Anda di halaman 1dari 17

A.

Pengertian Abortus
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus adalah berakhirnya
kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat
badannya telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih
daripada 20 minggu (Sastrawinata, 2005) Istilah abortus dipakai untuk
menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di
luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi,
karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram
dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu
(Prawirohardjo S, 2009).

B. Etiologi
Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat juga disebut factor ovovetral.
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan
pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Kelainan hasil konsepsi
dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.kelainan berat biasanya
menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.faktor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering digunakan pada abortus
spontan ialah risomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan diendometrium
disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga penberian zat-
zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar.Radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen

1
2

2. Kelainan pada plasenta Endarteritis dapat terjadi dalam viliporeales dan


menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu ,sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin.keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu Penyakit mendadak,seperti pmeumonea,typis abdominalis,
pielonefritis, malaria dan lain-lain yang menyebabkan abortus.Toksin,
bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus.
Anemia berat, keracuanan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit
menahun seperti bruselosis, mononucleosis infeksiosa, toksosplamosis
juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis Retriversio uteri, miomata uteri, atau kelainan
bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.tetapi, harus di ingat bahwa
hanya retroversion uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang
memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester II ialah
serviksin kompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada
serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan
serviks luas yang tidak dijahit.
Secara umum abortus disebabkan oleh :
1. Infeksi akut : virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri,
misalnya streptokokus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi kronis :
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis
paru, aktif, pneumonia.
2. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,air raksa, dan lain-lain.
3. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia
berat penyakit jantung : toxemia gravidarum.
4. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dan lain-lain.
5. Trauma fisik. Penyebab yang bersifat lokal: Fibroid, inkompetensia
serviks. Radang pelvis kronis, endometrtis. Retroversi kronis. Hubungan
seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.
6. Kelainan alat kandungan.
3

7. Gangguan kelenjar tiroid.


8. Penyebab dari segi Janin / Plasenta Kematian janin akibat
kelainan bawaan.
9. Kelainan kromosom. Linkungan yang kurang sempurna.
10. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi.

C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum
menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin
masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
4

D. Pathway
5
6

E. Manifestasi Klinis
Secara umum tanda/gejala sebagai, berikut :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus.

F. Jenis-Jenis Abortus
Jenis-jenis abortus terbagi sebagai, berikut :
1. Abortus Provokatus : Disengaja, digugurkan.
a. Abortus Provokatus artifisial atau abortus therapeutic : Pengguran
kehamilan biasanya menggunakan alat-alat dengan alasan, bahwa
kehamilan membahayakan bagi ibunya sebelum usia kandungan 28
minggu.
b. Abortus provocatus criminalis : Pengguran kehamilan tanpa adanya
alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
2. Abortus Spontan : Terjadi dengan sendirinya, keguguran. Biasanya abortus
spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 8, yaitu:
a. Abortus I m i n e n s .
Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu,
ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis
ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai
pembukaan (dilatasi serviks)
7

b. Abortus I n s i p i e n s
Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan
disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi
pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam
rahim.
c. Abortus I n k o m p l e t
Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi
dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga
uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan
berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus komplet
Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkansehingga rahim
kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum
terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim
mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak
dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih
mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus
dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Abortus S e r v i k a l i s
Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak
membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga
serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.
f. Missed A b o r t i o n
Keguguran tertunda. Ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-22, tetapi bertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih
setelah janin mati.
g. Abortus H a b i t u a l i s .
Keguguran berulang-ulang. Ialah abortus yang telah berulang dan berturut-
turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x berturut-turut. h.
h. Abortus M e n g a n c a m .
8

Gejalanya adalah perdarahan ringan yang terjadi beberapa hari hingga


beberapa minggu di awal kehamilan, namun mulut rahim masih menutup.
Jika perdarahan berhenti biasanya kehamilan akan dapat terus berlanjut,
walaupun ada risiko terjadi kelahiran prematur, atau berat lahir bayi
rendah. Namun perdarahan seperti ini tidak menyebabkan kecacatan pada
janin.

G. Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke
rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh
sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada
awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan
berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi
penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar.
Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila
terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi
dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan
darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah.
Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan
laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada
ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan
yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat
jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium
9

jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya


perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan
bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya
dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke
dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain
yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran
telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam
rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan
gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan,
atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan
pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan
diare.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan, ialah :
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
b. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
c. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data
laboratorium tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
10

d. Kultur darah dan urine


e. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
1. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
2. Adakah disertai bekuan darah
3. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
4. Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
1. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
2. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
3. Apakah tampak jaringan keluar ostium
4. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
1. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
2. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
3. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia
kehamilan
4. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
5. Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
6. Adakah terasa tumor atau tidak
7. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan, ialah:
1. Abortus iminens.
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien
tidak panas dan tiap 4 jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin jaringan
sudah mati.
d. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens
11

belum pada persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak


menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui bahwa harus ditentukan
dahulu adanya kekurangan hormone progesteron. Apabila
difikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil
konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak factor,
maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak
manfaatnya.
e. Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk menentukan
apakah masih janin hidup.
f. Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3 x 30 mg.
Berikan preprat hematinik misalnya, sulfas ferosus 600-1000 mg.
g. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
h. Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik.
2. Abortus insipiens.
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya
disertai perdarahan, ditangani dengan penosongan uterus memakai
kuret vacum atau cunam abortus disusul kerokan memakai kuret tajam.
Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU
dalam dekstrose 5%, 500ml dimulai 8 per menit dan naikan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit
d. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal,
lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
3. Abortus incomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus NaCl fisiologis
atau Ringer Laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, dikerok dengan kuret tajam lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg IM.
c. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal,
lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
12

d. Berikan antibiotic.
4. Abortus komplit
a. Bila pasien baik, berikan ergometri 3 x 1 tablet selama 3-5 hari.
b. Pasien anemi, berikan sufas ferosus atau transfusi darah.
c. Berikan antibiotik.
d. Diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
5. Missed abortion
a. Bila keadaan fibrinogen normal segera keluarkan jaringan kinsepsi
dengan cunam ovum lalu kuret tajam.
b. Bila fibrinogen rendah berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum mengeluarkan konsepsi.
c. Kehamilan kurang dari 12 minggu, pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu dilatasi serviks dengan dilatator hegar
kemudian ambil hasil konsepsi dengan cunam ovum dan kuret tajam.
d. Kehamilan lebih dari 12 minggu berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg infus
oksitosin 10 IU dalam Dekstrose 5%sebanyak 500 ml dan 20 tetes
permenit kemudian naikkan dosis sampai uterus berkontrasi
e. Bila tinggi fundus uteri ebih dari 2 dari bawah pusat, hasil konsepsi
keluarkan dengan menyuntikkan larutan garam 20% dalam cavum
uteri dinding perut.
6. Abortus serfikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasi konsepsi dari kanalis servikalis.
7. Abortus habitualis
Penangannya terdiri atas; memperbaiki keadaan umum, pemberian
makanan yang sempurna, anjuran istirahat sangat banyak, larangan koitus dan
olah raga, terapi dengan hormone progesteron, vitamin, hormone tiroid dan
lainnya mungkin mempunyai pengaruh psikologis karena penderita mendapat
kesan bahwa ia diobati.
13

8. Abortus infeksiosus (Septik)


a. Kepada penderita dengan abortus infeksiosus yang telah
mengalami banyak perdarahan hendaknya diberikan infuse dan
tranfusi darah.
b. Pasien segera diberi antibiotika
c. Kuretase dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian dapat
dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus
mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan yang nekrotis.
Yang bertindak sebagai medium pembiakan bagi jasad renik.
Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris tidak ada lagi selama 2
hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam 2 hari.
d. Pada abortus septic diperlukan pemberian antibiotika dalam dosis yang
lebih tinggi.

J. Rencana Asuhan Klien


1. Pengkajian
Untuk penatalaksanaan abortus berulang-ulang dibutuhkan anamnesis yang
terarah mengenai riwayat suami istri dan pemeriksaan fisik ibu secara anatomis
maupun laboratorik.Apabila abortus terjadi pada trimester pertama atau kedua
juga penting untuk diperhatikan.Bila terjadi pada trimester pertama maka banyak
fakor yang harus dicari sesua kemungkinan etiologi dan mekanisme terjadinya
abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-faktor penyebab
lainnya cenderung pada factor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan
adanya tumor mioma uteri serta infeksi lain berat pada uterus atau serviks. Tahap-
tahap penatalaksanaan tersebut meliputi:
a. Riwayat penyakit dahulu:
1. Kapan abortus terjadi, apabila pada trimester pertama atau pada
trimester berikutnya, adakah penyebab mekanis yangn menonjol.
2. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat
terlarang
3. Infeksi ginekologi dan obstetri.
14

4. Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome”


(thrombosis, fenomena autoimun, false positive test untuk sifilis).
5. Factor genetic antara suami istri (consanguinity)
6. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang
dan sindroma yang berkaitan dengan kejadian abortus atau pun partus
prematurus yang kemudian meninggal.
7. Pemeriksaan diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah
didapat.
b. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik secara umum
2. Pemeriksaan ginekologi
3. Pemeriksaan laboratorium:
4. Kariotik darah tepi kedua orangtua
5. Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada
indikasi
6. Biopsy endometrium pada fase luteal
7. Pemeriksaan hormone TSH dan antibody anti tiroid
8. Antibody antifosofolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
9. Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper
venom)
10. Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, Kultur jaringan
serviks (myocoplasma, ureaplasma, chlamydia) bila diperlukan

2. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Batasan karakteristik Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume
 Penurunan turgor kulit cairan
 Penurunan tekanan darah
 Penurunan volume nadi
 Peningkatan suhu tubuh
 Peningkatan frekwensi
nadi
15

2 Batasan karakteristik Agen cedera biologis Nyeri akut


 Perubahan tekanan darah
 Laporan isyarat
 Sikap tubuh melindungi
 Melaporkan nyeri secara
verbal
 Perubahan frekwensi nafas
3 Batasan karakteristik Perubahan dalam status Ansietas
 Gelisah kesehatan
 Kontak mata yang buruk
 Melihat sepintas
 Insomnia
 Wajah tegang

3. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
Kriteria hasil: Tidak ada perdarahan, intake dan output dalam rentang normal
No Intervensi Rasional
1 Kaji kondisi status hemodinamika Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
akibat abortus memiliki karekteristik
bervariasi
2 Ukur pengeluaran harian umlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal
3 Berikan sejumlah cairan pengganti Tranfusi mungkin diperlukan pada
harian kondisi perdarahan massif
4 Evaluasi status hemodinamika Penilaian dapat dilakukan secara harian
melalui pemeriksaan fisik

2. Nyeri akut
Kriteria hasil: Klien tidak meringis kesakitan, klien menyatakan nyerinya
berkurang
16

No Intervensi Rasional
1 Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi
2 Terangkan nyeri yang diderita klien Meningkatkan koping klien dalam
dan penyebabnya melakukan guidance mengatasi nyeri
3 Kolaborasi pemberian analgetika Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika
oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik

3. Ansietas
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi Ketidaktahuan dapat menjadi
klien dan keluarga terhadap penyakit dasar peningkatan rasa cemas

2 Kaji derajat kecemasan yang dialami Kecemasan yang tinggi dapat


klien menyebabkan penurunan penialaian
objektif klien tentang penyakit

3 Bantu klien Pelibatan klien secara aktif dalam


mengidentifikasi penyebab tindakan keperawatan merupakan support
kecemasan yang mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan Peningkatan nilai objektif terhadap
tujuan perawatan bersama masalah berkontibusi menurunkan
kecemasan

5 Terangkan hal-hal seputar aborsi Konseling bagi klien sangat diperlukan


yang perlu diketahui oleh klien dan bagi klien untuk meningkatkan
keluarga pengetahuan dan membangun support
system keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga.
17

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, TH. (2012). NANDA International Diagnosa Keperawatan. EGC:

Jakarta.

Hidayat, A.A. (2006). Kebutuhan dasar manusia 1. salemba medika: Jakarta

Nursalam. (2001). Proses & dokumentasi keperawatan. salemba medika: Jakarta

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Penerbit yayasan bina pustaka

sarwono prawirohardjo: jakarta.

Ralph c, benson (2009) buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Egc: jakarta

Sastrawinata, s (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. 2nd ed.

Egc: jakarta

Wilkinson, judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan

intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai