Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

KONSEP MEDIS
A. Defenisi Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan
adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. {Muttaqin,
Arif. 2009)
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi
dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke
dalam interstitium, menyebabkan sekumpulan gejala dan tanda khas biasanya
dengan gambaran infiltrat sampai konsolidasi pada foto rontgen dada.
Gejala/tanda tersebut antara lain, demam, sesak napas, batuk dengan dahak
purulen kadang disertai darah dan nyeri dada (Muttaqin, Arif. 2009)
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara
inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa
meninggal (Muttaqin, Arif. 2009)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkhiolus terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan mengganggu
pertukaran gas setempat. Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan
terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan penyebab tersering,
sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi
(Muttaqin, Arif. 2009)
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi
pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul
sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi.
(Muttaqin, Arif. 2009)
B. Etiologi
Pneumonia bisa diakibatkan adanya perubahan keadaan pasien seperti
gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan
penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga menimbulkan perubahan
karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai
tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang akan di
berikan. Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri, yang
jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah dengan daerah yang
lain pada suatu Negara, maupun bakteri yang berasal dari lingkungan
rumah sakit ataupun dari lingkungan luar. Karena itu perlu diketahui
dengan baik pola kuman di suatu tempat.
Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi antara lain:
1. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif
atau gram-negatif seperti:
a. Steptococcus pneumonia (pneumokokus)
b. Streptococcus piogenes
c. Staphylococcus aureus
d. Klebsiela pneumoniae
e. Legionella
f. Hemophilus influenzae.
2. Virus
Influenzae virus antara lain
a. Parainfluenzae virus
b. Respiratory
c. Syncytial adenovirus
d. Chicken-pox (cacar air)
e. Rhinovirus
f. Sitomegalo virus
g. Virus herves simplek
h. Virus sinial pernapasan
i. Hantavirus.
3. Fungi
a. Aspergilus
b. Fikomisetes
c. Blastomises dermatitidis
d. Histoplasma kapsulatum.
(Muttaqin, Arif. 2009)
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh
bahan-bahan lain/non infeksi :
1. Pneumonia Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral
2. Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik
atau uap kimia seperti beryllium
3. Extrinsik allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung
alergen seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada
ampas debu di pabrik gula
4. Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat
5. Pneumonia karena radiasi
6. Pneumonia dengan penyebab tak jelas
7. Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
a. Virus sinsisial pernafasan
b. Adenovirus
c. Virus parainfluenza
d. Virus influenza
(Muttaqin, Arif. 2009)
Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui :
1. Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar.
2. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
3. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-
paru.
C. Patofisiologi
Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks
merupakan rute infeksi yang peling sering. Rute inokulasi lain meliputi
inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah (hematogen) dari area infeksi
yang jauh, penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi.
Jalan napas atas merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi,
tetapi, pembersihan mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi mukosiliar, dan
sekresi IgA dapat terhambat oleh berbagai penyakit, penurunan imun,
merokok, dan intubasi endotrakeal.
Pertahanan jalan napas bawah meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi
mukosiliar, surfaktan, fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit
(PMN), dan imunitas selular dan humoral. Pertahan ini dapat dihambat
oleh penurunan kesadaran, merokok, produksi mukus yang abnormal (mis,
kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah
baring berkepanjangan.
Makrofag alveolar merupakan pertahanan primer terhadap invasi
saluran pernapasan bawah dan setiap harimembersihkan jalan napas dari
mikroorganisme yang teraspirasi tanpa menyebabkan inflamasi yang
bermakna.
Bila jumlah atau virulensi mikroorganisme terlalu besar, maka
makrofag akan merekrut PMN dan memulai rangkaian inflamasi dengan
pelepasan berbagai sitokin termasuk leukotrien, faktor nekrosis tumor
(TNF), interleukin, radikal oksigen, dan protese.
Inflamasi tersebut menyebabkan pengisian alveolus mengalami
ketidakcocokan ventilasi/perfusi dan hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel
paru yang meluas, ini membantu membasmi mikroorganisme intrasel
seperti tuberkulosis atau klamidia, tetapi juga turut andil dalam proses
patologis kerusakan paru.
Infeksi dan inflamasi dapat tetap terlokalisir di paru atau dapat
menyebabkan bakteremia yang mengakibatkan meningitis atau
endokarditis, sindrom respons inflamasi sistemik (Systemic inflamatory
response syndrome, SIRS), dan/atau sepsis.
(Muttaqin, Arif. 2009)
D. Manifestasi Klinik
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernapasan
b. Nyeri dada
c. Nafas dangkal (Takipnea) dan mendengkur
d. Bunyi napas diatas area yang mengalami konsolidasi: mengecil
kemudian menjadi hilang, krekels, rhonki, egofoni
e. Gerakan dada tidak simetris
f. Menggigil dan deman 38,80C sampai 41,10C, delirium
g. Diafoesis
h. Anoreksia
i. Malaise
j. Batuk kental produktif
k. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
l. Gelisah
m. Sianosis: area sirkumoral,dasar kuku kebiruan
E. Komplikasi
1. Gagal napas dan sirkulasi
2. Efusi pleura, empyema, dan abces
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan infeksi akut
a. Oksigen dan hidrasi bila ada indikasi
b. Pertimbangkan isolasi respirasi
c. Hospitalisasi diindikasikan bila:
1) Usia diatas 65 tahun, tunawisma, dirawat dirumah sakit
karena pneumonia ditahun yang lalu
2) Denyut nadi > 140/menit, frekuensi respirasi > 30/menit
hipotensi.
3) Temperatur > 38,30C
4) Penurunan status mental, sianosis
5) Imunosupresi
6) Mikroorganisme risiko tinggi
7) SDP < 4000 atau > 3000/µL
8) Tekanan parsial oksigan dalam darah arteri (PaO2) < 60 atau
PaCO2 > 50
d. Foto ronsen dada dengan keterlibatan banyak lobus atau progresi
cepat
e. Menarik napas dalam dan batuk, fisioterapi dada bila tersedia
f. Antibiotik untuk pneumonia bakteri, parasit, atau jamur (bukan
virus)
g. Perlindungan empiris paling sering digunakan pada pasien rawat
jalan; pewarnaan gram pada sputum dapat menjadi panduan terapi
pada pasien rawat inap tetapi mungkin perlu diubah bila kultur
dengan sensitivitas telahtersedia (48 samapi 72 jam).
h. Pilihan antibiotik empiris bervariasi berdasar pada pasien rawat
jalan versus rawat inap, usia, faktor risiko pasien, dan pengkajian
pasien; pilihan antibiotika empiris beikut ini:
Terapi antimikrobial empiris
1) Pasien rawat jalan
a) Untuk pasien yang sebelumnya sehat dan tidak terdapat
resiko resisten dengan obat S.pneumonia dapat diberikan
makrolide (azithromycin, clarithromycin, erythromycin)
atau Doxycycline
b) Pasien dengan komorbid penyakit jantung, paru-paru, hati,
atau ginjal kronis; diabetes melitus, kecanduan alkohol,
keganasan, asplenia, kondisi atau penggunaan obat
immunosupresif, penggunaan antimikroba dalam 3 bulan
sebelumnya atau bila terdapat faktor resiko terjadinya
resistensi obat dapat diberikan obat golongan
fluoroquinolone (moxifloxacin, gemifloxacin, or
levofloxacin (750 mg) atau dengan gabungan β-lactam dan
macrolide (amoxicillin, amoxicillin-clavulanate) dengan
alternatif ceftriaxone, cefpodoxime, and cefuroxime
2) Pasien rawat inap bangsal
a) fluoroquinolone
b) β-lactam (cefotaxime, ceftriaxone, dan ampicillin;
ertapenem) dan macrolide (doxycycline)
3) Pasien rawat inap ICU
a) β-lactam(cefotaxime, ceftriaxone, atau ampicillin-
sulbactam) ditambah azithromycin atau fluoroquinolon
(untuk pasien yang alergi penisilin, fluoroquinolon dan
aztreonam dapat direkomendasikan)
b) Untuk infeksi oleh Pseudomonas, digunakan
antipneumococcal, antipseudomonal β-lactam
(piperacillin-tazobactam,cefepime, imipenem, atau
meropenem) ditambah dengan ciprofloxacin or
levofloxacin (750mg)

(Muttaqin, Arif. 2009)


G. Pengcegahan

Anda mungkin juga menyukai