Oleh:
Vidia Meila Ningsih
Lintang Vidyaningrum
Rifka Defriani
Nopriza Eprianti
Yoga Mirza Pratama
Kasih Umi Malinda
Pembimbing :
dr. RA Yeni Warningsih
dr. Tunjung Dharmalia Wrangkani , M.Ph
dr. Erlina Panca Putri, M.H
Segala puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena dengan
izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Penjaminan Mutu
yang berjudul “Evaluasi Sistem Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Pasar Ikan
Kota Bengkulu” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik Ilmu Kedokteran Komunitas.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr. RA Yeni
Warningsih, dr. Tunjung Dharmalia Wrangkani, M.Ph, dr. Erlina Panca Putri,
M.H serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Penjaminan Mutu ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang membaca demi kesempurnaan laporan ini. Penulis juga berharap
laporan ini dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman
tentang sistem pelayanan kefarmasian di puskesmas.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
penting di Indonesia yang memberikan pelayanan secara menyeluruh,
terpadu dan bersinambungan kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja
tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok dan langsung berada
dalam pengawasan administratif maupun teknis dari Dinas Kabupaten (Entjang,
2000).
Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka
peranan dan kedudukan PUSKESMAS adalah sebagai ujung tombak sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia. Pemerintah mengembangkan puskesmas
dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/MENKES/SK/II/2004
Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat
pengerak pembangunan yang berwawasan kesehatan dimana Puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan program pembangunan
dan pemeliharaan kesehatan pencegahan, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan melalui pelayanan yang diberikan. Tujuan pelayanan adalah tercapainya
derajat masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat
masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh
pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi
pelayanan (provider satisfaction) serta pada institusi pelayanan yang
diselenggarakan secara efisien (institucional safisfaction).
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan
fasilitas kesehatan terutama puskesmas yang mampu menjangkau segala lapisan
masyarakat hingga daerah terpencil. Selain itu kebutuhan dan harapan
masyarakat terhadap kualitas pelayanan puskesmas ketika berobat di puskesmas
adalah pelayanan kefarmasian di apotek yang sesuai standar dan tersediannya obat
yang lebih berkualitas, serta pelayanan yang cepat, tepat, sabar dan ramah.
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian, dimana pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
4
Untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek yang sesuai standar
maka diperlukan berbagai peningkatan standar pelayanan kefarmasian. Maka hal
ini lah yang melatarbelakangi kami untuk membahas mengenai “Evaluasi Sistem
pelayanan Kefarmasian Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas Pasar Ikan”
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum studi ini adalah untuk menilai sistem pelayanan
kefarmasian di UPTD Puskesmas Pasar Ikan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi masalah sistem kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas Pasar
Ikan
2. Untuk mengidentifikasi masalah sistem kefarmasian dalam
berkomunikasi
3. Untuk menganalisis masalah sumber daya sarana dan prasarana
kefarmasian di UPTD Puskesmas Pasar Ikan telah sesuai atau
tidak dengan Standard Procedure Operating (SPO), menganalisis
penyebab kesenjangan tersebut serta mencari alternatif
pemecahan masalah dalam pengelolaan sumber daya sarana
prasarana kefarmasian di UPTD Puskesmas Pasar Ikan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
1. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Bengkulu.
2. Mendapatkan pengalaman belajar mengenai manajemen dan evaluasi
5
program puskesmas.
3. Mendapatkan informasi mengenai mekanisme sistem pelayanan
kefarmasian di puskesmas.
4. Dapat mengidentifikasi masalah dan memberikan alternatif penyelesaian
masalah sebagai masukan untuk meningkatkan mutu sistem pelayanan
kefarmasian yang sesuai standar
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan adalah 16.752
jiwa, yang terdiri dari Laki – laki 8.334 jiwa, dan perempuan 8.418 jiwa,
dengan jumlah KK adalah 5.946.
Secara umum di wilayah kerja UPTD. Puskesmas Pasar Ikan menunjukan
bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki – laki, dengan
Ratio jenis kelamin (Sex Ratio) sebesar 99 artinya diantara 99 penduduk
peempuan ada 100 penduduk laki–laki.
3. Mata pencarian
NO Jenis pekerjaan Persentasi
1 PNS 40%
2 Pedagang 30%
3 Buruh 10%
4 Nelayan 15%
7
5 Petani 5%
Jumlah 100%
4. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasar
Ikan sudah mengenyam pendidikan mulai dari rendah sampai perguruan
tinggi. Jumlah pendidikan penduduk terbanyak SMA/SMK yaitu sebanyak
4.561 dari 12.284. warga yang mengenyam pendidikan (37,12%) dengan
perincian :
SD : 1075 orang
SLTP/Sederajat : 2435 orang
SLTA/ Sederajat : 4561 orang
Akademi/diploma/PT : 2045 orang.
8
4 Kulit Alergi 923
5 Kulit infeksi 835
6 Gastritis 827
7 Febris 654
8 Diare 631
9 Thypoid 529
10 Peny.pulpa & jar.periapikal 405
9
9. Sumber Daya Kesehatan
a. Tenaga kesehatan
UPTD Puskesmas Pasar Ikan memiliki tenaga pegawai 31 orang PNS,
2 Orang TKS dan 2 orang honorer. Dengan rincian dokter umum 2
orang (PNS), dokter gigi 1 orang (PNS), apoteker 1 orang (TKS), S1
Ilmu kesehatan 5 orang (PNS), S1 Ilmu lain 1 orang (PNS), bidan 20
orang ( 18 orang PNS, 2 orang Honorer), paramedis Non Perawat 5
orang (4 PNS, 1 TKS) dan tenaga non kesehatan 1 orang (PNS).
b. Fasilitas UPTD Puskesmas Pasar Ikan
1. Ruang kepala puskesmas (lantai 2)
2. Ruang tata usaha ( lantai 2)
3. Ruang pertemuan ( lantai 2)
4. Satu ruang poli gigi
5. Satu ruang poli BP
6. Satu ruang poli KIA
7. Satu ruang poli KB
8. Satu ruang laboratorium sederhana
9. Satu ruang apotek
10. Satu ruang gudang obat
11. Satu ruang pendaftaran
12. Satu ruang operator BPJS
13. Satu ruang sudut gizi
14. Tiga WC / toilet
15. Satu ruang penjaga puskesmas
16. Satu ruang perpustakaan
17. Satu ruang inventarisasi
Meubeler jenis dan jumlah masih kurang, sebagian sudah rusak,
keadaan sarana transportasi berupa satu buah mobil pusling Toyota
Innova, 5 buah kendaraan roda dua.
Penerangan puskesmas menggunakan listrik, sarana air bersih dari
PDAM, mempunyai alat komunikasi berupa telepon, Komputer, dan
10
laptop, juga terdapat cold chain untuk penyimpanan vaksin dan serta
mempunyai satu buah lemari es.
c. Puskesmas Pembantu
UPTD. Puskesmas Pasar Ikan mempunyai 5 buah Puskesmas
pembantu, yaitu :
1. Pustu Berkas
2. Pustu Jitra
3. Pustu Pasar Melintang
4. Pustu Pasar Pantai
5. Pustu Pondok Besi
Masing – masing pustu mempunyai 1 tenaga bidan dan 1 tenaga
perawat, dan masih ada 1 pustu yang hanya 1 orang tenaga bidan
saja yaitu Pustu Pasar Pantai.
d. Posbindu
UPTD. Puskesmas Pasar Ikan mempunyai 15 posbindu yang tersebar
dalam 9 kelurahan dengan 74 kader aktif.
10. Motto
Cepat
Energik
Ramah
Disiplin
Aktif
Simpatik
11
2.2 Jaminan Mutu
Jaminan mutu atau quality assurance merupakan program baru di
Indonesia. Program jaminan mutu mutu mengandung arti suatu program
berlanjut yang disusun secara objektif dan sistematik untuk memantau dan
menilai mutu dan kewajaran asuhan pasien dan memecahkan masalah-
masalah yang terungkap (UU RI, 2004).
Mutu pelayanan kesehatan, misalnya , merupakan sesuatu yang sulit
terukur karena hasil yang terlihat merupakan gabungan dari seluruh unsur
yang terjadi di dalam pengelolaan suatu pelayanan kesehatan: meliputi input,
process dan outcome. Mutu tidak semata-mata ditentukan oleh keluaran,
ataupun unsur yang lain secara terpisah (UU RI, 2011).
Model jaminan mutu terdiri atas kegiatan-kegiatan yang saling terkait
yang berupaya untuk menjaga mutu pelayanan rumah sakit. 6Mutu pelayanan
(masalah kompleks) yang terjadi di dalam organisasi pelayanan secara tim
dengan mengikuti langkah-langkah dalam siklus pemecahan masalah
(Problem Solving Cycle) dan mempergunakan alat-alat pemecahan masalah
(Quality Improvement Tool) serta berdasarkan data. Dari studi literatur,
meskipun materi program jaminan mutu berbeda-beda, tetapi cara
pelaksanaan programnya sama. Salah satu langkah yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:
12
Identifying
The
Evaluating Problem
The
Solutions
PROBLEM SOLVING
CYCLE
Implementi Describing
ng The The
Solutions Problem
Planning Analizing
The The
Solutions Problem
13
2..3 Alur Pelayanan Pasin di UPTD Puskesmas Pasar Ikan
Pendaftaran
Pemanggilan pasien
Tanyakan keluhan
pasien
Lakukan pemeriksaan
tanda vital
Pasien menunggu
panggilan sesuai
urutan
Pasien masuk
Lakukan
pemeriksaan
oleh dokter
Pasien di rujuk
Pengobatan /tindakan Laboratorium
Ruang farmasi
Pulang
14
2.4 Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan Kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan. Dengan makin kompleksnya upaya pelayanan kesehatan, terutama
masalah penggunaan obat, menuntut tenaga kefarmasian, khususnya apoteker
untuk memberikan perhatian dan orientasi pelayanannya kepada pasien dan tenaga
kesehatan lainnya.
Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah pendekatan profesional
yang bertanggungjawab dalam menjamin keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui
penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta
bekerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.
Pada awalnya pelayanan ini hanya berorientasi pada obat saja (drug
oriented), namun sekarang telah berkembang kepada pasien (patient oriented).
Sebagai konsekuensi dari perluasan tersebut, apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat meningkatkan
kompetensinya dan diakui keberadaannya di masyarakat. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian namun kenyataannya
dari hasil monitoring yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pelayanan
kefarmasian yang diterima masyarakat belum optimal, khususnya di sarana
pelayanan kesehatan pemerintah seperti Puskesmas, hal ini antara lain disebabkan
karena masih banyak Puskesmas yang belum memiliki tenaga kefarmasian, baik
apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian (TTK). Untuk mengatasi kesenjangan
tersebut, maka seyogyanya Apoteker di Instalasi Farmasi Kabupaten /Kota (IFK)
dan Dinas Kesehatan harus memahami tentang pelayanan kefarmasian yang
berkualitas, karena akan menjadi tempat rujukan untuk bertanya bagi
tenagapengelola kefarmasian di Puskesmas. Dengan demikian perlu adanya
Apoteker di IFK sebagai unit pengelola obat dan perbekalan kesehatan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota yang mampu melakukan pembinaan pelayanan
kefarmasian di puskesmas.
15
2.4.1 Aspek Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian terdiri dari 2 aspek pelayanan yaitu aspek manajerial
(non klinik) dan aspek profesional (farmasi klinik):
16
klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat, duplikasi
pengobatan, alergi, interaksi dan efek samping obat, kontra indikasi, dan efek
adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik
Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi
yang memadai disertai pendokumentasian.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara
lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat,
efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
17
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas
penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan
tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan
tercapainya keberhasilan terapi Obat.
4. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
18
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
19
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set
meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh
pasien.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat (lampiran), formulir catatan
pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer, jika memungkinkan.
20
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet,
pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika
dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu
suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan
Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan
khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen
dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan,
dan teknik manajemen yang baik.
21
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Umdatul (2011) waktu penyiapan obat
diperoleh rata-rata sebesar 71 detik dengan range 23-149.
d. Persentase Jumlah Jenis Obat yang Diserahkan Sesuai Resep Kepada Pasien
Pengukuran dilakukan dengan mengamati apakah obat yang diserahkan kepada
pasien cukup jumlah jenis sesuai yang dimaksudkan dalam resep.
22
BAB III
PROBLEM SOLVING CYCLE
23
pengisian kotak
saran dan
layanan kepuasan
pasien sehingga
setelah pasien
menyelesaikan
administrasi,
pasien langsung
pulang
2 Poli Umum dan Anamnesis (–)
Ruang tindakan Pemeriksaan fisik (–)
Resep (–)
Edukasi (–)
Penulisan rekam medis (–)
Input data (–)
Pembuangan limbah tajam (–)
3 Laboratorium Informed consent (–)
Mengambil sampel darah (–)
Pemeriksaan laboratorium (–)
Pembuangan limbah (–)
Pelaporan hasil (–)
Input data (–)
24
Penulisan rekam medis (–)
Input data (–)
Pembuangan limbah tajam (–)
6 Poli KIA Ibu Anamnesis (–)
Pemeriksaan fisik (–)
Resep (–)
Edukasi (–)
Penulisan rekam medis (–)
(–)
Input data
(–)
Pembuangan limbah tajam
25
penetapan prioritas masalah di atas dilakukan dengan teknik skoring sederhana,
penilaian antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat penting).
26
- PB : Public Concern, yaitu rasa prihatin masyarakat terhadap
masalah
- PC : Politic Climate, yaitu suasana politik
2. T : Technical feasibility, yaitu kemudahan secara teknis
3. R : Resources availability, yaitu ketersediaan sumber daya
Setiap komponen dalam tabel diberi nilai antara 1 hingga 5. Nilai suatu
masalah diukur dengan cara mengalikan I, T, dan R. Sementara itu, nilai I
diperoleh dengan mengalikan keseluruhan aspek di dalamnya mulai dari P
hingga PC.
Prioritas masalah berdasarkan teknik kriteria matriks diatas adalah
Pelayanan kefarmasian. Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada
tabel tersebut ialah sebagai berikut:
1. Prevalence
- Sarana dan prasarana (4): sarana dan prasarana kefarmasian yang
tidak sesuai dengan SPO yang sudah ada dapat mengakibatkan
pelayanan kefarmasian yang tidak optimal. Hal ini dapat dilihat dari
tidak tersedianya timbangan gram dan milligram di apotek, sehingga
obat-obat yang digerus untuk pembuatan puyer hanya dibagi
berdasarkan perkiraan apoteker. Hal ini tidak menutup kemungkinan
pembagian obat tidak merata sehingga dosis pada masing-masing
puyer bisa kurang atau lebih dari dosis seharusnya.
- Sediaan dan perbekalan (3) : terdapat masalah yang cukup signifikan
di bidang perbekalan dan persediaan karena banyaknya pasien dengan
berbagai macam penyakit yang membutuhkan bermacam-macam obat
sehingga kurangnya persediaan obat-obatan dapat menyebabkan
pelayanan yang kurang optimal.
- Administrasi dan Edukasi (4) : ● Pemberian informasi obat yang
masih sangat sedikit. Apoteker hanya memberikan petunjuk sesuai
resep namun kurang memberikan informasi mengenai waktu
penggunaan obat dan lama penggunaan obat (seperti antibiotik).
Apoteker juga belum memberikan informasi mengenai cara
27
penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu
seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat
semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal.
Apoteker juga belum memberikan informasi efek samping dari
pengunaan obat-obatan yang diberikan. ● Pasien-pasien lansia tidak
mendapatkan pelayanan khusus sehingga pasien lansia tetap
mengambil sendiri obat-obatannya di apotek. Dengan keadaan
kesehatan pasien lansia yang sudah tidak terlalu baik sehingga hal
tersebut menyulitkan pasien-pasien lansia untuk datang mengambil
obat di apotek puskesmas.
2. Severity
- Sarana dan Prasarana (3): Jika sarana dan prasarana berdasarkan SPO
yang ada tidak diimplementasikan oleh apoterker maka dapat
berakibat pada ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian
dan dapat membahayakan keselamatan pasien serta mempengaruhi
lama pengobatan pasien
- Sediaan dan Perbekalan (2) : kekurangan obat-obatan dapat
berdampak terhadap pelayanan pasien yang tidak optimal.
- Administrasi dan Edukasi (4) : ● Informasi mengenai pengobatan
yang masih sangat sedikit diterima oleh pasien sehingga dapat
menyebabkan kesalahan dalam penggunaan obat, pengobatan menjadi
tidak maksimal dan tidak menutup kemungkinan terjadi peningkatan
angka resistensi pada suatu obat. ● Karena pasien lansia harus
mengambil sendiri obat-obatan di apotek akan mengakibatkan pasien-
pasien lansia mengalami kesulitan mengambil obat di apotek dan tidak
menutupi kemungkinan saat mengambil obat di apotek dapat
menyebabkan pasien-pasien lansia mengalami cedera akibat dari
kondisi fisik yang sudah tidak baik lagi.
28
3. Rate of increase
- Sarana dan Prasarana (3): jika sarana dan prasarana pelayanan
kefarmasian tetap tidak di laksanakan sesuai SPO maka akan
bedampak kepada kepuasan pasien akan pelayanan kefarmasian serta
dapat memepengaruhi citra dari puskemas itu sendiri.
- Sediaan dan Perbekalan (2): apabila tidak tercukupinya obat-obatan
yang memadai di puskesmas maka nanti nya akan berdampak
terhadap tidak terselesaikannya tindakan yang dapat dilakukan
dipuskesmas sehingga nantinya harus dirujuk karena kekurangan
sediaan dan perbekalan.
- Administrasi dan Edukasi (5) :● ketidakpahaman pasien terhadap
pengobatan yang diberikan dapat menyebabkan kesalahan dalam
penggunaan obat, pengobatan menjadi tidak maksimal dan tidak
menutup kemungkinan terjadi peningkatan angka resistensi pada suatu
obat.Dapat terjadi juga beberape efek samping dari penggunaan obat
yang dapat menjadi masalah serius dan harus segera ditangani. ●
Apoteker belum memberikan pelayanan peduli lansia, sehingga lansia
harus mengambil sendiri obat ke apotek. Apabila hal ini terus menerus
dibiarkan dapat menyebabkan pasien-pasien lansia tidak ingin berobat
ke Puskesmas.
29
- Administrasi dan Edukasi (5) : ● pengobatan yang tepat diharapkan
oleh semua masyarakat agar pengobatan dapat dilakukan secara
optimal dan pasien dapat menggunakan obat lebih tepat dan rasional.
● pelayanan peduli lansia yang sebaiknya dilakukan oleh tenaga
apotek sehingga pasien-pasien lansia tidak harus mengambil obat-
obatannya sendiri ke apotek puskesmas.
5. Social benefit
- Sarana dan Prasarana (2): dengan pelayanan kefarmasian yang optimal
maka diharapkan dapat meningkatkan minat kunjungan pasien ke
puskesmas sehingga Puskesmas Pasar Ikan sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama dapat membantu masyarakat dalam bidang kesehatan
dilingkungan kerjanya secara optimal.
- Sediaan dan perbekalan (2) : sediaan dan perbekalan di apotek yang
memadai nanti nya akan membuat tingkat kepuasan masyarakat
sekitar menjadi meningkat
- Administrasi dan Edukasi (5) : ● Pengobatan dapat dilakukan secara
optimal, efek samping obat dapat segera diatasi dan angka resistensi
obat tidak meningkat bahkan dapat menurun. ● Sebenarnya banyak
pasien-pasien yang membutuhkan home care terutama pasien-pasien
kondisi khusus seperti pasien geriatri. Apoteker bisa melakukan home
care sekaligus menawarkan jasa pengantaran obat untuk pasien-pasien
geriatri.
6. Public concern
- Sarana dan Prasarana (2): Masyarakat yang berada di wilayah kerja
Puskemas Pasar Ikan sangat peduli terhadap mutu pelayanan
puskesmas karena mereka sangat membutuhkan sarana dan prasarana
yang baik di apotek sehingga mutu obat di apotek tetap terjamin
- Sediaan dan perbekalan (3) : masyarakat tidak terlalu peduli akan
sediaan dan perbekalan yang ada di apotek
30
- Administrasi dan Edukasi (5) : pelayanan kesehatan dan kefarmasian
yang belum optimal, hal ini terkait dengan pasien yang rata-rata
golongan menengah kebawah dan tingkat pengetahuan yang rendah.
7. Politic climate
- Sarana dan prasarana (3): sarana dan prasarana pada pelayanan
kefarmasian merupakan salah satu masalah yang dibahas dan
dijadikan isu politik. Sehingga dibuatlah SPO agar dapat dijadikan
pedoman dalam pelayanan kefarmasian
- Sediaan dan perbekalan (4): suasana politik cukup berpengaruh pada
sediaan dan perbekalan apalagi ketika pada masa pencalonan sehingga
banyak para calon elit politik yang banyak mendukung program
puskesmas
- Administrasi dan Edukasi (5): politik memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam pelayanan kefarmasian yang ada hal ini berhubungan
dengan penyediaan dan distribusi obat.
8. Technical feasibility
- Sarana dan prasarana (2) : untuk melaksanankan pelayanan di
Puskesmas Pasar Ikan sudah dapat dijalankan secara optimal
- Sediaan dan perbekalan (2) : untuk stok sediaan dan perbekalan pada
apotek tidak terlalu bermasalah
- Administrasi dan Edukasi (3) : ● secara teknis hal ini dapat
ditingkatkan dengan mudah yaitu mencari penyebab mengapa
apoteker kurang memberikan informasi tentang penggunaan obat-
obat. Jika masalah terdapat pada kuantitas pegawai maka dapat
dilakukan penambahan pengawai dan jika masalah terdapat pada
kualitas dari pegawai maka pegawai apotek dapat diberikan pelatihan
untuk meningkatkan kualitas dari pelayanan. ● terdapat beberapa
kendala teknis dalam pendistribusian obat terutama pada pasien lansia
sehingga diperlukan adanya SPO khusus lansia.
31
9. Resources availability
- Sarana dan prasarana (3): adanya SPO mengenai pelyanan
kefarmasian, dapat menjadi panduan para apoteker sebagai pedoman
dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Pasar Ikan
- Sediaan dan perbekalan (3) : sediaan dan perbekalan untuk masalah
ketersediaan sumber daya tidak terlalu ada masalah yang siginfikan
- Administrasi dan Edukasi (4) : Pelayanan kefarmasian di bagian
apotek ditijau dari segi sumber daya manusia sudah cukup namun
pengaplikasian dalam pemberian edukasi kepada pasien dan pelayanan
peduli lansia masih kurang.
32
Bagan 1. Kerangka konsep
Lingkungan Input
Belum adanya Belum
edukasi yang dilakukannya
diberikan oleh layanan peduli
petugas apotik
Puskesmas lansia
kepada pasien
dalam masa
renovasi
sehingga Sarana dan
belum ada prasarana Pengobatan
tempat yang kefarmasian yang yang
cukup masih kurang dilakukan
menjadi
belum efektif
Munculnya
dan adekuat
kembali Petugas apotik
kesadaran dapat
Pasien lansia
tentang edukasi menerima obat
memberikan
dengan edukasi yang
efektif diantarkan oleh sesuai terkait
Proses
petugas apotek obat yang
Feedback diberikan dan
membantu
pasien lansia
mendapatkan
Diagram 3.3. Kerangka konsep penyebab masalah
obat
33
Tabel 3.4 Prioritas penyebab masalah
No Masalah C T R CTR
1 Puskesmas sedang dalam masa renovasi 2 4 3 24
sehingga belum ada tempat yang cukup
memadai.
2 Belum adanya edukasi yang diberikan 4 4 5 80
oleh petugas apotek kepada pasien
3 Kurangnya sarana dan prasarana yang 3 2 3 18
menunjang kefarmasian.
4 Belum dilakukannya layanan peduli lansia 3 4 4 48
di Apotek Puskesmas Pasar Ikan
34
hanya berdasarkan perkiraan petugas sehingga takaran antara satu
bungkus dengan bungkus yang lain akan berbeda.
- Belum dilakukannya layanan peduli lansia di Apotek Puskesmas Pasar
Ikan (3). Belum dilakukannya layanan peduli lansia sehingga pasien-
pasien lansia harus mengambil obat sendiri ke apotek dapat
menyebabkan cedera pada pasien lansia dikarenakan keaadaan fisik
yang sudah tidak baik lagi sehingga dapat menyebabkan pasien lansia
lama kelamaan tidak ingin berobat ke puskesmas
2. Technical feasibility
- Puskesmas sedang dalam masa renovasi sehingga belum ada tempat
yang cukup memadai (4) : Permasalahan ini dapat diseselsaikan
dengan menyediakan pamflet atau brosur.
- Belum adanya edukasi yang diberikan oleh petugas apotek kepada
pasien (4): Permasalahan ini dapat ditangglangi dengan memberikan
penyuluhan berkala mengenai cara penggunaan, dosis, efek samping,
drai obat yang dikonsumsi di puskesmas ataupun posyandu lansia
yang setiap bulan dilakukan .
- Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang kefarmasian (2).
Hal ini dapat diselesaikan dengan menyediakan timbangan gram dan
miliram.
- Belum dilakukannya layanan peduli lansia di Apotek Puskesmas Pasar
Ikan (4) Layanan peduli lansia ini dapat dengan mudah dilakukan.
Petugas apoteker hanya mengantarkan obat-obatan pasien lansia di
kursi tunggu pasien sehingga pasien lansia tidak perlu berjalan ke
apotek untuk mengambil obat.
3. Resources availability
- Puskesmas sedang dalam masa renovasi sehingga belum ada tempat
yang cukup memadai (3).: Menyegerakan proses renovasi.
35
- Belum adanya edukasi yang diberikan oleh petugas apotek kepada
pasien (5): Membuat deskripsi pekerjaan terutama mengenai jadwal
pemberian edukasi kepada pasien.
- Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang kefarmasian (3).
Memenuhi sarana dan prasarana di apotek Puskesmas Pasar Ikan
- Belum dilakukannya layanan peduli lansia di Apotek Puskesmas Pasar
Ikan (3). Menyediakan satu orang petugas apotek yang bertugas untuk
mengantarkan obat pada pasien lansia
Berdasarkan perhitungan di tabel sebelumnya, ditemukan bahwa
penyebab masalah yang harus diprioritaskan terlebih dahulu ialah belum
adanya edukasi yang diberikan oleh apotek kepada pasien mengenai obat.
36
BAB IV
EVALUASI PROGRAM PENAJAMINAN MUTU
37
Berdasarkan alur proses penjaminan mutu pada bab- bab
sebelumnya, telah diuraikan mengenai masalah belum adanya edukasi yang
diberikan oleh apotek kepada pasien mengenai obat. Maka dari itu dilakukan
rencana penyelesaian masalah yaitu pembuatan pamflet, brosur, atau poster
serta mengadakan penyuluhan berkala mengenai obat di puskesmas atau
posbindu.
38
4.2.2 Penyuluhan berkala mengenai obat di puskesmas atau posbindu.
Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan pasien mengenai obat serta
mempermudah komunikasi antara pasien dengan petugas apoteker sehingga
mutu layanan kefarmasian akan meningkat.
Manfaat
1. Bagi Puskesmas Perawatan Pasar Ikan:
Standar mutu dalam sistem pelayanan kefarmasian meningkat
2. Bagi Pasien :
Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai obat-obatan
Sasaran
Seluruh pasien yang datang ke puskesmas pasar ikan dan posbindu
Bentuk kegiatan
Kegiatan penyuluhan berkala mengenai obat di puskesmas atau posbindu.
diwujudkan dalam langkah-langkah kerja sebagai berikut:
1. Melakukan penyuluhan di pagi hari sebelum pelayanan dimulai
2. Melakukan penyuluhan bersamaan dengan diadakannya posbindu
Anggaran dana
Belum ada anggaran dana
39
BAB V
HASIL EVALUASI INTERVENSI
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi program jaminan mutu yang telah dilakukan
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada puskesmas Pasar Ikan ditemukan masalah belum adanya edukasi
yang diberikan oleh apotek kepada pasien mengenai obat yang seharusnya
dilakukan agar pengobatan menjadi efektif dan adekuat.
2. Setelah dilakukan pengamatan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
didapatkan bahwa intervensi yang dilakukan sudah sepenuhnya berhasil.
6.2 Saran
1. Bagi petugas apotek puskesmas Pasar Ikan dapat terus melakukan edukasi
efektif kepada pasien terkait obat yang dikonsumsi
2. Evaluasi penjaminan mutu ini sebaiknya perlu dilakukan secara berkala
untuk memantau program-program lain yang ada di Puskemas Pasar Ikan.
3. Diharapkan dengan adanya penyuluhan berkala di puskesmas atau
posbindu mengenai obat dapat menjaga mutu farmasi di puskesmas Pasar
Ikan
41
DAFTAR PUSTAKA
42
12. Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia No.24,
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jakarta.
13. Retno Mariani. Analisis Penerapan Standard Operating Procedure (SOP)
pada Pelayanan Pendaftaran di Puskesmas Srondol Kota Semaran Tahun
2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Udinus Semarang. 2010
14. Saulis Mustofiroh, Arif Kurniadi. Analisa Kepuasaan Pasien Terhadap Mutu
Pelayanan di Bagian TPPRJ RSUD Kayen Pati.Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.
15. Standar Operasional Prosedur Penerimaan Pasien Rawat Jalan BPJS
RSUPDr. Kariadi Semarang Tahun 2014
16. Tubagus., 1996. Dampak Penempatan Asisten Apoteker Terhadap
Pengelolaan dan Mutu Pelayanan Mutu Obat di Puskesmas. Tesis Program
Studi S2 IKM. UGM. Yogyakarta.
17. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Sinar
Grafika,2009.
18. Wijono., 1997. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Airlangga.
Universitas Press. Surabaya.
43
LAMPIRAN
44
Cara pengambilan obat pasien di PKM sebelum intervensi
45
Edukasi di Puskesmas
46