TB MDR PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 45

PREVALENSI RISIKO TUBERKULOSIS MULTI

DRUG RESISTANCE (TB-MDR) DI KOTA DEPOK


TAHUN 2010 - 2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :
Abdullah Shidqul Azmi
NIM: 110103000012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Benar, Tuhan
sekalian Alam, yang telah melimpahkan taufiq serta hidayah-Nya, dan hanya
dengan kehendak-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Prevalensi Risiko Tuberkulosis Multi Drug Resistance (TB-MDR) di Kota
Depok tahun 2010 - 2012”.

Shalawat serta salam bagi Rasulullah Muhammad SAW yang berjasa


dalam mengemban amanah risalah-Nya untuk disampaikan kepada alam semesta.

Dalam penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini peneliti telah


banyak menerima bimbingan, petunjuk, bantuan serta saran-saran yang berharga
dari berbagai pihak, sehingga laporan ini dapat selesai. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

 Prof. Dr (Hc), dr. M. K. Tadjudin, Sp. And, Dekan Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan teladan baik bagi peneliti tentang bagaimana pentingnya
menjadi seorang dokter yang pembelajar.
 dr. Witri Ardini, SpGK, M.Gizi, Ketua Prodi Pendidikan Dokter FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengayomi peneliti selama
peneliti mencari ilmu di PSPD ini.
 dr. Hadianti, SpPD, sebagai pembimbing 1 peneliti yang walaupun
kesibukan, sejak timbulnya gagasan ini selalu membimbing peneliti
dengan segala ketulusan, bantuan moril dan materil yang tiada henti untuk
kelancaran penelitian ini.
 dr. Marita Fadhilah, Ph.D, sebagai pembimbing 2 peneliti yang banyak
sekali memberikan pencerahan kepada peneliti ketika peneliti mengalami
kebingungan di dalam perjalanan membuat dan menyusun penelitian ini.

v
Beliau selalu siap diajak diskusi oleh peneliti kapan saja ditengah-tengah
kesibukan beliau.
 dr. Mukhtar Ikhsan, MARS, SpP(K) dan dr. Nida Farida, SpM sebagai
penguji penelitian ini, yang telah memberikan kritikan dan masukan yang
membangun demi kebaikan peneliti.
 dr. Lusi Syamsi, SpP, yang telah berkontribusi banyak baik dalam hal
waktu dan tenaga untuk membantu peneliti dalam melakukan dalam
penelitian ini. Salah satunya membantu peneliti mendapatkan data untuk
dijadikan sampel penelitian. Gagasan penelitian ini pun beliau yang
menyarankan.
 Mbak Yoli Farradika,S.KM sebagai “guru statistika” peneliti yang sudah
bersedia untuk direpotkan, ditanya dan memeriksa hasil statistika peneliti.
“Tanpamu penelitian ini tidak akan lancar mbak.”
 Kelompok risetku tercinta Fitria Lulu, Karmila Karim, Khoirul Ahmada
Putra, Ali Alatas yang telah menemani peneliti selama perjalanan
menyelesaikan riset ini, perasaan campur aduk saat menerima revisi yang
tak kelar-kelar dan deadline yang hampir terlewati, tapi tidak menyurutkan
semangat kita semua untuk mendapatkan sebuah gelar S.Ked, Semoga
Allah membalas kebaikan kalian semua.
 Seluruh keluarga sejawat PSPD 2010 yang wajah dan perilakunya telah
memberikan warna-warni kehidupan peneliti selama menjalani studi ini.
Baik suka maupun duka dilewati dengan penuh rasa kekeluargaan. “ I’m
proud to be a part of you all PSPD 2010”
 Seluruh penghuni RDM yang telah menjadi pelengkap dalam hidup
peneliti dengan kebersamaannya yang tak akan pernah terlupakan.
 Sahabat-sahabat peneliti Syarifah Ro’fah, Tiara Lachtaria, Yahya Kholid,
Muhammad Dadank Kurniawan, dan anak-anak 201 Ahep, Ikal dan Fajri
yang selalu menjadi penyemangat ketika peneliti sedang mengalami
kejenuhan dalam masa studi dan selalu menjadi alasan kenapa harus ada
senyum dan tawa dalam kehidupan ini. “Uhibukum fillah.”
 Ummi tercinta dr. Hj. Sri Wahyuni, MM, yang telah melahirkan,
membesarkan dan mendidik peneliti dengan kasih sayang yang tiada tara.

vi
Tiada ucapan terimakasih yang dapat mencukupi untuk membalas segala
doa, perjuangan dan pengorbanan yang beliau berikan demi kebaikan
peneliti. Kepada Abi tercinta dr. Deni Kriscahoyo, SpPD, FINASIM yang
telah memberikan kasih sayang, mendidik dan menjadi suri teladan
peneliti dalam menapaki jalan kehidupan ini.
 Adik-adik peneliti, Abdurrahman Harits, Nur Shabrina Khairani,
Muhammad Rizki Hafizurrahman, yang selalu menjadi salah satu
motivasiku untuk bisa sukses dalam hidup ini. “I love you all.”
 Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
Hanya Allah SWT. Jualah yang mampu memberikan imbalan berlipat
ganda dan melimpahkan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu saya. Serta terimalah permohonan maaf saya kepada semua
pihak bila dalam penelitian ini terdapat hal yang kurang berkenan. Semoga
penelitian ini bermanfaat bagi penulis, umat dan memberi sumbangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu kedokteran, dan Allah Ta’ala menjadikannya
sebagai amal shalih. Akhirnya hanya kepada Allah SWT. Penulis berserah
diri, semoga Allah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita
semua.

Ciputat, Agustus 2013


Syawal 1434

Penulis

vii
ABSTRAK

Abdullah Shidqul Azmi. Pendidikan Dokter. Prevalensi Tersangka Tuberkulosis


Multi Drug Resistance (TB-MDR) Di Kota Depok Tahun 2010 – 2012. 2013.
Prevalensi TB di dunia semakin meningkat. Salah satu penyebabnya adalah
pengobatan TB yang tidak adekuat. Dampak dari hal tersebut adalah resistensi
obat anti tuberkulosis (OAT). Cara yang paling efektif untuk menghambat laju hal
tersebut adalah dengan mengetahui kondisi tersangka TB-MDR lebih dini.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil berupa data deskriptif angka
prevalensi penderita tuberkulosis (TB) yang tersangka mengalami perburukan ke
arah multi drug resistance (MDR) di Kota Depok pada tahun 2010 - 2012. Sampel
penelitian ini menggunakan rekam medik pasien TB dari tahun 2010 - 2012.
Dalam penelitian ini dibutuhkan sampel 310 orang yang diambil secara simple
random sampling. Dikumpulkan data sekunder dengan mengolah data rekam
medis. Menggunakan desain cross sectional, kemudian dilakukan analisis
univariat. Hasil penelitian didapatkan besarnya prevalensi pasien tersangka TB -
MDR di kota depok selama 2010-2012 yaitu sebesar 36,1 %
Kata Kunci : Tuberkulosis Multi drug Resistance (TB-MDR), Resisten

ABSTRACT

Abdullah Shidqul Azmi. Medical Education Study Program. Prevalence of


tuberculosis patients suspected to be multi drug resistance (TB-MDR) in Depok
year 2010 – 2012. 2013.
TB prevalence year by year increases significantly. The inadequate treatment is
one of problem causing it. The effect of inadequate treatment is anti-tuberculosis
drug resistance. Most effective prevention way is to know condition of patients
suspected to be multi drug resistance early. The objective of this study was to get
descriptive number of prevalence of tuberculosis (TB) patients suspected to be
multi drug resistance in Depok year 2010-2012. Subject of this study taken from
medical record of TB patients year 2010-2012. Total subject needed was 310
patients collected by simple random sampling. Medical record was processed to
get seconder data. This study used cross sectional design, and analyzed by
univariat analysis. The result showed tuberculosis (TB) patients suspected to be
multi drug resistance in Depok year 2010-2012 is 36,1%.
Key Word : Multi Drug Resistance Tuberculosis (MDR-TB), Resistance

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………......................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Pertanyaan Penelitian………………………………………………. 3
1.4 Tujuan Penelitian ..............................................................................
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kerangka Teori.................................................................................. 5
2.1.1 Definisi TB Paru.................................................................... 5
2.1.2 Epidemiologi TB Paru........................................................... 5
2.1.3 Patogenesis TB Paru............................................................. 5
2.1.3.1 Tuberkulosis Primer.................................................. 5
2.1.4 Diagnosis TB Paru................................................................. 6
2.1.5 Definisi TB Resisten.............................................................. 6
2.1.6 Epidemiologi TB-MDR......................................................... 7
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi Obat Anti TB.. 7
2.1.8 Mekanisme resistensi OAT.................................................... 8
2.1.7.1 Mekanisme resistensi terhadap INH.......................... 9
2.1.7.2 Mekanisme resistensi terhadap Rifampisin................ 9
2.1.9 Diagnosis Risiko TB-MDR.................................................... 9
2.1.10 Diagnosis TB-MDR............................................................... 9

ix
2.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 11
2.3 Definisi Operasional.......................................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian………………………………………................... 13
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………….... 13
3.3 Populasi…………………………………………..............................
13
3.3.1 Populasi Target…………………………………………........
3.3.2 Populasi Terjangkau……………………………………….... 13
3.4 Sampel Penelitian…………………………………………............... 13
3.4.1 Kriteria Inklusi…………………………………………….... 13
3.4.2 Kriteria Ekslusi...………………………………………........ 13
3.4.3 Besar Sampel……………………………………………......
14
3.4.4 Cara pengambilan sampel………………………..….……....
3.5 Alur Penelitian………………………………………….…….……. 14
3.6 Managemen Data………………………………………….….…..... 15
3.6.1 Pengumpulan Data………………………………………….. 15
3.6.2 Analisis Data………………………………………………... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Karakteristik Responden Penelitian………...…………………......... 16
4.2 Prevalensi RisikoTB-MDR pada Penderita TB di Kota
_ Depok Tahun 2010 – 2012………………………............................. 17
4.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Risiko TB-MDR…….….............. 17
4.4 Hubungan Umur dengan Risiko TB-MDR………………................ 18
4.5 Hubungan Unit Pelayanan dengan Risiko TB-MDR………............. 18
4.6 Pembahasan............. ........................................................................... 19
4.6.1 Gambaran umum penelitian…...………………………......... 19
4.6.2 Karakteristik pasien Risiko TB - MDR di Kota Depok Tahun
2010 - 2012…………………...…………............................. 19
4.6.3 Prevalensi Risiko TB - MDR di Kota Depok Tahun 2010 -
2012…................................................................................... 19
4.6.4 Sebaran Risiko TB - MDR Berdasarkan Jenis Kelamin,
Umur, dan Unit Pelayanan…………………………………. 20
4.6.5 Keterbatasan Penelitian…….………………….…............… 21
4.6.7 Kajian Keislaman…………………………………………… 22

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan .......................................................................................... 23
5.2 Saran .................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24


LAMPIRAN ..................................................................................................... 26
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………...…………………….. 31

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Lokus Gen yang Terlibat dalam Resistensi Obat pada S
Mycobacterium tuberculosis…………………………………………. 8
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Unit G
_Pelayanan..……………………………………….............................. 16
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur…................................... 16
Tabel 4.3 Prevalensi RisikoTB-MDR pada Penderita TB di Kota Depok
tahun 2010-2012…...……………………………............................ 17
Tabel 4.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan Risiko TB-MDR……...…… 17
Tabel 4.5 Hubungan Umur dengan Risiko TB-MDR………….………... 18
Tabel 4.6 Hubungan Unit Pelayanan dengan Risiko TB-MDR……......... 18

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori Terjadinya Resistensi OAT……...….…….…. 10
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Prevalensi Risiko TB- MDR di
Kota Depok Tahun 2010-2011………....………….................... 11

xii
DAFTAR SINGKATAN
TB Tuberkulosis
MDR Multi Drug Resistent
OAT Obat Anti Tuberkulosis
XDR Extensively Drug-Resistent
TDR Totally Drug-Resistent
ISTC International Standart for Tuberculosis Care
INH Isoniazid
BTA Basil Tahan Asam
DOTS Direct Observed Treatment Short-Course Chemotherapy
PMO Pengawas Minum Obat

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Data Statistik………………………………………………………………… 25

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis (M.tb).1 Penyakit ini adalah salah satu penyakit
menular yang sangat ditakuti, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
M.tb dan Asia Tenggara menjadi regional dengan jumlah terbesar angka kasus TB
yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia.2 Indonesia menjadi cerminan bahwa
kasus TB di Asia Tenggara tinggi dengan menduduki peringkat ke-4 tertinggi
sebagai negara dengan prevalensi kasus TB tertinggi di dunia.2
Pengobatan TB dilakukan selama 6 bulan dengan pembagian dua bulan
masa intensif dan empat bulan masa lanjutan. Masa intensif pasien harus
meminum obat rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol. Jangka waktu
yang lama dan efek samping yang disebabkan oleh obat, banyak membuat pasien
menghentikan pengobatan sebelum enam bulan. Dampaknya adalah kuman yang
ada bermutasi dan menyebabkan terjadinya resistensi.3
Multi drug resistance (MDR) adalah suatu kondisi dimana obat rifampisin
dan isoniazid sudah tidak efektif dalam membunuh kuman Mtb dikarenakan
kuman yang sudah resisten terhadap obat tersebut.3 Saat ini TB-MDR sudah mulai
menyebar, pemberitahuan terbaru dari WHO menyatakan bahwa terdapat 440.000
kasus TB-MDR di dunia dengan angka kematian sekitar 150.000.3 Indonesia
menduduki peringkat ke-11 dari 27 negara untuk negara dengan beban TB-MDR
terbesar di dunia.3 Laporan WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2010 kasus
TB-MDR di Indonesia sebesar 8900. Dua persen kasus TB-MDR di Indonesia
diperkirakan berasal dari kasus TB baru dan 14,7 % dari kasus TB yang
mendapatkan pengobatan ulang.4 Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis
suatu kejadian TB-MDR adalah salah satu penyebabnya. Kelalaian ini disebabkan
ketidakpekaan seorang dokter terhadap kondisi pasien yang sudah masuk ke
dalam keadaan risiko TB-MDR. Contohnya adalah pasien yang mempunyai
riwayat gagal pengobatan kategori 1 adalah pasien yang termasuk dalam keadaan

1
2

warning risiko TB-MDR, karena walaupun sudah menjalani pengobatan lengkap,


tetapi hasil pemeriksaan BTA sputumnya masih positif.3
Hal ini menjadi perhatian khusus bagi dokter saat ini, disamping karena
jumlahnya yang kecil tetapi semakin tahun semakin meningkat, tetapi karena saat
ini sudah mulai bermunculan jenis Extensively Drug-Resistent (XDR-TB) dan
Totally Drug-Resistent (TDR-TB).5,6 Kedua jenis keadaan tersebut adalah suatu
perburukan dari penyakit TB-MDR. Maka dari itu perlu diadakan pencegahan
sejak dini,agar jumlah penderita TB yang resisten tidak bertambah. Mengetahui
sejak dini kondisi pasien yang berpeluang untuk mengalami perburukan menjadi
TB-MDR adalah salah satu bentuk pencegahan yang cukup efektif.
Oleh karena itu disusunlah International Standart For Tuberculosis Care
yang di dalamnya terdapat poin 11 dan 18 yang berisi tentang penilaian
kemungkinan resistensi OAT.7 Ada 9 kriteria menurut Kemenkes dalam rencana
aksi nasional programmatic management of drug resistance tuberculosis (RAN-
PMDT) di Indonesia 2011-2014 yang termasuk kelompok risiko terjadinya
resistensi obat anti tuberkulosis (OAT) lini pertama, dimana jika seorang pasien
termasuk ke dalam salah satu kriteria yang ada dapat didiagnosis berpotensi
mengalami perburukan ke arah TB - MDR, yaitu8 :
1. Kasus kronis, yaitu pasien gagal pengobatan kategori 2
2. Pasien non konversi yang mendapat pengobatan kategori 2
3. Pasien dengan riwayat pengobatan di sarana non-DOTS
4. Pasien gagal pengobatan kategori 1
5. Pasien non konversi dengan pengobatan kategori 1 setelah mendapat
sisipan pengobatan selama satu bulan.
6. Pasien kambuh, semua kategori
7. Pasien yang berobat kembali setelah default baik yang mendapat kategori
1 maupun kategori 2
8. Suspek TB simptomatik, yaitu suspek yang memiliki gejala TB dan
memiliki kontak erat dengan pasien TB-MDR, dan
9. Kasus HIV positif dengan gejala TB.
Depok merupakan salah satu kota yang paling berkembang di Indonesia
saat ini, baik dalam bidang pembangunan, kesejahteraan masyarakat, dan
3

kesehatan. Terbukti dalam bidang kesehatan terutama TB, kota Depok mencatat
angka 80,95% untuk angka pasien menderita TB dan sembuh (Dinkes Kota
Depok, 2008), tetapi dari 19,05 % data pasien yang tidak sembuh tersebut belum
terdapat penjelasan pasien mana yang berpotensi menjadi resisten ataupun tidak.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti prevalensi pasien yang
masuk kedalam kriteria risiko TB-MDR.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan data Dinkes Kota Depok tahun 2008, terlihat sistem
pendataan database penderita TB di Kota Depok sudah bagus dan baik, tetapi
masih ditemukan beberapa kekurangan pada beberapa sisi. Salah satunya belum
tersedianya data prevalensi tentang pasien yang masuk ke dalam kriteria risiko
TB-MDR. Seperti yang kita ketahui TB-MDR adalah komplikasi yang berat pada
penderita TB, sehingga berdampak pada proses evaluasi penyembuhan TB-MDR
di kota Depok saat ini. Dengan demikian masalah penelitian adalah
ketidaktersediaannya data prevalensi pasien risiko TB-MDR di Kota Depok.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana prevalensi pasien penderita TB paru yang berpotensi
mengalami perburukan menjadi TB-MDR di Kota Depok tahun 2010-
2012?
2. Apakah terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin, umur, dan unit
pelayanan pengobatan dengan pasien risiko TB-MDR di Kota Depok
tahun 2010-2012?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya prevalensi jumlah pasien penderita TB yang
berpotensi mengalami perburukan menjadi TB-MDR di Kota Depok
pada tahun 2010 – 2012.
1.4.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui apa hubungan antara faktor umur, jenis
kelamin, dan unit pelayanan, dengan kondisi pasien yang diduga
berpotensi menjadi TB-MDR di Kota Depok.
4

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Perencanaan Program
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
perencanaan dalam upaya penanggulangan TB khususnya TB-MDR di
Kota Depok.
1.5.2 Pemerintah Depok
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan data
epidemiologi bagi pemerintah Depok terkait jumlah penderita TB yang
menjadi TB-MDR di Kota Depok.
1.5.3 Mahasiswa
Penelitian ini merupakan wadah bagi peneliti untuk
mengaplikasikan teori-teori yang telah didapatkan selama kuliah. Selain
itu, penelitian ini juga diperlukan sebagai syarat untuk memperoleh
gelar sarjana kedokteran dari FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Definisi TB Paru


TB paru adalah suatu penyakit infeksi kronik pada jaringan paru yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.1

2.1.2 Epidemiologi TB Paru


Sejak maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global health
emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia karena kurang lebih
1/3 dari penduduk dunia terinfeksi oleh M.tb. Pada tahun 2011 ada 8,8 juta kasus
TB baru yang tercatat di seluruh dunia.9
Indonesia sendiri adalah negeri dengan prevalensi penderita TB ke-5
tertinggi di dunia.2 Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga 1985 dan survey
kesehatan nasional tahun 2001, TB menempati ranking nomor tiga sebagai
penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan jumlah rata-rata kematian akibat
TB 450.000 per tahun. 1

2.1.3 Patogenesis TB Paru

2.1.3.1 Tuberkulosis Primer

Penularan TB paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan


keluar menjadi droplet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama I-2 jam,tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang buruk dan kelembaban. Jika tidak terdapat itu semua maka kuman
dapat bertahan hingga berhari-hari. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat,ia
akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel <5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali
oleh neutrophil,kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati
atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama
gerakan silia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru,berkembang
biak dalam sito-plasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan

5
6

ber-bentuk sarang TB pneumonia kecil dan disebut fokus primer atau fokus ghon.
Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian dari jaringan paru. Dari sarang
primer akan timbul peradangan saluran getah bening,dan juga diikuti pembesaran
kelenjar getah bening . Semua itu disebut kompleks primer.1

2.1.4 Diagnosis TB Paru


Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964 diagnosis pasti TB
paru adalah dengan menemukan kuman M.tb dalam sputum atau jaringan paru
secara biakan.1
Diagnosis TB di Indonesia masih banyak ditegakkan berdasarkan kelainan
klinis dan radiologis saja. Kesalahan diagnosis dengan cara ini cukup banyak
sehingga memberikan efek terhadap pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan
sehingga meningkatkan resiko terjadinya resistensi.3

2.1.5 Definisi TB Resisten


TB dengan resistensi ganda dimana basil M.tb resisten terhadap rifampisin
dan isoniazid, dengan atau tanpa OAT lainnya (WHO,1997).11 TB resistensi
ganda dapat berupa resistensi primer dan resistensi sekunder. Resistensi primer
adalah resistensi yang terjadi pada pasien yang tidak pernah mendapat OAT
sebelumnya. Resistensi primer ini dijumpai khususnya pada pasien-pasien dengan
positif HIV. Sedangkan resistensi sekunder yaitu resistensi yang didapat selama
terapi pada orang yang sebelumnya sensitif obat.11 Terdapat empat jenis kategori
resistensi terhadap OAT yaitu3 :
 Mono-resistance : resisten terhadap salah satu OAT
 Poly-resistance : resisten terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi
isoniazid dan rifampisin
 Multidrug-resistance (MDR) : resisten terhadap sekurang-kurangnya
isoniazid dan rifampisin
 Extensive drug-resistance (XDR) : TB-MDR ditambah dengan resisten salah
satu obat golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi
lini kedua (kapreomisin, kanamisin, dan amikasin)
7

2.1.6 Epidemiologi TB-MDR


Tahun 2008,WHO memperkitakan bahwa terdapat sekitar 440.000 kasus
TB-MDR setiap tahunnya di dunia dengan angka kematian sekitar 150.000 dan
Indonesia sendiri menempati peringkat ke-8 dengan menyumbangkan rata-rata
6400 kasus TB-MDR per tahunnya.4
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi Obat Anti TB (OAT)
Basil mengalami mutasi resisten terhadap satu jenis obat dan mendapatkan
terapi OAT tertentu yang tidak adekuat. Terapi yang tidak adekuat dapat
disebabkan oleh konsumsi hanya satu jenis obat saja atau konsumsi obat
kombinasi tetapi hanya satu saja yang sensitif terhadap basil tersebut. Selanjutnya
resistensi sekunder terjadi mutasi baru dalam pertumbuhan populasi basil
menyebabkan resistensi obat yang banyak bila terapi yang tidak adekuat terus
berlanjut. Transmisi difasilitasi oleh adanya infeksi HIV, dimana perkembangan
penyakit lebih cepat, adanya prosedur kontrol infeksi yang tidak adekuat,dan
terlambatnya penegakan diagnostik.11
Ada beberapa hal penyebab terjadinya resistensi terhadap OAT yaitu
sebagai berikut :12, 13
1. Penggunaan paduan OAT yang tidak adekuat yaitu karena jenis obatnya
yang kurang atau karena lingkungan tersebut telah terdapat resitensi yang
tinggi terhadap OAT yang digunakan misal rifampisin atau INH.
2. Fenomena “addition syndrome” yaitu suatu obat ditambahkan dalam suatu
paduan pengobatan yang tidak berhasil. Bila kegagalan itu terjadi karena
kuman TB telah resisten pada paduan yang pertama,maka “penambahan:”
(addition) satu macam obat hanya akan menambah panjangnya daftar obat
yang resisten saja.
3. Masa infeksius yang terlalu panjang akibat keterlambatan diagnosis akan
menyebabkan penyebaran galur resistensi obat. Penyebaran ini tidak hanya
pada pasien di rumah sakit, tetapi juga pada petugas rumah sakit, asrama,
penjara dan keluarga pasien.
4. Penyediaan obat yang tidak regular, kadang-kadang terhenti
pengirimannya sampai berbulan-bulan.
8

5. Pasien dengan OAT yang resisten terhadap kuman tuberkulosis yang


mendapat pengobatan jangka pendek dengan monoterapi akan
menyebabkan bertambah banyak OAT yang resisten. Hal ini menyebabkan
seleksi mutasi resisten karena penambahan obat yang tidak multipel dan
tidak efektif.
6. Pengobatan TB jangka waktunya lama lebih dari 6 bulan sehingga
membosankan pasien, ditambah dengan efek samping dari OAT.
7. Edukasi yang kurang baik, sehingga pasien tidak mengetahui cara
menggunakan OAT, sehingga pasien meminum rifampisin setelah makan.
Hal ini menyebabkan penyerapan obat tidak maksimal
8. HIV akan mempercepat terjadinya terinfeksi TB menjadi sakit TB dan
akan memperpanjang periode infeksious.

2.1.7 Mekanisme resistensi OAT


Analisa secara genetik dan molekular pada M.tb menjelaskan bahwa
mekanisme resistensi biasanya didapat oleh basil melalui mutasi terhadap target
obat (Spratt,1994) atau oleh titrasi dari obat akibat overproduksi dari target.
Selama ini belum pernah dilaporkan adanya plasmid pembawa resistensi, karena
itu resistensi M.tb terhadap OAT tidak dipindahkan dari satu kuman ke kuman
lainnya. Dengan kata lain resistensi hanya bisa terjadi karena mutasi genetik dari
M.tb itu sendiri, dan mutasi tersebut terjadi secara alami, tidak ada pengaruh dari
OAT. Penyebaran resistensi M.tb terjadi setelah amplifikasi kuman resisten
sebagai akibat pemberian obat yang tidak adekat.12 Mutasi yang terjadi dapat
berupa substitusi asam amino, perubahan kodon menjadi kodon stop sehingga
enzim dihasilkan berukuran lebih pendek sehingg hilang aktivitas enzimatiknya
atau aktivitas pengikatannya.14

Tabel 2.1 Lokus Gen yang Terlibat dalam Resistensi Obat pada Mycobacterium
tuberculosis11

Obat Gen Produk


Rifampicin RpoB B-subunit RNA polymerase

katG Catalase-peroxidase
Isoniazid
oxyR-ahpC Alky hydro-reductase
INH-Ethionamide InhA Enoyl-ACP reductase
9

2.1.7.1 Mekanisme resistensi terhadap INH


Mekanisme resistensi isoniazid diperkirakan oleh adanya asam amino
yang mengubah gen katalase peroksidase (katG). Gen ini akan mempengaruhi
aktifnya enzim katalase peroksidase yang membuat INH aktif.14 Diantara berbagai
mutasi pada katG, mutasi di daerah S315T merupakan yang tersering. Mutasi ini
menyebabkan berkurangnya aktivitas katalase 50%. Telah diketahui pula gen
katG diatur oleh gen furA. Mutasi gen furA telah ditemukan di kuman
mycobacteria lain, tetapi belum pada M.tb.13
Selain itu mekanisme resistensi isoniazid diperkirakan oleh adanya mutasi
pada promotor pada lokus 2 gen yang dikenal sebagai inhA. Resistensi pada inhA
terjadi pada 15-43% isolate yang resisten INH dan menyebabkan tingkat resistensi
rendah. Mutasi pada inhA ini juga beresiko besar menyebabkan juga resistensi
pada etambutol. Lokasi mutasi inhA penyebab resistensi terhadap INH telah
diketahui,diantaranya pada lokus S94A, 121T dan 21V. 14
2.1.7.2 Mekanisme resistensi terhadap Rifampisin
Resistensi M.tb terhadap rifampisin terjadi pada satu dari sepuluh sampai
seratus juta kuman. Resistensi >95% M.tb terhadap rifampisin terjadi akibat
mutasi gen rpoB.12 Gen ini mengkode subunit β RNA polymerase, komponen
penting dalam proses transkripsi. Rifampisin terikat pada subunit β RNA
polymerase sehingga transkripsi dihambat.14

2.1.8 Diagnosis Risiko TB-MDR


TB paru dengan resistensi ganda dicurigai kuat jika kultur basil tahan asam
(BTA) tetap positf setelah terapi 3 bulan atau kultur kembali positif setelah terjadi
konversi negatif. Beberapa gambaran kondisi yang menunjukkan risiko TB
resisten obat, seperti yang dijelaskan Kemenkes dalam rencana aksi nasional
programmatic management of drug resistance tuberculosis (RAN-PMDT) di
Indonesia 2011-2014. Jika seseorang termasuk dalam keadaan tersebut maka perlu
diperiksakan pemeriksaan resistensi OAT.

2.1.9 Diagnosis TB-MDR

Diagnosis TB resistensi obat tergantung pengumpulan dan proses kultur


spesimen yang adekuat serta harus dilakukan sebelum terapi diberikan. Jika pasien
10

tidak dapat mengeluarkan sputum dilakukan induksi sputum dan jika tetap tidak
bisa, dilakukan bronkoskopi. Tes sensitivitas terhadap obat lini pertama dan kedua
harus dilakukan pada laboratorium yang memadai. Pemeriksaan mikrobiologik
untuk konfirmasi TB-MDR dapat berupa pemeriksaan fenotipik, pemeriksaan
genotipik dan pemeriksaan kondisi faktual. Pemeriksaan fenotipik dapat dilakukan
dengan jalan memaparkan kuman yang terhadap obat dan selanjutnya melihat ada-
tidaknya pertumbuhan kuman dan membandingkan jumlah kuman yang
dipaparkan terhadap obat dibandingkan kontrolnya. 13

Gambar 2.1. Kerangka Teori Terjadinya Resistensi OAT14,15,16


11

2.2 Kerangka Konsep

 Unit Pelayanan Pasien Risiko TB- Karakteristik


 Unit Pemeriksaan MDR Pasien :
BTA sputum  Jenis Kelamin
 Umum

1. Kasus kronis, yaitu pasien gagal pengobatan kategori 2


2. Pasien non konversi yang mendapat pengobatan kategori 2
3. Pasien dengan riwayat pengobatan di sarana non-DOTS
4. Pasien gagal pengobatan kategori 1
5. Pasien non konversi dengan pengobatan kategori 1 setelah mendapat
sisipan pengobatan selama satu bulan.
6. Pasien kambuh, semua kategori
7. Pasien yang berobat kembali setelah default baik yang mendapat
katgori 1 maupun kategori 2
8. Suspek TB simptomatik, yaitu suspek yang memiliki gejala TB dan
memiliki kontak erat dengan pasien TB-MDR, dan
9. Kasus HIV positif dengan gejala TB.
10.
Keterangan :

Variabel Terikat Variabel Bebas


(Fokus Utama)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Prevalensi Risiko TB- MDR di Kota
Depok Tahun 2010-2011
12

2.3 Definisi Operasional

Variabel Alat
No. Definisi Hasil Ukur Skala
Terikat Ukur
Adalah setiap kasus yang
memenuhi salah satu kriteria
dibawah ini :
- Gagal pengobatan
kategori 2 atau kasus
kronik
- Gagal konversi sputum
BTA pengobatan kategori
2
- Pasien dengan riwayat
pengobatan kategori 2
1. Berisiko
Risiko TB – sebelumnya Rekam
1 2. Tidak Kategorik
MDR - Pasien dengan gagal medis
Berisiko
pengobatan kategori 1
- Pasien dengan gagal
pengobatan dan gagal
konversi sputum BTA
pada kategori 2
- Pasien dengan TB
kambuh
- Pasien dengan keluhan
dan riwayat kontak pasien
MDR TB
- Pasien TB dengan HIV
Variabel Alat
No. Definisi Hasil Ukur Skala
Bebas Ukur
Masa antara lahir - pengisian Rekam
1 Umur Tahun Numerik
rekam medik medik
Jenis Perbedaan secara biologis Rekam 1. Laki-laki
2 Kategorik
kelamin antar individu medik 2. Perempuan
1. Puskesmas
Unit Tempat pasien melakukan Rekam 2. Rumah
3 Kategorik
pelayanan pengobatan TB medik Sakit
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif kategorik dengan
menggunakan desain penelitian cross sectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di Kota Depok pada Bulan Januari - Mei 2013.

3.3 Populasi

3.3.1 Populasi Target


Seluruh pasien rawat jalan yang menderita penyakit TB paru di
seluruh fasilitas kesehatan Kota Depok yang menggunakan strategi
DOTS (Direct Observed Treatment Short-Course Chemotherapy)’

3.3.2 Populasi Terjangkau


Pasien TB yang berobat di Puskesmas Kota Depok, Hospital
DOTS RS Sentra Medika dan RSUD Sawangan Depok dalam kurun
waktu 3 tahun (1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2012)

3.4 Sampel Penelitian


Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari catatan medik
pasien selama tahun 2010 – 2012.

3.4.1 Kriteria Inklusi


1. Pasien dengan umur >14 tahun
2. Pasien yang sedang atau telah mendapatkan pengobatan TB kategori 1

3.4.2 Kriteria Ekslusi


1. Menderita TB ekstra pulmoner
2. Pasien yang tidak diperiksa BTA sejak awal pengobatan
3. Pasien dengan status meninggal pada saat atau setelah pengobatan

13
14

3.4.3 Besar Sampel

N : Z α2 x p (1-p)
d2
N : besar sampel
Zα : batas kepercayaan 95% (1,96)
P : prevalensi TB-MDR dari kepustakaan (0,28)15
d : ketepatan penelitian (5% )
N : 1.962 x 0,28(1-0,28)
0,052
: 3,8416 x 0, 2016 = 309,7866 ~ 310
0,0025

3.4.4 Cara pengambilan sampel


Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random
Sampling

3.5 Alur Penelitian

Persiapan Penelitian

Mengumpulkan data sekunder


berupa rekam medis

Memenuhi kriteria Tidak memenuhi


inklusi. kriteria inklusi
(masuk ekslusi)

Analisis data

Penulisan laporan

Gambar 3.1 Alur penelitian prevalensi risiko TB-MDR di Kota Depok tahun 2010 -
2012
15

3.6 Managemen Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Data diambil dari Dinkes Kota Depok berupa rekam medis yang
ditampilkan secara elektronik dalam kurun waktu 3 tahun (1 Januari 2010
sampai 31 Desember 2012)

3.6.2 Analisis Data


Pada penelitian ini, variabel yang digunakan dan dianalisis terdiri dari
umur, jenis kelamin, unit pelayanan pasien sebagai variabel bebas, dan risiko
TB-MDR sebagai variabel terikat.
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis data dengan menggunakan
program Microsoft Excel 2013 dan SPSS 13.0.
Data dianalisis univariat untuk mendeskripsikan setiap variabel yang
akan diukur. Variabel dengan jenis data kategorik akan ditampilkan dalam
bentuk frekuensi dan persentase, dan variabel dengan jenis data numerik akan
ditampilkan dalam bentuk rata-rata dan standar deviasi jika data berdistribusi
normal atau dalam bentuk median dan nilai minimal - maksimal jika data
berdistribusi tidak normal.
Data dianalisis bivariat untuk mencari hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Untuk mencari hubungan variabel kategorik dengan
kategorik peneliti menggunakan uji chi-square, dan untuk hubungan variabel
numerik dengan kategorik penulis menggunakan uji T-test bila data numerik
terdistribusi normal dan Uji Mann-Whitney bila data numerik tidak
terdistribusi secara normal.
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan data elektronik yang didapatkan dari setiap poli
DOTS TB yang terdapat di Kota Depok. Poli DOTS di Kota Depok terdapat di semua
puskesmas dan 2 rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Sentra Medika dan Rumah Sakit
Umum Daerah Depok. Data yang ada diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan
ekslusi yang telah ditetapkan, sehingga didapatkan jumlah penderita TB paru dewasa
di Kota Depok selama 3 tahun terakhir adalah sejumlah 4331 orang, dengan rincian
tahun 2010 sebanyak 1169 orang, tahun 2011 sebanyak 1642 orang, dan tahun 2012
sebanyak 1520 orang. Kemudian dilakukan teknik simple random sampling untuk
mendapatkan jumlah sampel yang diinginkan yaitu sejumlah 310 responden.

4.1 Karakteristik Responden Penelitian

Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan unit pelayanan

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)


Jenis kelamin
Laki-laki 175 56,5
Perempuan 135 43,5
Total 310 100
Unit pelayanan
Puskesmas 292 94,2
Rumah Sakit 18 5,8
Total 310 100

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki
(56,5%) lebih banyak daripada responden dengan jenis kelamin perempuan (43,5%).
Untuk distribusi responden berdasarkan unit pelayanan yang dipilih untuk melakukan
pengobatan diketahui bahwa sebanyak 292 (94,2%) pasien TB yang ada di Depok
memilih ke puskesmas untuk melakukan pengobatan penyakit TB, sementara
sebanyak 18 (5,8%) pasien TB memilih rumah sakit.

Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan umur

Variabel N Median (min-max)


Umur (tahun) 310 35,50 (16-85)

16
17

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa umur pasien yang menjadi sampel
pada penelitian ini berkisar antara 16 sampai 85 tahun. Data umur responden disajikan
dalam median dan nilai minimal maksimal karena data umur responden mempunyai
distribusi yang tidak normal.

4.2 Prevalensi risiko TB-MDR pada penderita TB di Kota Depok Tahun 2010 -
2013

Tabel 4.3. Prevalensi risiko TB-MDR pada penderita TB di Kota Depok tahun 2010-
2012
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Risiko TB-MDR
Ya 112 36,1
Tidak 198 63,9
Total 310 100

Berdasarkan tabel dan diagram diatas menunjukkan bahwa dari 310 orang
dengan riwayat pengobatan TB yang dianalisis dalam penelitian ini, terdapat 112
orang yang masuk ke dalam klasifikasi risiko TB-MDR menurut klasifikasi RAN-
PMDT Kemenkes 2011-2014, atau dapat dikatakan bahwa prevalensi risiko TB-
MDR di Kota Depok sebesar 36,1 %

4.3 Hubungan jenis kelamin dengan risiko TB-MDR

Tabel 4.4. Hubungan jenis kelamin dengan risiko TB-MDR

Risiko TB-MDR
OR
Variabel Ya Tidak Total p-value
(95% CI)
n % N % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 66 37,7 109 62,3 175 100 1. 172 0,508
Perempuan 46 34,1 89 65,9 135 100 (0,733-
1,873)

Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah laki-laki yang masuk ke dalam
klasifikasi risiko TB-MDR lebih banyak daripada perempuan, yaitu 66 orang (37,7%)
dan 46 orang (34,1%). Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
jenis kelamin dengan kondisi risiko TB-MDR (p=0,508).
18

4.4 Hubungan umur dengan risiko TB-MDR

Tabel 4.5. Hubungan umur dengan risiko TB-MDR

Risiko TB-MDR
Variable Ya Tidak p-value
Median (min-mak) Median (min-mak)
Umur 37 (18 – 76) 34 (16 – 85) 0,212

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rentang usia pasien yang masuk
klasifikasi risiko TB-MDR adalah 18 sampai 76 tahun dengan median 37 tahun,
sedangkan yang tidak masuk klasifikasi risiko TB-MDR adalah 16 sampai 85 tahun.
Berdasarkan uji statistik tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor
umur dengan kemungkinan terjadinya risiko TB-MDR (p<0.05).

4.5 Hubungan unit pelayanan dengan risiko TB-MDR

Tabel 4-6. Hubungan unit pelayanan dengan risiko TB-MDR

Risiko TB-MDR
Variabel Ya Tidak Total OR (95% CI) p-value
n % N % n %
Unit Pelayanan
Rumah Sakit 13 72,2 5 27,8 18 100 5,069 0,001
Puskesmas 99 33,9 193 66,1 292 100 (1,757-14,622)

Jumlah pasien TB yang menjalani pengobatan di puskesmas adalah 292 orang


dengan 99 orang masuk ke dalam klasifikasi risiko TB-MDR dan 193 orang tidak.
Sedangkan di rumah sakit dari 18 orang yang menjalani pengobatan TB, 13 orang
masuk ke dalam klasifikasi risiko TB-MDR dan 5 orang tidak. Berdasarkan uji
statistik didapatkan p<0.05 (0,001), sehingga dapat disimpulkan secara statistik
terdapat hubungan yang bermakna antara faktor unit pelayanan dengan risiko TB-
MDR. Pasien TB yang memilih rumah sakit untuk berobat memiliki kemungkinan 5
kali lebih besar untuk menjadi risiko TB-MDR dibandingkan dengan pasien yang
memilih puskesmas.
19

4.6 Pembahasan

4.6.1 Gambaran umum penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menilai prevalensi pasien risiko TB-MDR di
Kota Depok pada tahun 2010-2012. Studi yang dilakukan berupa studi deskriptif
dengan desain studi cross sectional. Analisis statistik yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Peneliti ingin mengetahui
gambaran masing-masing variabel dengan analisis univariat, karena pada analisis
tersebut akan terlihat sebaran frekuensi dan presentase dari setiap variabel.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis bivariat untuk melihat hubungan dari
setiap variabel bebas dengan variabel terikat.

4.6.2 Karakteristik pasien risiko TB-MDR di Kota Depok tahun 2010-2012


Sampel diambil dari semua puskesmas yang ada di Depok dan dua rumah
sakit yang didalamnya terdapat poli DOTS yaitu RSUD dan RS Sentra Medika.
Didapatkan total keseluruhan data yang masuk sesuai kriteria inklusi dan ekslusi
sebanyak 4331. Dari data yang ada peneliti melakukan simple random sampling
sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu 310.
Dari 310 orang subjek penelitian, sebanyak 175 orang diantaranya adalah
laki-laki, sedangkan 135 orang sisanya adalah perempuan. Hal ini bisa
dihubungkan dengan data kependudukan Kota Depok tahun 2012 yang diketahui
bahwa jumlah laki-laki di kota Depok lebih banyak daripada perempuan yaitu laki-
laki berjumlah 896.631 orang dan perempuan berjumlah 873.156 orang. 16
Sebaran usia yang dapat ditemukan pada subjek penelitian berasal antara
18-76 tahun, menunjukkan bahwa yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah
usia dewasa sampai usia lanjut menurut klasifikasi WHO.18 Berdasarkan uji
statistik variabel ini tidak terdistribusi secara normal.

4.6.3 Prevalensi risiko TB-MDR di Kota Depok tahun 2010-2012


Dari penelitian ini dapat diketahui besarnya prevalensi risiko TB-MDR di
kota Depok yaitu sebesar 36,1 %. Hasil ini didapatkan dari 310 subjek penelitian
terdapat 112 yang positif risiko TB-MDR menurut kriteria risiko TB-MDR yang
dikeluarkan oleh Kemenkes-RI pada klasifikasi RAN-PMDT 2011-2014.8 Belum
ditemukan angka prevalensi risiko TB-MDR di Kota Depok di penelitian
20

sebelumnya, kebanyakan penelitian sebelumnya hanya menjelaskan bahwa


prevalensi pasien yang sudah terdiagnosis TB-MDR
4.6.4 Sebaran risiko TB-MDR berdasarkan jenis kelamin, umur, dan unit
pelayanan
Jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko dari risiko TB-MDR, akan
tetapi secara epidemiologi jumlah penderita risiko TB-MDR ditemukan lebih
banyak terjadi pada laki-laki. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Novizar tahun
2010 di Rumah Sakit Persahabatan yaitu laki-laki (64%) lebih banyak didiagnosis
sebagai kasus TB-MDR dibandingkan perempuan (36%).18 Hal ini serupa dengan
penelitian Bertin tahun 2011 yang menyatakan bahwa presentasi pasien yang
akhirnya didiagnosis TB-MDR laki-laki mencapai 51.1 % dan presentase pasien
TB-MDR perempuan sebesar 48.9% .19
Tingginya presentasi laki-laki karena laki-laki lebih mempunyai mobilitasi
tinggi yang akan mempengaruhi kepada produktifitasnya ditambah dengan istirahat
yang kurang. Hal ini memungkinkan penularan yang lebih luas terjadi. Alasan ini
diperkuat dengan frekuensi keluar rumah laki-laki yang lebih sering daripada
perempuan. Tingginya angka laki-laki ini dihubungkan dengan riwayat putus
pengobatan dimana menurut penelitian Erawatyningsih dkk pada tahun 2011 yaitu
laki-laki memiliki keteraturan berobat lebih rendah dibandingkan perempuan.20
Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa faktor umur bukan merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap risiko TB-MDR, seperti yang dijelaskan dalam
penelitian Erni Erawatyningsih, dkk tahun 2009 bahwa faktor umur bukan
merupakan faktor penentu ketidakpatuhan minum obat TB, dimana ketidakpatuhan
minum obat menjadi salah satu penyebab terbesar TB-MDR. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
kepatuhan minum obat, karena baik usia tua maupun usia muda mempunyai
motivasi untuk hidup sehat yang tinggi.20
Berdasarkan hasil analisis di dapatkan hubungan yang bermakna antara unit
pelayanan dengan risiko TB-MDR. Meskipun lebih banyak pasien TB berobat ke
puskesmas dibandingkan ke rumah sakit, akan tetapi tingkat kesembuhan di
puskemas lebih tinggi. Berdasarkan analisis statistik didapatkan hasil pasien TB
yang berobat ke rumah sakit 5 kali lebih mungkin untuk terkena risiko TB-MDR
dibandingkan yang berobat ke puskesmas. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian
21

Erawatyningsih, dkk pada tahun 2009. Hal serupa juga dijelaskan dalam penelitian
Utarini tahun 2008. Hal ini berhubungan dengan pelayanan yang diberikan. Pasien
TB yang berobat ke puskesmas diberikan pelayanan secara menyeluruh sampai
tahap evaluasi dan edukasi yaitu salah satunya dengan PMO langsung dari kader
puskesmas yang disediakan secara gratis, sehingga kepatuhan berobat dari pasien
menjadi meningkat. Sedangkan di rumah sakit, pasien TB tidak mendapatkan
pengawasan sehingga kepatuhan pasien untuk kontrol dalam pengobatan pun
rendah. Ditambah dengan lemahnya jejaring eksternal antara rumah sakit dengan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang menerapkan DOTS.20,21 Hal ini pun
dibahas dalam makalah Priyanti Z Soepandi tahun 2010 bahwa pemantauan
pengobatan yang buruk menjadi salah satu risiko terjadinya kasus risiko TB-
MDR.3

Tingginya angka kasus drop out pengobatan TB di rumah sakit menjadi


penyebab juga tingginya angka risiko TB-MDR tinggi di rumah sakit daripada di
puskesmas. Hal ini pun sejalan dengan hasil penelitian Hermayanti tentang angka
drop out TB di malang, dimana ditemukan angka drop out TB di rumah sakit lebih
besar daripada di puskesmas. Angka drop out di puskesmas hanya 1,8 % dari
jumlah total kasus drop out di Kota Malang.22

4.6.5 Keterbatasan Penelitian

a. Penelitian ini menggunakan data sekunder, pada saat pengumpulan data


banyak ditemukan data yang tidak lengkap pada beberapa pasien yang menjadi
sampel, sehingga peneliti harus mengeluarkannya dari sampel penelitian
b. Karena data yang digunakan adalah data elektrik,.maka peneliti tidak bertemu
dengan objek penelitian sehingga tidak bisa mengeksplorasi lebih lanjut terkait
kondisi objek yang ada.
c. Klasifikasi risiko TB-MDR yang belum digambarkan secara detail
berdasarkan kriteria yang dikeluarkan Kemenkes pada RAN PMDT 2011-
2014 sehinga peneliti menggabungkan semua kriteria risiko TB-MDR
menjadi 2 golongan yaitu risiko dan tidak berisiko.
22

4.6.7 Kajian Keislaman


Al Qur’an telah menjelaskan bahwa dalam Surat Al – Baqoroh ayat 195
“dan janganlah kalian menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” Dari
ayat tersebut Allah memperingatkan kita sebagai manusia agar tidak mencelakakan
diri sendiri, dan tidak patuh minum obat sehingga terjadi resistensi adalah salah
satu contoh kelalaian yang mencelakakan diri sendiri. Oleh karena itu diwajibkan
bagi kita untuk selalu menjaga nikmat sehat yang telah diberikan-Nya dengan cara
patuh minum obat. Itulah salah satu bentuk syukur kita atas nikmat sehat yang
diberikan oleh-Nya, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh
ayat 152 “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu,dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(ni’mat)-Ku.”
BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
a. Prevalensi risiko TB-MDR di kota Depok tahun 2010-2012 yaitu
sebesar 36,1 %.
b. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin di dominasi
oleh laki-laki 56,5%, sedangkan perempuan hanya sebesar 43,5%,
akan tetapi tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan risiko TB-MDR (p: 0,508).
c. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara usia pasien dengan
kondisi risiko TB-MDR (p:0,212.)
d. Distribusi berdasarkan unit pelayanan menunjukkan bahwa penderita
TB lebih banyak berobat ke puskesmas daripada ke rumah sakit dan
didapatkan hubungan yang bermakna antara unit pelayanan dengan
kondisi risiko TB-MDR (p: 0,001).

5.2 Saran
a. Pasien TB dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya harus
diperiksakan juga biakan Mtb dan uji resistensi pada pengobatan TB
fase awal sebagai standar diagnosis agar diagnosis TB-MDR bisa
ditegakkan lebih dini.
b. Meningkatkan kewaspadaan bagi para dokter dan paramedis yang
menemukan pasien dengan riwayat TB sebelumnya terutama pada
kasus tanpa hasil uji BTA sebagai kasus risiko TB-MDR, agar bisa
mencegahnya sejak dini.
c. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan metode dan sampel yang
meneliti lebih baik terutama untuk mengidentifikasi faktor resiko
terjadinya TB-MDR di masyarakat.
d. Mengefektifkan sistem Hospital DOTS di seluruh pelayanan
kesehatan yang ada di Kota Depok

23
24

DAFTAR PUSTAKA

1. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis Paru dalam Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid III, edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. 2009. Hal 2230-3

2. World Health Organization. Global Tuberculosis Report. WHO. 2012 ; 2, 30, 41

3. Soepandi PZ. Diagnosis dan Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya TB-MDR. Jakarta :
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan. 2010 :
Hal 6

4. WHO, Multidrug and extensively drug-resistant TB (M/XDR-TB) : 2010 global report on


surveillance and response. 2010, WHO : Geneva, Page 18

5. Cheng Qi,Ying. Multidrug-Resistant and Extensively Drug-Resistant Tuberculosis in


Mulyi-Ethnic Region. Xinjiang Uygur Autonomous Regioon. China : Plos ONE. 2012,
Page 2

6. WHO. Stop TB Department Drug-resistant Tuberculosis. 2012, Page 1

7. Tuberculosis Coalition for Technical Assistance. International Standards for Tuberculosis


Care (ISTC) 2nd edition. The Hague : Tuberculosis Coalition for Technical Assistance,
2009, Page 44

8. Rencana Aksi Nasional Programmatic Management Of Drug Resistance Tuberculosis


Pengendalian Tuberkulosis Indonesia 2011-2014. Kementerian Kesehatan. 2011 ; 3, Hal
27-8

9. Aditama TY, dkk. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.


Jakarta: PERPARI. 2006

10. World Health Organization Report on TB Epidemic. Global TB Programme. Geneva:


The Organization. 1997

11. Alfin SK. Sebuah Tinjauan Kepustakaan : Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB).
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Hal 1,2,3

12. Syahrini H. Tuberkulosis Paru Resistensi Ganda. Departemen Ilmu Penyakit dalam
RSUP Adam Malik. 2008 ; Hal 6-7

13. Sjahrurachman A. Diagnosis Multi Drug Resistance Tuberculosis. Jakarta : Dept.


Mikrobiologi FKUI. 2010 ; Hal 8-10

14. Retnoningrum, Debbie S, Roga F, Kembaren. Mekanisme Tingkat Molekul Resistensi


terhadap Beberapa Obat pada Mycobacterium tuberculosis. ITB : 2004, Hal 2-3
25

15. Otero L. High Prevalence of Primary Multidrug Resistant Tuberculosis in Persons with
No Known Risk Factors. PlosONE. 2011

16. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/demografipendudukjkel.php?ia=3276&
is=37 diakses tanggal 24 Juli 2013

17. Mutiara E. Karakteristik Penduduk Lanjut Usia di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. 2003; Hal 2

18. Nofizar D, Arifin Nawas, Erlina Burhan. Identifikasi Faktor Risiko Tuberkulosis
Multidrug Resistant (TB-MDR). Jakarta : Departemen Pulmonologi dan llmu
Kedoheran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010 ; Hal 2

19. Tirtana, BT. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan pada Pasien
Tuberkulosis Paru Dengan Resistensi Obat Tuberkulosis di Wilayah Jawa Tengah. 2011;
Hal 7

20. Erawatyningsih E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Berobat Pada


Penderita Tuberkulosis Paru. 2009 ; Hal 2-5

21. Utarini A. Laporan Hospital DOTS Assessment, WHO-DFIF I 2008, Universitas Gadjah
Mada : Yogyakarta

22. Hermayanti D. Studi Kasus Drop Out Pengobatan Tuberkulosis (TB) di Puskesmas
Kodya Malang. Universitas Muhammadiyah Malang : 2007 ; Hal 4-5
26

LAMPIRAN 1
Data Statistik
Tabel Frekuensi

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 175 56.5 56.5 56.5
perempuan 135 43.5 43.5 100.0
Total 310 100.0 100.0

Unit Pelayanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Puskesmas 292 94.2 94.2 94.2
rumah sakit 18 5.8 5.8 100.0
Total 310 100.0 100.0

Tersangka TB - MDR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tersangka 112 36.1 36.1 36.1
Tidak
198 63.9 63.9 100.0
Tersangka
Total 310 100.0 100.0

Umur

Statistic Std. Error


Umur Mean 39.06 .834
95% Confidence Lower Bound 37.42
Interval for Mean Upper Bound
40.70

5% Trimmed Mean 38.48


Median 35.50
Variance 215.589
Std. Deviation 14.683
Minimum 16
Maximum 85
Range 69
Interquartile Range 23
Skewness .555 .138
Kurtosis -.619 .276
27

(Lanjutan)
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur .133 310 .000 .946 310 .000
a.

Histogram

50

40
Frequency

30

20

10

Mean = 39.06
Std. Dev. = 14.683
0 N = 310
20 30 40 50 60 70 80

Umur
28

(Lanjutan)
Tabel Uji Korelasi
Jenis Kelamin * T ersangka TB - MDR Crosstabulation

Tersangka TB-MDR
Tersangka Tidak Tersangka Total
Jenis Kelamin laki-laki Count 66 109 175
% within Jenis
37.7% 62.3% 100.0%
Kelamin
perempuan Count 46 89 135
% within Jenis
34.1% 65.9% 100.0%
Kelamin
Total Count 112 198 310
% within Jenis
36.1% 63.9% 100.0%
Kelamin

Chi-Square T ests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .438b 1 .508
Continuity Correction a
.294 1 .588
Likelihood Ratio .439 1 .508
Fisher's Exact Test .552 .294
Linear-by-Linear
.436 1 .509
Association
N of Valid Cases 310
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 48.
77.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Jenis
Kelamin (laki-laki / 1.172 .733 1.873
perempuan)
For cohort Suspek MDR
1.107 .818 1.497
TB = suspek
For cohort Suspek MDR
.945 .799 1.117
TB = tidak suspek
N of Valid Cases 310
29

(Lanjutan)
Unit Pelayanan * T ersangka T B - MDR Crosstabulation

Tersangka TB - MDR
Tersangka Tidak Tersangka Total
Unit Pelayanan Puskesmas Count 99 193 292
% within Unit
33.9% 66.1% 100.0%
Pelayanan
rumah sakit Count 13 5 18
% within Unit
72.2% 27.8% 100.0%
Pelayanan
Total Count 112 198 310
% within Unit
36.1% 63.9% 100.0%
Pelayanan

Chi-Square T ests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.788b 1 .001
Continuity Correction a
9.191 1 .002
Likelihood Ratio 10.315 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear
10.753 1 .001
Association
N of Valid Cases 310
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.
50.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Unit
Pelayanan (Puskesmas .197 .068 .569
/ rumah sakit)
For cohort Suspek MDR
.469 .338 .652
TB = suspek
For cohort Suspek MDR
2.379 1.125 5.034
TB = tidak suspek
N of Valid Cases 310
30

(Lanjutan)
Mann-Whitney Test
Ranks

Tersangka TB-MDR N Mean Rank Sum of Ranks


Umur Tersangka 112 163.95 18362.50
Tidak Tersangka 198 150.72 29842.50
Total 310

Test Statisticsa

Umur
Mann-W hitney U 10141.500
W ilcoxon W 29842.500
Z -1.249
Asymp. Sig. (2-tailed) .212
a. Grouping Variable: Tersangka TB-MDR
31

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Abdullah Shidqul Azmi

Tempat,Tgl Lahir : Jakarta,28 November 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Depsos X/7a Bintaro Jakarta Selatan

Tlp/Hp : (021) 7341167

Email : azmafi28@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDIT Al-Furqon (1997-1999)

2. SDIP Baitul Maal (1999-2003)

3. SMPIT Al-Kahfi (2003-2007)

4. SMAIT A-Kahfi (2007-2010)

5. S-1 Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-sekarang)

Riwayat Organisasi :

1. Koordinator Divisi Bahasa OSIS SMPIT Al-Kahfi (2005-2007)

2. Sekjen Organisasi Santri Pesantren Terpadu Al-Kahfi (2007-2009)

3. Ketua Departemen Kajian dan Strategi BEM Pendidikan Dokter FKIK


UIN (2011-2012)

4. Ketua KAMMI MedSos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-2013)

5.

Anda mungkin juga menyukai