Disusun oleh:
Filadelvia, S.Ked (112015001)
Dosen Pembimbing:
Dr. Endang , Sp.KK
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nyalah maka referat
ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
Penyakit Kulit dan Kelamin dan teman-teman sejawat lain di Rumah Sakit mardi
Referat ini mengangkat tema tentang psoriasis. Penulis mengharapkan agar referat
Semoga referat ini dapat berguna bagi pembaca untuk menambah pengetahuan
mengenai fraktur fasialis. Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas kesediaannya untuk membaca
referat ini.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin,
kulit dengan manifestasi klinis serupa pada tiap etnik. Penyakit ini berhubungan
dengan penyakit hiperproliferatif kulit derajat ringan sampai dengan berat dan
peradangan sendi. Onset penyakit dan derajat penyakit dipengaruhi oleh usia dan
genetik, dan dicetuskan oleh berbagai faktor internal dan eksternal, seperti cedera
3
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena tetesan lilin,
Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena
Epidemiologi
Onset usia pada psoriasis tipe dini dengan puncak usia 22,5 tahun (pada
anak, usia onset rata-rata 8 tahun). Untuk tipe lambat, muncul pada usia 55 tahun.
Onset dini memprediksikan derajat penyakit dan penyakit yang menahun, dan
mereka menderita psoriasis lokal, tetapi sekitar 300.000 orang menderita psoriasis
generalisata.3
4
Prevalensi psoriasis lebih tinggi pada populasi Eropa Utara, secara spesifik pada
Skandinavia. Sebaliknya, psoriasis lebih jarang terjadi pada populasi dengan kulit
hitam. Secara spesifik, terdapat beberapa studi yang dipublikasi mengenai psoriasis
di penduduk asli Amerika, Amerika Selatan dan populasi Amerika Latin. Juga
tercatat sejumlah grup kecil dari populasi yang terisolasi di India, Jepang, dan
Etiopatogenesis
dan data laboratorium yang menjelaskan siklus sel dan waktu transit sel pada
epidermis. Epidermis pada plak psoriasis menebal dan hiperplastik, dan terdapat
maturasi inkomplit sel epidermal di atas area sel germinatif. Replikasi yang cepat
dari sel germinatif sangat mudah dikenali, dan terdapat pengurangan waktu untuk
transit sel melalui sel epidermis yang tebal. Abnormalitas pada vaskularisasi
epidermis. Sel-sel tersebut dapat menginduksi perubahan pada struktur dermis baik
psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan
lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah
5
bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-
B13, B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2,
diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen
sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan
sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan lesi baru umumnya lebih
adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans.
gangguan metabolik, obat, juga alkohol dan merokok. Stres psikis merupakan
faktor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu
vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kasus-kasus psoriasis gutata yang sembuh
psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada waktu kehamilan umumnya
contohnya hipokalsemia dan dialisis telah dilaporkan sebagai faktor pencetus. obat
6
1
litium, antimalaria, dan penghentian mendadak kortikosteroid sistemik. Ada
yaitu:4
lengkap.
pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan
lebih hebat.
Gejala Klinis
7
Gambar 2.1 Tempat predileksi dari psoriasis.3
pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta
gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut
oleh Streptococcus.1
Lesi primer pada pasien psoriasis dengan kulit yang cerah adalah merah, papul dan
berkembang menjadi kemerahan, plak yang berbatas tegas (Gambar 2.2 sampai
dengan 2.4). Lokasi plak pada umumnya terdapat pada siku, lutut, skalp, umbilikus,
dan intergluteal.2
8
Gambar 2.2 Pasien psoriasis dengan kulit cerah, lesi primer adalah plak merah
Gambar 2.3 Plak kronis psoriasis, papul merah salmon dengan batas tegas (kiri). 2
Gambar 2.4 Plak kronis psoriasis yang menyebar, berwarna merah salmon berbatas tegas (kanan). 2
Pada pasien psoriasis dengan kulit gelap, distribusi hampir sama, namun
papul dan plak berwarna keunguan denan sisik abu-abu (Gambar 2.5 dan 2.6). Pada
telapak tangan dan telapak kaki, berbatas tegas dan mengandung pustule steril dan
menebal pada waktu yang bersamaan (Gambar 2.7). Trauma eksternal, meliputi
goresan dan garukkan pada kulit menyebabkan plak psoriatik yang lama, hal ini
9
Gambar 2.5 Pasien dengan kulit gelap, plak dan papul berwarna keunguan dan sisik berwarna
abuabu (kiri).2 Gambar 2.6 Pasien Afrika-Amerika dengan plak keunguan yang tebal, dan sisik
abu-
Gambar 2.7 Plantar kaki pasien psoriasis, menebal dengan bermacam-macak sisik.2
(isomorfik). Kedua yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang
terakhir tak khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati pula pada penyakit
Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara
menggores dapat dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum
10
atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Cara
dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus
dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang
psoriasis dan disebut fenomen kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.1
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira 50% ,
yang agak khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukanlekukan
miliar. Kelainan yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya
dan onikolisis.1
Di samping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula
tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30
– 50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks.
11
Psoriasis arthritis diklasifikasikan menjadi 5 subgrup: (1) asimetris oligoartrikular
arthritis, ditemukan pada 70% pasien dengan arthritis dan ditandai dengan sausage-
spondiloarhtropati. Usia puncak seiktar 40 tahun, dan sering kali onset bersifat
akut.2
Gambar 2.9 Psoriasis Arthritis, stadium akhir yang mengarah kepada arthritis mutilans. 3
Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris,
berbentuk plak.1
12
Gambar 2.10 Psoriasis vulgaris, lesi primer berbatas tegas, papul merah salon dengan sisik perak. 3
2. Psoriasis Gutata
saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada
anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang
lain baik bakterial maupun viral.1 Pada pasien dengan kulit yang gelap,
Gambar 2.11 Pasien psoriasis gutata, lesi predominan ungu dan abu-abu.2
13
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah
4. Psoriasis Eksudativa
akut.1
agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang
6. Psoriasis Pustulosa
14
palmoplantar (Barber). Sedangkan bentuk generalisata, contohnya
psoriasis
bakterial dan virus. Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang
15
Gejala awalnya ialah kulit nyeri, hiperalgesia disertia gejala
telah ada makin eritematosa. Setelah beberapa jam timbul banyak plak
edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam
pustul steril.1
Gambar 2.14 Psoriasis von Zumbusch, pustul multipel pada kulit yang eritematosa (kiri). 3 Gambar
7. Eritroderma Psoriatik
yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya
lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema
dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak
16
samar-samar, yakni eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.1
yang meluas. Kulit merasa hangat dan aliran darah kutaneus meningkat.2
II.5 Histopatologi
akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut pula
subepidermis.1
keratinisasi sel-sel epidermis terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal.
Di dalam sel-sel tanduk ini masih ditemukan inti sel (parakeratosis). Di dalam
stratum korneum dapat ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang
polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada puncak papil
dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh sebukan
hyperkeratosis, serta inflamasi sel dermis (limfosit dan monosit) dan epidermis
korneum.3
17
Pemeriksaan serologi dapat ditemukan titer antistreptolisin pada psoriasis gutata
psoriasis dapat berhubungan dengan infeksi HIV. Penentuan status serologi HIV
hanya diindikasikan pada pasien dengan risiko tinggi. Asam urat serum meningkat
pada 50% pasien, biasanya berkolerasi denan penyebaran penyakit yang dapat
II.7 Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada gambaran klinis berupa papul dan plak eritematosa khas
dengan skuama tebal berwarna perak pada tempat-tempat yang klasik. Pada kasus
riwayat psoriasis pada keluarga juga membantu, khususnya bila lesi awal yang
lainnya. Ambil spesimen biopsi dari lesi yang belum diobati dan yang paling
berkembang.4
Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau tidak khas,
maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dermatosis
eritroskuamosa.1
Pada diagnosis banding hendaknya selalu diingat, bahwa psoriasis terdapat tanda-
tanda yang khas, yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomena
18
Pada stadium penyembuhan telah dijelaskan, bahwa eritema dapat terjadi hanya di
berminyak dan kekuningan dan bertempat predileksi pada tempat yang seboroik.1
obat
makulopapular, sifilis sekunder dan pityriasis rosea. Plak dengan sisik kecil
korporis, dan mikosis fungoides. Psoriasis dengan plak luas didiagnosis banding
dengan tinea korporis dan mikosis fungoides. Psoriasis pada daerah skalp
didiagnosis banding dengan tinea kapitis dan dermatitis seboroik. Psoriasis inverse
II.9 Pengobatan
gutata yang biasanya disebabkan oleh infeksi di tempat lain, setelah infeksi tersebut
19
II.9.1 Topikal
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah
anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari:1
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis,
yang cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Ter dari batubara
lebih efektif daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan
Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal
dari batubara, karena ter tesbut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu dan
pada psoriasis yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada
psoriasis akut dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari batu bara dikuatirkan
Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau
kurang sedap dan berwarna coklat kehitaman. Sedangkan likuor karbonis detergens
tidak demikian.1
rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih efektif, maka
daya penetrasi harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat dengan
20
II.9.1.2 Kortikosteroid
Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim, di tempat lain digunakan
salap. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih potensi sedang, bila
digunakan potensi kuat pada muka dapat memberik efek samping di antaranya
teleangiektasis, sedangkan di lipatan berupa strie atrofikans. Pada batang tubuh dan
ekstremitas digunakan salap dengan potensi kuat atau sangat kuat bergantung pada
lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya dikurangi.
1
pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8 persen dalam pasta, salep,
atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ – ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi.
II.9.1.4 Calcipotriol
50 mg/g. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salep ini sedikit lebih baik
iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi.
21
II.9.1.5 Tazaroten
petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam
bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan
dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan
dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar,
II.9.1.6 Emolien
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan
dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat
meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek
antipsoriasis.1
II.9.1.7 Fototerapi
dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah penyinaran
secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan akan
antaranya sinar A yang dikenal dengan UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara
disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai
22
Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata, pustular,
dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata dikombinasikan dengan salep
likuor karbonis detergens 5 -7% yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum disinar
dicuci dahulu. Dosis UVB pertama 12 -23 m J menurut tipe kulit, kemudian
75% skor PASI (Psoriasis Area and Severity Index). Hasil baik dicapai pada 73,3%
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek yang
mencegah rekuren. PUVA juga dapat digunakan untuk eritroderma psoriatik dan
berasal dari batubara dan sinar ultraviolet. Kemudian terdapat banyak modifikasi
mengenai ter dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan ialah crude coal tar yang
II.9.2 Sistemik
II.9.2.1 Kortikosteroid
rendah 30-60 mg, atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah membaik, dosis
23
diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat
II.9.2.2 Sitostatik
ialah untuk psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan
sehingga menghambat sintesis timidilat dan purin. Obat ini menunjukkan hambatan
replikasi dan fungsi sel T dan mungkin juga sel B karena adanya efek hambatan
sintesis.5
Cara penggunaan metotreksat ialah demikian. Mula-mula diberikan tes dosis inisial
5 mg per os untuk mengetahui, apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik.
Jika tidak terjadi efek yang tidak dikehendaki diberikan dosis 3 x 2,5 mg, dengan
interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. jika tidak tampak
mg per minggu telah tampak perbaikan. Cara lain ialah diberikan i.m. 7,5 mg – 2,5
mg dosis tunggal setiap minggu. Cara tersebut lebih banyak menimbulkan efek
samping daripada cara pertama. Jika penyakitnya telah terkontrol dosis diturunkan
dan masa interval diperpanjang kemudian dihentikan dan kembali ke terapi topikal.
1
24
Setiap 2 minggu diperiksa Hb, jumlah leukosit, hitung jenis, jumlah trombosit dan
urin lengkap. Setiap ½ bulan diperiksa fungsi ginjal dan hati. Bila jumlah leukosit
kurang dari 3500, metotreksat agar dihentikan. Jika fungsi hepar normal, biopsi
hepar dilakukan setiap dosis total mencapai 1,5 g. kalau fungsi hepar abnormal,
ulserosa, dan psikosis. Efek samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia,
cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea,
nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi enteritis
Pada psoriasis arthritis, penggunaan obat ini harus digunakan secara dini untuk
mencegah kerusakan tulang. Metotreksat satu kali dalam seminggu dapat digunakan
efektivitas tinggi. 3
II.9.2.3 DDS
tipe Barber dengan dosis 2×100 mg/hari. Efek sampingnya ialah anemia hemolitik,
25
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi
sampingnya. Etretinat efektif untuk psoriasis pustular dan dapat pula digunakan
untuk psoriasis eritroderma. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel
Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada
mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang
dan persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis, dan
dihentikan. 1
paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100
hari. 1
II.9.2.5 Siklosporin
jawab dalam sintesis sitokin, terutama IL-2. Siklosporin juga mengurangi produksi
IL-2 dengan cara meningkatkan ekspresi TGF-β yang merupakan penghambat kuat
nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah
Beberapa protein, ditargetkan secara spesifik pada reseptor yang berhubungan pada
sel T atau sitokin, sudah dibuktikan dan sedang dikembangkan. Terapi ini harus
dikerjakan oleh spesialis dermatologi yang familiar dengan dosis, interaksi obat dan
function (LFA)-3-IgG1 yang mencegah interaksi LFA 3 dan CD2. CD2 mengatur
memori efektor sel T (CD45Ro), yang menjelaskan deplesi sel oleh Alefacept. Obat
ini diberikan intramuscular satu kali dalam seminggu, tatapi lebih dari sepertiga
pasien tidak memberikan respons dengan alasan yang tidak diketahui. Pemeberian
jangka panjang.3
interaksi LFI-1 dengan molekul adhesi intrasel ligan. Obat ini diberikan sukutan
satu kali dalam seminggu dan memiliki efektivitas tinggi, tetapi beberapa pasien
monoclonal dengan spesifitas, afinitas, dan aviditas tinggi untuk TNF α. Obat ini
diberikan secara infus intravena pada minggu 0, 2 dan 6 dan memiliki efektivitas
27
tinggi pada psoriasis (meskipun untuk saat ini hanya FDA yang mengizinkan untuk
recombinant monoclonal antibody) yang memiliki target spesifik pada TNF α. Obat
ini diberikan secara subkutan setiap minggu dan memiliki efektivitas serupa dengan
yang mengikat TNF α dan menetralkan aktivitasnya. Oat ini diberikan secara
II.9.2.7 Levadopa
Parkinson yang sekaligus juga menderita psoriasis ada yang membaik psoriasisnya
dengan pengobatan levadopa. Menurut uji coba yang dilakukan, obat ini berhasil
tetapi hanya terdapat beberapa studi mengenai agen multipel TCM pada
28
penatalaksanaan psoriasis. Pada studi terhadap 801 pasien dengan pasien psoriasis,
II.11 Prognosis
Psoriasis gutata akut timbul cepat. Terkadang tipe ini menghilang secara spontan
dalam beberapa minggu tanpa terapi. Seringkali, psoriasis tipe ini berkembang
29
menjadi psoriasis plak kronis. Penyakit ini bersifat stabil, dan dapat remisi setelah
beberapa bulan atau tahun, dan dapat saja rekurens sewaktu-waktu seumur hidup. 3
Pada psoriasis tipe pustular, dapat bertahan beberapa tahun dan ditandai dengan
remisi dan eksaserbasi yang tidak dapat dijelaskan. Psoriasis vulgaris juga dapat
generalisata sering dibawa ke dalam ruang gawat darurat dan harus dianggap
sebagai bakteremia sebelum terbukti kultur darah menunjukkan negatif. Relaps dan
skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan.1 Faktor predisposisi yang dapat
menimbulkan psoriasis adalah faktor herediter, faktor psikis, infeksi fokal, penyakit
dermatopatologi, serologi dan kultur.3 Pemberian terapi dapat berupa topikal, oral,
DAFTAR PUSTAKA
30
1. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Djuanda A., Hamzah M.,
Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;2007.h.189-95.
2. Geng A., McBean J., Zeikus P.S., et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P., Taylor
S.C., Editors. Dermatology for skin of color. New York:Mc Graw
Hill;2009.h.139-146.
3. Wolff K., Johnson R.A. Psoriasis. Dalam Wolff K., Johnson R.A.
Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical dermatology. Edisi keenam.
New York:Mc Graw Hill;2009.h.53-71.
4. Siregar R.S. Psoriasis. Dalam Harahap M. Ilmu penyakit kulit.
Jakarta:Hipokrates;2000.h.116,9.
5. Nafrialdi, Gan S. Antikanker. Dalam Gan S., Setiabudy R., Nafrialdi,
Editors. Farmakologi dan terapi. Edisi kelima. Jakarta:Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2007.h.761,4.
6. Goldenstein B., Goldenstein A. Psoriasis. Dalam Goldenstein B.,
Goldenstein A., Melfiawaty., Pendit B.U., Editors. Dermatologi Praktis.
Jakarta:Hipokrates;2001.h.187.
31