Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HIPOSPADIA

DISUSUN OLEH :
PRISCILIA HERLINA PRATIWI
P 1337420216085
2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
A. PENGERTIAN
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana uretra (lubang keluarnya air
seni) pada penis, terletak di bagian bawah penis, dan tidak di ujung penis
seperti keadaan normalnya.
Hipospadia adalah cacat bawaan pada penis laki-laki, dimana lubang
keluar saluran kencing tidak terletak di ujung kepala penis seperti normalnya
penis, melainkan di sepanjang bagian bawah batang penis. Hipospadia juga
ditandai oleh penis yang melengkung karena terjerat suatu jaringan yang
disebut fibrotic.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di
penis bagian bawah, bukan di ujung penis.

B. ETIOLOGI
Hipospadia merupakan malformasi congenital yang disebabkan oleh
maskulinisasi yang inkomplit dari genetalia karena involusi yang premature
dari intestisial dari testis pada keadaan terberat meataus terdapat pada perineal
dan skrotum.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di
dasar penis
2. Penis melengkung ke bawah
3. Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan
penis
4. Jika berkemih, anak harus duduk.
5. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan
fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah
pada saat ereksi.

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi hipospadia yang digunakan sesuai dengan letak meatus
uretra yaitu tipe :
1. Grandula : lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans
penis
2. Distal penis : lubang uretra terletak pada ujung penis
3. Penile : lubang uretra terdapat di tengah batang penis
4. Penoskrotal : lubang uretra terdapat pada pangkal penis/antara penis dan
skrotum
5. Skrotal : lubang uretra terdapat pada skrotum (kantung zakar) atau di
bawah skrotum
6. Perineal : lubang uretra terdapat pada perineal

E. PATOFISIOLOGI
Merupakan anomali penis yang paling sering. Fusi dari daerah tengah
lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pda sisi
ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini. Da berbagai
derajat kelainan leatk pada meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran
pada glans, kemudian di sepanjang batang penis, hingga akhirnya di perinium.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutupi sisi
dorsal dari glans. Pita jaringan yang dikenal sebagao chordee,pada sisi ventral
menyebabkan kurvatura ( lengkungan ) ventral dari penis (Sylvia, 1995 ).

F. PATHWAYS
Repair hipospadia

• Usia Tehnik operasi


• Tipe hipospadia
• Chorde / Hasil
• Ukuran penis Satu tahap
Dua tahap

Malformasi congenital
Hipospadia

grandular distal penile penile penoskrotal scrotal perineal

Pengelolaan

Pembedahan Kombinasi
Eksisi chordee Pembedahan
Urethroplasty Radio diagnosis

Proses pembedahan Efek anestesi Pemasangan


kateter
inwhelling
Kecemasan Nyeri Hipersalivasi
entry
Gangguan Penumpukan
rasa nyaman Sekret gangguan
aktivitas Resiko
Obstruksi Tinggi
Jalan nafas Infeksi

Inefektif bersihan jalan nafas

G. PENATALAKSANAAN PEMBEDAHAN
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan cara
operasi, dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari
beberapa tahap yaitu:
1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia satu setengah hingga dua tahun. Pada tahap ini
dilakukan operasi eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glans penis.
Setelah eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus
uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi
dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikan NaCl 0,9%
ke dalam korpus kavernosum.
2. Operasi uretroplasti
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari
kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di kedua
sisi.
Dan pada tahun-tahun terakhir ini, sudah mulai deterapkan operasi yang
dilakukan hanya satu tahap, akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada
hipospadia tipe distal dengan ukuran penis yang cukup besar.

H. PRINSIP TERAPI DAN MANAGEMEN PERAWATAN


1. Koreksi basah
2. Persiapan prabedah
3. Penatalaksanaan pasca bedah
a. Anak harus dalam tirah baring
b. Baik luka penis dan tempat luka donor harus dijaga tetap bersih dan
kering
c. Perawatan kateter
d. Pameriksaan urin untuk memeriksa kandungan bakteri
e. Masukan cairan yang adekuat untuk mempertahankan aliran ginjal
dan mengencerkan toksin
f. Pengangkatan jahitan kulit setelah 5 – 7 hari

I. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi striktur uretra (terutama pada
sambungan meatus uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat)
atau fisula, infertilitas, serta gangguan psikososial.
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin
dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu)
2. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK
3. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat
dewasa
Komplikasi paska operasi yang terjadi:

1. Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat


bervariasi, juga terbentuknya hematom/kumpulan darah dibawah kulit,
yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska
operasi
2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh
angulasi dari anastomosis
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing
berulang atau pembentukan batu saat pubertas
4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan
sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu
tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak
sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau
pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang
6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau
adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.

J. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Usia
Ditemukan saat lahir
2) Jenis kelamin
Hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi
pada laki-laki dengan angka kemunculan 1:250 dari kelahiran
hidup. (Brough, 2007: 130)
b. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau
didasar penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti
berkerudung karena adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika
berkemih anak harus duduk.(Muslihatum, 2010:163)
c. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang
kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui
dengan pasti penyebabnya.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya
sejak lahir.
f. Riwayat Kongenital
1) Penyebab yang jelas belum diketahui.
2) Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
3) Lingkungan polutan teratogenik.
g. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis
pada kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
h. Activity Daily Life
1) Nutrisi
Tidak ada gangguan
2) Eliminasi
Anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran
dalam mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan
anomali, penderita mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi
duduk. Konstriksi lubang abnormal menyebabkan obstruksi urin
parsial dan disertai oleh peningkatan insiden ISK
3) Hygiene Personal
Dibantu oleh perawat dan keluarga
4) Istirahat dan Tidur
Tidak ada gangguan
i. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem kardiovaskuler
Tidak ditemukan kelainan
2) Sistem neurologi
Tidak ditemukan kelainan
3) Sistem pernapasan
Tidak ditemukan kelainan
4) Sistem integumen
Tidak ditemukan kelainan
5) Sistem muskuloskletal
Tidak ditemukan kelainan
6) Sistem Perkemihan
a) Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau
pembesaran pada ginjal.
b) Kaji fungsi perkemihan
c) Dysuria setelah operasi
7) Sistem Reproduksi
a) Adanya lekukan pada ujung penis
b) Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
c) Terbukanya uretra pada ventral
d) Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis,
perdarahan, drinage.

2. Diagnosa
a. Pre Operasi
1) Gangguan rasa nyaman
b. Post Operasi
1) Nyeri akut
2) Resiko infeksi

3. Intervensi
a. Pre Operasi
Gangguan rasa nyaman
Definisi:
Merasa kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial.
Batasan Karakteristik:
1) Ansietas
2) Menangis
3) Gangguan pola tidur
4) Takut
5) Ketidakmampuan untuk relaks
6) Iritabilitas
7) Merintih
8) Melaporkan merasa dingin
9) Melaporkan merasa panas
10) Melaporkan perasaan tidak nyaman
11) Melaporkan kurang senang dengan situasi tersebut
12) Gelisah

Faktor yang Berhubungan:

1) Gejala terkait penyakit


2) Sumber yangtidak adekuat (misalnya dukungan finansial dan
sosial)
3) Kurang pengendalian lingkungan

NOC

1) Tingkat kenyamanan
2) Tingkat ansietas

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien mampu


untuk:

1) Menunjukkan tingkat kenyamanan dengan indicator:


a) Melaporkan kesejahteraan fisik
b) Melaporkan kepuasan dengan kontrol gejala
c) Melaporkan kesejahteraan psikologis
d) Mengekspresikan kepuasan hati dengan lingkungan fisik
e) Mengekspresikan kepuasan hati dengan hubungan sosial
f) Mengekspresikan kepuasan spiritual
g) Melaporkan kepuasan dengan tingkat kebebasan
h) Mengekspresikan kepuasan dengan kontrol nyeri
2) Menunjukkan Ansietas dengan indikator:
a) Menunjukkan fleksibilitas peran
b) Keluarga menunjukkan
c) fleksibilitas peran para anggotanya
d) Melibatkan angoota keluarga dalam membuat keputusan
e) Mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosional
f) Menunjukkan strategi penurunan stress

NIC

1) Pain Management
a) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
b) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, skala, kualitas dan
faktor presipitasi(otot yang sudah lama tidak digerakkan)
c) Lakukan tindakan kenyamanan untuk meningkatkan relaksasi,
mis. Pemijatan, mengatur posisi, teknik relaksasi.
d) Gunakan teknik panas dan dingin sesuai anjuran untuk
meminimalkan nyeri.
e) Pilihlah variasi dari ukuran pengobatan (farmakologis,
nonfarmakologis, dan hubungan atar pribadi) untuk
mengurangi nyeri
f) Ajari untuk menggunakan tehnik non-farmakologi (spt:
biofeddback, TENS, hypnosis, relaksasi, terapi musik,
distraksi, terapi bermain, acupressure, apikasi hangat/dingin,
dan pijatan ) sebelum, sesudah dan jika memungkinkan,
selama puncak nyeri , sebelum nyeri terjadi atau meningkat,
dan sepanjang nyeri itu masih terukur
g) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
2) Penurunan Ansietas
a) Gunakan pendekatan yang menenangkan
b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
d) Dorong keluarga untuk menemani anak
e) Lakukan back / neck rub
f) Dengarkan dengan penuh perhatian
g) Identifikasi tingkat kecemasan
h) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
i) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
j) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
3) Kolaborasi
a) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
b) Kolaborasi prosedur pembedahan :
c) Pelepasan chordee dan tunneling
d) Uretroplasty
4) Health Education
a) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis Managemen Tekanan
b) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
c) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
b. Post operasi
Nyeri akut
Definisi:
Pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang
muncul dari kerusakan jaringan secara aktual dan potensial atau
menunjukkan adanya kerusakan (Assosiation for Study of Pain):
serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat
yang diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
Batasan Karakteristik:
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
Faktor-Faktor yang berhubungan:
Agen cedera (biologi, psikologi, kimia, fisika)
NOC
1) Kontrol Nyeri
2) Tingkat Kenyamanan
3) Tingkatan nyeri
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien
mampu :
1) Mengontrol nyeri, dengan indikator :
a) Mampu mengenali faktor penyebab
b) Mampu melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
c) Mampu mengenali gejala-gejala nyeri
2) Mempertahankan tingkat kenyamanan, dengan indikator :
a) Dapat melakukan aktivitas seperti biasa tanpa harus
merasakan nyeri.
3) Menunjukan tingkat nyeri, dengan indikator :
a) Mampu melaporkan adanya nyeri, frekuensi nyeri dan episode
lamanya nyeri.
b) Tanda-tanda vital kembali normal.
NIC

1) Manajemen Nyeri
a) Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi,
karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/
beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
b) Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan
penyebab.
c) Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat menyatakan
pengalaman nyerinya serta dukungan dalam merespon nyeri.
d) Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari (tidur,
nafsu makan, aktifitas, kesadaran, mood, hubungan social,
performance kerja dan melakukan tanggung jawab sehari-hari
e) Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon
pasien.
f) Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
g) Pemberian Analgetik
h) Menentukan lokasi, karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri
sebelum mengobati klien.
i) Cek riwayat alergi obat.
j) Tentukan jenis analgesic yang digunakan (narkotik, non
narkotik atau NSAID) berdasarkan tipe dan tingkat nyeri.
k) Tentukan analgesic yang cocok, rute pemberian dan dosis
optimal.
l) Mengevaluasi efektivitas analgesic pada interval tertentu,
terutama setelah dosis awal, pengamatan juga dilakukan
melihat adanya tanda dan gejala buruk atau tidak
menguntungkan ( berhubungan dengan pernapasan, depresi,
mual muntah, mulut kering dan konstipasi).
2) Kolaborasi
a) Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat dan tenaga
profesional lain untuk memilh teknik non farmakologi
b) Kolaborasikan dengan dokter jika terjadi perubahan obat,
dosis, rute pemberian, atau interval, serta membuat
rekomendasi spesifik berdasar pada prinsip equianalgesic.
3) Health Education
a) Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa
lama terjadi, dan tindakan pencegahan.
b) Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri nyeri.

Resiko Infeksi
Definisi:
Kenaikan resiko karena diserang oleh organisme penyakit.
Batasan Karakteristik:
1) Penyakit kronik
2) Mendapatkan kekebalan yang tidak adekuat
3) Pertahanan utama yang tidak adekuat (e.g., kerusakan kulit,
jaringan yang luka, pengurangan dalam tindakan, perubahan pada
sekresi PH, mengubah gerak peristaltic)
4) Pertahanan kedua yang tidak adekuat (pengurangan hemoglobin,
leucopenia, respon yang menekan sesuatu yang menyebabkan
radang)
5) Pertambahan pembukaan lingkungan pada pathogen
6) Agen farmasi (ex: zat yang menghambat reaksi imun)
7) Membran amniotic pecah sebelum waktunya
8) Memperpanjang perpecahan pada membrane amniotic
9) Trauma/luka berat
10) Destruksi jaringan

NOC

1) Status Imun
2) Kontrol Infeksi

Tujuan dan Kriteria Hasil:


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien mampu
untuk:
1) Menunjukan status imun, dengan indikator :
a) Tidak adanya infeksi berulang, tidak adanya tumor, Reaksi tes
kulit cocok dengan pembukaan, Kadar zat terlarut pada
antibody dalam batas normal
2) Menunjukan kontrol infeksi, degan indikator :
a) Mendeskripsikan mode transmisi, mendeskripsikan factor-
faktor yang menyertai transmisi, mendeskripsi-kan tanda-
tanda dan gejala, Mendeskripsikan aktivitas-aktivitas
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi.
NIC
1) Kontrol Infeksi
a) Batasi jumlah pengunjung/pembezuk.
b) Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan dengan
benar.
c) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan pada
pasien.
d) Gunakan aturan umum.
e) Gunakan sarung tangan yang bersih.
f) Jaga lingkungan agar tetap steril selama insersi di tempat tidur.
g) Jaga lingkungan agar tetap steril ketika mengganti saluran dan
botol TPN.
h) Tutup/jaga kerahasiaan system ketika melakukan pemeriksaan
invasive hemodynamic.
i) Ganti peripheral IV dan balutan berdasarkan petunju CDC.
j) Pastikan keadaan steril saat menangani IV.
k) Tingkatkan pemasukkan nutrisi yang tepat.
l) Tingkatkan pemasukan cairan yang tepat.
m) Lakukan terapi antibiotic yang tepat.
2) Health Education
a) Ajarkan mencuci tangan untuk memperbaiki kesehatan
pribadi.
b) Ajarkan teknik mencuci tangan yang benar.
c) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus melaporkannya pada tim kesehatan.
d) Ajarkan pasien untuk memakan antibiotic sesuai resep.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Vol 2. Jakarta .


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana asuhan keperawatan pediatrik


dengan clinical pathways. Jakarta: EGC.

Wilkinson M. Judith & Nancy R. Ahern. 2010. Buku saku diagnosis


keperawatan edisi 9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai