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba massa/ benjolan.


Kulit kepala tidak ada kelainan, rambut berwarna hitam
bercampur putih dan distribusi merata serta tidak mudah
dicabut.
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
isokor, reflex cahaya (+/+), kornea jernih
c. Telinga : Bentuk normal, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikula
(-/-), KGB preaurikuler dan retroaurikuler dextra et sinistra
tidak teraba membesar, liang telinga dextra et sinistra lapang,
tidak ada sekret, tidak ada serumen.
d. Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, mukosa
hiperemis (-), nyeri tekan sinus paranasal (-)
e. Mulut : Tidak ada perioral sianosis, tonsil T1-T1, mukosa hiperemis
(-), caries dentis (-)
f. Leher : Trakea ditengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, KGB
submandibular dan servikal dextra et sinistra tidak teraba
membesar
g. Thorax
- Paru : a. Inspeksi
Bentuk normal, pergerakan dada saat keadaan statis dan
dinamis simetris, tidak tampak retraksi dinding dada maupun
otot- otot pernafasan
b. Palpasi
Pergerakan dada saat statis dan dinamis simetris, tidak teraba
cekungan / retraksi sela iga
c. Perkusi
Sonor diseluruh lapang paru, batas paru – hepar di ICS VI
Midclavicula line dextra
d. Auskultasi
Vesikuler di seluruh lapang paru, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

3
- Jantung : a. Inspeksi
Pulsasi ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi
Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V Midclavicula line sinistra
c. Perkusi
Redup
 Batas jantung kanan : midsternum
 Batas jantung atas : ICS III Parasternalis line sinistra
 Batas jantung kiri : ICS V Midclavivula line sinistra

d. Auskultasi
Bunyi Jantung I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)

h. Abdomen : a. Inspeksi
Warna kulit kuning langsat, membuncit, massa (-), benjolan (-),
striae (-), jaringan parut (-)
b. Perkusi
Timpani di seluruh lapang abdomen
c.Palpasi
Supel, nyeri tekan (-)
d. Auskultasi
Bising usus (+) normoperistaltik
i. Ekstremitas dan tulang belakang :
Akral teraba hangat, perfusi jaringan arteri perifer baik, capillary refill
time< 2 detik, tidak tampak edema pada ekstremitas atas / bawah kanan
dan kiri, tulang belakang tidak tampak adanya scoliosis, lordosis maupun
kifosis
j. Genitalia eksterna : (lihat status lokalis)
k. Anus : (lihat status lokalis)
l. Kulit:
Warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik, ikterik (-), tidak tampak
kelainan
m. Kelenjar getah bening : Tidak teraba membesar

4
2. Status Lokalis Bedah Urologi
a. Costo-Vertebrae Angle (CVA)
Dextra
- Inspeksi
Warna kulit sawo matang, tanda radang (-), hematom (-), massa (-)
- Palpasi
Tidak teraba massa tumor, nyeri tekan (-)
- Perkusi
Nyeri ketok CVA (-)
- Auskultasi
Bruit (-)
Sinistra
- Inspeksi
Warna kulit sawo matang, tanda radang (-), hematom (-), massa (-)
- Palpasi
Tidak teraba massa tumor, nyeri tekan (-)
- Perkusi
Nyeri ketok CVA (-)
- Auskultasi
Bruit (-)
b. Regio Suprapubik
- Inspeksi
Kesan datar, warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak massa tumor,
hematom tidak ada, edema tidak ada
- Palpasi
Nyeri tekan (-), buli-buli tidak teraba, massa tumor tidak teraba.
- Perkusi
Redup
- Auskultasi
Tidak dilakukan

5
c. Regio Genitalia Eksterna
- Inspeksi
Tanggal 04 Januari 2018 (Pre Operasi)(menyalin dari status pasien)
Terpasang folley kateter no 18, warna urin kuning jernih
Tanggal 09 Januari 2018 (Post Operasi)
Tampak penis tersirkumsisi, tanda radang (-), terpasang katetercabang tiga
no 24, traksi kateter (-), drip kateter tertekuk dengan karet, skrotum
tampak normal, hematom (-), edema (-)
Urine Bag : warna urin kuning jernih, produksi urin (pukul 15.30 WIB)
300 cc.
- Palpasi
Pada penis tidak teraba massa tumor, tidak nyeri tekan. Pada skrotum
teraba dua buah testis, kesan normal, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi
Tidak dilakukan
- Auskultasi
Tidak dilakukan
d. Anal – perianal
Tanggal 04 Januari 2018 (Pre Operasi) (menyalin dari status pasien)
Teraba prostat membesar dengan ukuran ±40 gram, kenyal, permukaan rata
Tanggal 09 Januari 2018 (Post Operasi)
Anus (+), mukosa anus tampak licin, massa (-), abses (-)
Rectal touche tidak dilakukan karena pasien menolak

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- TAUS (Trans Abdominal Ultrasonografi) pertanggal 04 Januari 2018
(menyalin dari status pasien)
o Ginjal kanan : Hidronefrosis (+) grade 1, batu (-)
o Ginjal kiri : Hidronefrosis (-), batu (-)
o Buli-buli : Batu (-), tumor (-), protusi prostat 21,6 mm
o Prostat volume 60 ml
- EKG per tanggal 07Januari 2018: dalam batas normal
- Foto Rontgen Thorax per tanggal 08Januari 2018: dalam batas normal

6
IV. LABORATORIUM
- Hematologi
Per tanggal 07Januari 2018 jam 14.00 WIB
Parameter Unit Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 13,6 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 42 % 40 – 52
Leukosit H12,3 103 / dL 3.8 – 10.6
Trombosit 423 ribu/dL 150 – 450
Laju endap darah H37 mm/jam 0 – 10
MCV 84 fL 80 – 100
MCH L27 pg/mL 28 – 33
MCHC 32 g/dL 32 – 36

Masa Protrombin
PT (pasien) 9,3 detik 9,0 – 12,1
PT (kontrol) 10,0 detik

APTT
APTT (pasien) 40.8 seconds 31.0 – 47.0
APTT (kontrol) 38.0 seconds

Hitung Jenis
Basofil 1 % 0–1
Eosinofil H5 % 2–4
Neutrofil Batang L0 % 3–5
Neutrofil Segmen 61 % 50 – 70
Limfosit 25 % 20 – 40
Monosit 8 % 2–8
Eritrosit 5.03 %juta/µL 4.60 – 6.20
Retikulosit 1,69 % 0.5 – 2.0

7
Kimia Klinik Hasil Satuan Nilai Rujukan
Gula darah sewaktu 77 mg/dL 70 – 200
SGPT (ALT) 32 U/L < 49
SGOT (AST) 21 U/L <34
Albumin 3,84 g/dL 3,20-4,80
Ureum darah 24 mg/dL 19-49
Kalium (K) 3,8 mmol/L 3,5 – 5,0
Natrium (Na) 139 mmol/L 136 - 146

- Urinalisa
Pertanggal 04Januari 2018 jam 10.45 WIB
Urinalisa Hasil Satuan Nilai Rujukan
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis L1.003 1.015 – 1.025
pH 6.5 4.8 – 7.4
Protein Negatif mg/dL <30: Negatif
Glukosa Negatif mg/dL <100: Negatif
Keton Negatif mg/dL <10.0: Negatif
Bilirubin Negatif mg/dL <0.2: Negatif
Nitrit Negatif Leu/dL Negatif
Leukosit Esterase 25 Negatif
Sedimen
Leukosit 1 LPB/HPF 1-6
Eritrosit 1 LPB/HPF 0-5
Sel Epitel 1+ (+) positif
Bakteria Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif

8
- Penanda Tumor
PSA Total (Prostat) : 1,55 ng/mL ( 0,00 - 4,00 )
- Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu : 108 mg/dL ( 70 - 200 )
Creatinin Darah : 1,04 mg/dL ( 0,9 – 1,3 )
eGFR : 75,9 mL/min/1,73m2 L ( 78,0 – 116,0 )

I. RESUME
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 49 tahun dengan keluhan sulit BAK
dan2-3 minggu sebelum masuk RS Husada pasien mengalami keluhan LUTS
(Lower Urinary Tract Symptoms). Setelah dilakukan pemasangan kateter terdapat
urin inisial sebanyak 1000 cc, kateter sempat dilepas namun keluhan tidak
menghilang dan terdapat retensi urin berulang.Menurut skoring Madsen-Iversen
dan IPSS, pasien ini menunjukkan skor severe. (Madsen 18 dan IPSS 29)
Keadaan umum pasien tampak baik. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pada pemeriksaan status lokalis di CVA dextra-sinistra serta regio suprapubik
dalam batas normal. Genitalia eksterna dalam batas normal terpasang folley
kateter no 18. Pada pemeriksaan Rectal Touche didapatkan prostat membesar
dengan ukuran ±40 gram, kenyal, permukaan rata.
Dari pemeriksaan laboratorium darah ditemukan leukositosis (12,8 x 103/dL),
dan LED yang meningkat (37mm/jam), pada urinalisa berat jenis urin rendah
(1,003) dan pada kimia klinik ditemukan eGFR rendah (75,9mL/min/1,73m2),
selain itu total PSA pasien ini adalah 1,55 ng/mL. Selain itu pada pemeriksaan
TAUS (Trans Abdominal Ultrasonografi) didapatkan hasil ginjal kanan :
Hidronefrosis (+) grade 1, batu (-), ginjal kiri: Hidronefrosis (-), batu (-), buli-buli
: Batu (-), tumor (-), protusi prostat 21,6 mm dan prostat volume 60 ml.

9
Skor Madsen

Stream 1. Bagaimana pancaran air kencing bapak?


0  lancar dan besar
1  tidak tentu
3  lemah, kecil
4  menetes
Voiding 2. Apakah disertai mengejan waktu kencing?
0  tidak
2  ya, mengejan
Hesitancy 3. Jika terasa akan kencing, apakah segera ataukan harus
menunggu lama dulu baru air kencing keluar?
0  sesudah di WC. langsung dapat keluar
2  harus menunggu dulu baru air kencing keluar
Intermitency 4. Apakah aliran kencing keluar sekaligus atau terputus-putus?
0  sekaligus
3  terputus-putus
Bladder Emptying 5. Sesudah selesai kencing apakah merasa lampias/tuntas?
0  lampias
1  kadang-kadang kurang lampias
2  selalu tidak lampias
3  pernah sekali dipasang catheter baru dapat kencing kembali
4  sudah lebih dari satu kali dipasang catheter baru dapat kencing
biasa lagi
Incontinence 6. Pernah mengalami kecing tidak terasa, seperti ngompol?
0  tidak pernah sama sekali
2  ya, pernah seperti ngompol
2  sesudah selesai kencing, tak terasa air kencing keluar lagi
Urge 7. Untuk pergi ke tempat kecing, saat sudah ingin kencing,
apakah?
0  tidak pernah sangat terburu-buru, yakin dapat ditahan
1  harus buru-buru, rasanya sukar ditahan lagi
2  kadang air kencing keburu keluar sebelum sampai di WC
2  selalu air kencing keluar dulu sebelum siap di WC
Nocturia 8. Berapa kali bapak terbangun malam hari untuk pergi kencing?
0  tak pernah atau kadang-kadang saja sekali semalam
1  sampi dua kali semalam terbangun
2  tiga atau bahkan empat kali semalam
3  lebih dari empat kali terbangun malam untuk kencing di WC
Diuria 9. Pada siang hari seberapa sering Bapak buang air kecil?
0  > 3 jam sekali baru kencing, atau 3-4 kali selama siang hari
1  setelah antara 2-3 jam sekali baru kencing, atau 5-6 kali sehari
2  tiap 1-2 jam sekali sudah kencing, 7-8 kali selama siang hari
3  sebentar-sebentar, tak ada satu jam sudah harus kencing lagi

10
Skor IPSS

II. DIAGNOSIS KERJA


1. Retensio urin et causasusp. BPH (Benign Prostat Hiperplasia)

III. DIAGNOSIS BANDING


1. Karsinoma prostat

5. PEMERIKSAAN ANJURAN
 Transrectal ultrasonography
 Sistoskopi

6. PENGOBATAN
Operatif
Teknik Operasi TURP (Transurethral Resection of Prostate)
Didapatkan hasil :
- Sistoskopi, mukosa buli hiperemis, trabekulasi sedang, batu (-), tumor (-),
kissing lobe prostat (+) 1cm, lobus medius protrusi hebat.
- Evakuasi chip oleh elick ± 40 gram, sisa chip (-), perdarahan aktif (-)

11
7. PROGNOSIS
- Ad vitam : Dubia Ad Bonam
- Ad functionam : Dubia Ad Bonam
- Ad sanationam : Dubia Ad Bonam

FOLLOW UP
08 Januari 2018
Dilakukan Operasi TURP (Transurethral Resection of Prostate)
- Terpasang irigasi NaCl 0,9% dan terpasang kateter cabang 3 no 24
- Drip kateter (+)
- Traksi kateter (+)
09-10 Januari 2018
Traksi dilepas
Drip kateter 60 tetes/menit
Rawat kateter 2x sehari
11 Januari 2018
Drip kateter di aff
12 Januari 2018
Kateter di aff

Pemeriksaan PA
Per tanggal 11 Januari 2018
Sediaan berasal dari prostat terdiri atas keping-keping jaringan prostat yang menunjukkan
proliferasi jaringan fibromuskular dan asinus. Asinus berlapiskan 2 lapis sel yaitu sel torak di
bagian dalam dan sel kuboid/ gepeng di bagian luar. Sebagian epitel membentuk lipatan
papiler ke dalam lumen. Asinus sebagian berdilatasi atau atrofik, serta ada yang mengandung
sekret. Stroma bersebukan sel radang kronik. Tidak tampak tanda ganas.
Kesimpulan : Hiperplasia prostat disertai peradangan

12
PEMBAHASAN UMUM

Anatomi dan Histologi Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini
dapat menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar
buli-buli. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal 20 gram. Prostat merupakan
kelenjar aksesori terbesar pada pria, tebalnya ± 2 cm dan panjangnya ± 3 cm dengan lebarnya
± 4 cm, dan berat 20 gram. Prostat mengelilingi uretra pars prostatika dan ditembus di bagian
posterior oleh dua buah duktus ejakulatorius.1,2

Gambar 1. Anatomi Kelenjar Prostat

Secara histologi prostat terdiri atas 30-50 kelenjar tubulo alveolar yang mencurahkan
sekretnya ke dalam 15-25 saluran keluar yang terpisah.Saluran ini bermuara ke uretra pada
kedua sisi kolikulus seminalis.Kelenjar ini terbenam dalam stroma yang terutama terdiri dari
otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat kolagen dan serat elastis.Otot membentuk masa
padat dan dibungkus oleh kapsula yang tipis dan kuat serta melekat erat pada stroma. Jenis
epitelnya berlapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus rendah
tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar.1,2,3
Kelenjar prostat adalah organ pria yang paling sering menderita dengan neoplasma jinak
atau ganas.Kelenjar prostat terbagi dalam beberapa zona, yaitu zona perifer, zona sentral,
zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periuretra. Zona perifer menyumbang
70% dari volume dari prostat dewasa muda, zona sentral menyumbang 25%, dan zona
transisi menyumbang 5%.Enam puluh sampai tujuh puluh persen karsinoma prostat (CaP)
13
berasal dari zona perifer, 10-20% dalam transisi zona, dan 5-10% di zona tengah. Benign
prostatic hyperplasia (BPH) secara seragam berasal dari zona transisi.2

Aliran Darah dan PersarafanKelenjar Prostat


Merupakan percabangan dari arteri pudenda interna, arteri vesikalis inferior dan arteri
rektalis media. Pembuluh ini bercabang-cabang dalam kapsula dan stroma, dan berakhir
sebagai jala-jala kapiler yang berkembang baik dalam lamina propria. Pembuluh vena
mengikuti jalannya arteri dan bermuara ke pleksus sekeliling kelenjar.Pleksus vena
mencurahkan isinya ke vena iliaca interna.Pembuluh limfe mulai sebagai kapiler dalam
stroma dan mengikuti pembuluh darah dan mengikuti pembuluh darah.Limfe terutama
dicurahkan ke nodus iliaka interna dan nodus sakralis.Persarafan prostat berasal dari pleksus
hipogastrikus inferior dan membentuk pleksus prostatikus. Prostat mendapat persarafan
terutama dari serabut saraf tidak bermielin. Beberapa serat ini berasal dari sel ganglion
otonom yang terletak di kapsula dan di stroma. Serabut motoris, mungkin terutama simpatis,
tampak mempersarafi sel- sel otot polos di stroma dan kapsula sama seperti dinding
pembuluh darah.1,2

Fisiologi Kelenjar Prostat


Kelenjar prostat menyeksresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung kalsium, ion
sitrat, ion fosfat, enzim pembekuan, dan profibrinolisin. Selama pengisian, sampai kelenjar
prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer seperti susu
yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat menambah jumlah semen lebih banyak lagi. Sifat
cairan prostat yang sedikit basa mungkin penting untuk keberhasilan fertilisasi ovum, karena
cairan vas deferens relatif asam akibat adanya asam sitrat dan hasil akhir metabolisme
sprema, dan sebagai akibatnya,akan menghambat fertilisasi sprema. Selain itu, sekret vagina
bersifat asam (Ph 3,5-4). Sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH sekitarnya
meningkat menjadi 6-6,5. Akibatnya, cairan prostat yang sedikit basa mungkin dapat
menetralkan sifat asam cairan seminalis lainnya selama ejakulasi, dan juga meningkatkan
motilitas dan fertilitas sperma.4
Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel
kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT)
dengan bantuan enzim 5 alfa-reduktase. Dihidrotestosteron inilah yang secara langsung
memacu m-RNA di dalam sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang
memacu pertumbuhan dan proliferasi kelenjar prostat.2
14
Definisi BPH

BPH merupakan pembesaran kelenjar prostat yang bersifat jinak yang hanya timbul pada
laki-laki yang biasanya pada usia pertengahan atau lanjut.3Merupakan kelainan histologis
yang khas ditandai dengan proliferasi sel-sel prostat. Akumulasi sel-sel dan pembesaran
kelenjar merupakan hasil dari proliferasi sel epitel dan stroma prostat.Diperkirakan 50% laki
– laki menunjukan histopatologi BPH pada umur 60 tahun , dan jumlahnya meningkat
menjadi 9-10% pada umur 80 tahun. BPH menyebabkan sumbatan pada uretra dan
menyebabkan terjadinya gejala pada traktus urinarius bawah.5

Epidemiologi

Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan
pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang, akan terjadi
perubahan patologik anatomik. Pada lelaki usia 50 tahun, angka kejadiannya sekitar 50%, dan
pada usia 80 tahun sekitar 80% persen. Sekitar 50% dari angka tersebut diatas akan
menyebabkan gejala dan tanda klinis.6

Etiologi

Etiologi BPH tidak sepenuhnya dipahami, namun tampaknya bersifat multifaktorial


dan endokrin.Prostat terdiri dari unsur stroma dan epitel, dan masing-masing,dapat
menyebabkan nodul hyperplastic dan gejala yang terkait dengan BPH. Studi klinis pada pria
telah menunjukkan dengan jelas bahwa BPH berada di bawah kontrol endokrin. Penyelidikan
tambahan telah menunjukkan korelasi positif antara kadar testosteron bebas dan estrogen dan
volume BPH. Yang terakhir mungkin menunjukkan bahwa hubungan antara penuaan.Pada
usia 40an, seorang pria mempunyai kemungkinan terkena BPH sebesar 25%. Menginjak usia
60-70 tahun, kemungkinannya menjadi 50%. Dan pada usia diatas 70 tahun, akan menjadi
90%.Faktor genetik atau lingkungan yang mempengaruhi 5 alfa-reduktase juga penting dalam
pengembangan BPH. 2,6
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia
prostat; tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya
dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua)
.Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat jinak adalah
15
: (1) Teori Dihidrotestosteron, (2) Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron, (3)
Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, (4) Berkurangnya kematian sel (apoptosis),
dan (5) Teori Stem sel.2

Teori dihidrotestosteron

Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel- sel kelenjar prostat.Dibentuk dari testosteron di dalam sel prostat oleh
enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH.DHT yang telah terbentuk berikatan
dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti dan sel selanjutnya
terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat. Pada
berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan
kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5α-reduktase dan
jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan pada BPH lebih
sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan
prostat normal.2

Ketidakseimbangan antara estrogen - testosterone

Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun, sedangkan kadar estrogen
relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosterone relatif meningkat. Telah
diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel- sel
kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel- sel prostat terhadap rangsangan
hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah
kematian sel- sel prostat (apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun
rangsangan terbentuknya sel- sel baru akibat rangsangan testosterone menurun, tetapi sel –
sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi
lebih besar.2

Interaksi stroma - epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat
secara tidak langsung dikontrol oleh sel- sel stroma melalui suatu mediator (growth factor)
tertentu. Setelah sel- sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel- sel
16
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel- sel stroma itu
sendiri secara intrakin dan autokrin, serta mempengaruhi sel- sel epitel secara parakrin.
Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel- sel epitel maupun stroma.2

Patofisiologi

Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan


pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer. Pertumbuhan kelenjar ini sangat
bergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel- sel kelenjar prostat hormon akan
dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5alfa-
reduktase. Dihidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel- sel
kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar
prostat.2,6
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
menghambat aliran urine.Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal.Untuk
dapat mengeluarkan urine, buli- buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan
itu.Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik buli- buli berupa
hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli- buli.
Perubahan struktur pada buli- buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal
dengan gejala prostatimus.2,6
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli- buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter.Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan
aliran balik urine dari buli- buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter. Keadaan ini jika
berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat
jatuh ke dalam gagal ginjal.2,6

Gejala Klinis
Gejala BPH dapat dibagi menjadi keluhan obstruktif dan iritatif. Gejala obstruktif
meliputi kesulitan memulai miksi, penurunan tekanan arah pancuran, sensasi pengosongan
kandung kemih yang tidak lampias , double voiding (buang air kecil untuk kedua kalinya
dalam 2 jam dari buang air kecil sebelum nya , berusaha buang air kecil, dan meneteskan sisa
miksi. Gejala iritasi meliputi urgensi, frekuensi, dan nokturia. Keluhan pada saluran kemih
bagian bawah (LUTS).2,6
17
Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot buli-buli untuk
mengeluarkan urine.Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami kepayahan (fatigue) sehingga
jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut. Sistem
skoring International prostate symptom score I-PSS IPSS mungkin satu-satunya alat yang
paling penting yang digunakan dalam evaluasi pasien dengan BPH dan direkomendasikan
untuk semua pasien sebelum memulai terapi. Penilaian ini berfokus pada tujuh item yang
meminta pasien untuk mengukur tingkat keparahan keluhan obstruktif atau iritatif mereka
pada skala 0-5.pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi LUTS dan 1 pertanyaan
yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien Dengan demikian, skornya bisa berkisar
antara 0 sampai 35. IPSS 0-7 dianggap ringan, 8-19 dianggap sedang, dan 20-35 dianggap
berat. Gejala pada saluran kemih bagian atasmerupakan penyulit dari hiperplasi prostat,
berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (hidronefrosis),
demam (infeksi/ urosepsis).2,6
Timbulnya dekompensasi buli-buli biasanya didahului oleh beberapa faktor pencetus,
diantaranya, volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh (pada cuaca dingin, menahan kencing
terlalu lama, minum air dalam jumlah yang berlebihan, mengkonsumsi obat-obatan atau
minuman yang mengandung diuretikum seperti kopi atau alkohol), massa prostat yang tiba-
tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau adanya infeksi prostat akut,
setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor atau
yang dapat mempersempit leher buli-buli.2

Pemeriksaan Fisik5,6
a. Buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi
urine. Kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes yang merupakan pertanda
dari inkontinensia paradoksa.
b. Pada colok dubur yang harus diperhatikan
1) Tonus sfingter ani/reflex bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan buli-bulineurogenik
2) Mukosa rektum
3) Keadaan prostat antara lain :
Kemungkinan adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat, simetris antar lobus dan batas
prostat.Pada colok dubur pembesaran prostat benigna menunjukan konsistensi prostat
kenyal, seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan
nodul.Volume yang normal pada dewasa adalah 20-30 gram. Pengukuran lebih tepat
dapat menggunakan transrektal ultrasonografi (TRUS). Raba apakah terdapat fluktuansi
18
(abses prostat) atau nyeri tekan (prostatitis).Konsistensi prostat keras/teraba nodul dan
mungkin diantara lobus prostat tidak simetris.

Pemeriksaan Penunjang2,6,7
a. Sedimen urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih.
Mengevaluasi adanya eritrosit, leukosit, bakteri, protein atau glukosa.
b. Kultur urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensifitas
kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan
c. Faal ginjal
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas.
Elektrolit, BUN, dan kreatinin berguna untuk insufisiensi ginjal kronis pada pasien yang
memiliki postvoid residu (PVR) yang tinggi.
d. Gula darah
Mencari kemungkinan adanya penyekit diabetes mellitus yang juga memiliki gejala
seperti nokturia.
e. Penanda tumor PSA (prostat spesifik antigen)
Tingkat PSA meningkat rata-rata sekitar 0,12 ng / mL per gram jaringan BPH. Dengan
demikian, pasien dengan kelenjar pembesaran akibat BPH mungkin memiliki tingkat
PSA yang tinggi.Rasio PSA terhadap volume kelenjar disebut kepadatan PSA. Beberapa
peneliti menganjurkan biopsi prostat hanya jika kepadatan PSA melebihi 0,1 atau 0,15,
sementara yang lain belum menemukan kepadatan PSA berguna. Masalah dengan
pendekatan ini mencakup fakta bahwa (1) rasio epitel-stroma bervariasi dari kelenjar ke
kelenjar dan hanya epitel yang menghasilkan PSA dan (2) kesalahan dalam menghitung
volume prostat berdasarkan TRUS dapat mendekati 25%.Nilai prediktif positif kepadatan
PSA sedikit lebih tinggi daripada penggunaan tingkat PSA> 4 ng / mL dalam beberapa
seri (30-40% vs 20-30%).Masalah utama lainnya dengan PSA doubling (PSAD) adalah
masih memerlukan TRUS, dimana prosedur risikonya lebih rendah daripada biopsi,
masih invasif dan tidak nyaman. Dengan demikian, PSAD mungkin paling berguna
dalam setting di mana volume prostat sudah diketahui (yaitu, PSA meningkat setelah
biopsi negatif sebelumnya)
f. Pemeriksaan Patologi Anatomi

19
BPH dicirikan oleh berbagai kombinasi dari hiperplasia epitel dan stroma di
prostat.Beberapa kasus menunjukkan proliferasi halus-otot hampir murni, meskipun
kebanyakan menunjukkan pola fibroadenomyomatous hyperplasi.
g. Pencitraan pada Benigna Prostat Hiperplasia
a. Foto polos
Berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa
prostat dan kadangkala menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang
merupakan tanda suatu retensi urine
b. Pemeriksaan ultrasonografi transrektal (TRUS)
Transrectal Ultrasonography (TRUS) adalah tes USG melalui rectum.Dalam prosedur
ini, probe dimasukkan ke dalam rektum mengarahkan gelombang suara di
prostat.Gema pola gelombang suara merupakan gambar dari kelenjar prostat pada
layar tampilan.Untuk menentukan apakah suatu daerah yang abnormal tampak
memang tumor, digunakan probe dan gambar USG untuk memandu jarum biopsi
untuk tumor yang dicurigai.Jarum mengumpulkan beberapa potong jaringan prostat
untuk pemeriksaan dengan mikroskop. Biopsy terutama dilakukan untuk pasien yang
dicurigai memiliki keganasan prostat
c. Sistoskopi
Dalam pemeriksaan ini, disisipkan sebuah tabung kecil melalui pembukaan urethra di
dalam penis. Prosedur ini dilakukan setelah solusi numbs bagian dalam penis
sehingga sensasi semua hilang. Tabung, disebut sebuah “cystoscope”, berisi lensa dan
sistem cahaya yang membantu dokter melihat bagian dalam uretra dan kandung
kemih.Tes ini memungkinkan dokter untuk menentukan ukuran kelenjar dan
mengidentifikasi lokasi dan derajat obstruksi.
d. Ultrasonografi trans abdominal
- Gambaran sonografi benigna hyperplasia prostat menunjukan pembesaran
bagian dalam glandula, yang relatif hipoechoic dibanding zona perifer.
Zona transisi hipoekoik cenderung menekan zona central dan perifer.
Batas yang memisahkan hyperplasia dengan zona perifer adalah “surgical
capsule”.
- USG transabdominal mampu pula mendeteksi adanya hidronefrosis
ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.

20
h. Pemeriksaan lain:
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara mengukur:
 Residual urin :
Jumlah sisa urin setelah miksi, dengan cara melakukan kateterisasi/USG setelah
miksi
 Pancaran urin atau flow rate :
Dengan menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi berlangsung
(ml/detik) atau dengan alat uroflometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran
urin.Aliran yang berkurang sering pada BPH.Pada aliran urin yang lemah, aliran
urinnya kurang dari 15mL/s dan terdapat peningkatan residu urin.Post-void
residualmengukur jumlah air seni yang tertinggal di dalam kandung kemih setelah
buang air kecil. PRV kurang dari 50 mL umum menunjukkan pengosongan kandung
kemih yang memadai dan pengukuran 100 sampai 200 ml atau lebih sering
menunjukkan sumbatan. Pasien diminta untuk buang air kecil segera sebelum tes
dan sisa urin ditentukan oleh USG atau kateterisasi.

Diagnosa Banding
Kondisi obstruktif lainnya pada saluran kemih bagian bawah, seperti striktur uretra,
kontraksi leher kandung kemih, batu kandung kemih, atau CaP, harus diseleksi saat
mengevaluasi pria dengan dugaan BPH.Riwayat uretritis, atau trauma harus dijelaskan untuk
menyingkirkan penyempitan uretra atau kontraksi leher kandung kemih.Hematuria dan nyeri
umumnya berhubungan dengan batu kandung kemih. CaP dapat dideteksi oleh kelainan pada
DRE atau PSA yang meningkat.5,8
Infeksi saluran kemih, yang dapat meniru gejala-gejala iritasi BPH, dapat segera
diidentifikasi dengan urinalisis dan kultur. Namun, infeksi saluran kemih juga bisa menjadi
komplikasi BPH. Meskipun keluhan obstruksi yang mengganggu juga terkait dengan
karsinoma kandung kemih, terutama karsinoma in situ, urinalisis biasanya menunjukkan
bukti hematuria.Demikian juga, pasien dengan kelainan kandung kemih neurogenik mungkin
memiliki banyak tanda dan gejala BPH, namun riwayat penyakit neurologis, stroke, diabetes
mellitus, atau cedera punggung mungkin terjadi juga.Selain itu, pemeriksaan dapat
menunjukkan gangguan pada ekstremitas atau perineum yang lebih rendah atau perubahan
pada nada sfingter rektal atau refleks bulbocavernosus. Adanya perubahan simultan pada
fungsi usus (konstipasi) mungkin juga dapat mengarah ke adanya masalah pada neurologis.5,8

21
Tabel 1. Diagnosa Banding Benigna Prostat Hiperplasia.5
Diagnosa banding BPH
Kondisi Gejala
 Diabetes mellitus Frekuensi, aliran dan volume urin
normal
 Sistitis , kanker buli, batu buli Gejala iritasi
 Prostatitits Gejala iritasi dan obstruksi
 Divertikulum buli
 Kondisi neurologis (injuri medulla spinalis,
kelainan medulla spinalis dsb)
 Riwayat minum obat (antikolinergik,
antidepresan, dekongestan, tranquilezer)
 Kanker prostat Gejala obstruksi
 Striktur uretra
 Kontraktur/striktur buli

Penatalaksanaan
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalami tindakan medik.Kadang-kadang
mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan terapi apapun
atau hanya dengan nasehat saja. Namun adapula yang membutuhkan terapi medikamentosa
atau tindakan medik yang lain karena keluhannya semakin parah.2
Tujuan terapi hyperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi, (2)
meningkatkan kualitas hidup, (3) mengurangi obstruksi intravesika, (4) mengembalikan
fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, (5) mengurangi volume residu urine setelah miksi dan
(6) mencegah progrefitas penyakit. Hal ini dapat dicegah dengan medikamentosa,
pembedahan atau tindakan endourologi yang kurang invasif.2
BPH adalah penyakit yang progresif, yang artinya semakin bertambah usia, volume
prostat semakin bertambah, laju pancaran urine semakin menurun, keluhan yang
berhubungan dengan miksi semakin bertambah, dan penyulit semakin banyak, diantaranya
retensi urine sehingga dibutuhkan tindakan pembedahan. Salah satu marker untuk
meramalkan progresifitas prostat adalah serum PSA. Semakin tinggi nilai PSA (Setelah
disingkirkan tidak ada kanker prostat), semakin kemungkinan BPH menimbulkan masalah.2

22
Watchful waiting
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu
keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapat etrapi
namun hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk
keluhannya, misalnya (1) jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol setelah makan malam, (2)
kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi/cokelat), (3)
batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, (4) kurangi
makanan pedasadan asin, dan (5) jangan menahan kencing terlalu lama. Secara periodik
pasien diminta untuk datang control dengan ditanya keluhannya apakah menjadi lebih baik
(sebaiknya memakai skor yang baku), disamping itu dilakukan pemeriksaan laboratorium,
residu urin, atau uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya,
mungkin perlu dipikirkan terapi yang lain.2

a. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk : (1) mengurangi resistansi otot
polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi infravesika dengan obat-obatan
penghambat adrenergic alfa (adrenergic alfa blocker dan (2) mengurangi volume prostat
sebagai komponen static dengan cara menurunkan kadar hormone
testosterone/dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5α-reduktase.2
 Penghambat reseptor adrenergik α
Pemberian penyekat alfa bertujuan menghambat konrraksi otot polos prostat
sehingga mengurangi resistensi tonus leher kandung kemih dan uretra. Efek
samping yang mungkin terjadi adalah hipotensi postural, dizziness, atau astenia.
Efek samping sistemik paling ringan ditunjukan oleh obat tamsulosin. Dibutuhkan
titrasi dosis sebelum penggunaan, kecuali tamsulosin. Contoh obatnya adalah
prazosin 2 x 1-2 mg, tamsulosin 1 x 0,2-0,4 mg, atau terazosin dan doksazosin
diberikan 1 kali perhari.2,9
 Penghambat 5 α reduktase
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT)
dari testosterone yang dikatalisis oleh enzim 5 α reduktase di dalam sel prostat.
Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat
menurun. Pembesaran prostat di BPH secara langsung tergantung pada DHT,
sehingga obat ini menyebabkan pengurangan 25% perkiraan ukuran prostat lebih

23
dari 6 sampai 12 bulan. Contoh obat penghambat 5 α reduktase berdasarkan
tipenya adalah avodart (dutasteride) dan proscar(finasteride).2
 Fitofarmaka
Ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki gejala akibat
obstruksi prostat. Kemungkinan fitofarmaka bekerja sebagai anti-estrogen, anti-
androgen, menurunkan kadar sex hormone binding globulin (SHBG), inhibisi basic
fibroblast growth factor (bFGF) dan epidermal growth factor (EGF), mengacaukan
metabolisme prostaglandin, efek anti-inflamasi, menurunkan outflow resistance, dan
memperkecil volume prostat. Fitoterapi yang banyak dipasarkan adalah Pygeum
africanum, Serenpa africanum.2,9

b. Terapi Invasif Minimal

Diperuntukan untuk pasien yang mempunyai risiko tinggi terhadap pembedahan

1) Termoterapi
Termoterapi kelenjar prostat adalah pemanasan dengan gelombang mikro pada
frekuensi 915-1296 Mhz yang pancarkan melalui antena yang diletakkan di dalam
uretra. Dengan pemanasan yang melebihi 44 derajat celsius menyebabkan destruksi
jaringan pada zona transisional prostat karena nekrosis koagulasi. Prosedur ini dapat
dikerjakan secara poliklinis tanpa pemberian pembiusan. Cara ini direkomendasikan
bagi prostat yang ukurannya kecil. 2,5
2) Tranurethral Needle Ablation of the Prostate (TUNA)
Pada tahun 1996, FDA menyetujui transurethral jarum ablasi invasif minimal / Trans
Urethral needle ablation (TUNA) sistem untuk pengobatan BPH. Sistem TUNA
memberikan energy radiofrekuensi tingkat rendah melalui jarum kembar untuk region
prostat yang membesar.Shields melindungi uretra dari kerusakan akibat panas.Sistem
TUNA meningkatkan aliran urin dan mengurangi gejala dengan efek samping yang
lebih sedikit jika dibandingkan dengan reseksi transurethral dari prostat (TURP).2,5
3) High Intensity Focused Ultrasound (HIFU)
Energi panas yang ditujukan untuk menimbulkan nekrosis pada prostat berasal dari
gelombang ultrasonografi dari transduser piezokeramik yang mempunyai frekuensi
0,5-10 MHz. Energi dipancarkan melalui alat yang diletakkan transrektal dan
difokuskan ke kelenjar prostat. Teknik ini memerlukan anestesi umum. Data klinis

24
menunjukkan terjadi perbaikan gejala klinis 50-60% dan Q max rata-rata meningkat
40-50%. Efek lanjut dari tindakan belum diketahui, dan sementara tercatat bahwa
kegagalan terapi terjadi sebanyak 10% setiap tahun.2
4) Intra-Prostatic Stent
Stent prostat dipasang pada uretra prostatika untuk mengatasi obstruksi karena
pembesaran prostat.Stent dipasang intraluminal di antara leher buli-buli dan di
sebelah proksimal verumontanum sehingga urine dapat leluasa melewati lumen uretra
prostatika.Stent temporer dipasang selama 6-36 bulan dan terbuat dari bahan yang
tidak diserap dan tidak mengadakan reaksi jaringan.Stent yang permanen terbuat dari
anyaman dari bahan logam super alloy, nikel atau titanium.Sayangnya setelah
pemasangan kateter ini, pasien masih merasakan keluhan miksi berupa gejala iritatif,
perdarahan uretra atau rasa tidak enak di daerah penis. 2,5

c. Bedah
1) Operasi transurethral
Pada jenis operasi, sayatan eksternal tidak diperlukan.Setelah memberikan anestesi,
ahli bedah mencapai prostat dengan memasukkan instrumen melalui uretra.Prosedur
yang disebut reseksi transurethral dari prostat (TURP) digunakan untuk 90 persen dari
semua operasi prostat dilakukan untuk BPH. Dengan TURP, alat yang disebut
resectoscope dimasukkan melalui penis. The resectoscope, yaitu panjang sekitar 12
inci dan diameter 1 / 2 inci, berisi lampu, katup untuk mengendalikan cairan irigasi,
dan loop listrik yang memotong jaringan dan segel pembuluh darah.2,5
Cairan irigan yang dipakai adalah aquades .kerugian dari aquades adalah sifatnya
yang hipotonis sehingga dapat masuk melalui sirkulasi sistemik dan menyebabkan
hipotermia relative atau gejala intoksikasi air yang dikenal dengan sindrom TURP.
Ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, somnolen dan tekanan darah meningkat
dan terdapat bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak
dan jatuh ke dalam koma. Untuk mengurangi risiko timbulnya sindroma TURP
operator harus membatasi diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam dan
haru smemasang sistostomi terlebih dauhlu sebelum reseksi diharapkan dapat
mengurangi penyerapan air ke sistemik.2,5
Selama operasi 90-menit, ahli bedah menggunakan loop kawat resectoscope untuk
menghilangkan jaringan obstruksi satu bagian pada suatu waktu.Potongan-potongan
jaringan dibawa oleh cairan ke kandung kemih dan kemudian dibuang keluar pada
25
akhir operasi.Prosedur transurethral kurang traumatis daripada bentuk operasi terbuka
dan memerlukan waktu pemulihan lebih pendek.Salah satu efek samping yang
mungkin TURP adalah ejakulasi retrograde, atau ke belakang.Dalam kondisi ini,
semen mengalir mundur ke dalam kandung kemih selama klimaks bukannya keluar
uretra.2,5

2) Open Prostatectomi
Dalam beberapa kasus ketika sebuah prosedur transurethral tidak dapat digunakan,
operasi terbuka, yang memerlukan insisi eksternal, dapat digunakan.Open surgery
sering dilakukan ketika kelenjar sangat membesar (>100 gram), ketika ada
komplikasi, atau ketika kandung kemih telah rusak dan perlu diperbaiki.Prostateksomi
terbuka dilakukan melalui pendekatan suprarubik transvesikal (Freyer) atau
retropubik infravesikal (Millin).Penyulit yang dapat terjadi adalah inkontinensia uirn
(3%), impotensia (5-10%), ejakulasi retrograde (60-80%) dan kontraktur leher buli-
buli (305%).Perbaikan gejala klinis 85-100%.Prostatektomi terbuka melibatkan
operasi pengangkatan (enukleasi) bagian dalam prostat melalui sayatan di daerah
perut bagian bawah.Prostatektomi terbuka adalah pengobatan pilihan untuk kelenjar
besar di atas 80-100ml, komplikasi terkait seperti batu kandung kemih besar, atau jika
reseksi divertikulum kandung kemih diindikasikan. Dengan enukleasi terbuka
adenoma ada pemindahan adenoma yang lebih lengkap dan dengan demikian
penalatalaksanaan ulang dapat di kurangi dan sindrom TUR dapat dihidari . Namun,
kerugiannya termasuk insisi garis tengah, lama tinggal di rumah sakit dan banyaknya
pendarahan perioperatif.2,5

3) Operasi laser
Kelenjar prostat pada suhu 60-65oC akan mengalami koagulasi dan pada suhu yang
lebih dari 100oC mengalami vaporasi. Teknik laser menimbulkan lebih sedikit
komplikasi sayangnya terapi ini membutuhkan terapi ulang 2% setiap tahun.
Kekurangannya adalah : tidak dapat diperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi
(kecuali paad Ho:YAG coagulation), sering banyak menimbulkan disuri pasca bedah
yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung dapat miksi spontan setelah
operasi dan peak flow rate lebih rendah daripada pasca TURP. Serat laser melalui
uretra ke dalam prostat menggunakan cystoscope dan kemudian memberikan

26
beberapa semburan energi yang berlangsung 30 sampai 60 detik.Energi laser
menghancurkan jaringan prostat dan menyebabkan penyusutan.2

d. Kontrol berkala2,5
 Watchfull waiting
Kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah
terdapat perbaikan klinis
 Pengobatan penghambat 5α-reduktase
Dikontrol pada minggu ke-12 dan bulan ke-6
 Pengobatan penghambat 5α-adrenegik
Setelah 6 minggu untuk menilai respon terhadap terapi dengan melakukan
pemeriksaan IPSS uroflometri dan residu urin pasca miksi
 Terapi invasive minimal
Setelah 6 minggu, 3 bulan dan setiap tahun. Selain dilakukan penilaian skor
miksi, juga diperiksa kultur urin
 Pembedahan
Paling lambat 6 minggu pasca operasi untuk mengetahui kemungkinan penyulit.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Faiz O, Moffat D. At a glace anatomi .Jakarta : Erlangga ; 2004.


2. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Jakarta : Sagung Seto ; 2011.
3. Muruve NA. Prostate anatomy. USA. Update : 17 September 2017. Available online at
:https://emedicine.medscape.com/article/1923122-overview, 20 Januari 2018.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC ; 2008.
5. McAninch JW, Lue TF. Smith and tanagos general urology. Edisi 18, New York: Mc
Graw Hill Medical ; 2013.
6. Sjamsuhidajat, et al. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC ;2010.
7. Deters LA, Costabile RA. Benign prostatic hyperplasia (BPH). USA. November 2017.
Diunduh pada :https://emedicine.medscape.com/article/437359-overview#a5, 20 Januari
2017
8. Kapoor A. Benign prostatic hyperplasia (BPH) management in the primary care setting.
The Canadian journal of urology ;19(1); October 2012. Diunduh pada
:http://www.canjurol.com/html/free-articles/V19I5S1F-03-DrKapoor.pdf, 20 Januari
2018.
9. Tanto C, et al. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius ; 2014.

28
PEMBAHASAN KHUSUS

Seorang laki-laki berusia 49 tahun dengan keluhan sulit BAK dan 2-3 minggu sebelum
masuk RS Husada pasien mengalami keluhan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms).
Setelah dilakukan pemasangan kateter terdapat urin inisial sebanyak 1000 cc, kateter sempat
dilepas namun keluhan tidak menghilang dan terdapat retensi urin berulang.Menurut skoring
Madsen-Iversen dan IPSS, pasien ini menunjukkan skor severe. (Madsen 18 dan IPSS 29).
Pada pemeriksaan status lokalis di CVA dextra-sinistra serta regio suprapubik dalam
batas normal. Genitalia eksterna dalam batas normal terpasang folley kateter no 18. Pada
pemeriksaan Rectal Touche didapatkan prostat membesar dengan ukuran ±40 gram, kenyal,
permukaan rata.
Dari pemeriksaan laboratorium darah ditemukan leukositosis (12,8 x 103/dL), dan LED
yang meningkat (37mm/jam), pada urinalisa berat jenis urin rendah (1,003) dan pada kimia
klinik ditemukan eGFR rendah (75,9mL/min/1,73m2), selain itu total PSA pasien ini adalah
1,55 ng/mL. Pada pemeriksaan TAUS (Trans Abdominal Ultrasonografi) didapatkan hasil
ginjal kanan : Hidronefrosis (+) grade 1, batu (-), ginjal kiri: Hidronefrosis (-), batu (-), buli-
buli : Batu (-), tumor (-), protusi prostat 21,6 mm dan prostat volume 60 ml.
Dari anamnesis, gejala klinis serta pemeriksaan penunjang lainnya, pasien ini di
diagnosis retensi urin et causa BPH disertai prostatitis, sehingga segala diagnosis banding
dapat disingkirkan, yaitu karsinoma prostat dapat disingkirkan melalui pemeriksaanPA
ditemukannya hiperplasia prostat disertai prostatitis tidak mengarah ke keganasan. Pasien
sudah dilakukan prosedur operasi (TURP), dengan indikasi yang sesuai diantaranya kondisi
pasien yang memungkinkan untuk dilakukannya operasi, adanya retensi urin yang berulang,
tidak dapat diterapi dengan medikamentosa, dan volume prostat kurang dari 60 gram. Saat ini
prosedur operasi TURP ini hampir 90 persen digunakan pada pasien dengan diagnosis
BPH.Pasien ini telah menjalani tatalaksana yang sesuai mengenai diagnosis penyakitnya.

29

Anda mungkin juga menyukai