Feby Nadhia Sari Lapsus
Feby Nadhia Sari Lapsus
Disusun Oleh:
30101306945
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2017
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 8 tahun
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Pendidikan : SD
ANAMNESIS
Keluhan utama : Amandel
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli THT RSUD Tugurejo dengan keluhan amandel > 3 bulan.
Keluhan yang dirasakan adalah nyeri tenggorok dan sulit menelan. Keluhan yang
dirasakan semakin berat ketika makan dan berkurang jika memakan bubur. Keluhan
lainnya adalah batuk berdahak sudah 3 hari, hilang timbul. Keluarga juga
mengeluhkan bahwa berat badan pasien turun. Pasien sudah pernah berobat
sebelumnya tetapi keluhan tidak berkurang.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering demam dan mimisan ± 6 bulan yang lalu, jumlah darah yang keluar
sedikit dari kedua lubang hidung dan keluhan berhenti jika kepala ditinggikan.
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat trauma : Disangkal
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti ini.
Riwayat alergi : Disangkal
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sering minum es dan makanan ringan (ciki-ciki). Pasien berobat dengan
menggunakan layanan BPJS kesehatan.
2
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalisata
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Status Gizi : Kurus
Tekanan Darah : 100/70
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37,6˚ C
RR : 24x/menit
Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Limfe : Pembesaran KGB submandibula
Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Status Lokalisata
A. Telinga
Daun Telinga
Mikrotia/ Bat’s Ear/ Cauliflower : -/-
Fistel preaurikula : -/-
Abses retroaurikula : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/-
Nyeri tekan tragus : -/-
Nyerti ketok mastoid : -/-
Discharge : -/-
CAE
Mukosa hiperemis : -/-
Serumen : -/-
Korpus Alineum : -/-
Discharge : -/-
Granulasi : -/-
Massa/tumor : -/-
MT
Hiperemis : -/-
Reflek cahaya : +/+
Perforasi : -/-
3
Pemeriksaan SPN
Sinus Frontal Sinus Ethmoid Sinus Maxilla
Hiperemis - - -
Nyeri Tekan - - -
Nyeri Ketuk - - -
C. Tenggorokan
1. Faring
o Orofaring
Mukosa bucal : warna merah muda
Ginggiva : warna merah muda
Gigi geligi : dbn
Palatum : simetris, hiperemis -
Lidah : sedikit kotor, hiperemis -
Arcus Faring : simetris, hiperemis +
Post nasal drip :-
Dinding posterior orofaring : hiperemis +
Tonsil
Ukuran : T3/T3
Hiperemis : +/+
Kripte : +/+
Detritus : -/-
Massa : -/-
o Nasofaring (Rinoskopi posterior) : tidak dilakukan
o Laringofaring : tidak dilakukan
o Laring (Laringoskopi direk) : tidak dilakukan
2. Kepala dan Leher
o Kepala : Mesocephal
o Wajah : Simetris
o Leher : Adanya pembesaran kelenjar getah bening
submandibular +/+
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin.
2. Swab tonsil untuk pemeriksaan mikroskop dengan pewarnaan gram.
DIAGNOSIS BANDING
1. Tonsilitis akut
2. Abses peritonsil
DIAGNOSIS KERJA
Adenotonsilitis kronik eksaserbasi akut
RENCANA PENGELOLAAN
Medikamentosa : R/ Cefadroxil Syr 125 mg fl No. I
S 2 dd cth III
: R/ Erdostein Syr fl No. I
S 3 dd cth I
: R/ Paracetamol Syr 120 mg fl No. I
S 3 dd cth III
Operatif : Adenotonsilektomi
EDUKASI
1. Makan makanan lunak dan menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman
yang mengiritasi.
2. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi, olahraga teratur,
istirahat yang cukup dan minum obat teratur.
3. Menjaga kebersihan mulut.
4. Kontrol 1 minggu lagi.
PROGNOSIS
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tonsilitis Kronis
1. Definisi
merupakan bagian dari cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar
limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil pharyngeal (adenoid), tonsil
(tonsila pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s t
onsil). Peradangan pada tonsila palatina biasanya meluas ke adenoid dan tonsil
lingual. Penyebaran infeksi terjadi melalui udara (air borne droplets) dan tangan.
antara nyeri tenggorokan yang memiliki durasi 3 bulan dengan kejadian tonsilitis
kronik.
Tonsilitis kronis merupakan salah satu penyakit yang paling umum dari daerah oral
dan ditemukan terutama di kelompok usia muda. Kondisi ini karena peradangan
kronis pada tonsil. Data dalam literatur menggambarkan tonsilitis kronis klinis
didefinisikan oleh kehadiran infeksi berulang dan obstruksi saluran napas bagian atas
karena peningkatan volume tonsil. Kondisi ini mungkin memiliki dampak sistemik,
submandibula.
6
2. Etiologi dan Faktor Risiko
Peradangan pada tonsil dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, termasuk
dan virusherpes simplex. Salah satu penyebab paling sering pada tonsilitis adalah bakteri
grup A Streptococcus beta hemolitik (GABHS), 30% dari tonsilitis anak dan 10% kasus
Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari
rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik
Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya secara aerogen
yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring
terus masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui mulut masuk bersama
makanan.
Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari tonsilitis akut yang
mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase
resolusi tidak sempurna. Bakteri penyebab tonsilitis kronis pada umumnya sama dengan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, bakteri yang paling banyak
ditemukan pada jaringan tonsil adalah Streptococcus β hemolyticus. Beberapa jenis bakteri
virus, jamur dan bakteri anaerob. Pada hasil penelitian Suyitno S, Sadeli S, menemukan 9
7
aurius, Streptococcus β hemolyticus group A, Enterobacter, Streptococcus pneumonie,
3. Patogenesis
nasofaring, fungsi utama dari adenoid adalah sebagai pertahanan tubuh, dalam hal ini
apabila terjadi invasi bakteri melalui hidung yang menuju ke nasoaring, maka sering terjadi
invasi sistem pertahanannya berupa sel – sel leukosit. Apabila sering terjadi invasi kuman
maka adenoid semakin lama akan membesar sebagai kompensasi, maka dapat terjadi
hiperplasi adenoid, akibat dari hiperplasi ini akan timbul sumbatan koana dan sumbatan tuba
eustachius. Akibat sumbatan tuba eustachius akan terjadi otitis media akut berulang, otitis
media kronik dan akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif kronik. Akibat adenoid juga
akan menimbulkan gangguan tidur, tidur ngorok, retardasi mental dan pertumbuhan fisik
berkurang.
Tonsillitis berawal dari penularan yang terjadi melalui droplet dimana kuman
menginfiltrasi lapisan epitel. Adanya infeksi berulang pada tonsil menyebabkan pada suatu
waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian bersarang
ditonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang
infeksi (fokal infeksi) dan suatu saat kuman dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh
misalnya pada saat keadaan umum tubuh menurun. Bila epitel terkikis maka jaringan
leukosit polimorfonuklear.
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan
limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga
8
Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya
4. Gejala Klinik
yang berulang atau menetap dan obstruksi pada saluran cerna dan saluran napas. Gejala-
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,kriptus
melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Terasa ada yang mengganjal ditenggorokan,
Gejala klinis tonsilitis kronik adalah nyeri tenggorok atau nyeri telan ringan, kadang –
kadang terasa seperti ada benda asing di tenggorok dimana mulut berbau, badan lesu, nafsu
Tanda klinik tidak harus ada seluruhnya, minimal ada kripte melebar dan pembesaran
kelenjar sub angulus mandibula. Gabungan tanda klinik yang sering muncul adalah kripte
melebar, pembesaran kelenjar angulus mandibula dan tonsil tertanam atau membesar .
9
Thane & Cody membagi pembesaran tonsil dalam ukuran T1 – T4 :
T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior – uvula
T2 : batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior uvula sampai ½ jarak anterior
– uvula
T3 : batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior – uvula sampai ¾ jarak pilar
anterior – uvula
T4 : batas medial tonsil melewati ¾ jarak anterior – uvula sampai uvula atau lebih
5. Diagnosis
secara tepat dan cermat serta pemeriksaan fisik yang dilakukan secara menyeluruh
untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan yang dapat
membingungkan diagnosis.
berulang berupa nyeri tenggorokan berulang atau menetap, rasa ada yang mengganjal
ditenggorok, ada rasa kering di tenggorok, napas berbau, iritasi pada tenggorokan,
dan obstruksi pada saluran cerna dan saluran napas, yang paling sering disebabkan
oleh adenoid yang hipertofi. Gejala-gejala konstitusi dapat ditemukan seperti demam,
rata,kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Tonsil yang hipertrofi dapat
terjadi obstruksi saluran nafas atas yang dapat menyebabkan hipoventilasi alveoli yang
10
Obstruksi yang berat menyebabkan apnea waktu tidur, gejala yang paling umum
adalah mendengkur yang dapat diketahui dalam anamnesis. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan yaitu secara mikrobiologi. Pemeriksaan dengan antimikroba sering gagal
untuk segera dikasi kuman patogen dan mencegah kekambuhan infeksi pada tonsil.
6. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Operatif
palatina dan adenoid. Menurut Mosby’s Dictionary of Medicine, Nursing and Health
Profession (2006), tonsilektomi adalah eksisi surgikal tonsil palatina untuk mencegah
tonsilitis rekuren.
rekuren akut dan otitis media rekuren/kronik dengan efusi), serta 3) neoplasia. Selama
dua dekade terkahir, terdapat indikasi mutlak dan elektif tonsilektomi. Indikasi
tonsilektomi yang pertama adalah anak dengan tonsil atau adenoid obstruktif yang
berakibat henti nafas obstruktif saat tidur (obstructive sleep apnea) harus dilakukan
pembuangan tonsil dan adenoid. Indikasi mutlak kedua adalah anak yang dicurigai
11
tonsilitis akut rekuren, tonsilitis kronik yang mengganggu, tonsilitis obstruktif dan
abses peritonsil.8
(AAO-HNS) (1995), indikator klinis untuk prosedur surgikal adalah seperti berikut:
1. Indikasi Absolut
drainase.
anatomi.
2. Indikasi Relatif
a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat.
terapi medis.
b. Usia di bawah 2 tahun bila tim anestesi dan ahli bedah fasilitasnya tidak
12
d. Perdarahan atau penderita dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol.
7. Komplikasi
rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara percontinuitatum. Komplikasi jauh
terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endocarditis, dermatitis,
a) Abses peritonsil.
Infeksi dapat meluas menuju kapsul tonsil dan mengenai jaringan sekitarnya.
Abses biasanya terdapat pada daerah antara kapsul tonsil dan otot-otot yang
mengelilingi faringeal bed. Hal ini paling sering terjadi pada penderita dengan
yang berat dan trismus. Diagnosa dikonfirmasi dengan melakukan aspirasi abses.
b) Abses parafaring.
Biasanya diikuti dengan penutupan kripta pada Tonsilitis Folikular akut. Dijumpai
nyeri lokal dan disfagia yang bermakna. Tonsil terlihat membesar dan merah.
bila kripta diblokade oleh sisa-sisa dari debris. Garam inorganik kalsium dan
13
dapat membesar secara bertahap dan kemudian dapat terjadi ulserasi dari tonsil.
Tonsilolith lebih sering terjadi pada dewasa dan menambah rasa tidak nyaman
lokal atau foreign body sensation. Hal ini didiagnosa dengan mudah dengan
melakukan palpasi atau ditemukannya permukaan yang tidak rata pada perabaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15