Anda di halaman 1dari 12

Learning Issues

Nama : Ari Millian Saputra

Kelas : Gamma 2017

NIM : 04011381722190

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar

Gambar 2.1 Organ Eksterna Wanita ( Bobak, IM, 2000 )


a. Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan
simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa
tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung
banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu
melakukan hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia
mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua
bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri
dari:
1) Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris.
2) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak).
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir
besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris
dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan 7 anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan
letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh
darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis
laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia, panas, dan friksi.
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah
robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di
keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada
di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak
di antara fourchette dan himen.
2. Alat genitalia wanita bagian dalam
Gambar 2.2 Organ Interna Wanita ( Bobak, IM, 2000 )

a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding
posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung
kemih. Vagina merupakan saluran muskulomembraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan
kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu
dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang
disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina
menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam
vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat
yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel
dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus
dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu
persalinan.

b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di 10 pelvis
minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua
pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi
kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk
mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan
ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-
anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan
otot, dan endometrium.

1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen

2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum 11 b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai
osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan
tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian
perdarahan dapat terhenti.

3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum
anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.

4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul,
ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum
rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii)
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum dan
ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum
(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke
dinding panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter
(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi

b) Ligamentum infundibulo pelvikum


(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium

c) Ligamentum kardinale machenrod


(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus

d) Ligamentum sacro uterinum


Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os
sacrum

e) Ligamentum vesika uterinum


(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih
(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan

5) Pembuluh darah uterus


a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral
dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium
membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi
dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
6) Susunan saraf uterus Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan
oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser
yang terletak pada pertemuan ligamentum sakro uterinum.

c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai
rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral
mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim. 14 Panjang tuba fallopi
12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa,
muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia. Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan
bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae. Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.

d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid. 15 Letak:
Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum
dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Jenis: Ada 2 bagian
dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf

e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum. Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii (Bobak, Jansen, dan Zalar,
2001)

A. Menarche

1. Pengertian Menarche
menarche (Haid pertama) merupakan haid yang pertama kali terjadi pada
dinding rahim dan yang dikenal dengan istilah darah haid,haid pertama tanda
kesiapan biologis, dan tanda siklus masa subur telah mulai. Menarche adalah
menstruasi yang dialami pertama kali oleh seorang perempuan (Bobak, 2004).
Menarche adalah menstruasi pertama kali yang bisa terjadi dalam rentang usia
10 – 16 tahun atau pada masa awal remaja. Menarche merupakan tanda
adanya sauatu perubahan status sosial dari anak – anak ke masa dewasa, dan
adanya perubahan lain seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut
pada daerah pubis dan aksila, dan distribusi lemak pada daerah pinggul
(Proverawati & Misaroh, 2009).
2. Usia menarche
Dalam keadaan normal, menarche biasanya diawali dengan periode
pematangan yang dapat memakan waktu sekitar 2 tahun. pada awalnya,
sebagian besar anak perempuan mengalami menstruasi yang tidak teratur,
tetapi setelah ovarium memproduksi estrogen siklik yang adekuat menstruasi
pada seorang perempuan akan lebih menjadi teratur (Bobak, 2004).
3. Tanda – tanda datangnya haid pertama (Lestari, 2011).
Suhu badan meningkat (seperti meriang), pinggang sakit, pusing – pusing,
payudara membengkak, gangguan pada kulit, nafsu makan berlebih.

4. Faktor yang mempengaruhi usia menarche (Lestari, 2011).


1) Faktor internal
a. Organ Reproduksi Faktor yang mempengaruhi usia ketika mendapat haid
pertama adalah vagina tidak tumbuh dan berkembang dengan baik, rahim yang
tidak tumbuh, indug telur yang tidak tumbuh. Beberapa wanita remaja tidak
mendapat haid karena vaginanya mempunyai sekat. Tidak jarang ditemukan
kelainan lebih kompleks lagi, yaitu wanita remaja tersebut tidak mempunyai
rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna yang disertai tidak adanya
lubang kemaluan. Kelainan ini disebut “ogenesis genitalis” yang bersifat
permanen, artinya perempuan tersebut tidak akan mendapatkan haid selama –
lamanya.
b. Hormonal Alat reproduksi perempuan merupakan alat akhir (end organ)
sehingga dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Rangsangan yang
datang dari luar, masuk kepusat panca indra, diteruskan melalui striae
terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Dengan hambatan
tersebut, tidak terjadi rangsangan terhadap hipotalamus. Yang akan
memberikan rangsangan pada Hipofise Pars Posterior sebagai Mother of Glad
(pusat kelenjar – kelenjar). Rangsangan terus menerus datang ditangkap oleh
panca indra, dengan makin selektif dapat lolos menuju Hipotalamus,
selanjutnya menuju Hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormon yang
dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifiknya, yaitu
kelenjar tyroid yang memproduksi hormon tiroksin, kelenjar indung telur yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, sedangkan kelenjar adrenal
menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting
untuk tumbuh kembang mental dan fisik.

Perubahan yang berlangsung dalam diri seorang perempuan pada masa


pubertas dikendalikan oleh hipotalamus, yakni suatu bagian tertentu pada otak
manusia. Kurang lebih sebelum gadis itu mengalami datang bulan atau haid,
hypotalamus itu mulai menghasilkan zat kimia, atau yang kita sebut sebagai
hormon yang akan dilepaskannya. Hormon pertama yang akan dihasilkan
adalah perangsang kantong rambut (FSH; Folikel Stimulating Hormon).
Hormon ini merangsang pertumbuhan folikel yang mengandung sel telur
dalam indung telur. Karena terangsang oleh FSH, folikel itu pun akan
menghasilkan estrogen yang membantu pada bagian dada dan alat kemaluan
gadis.

Peningkatan taraf estrogen dalam darah mempunyai pengaruh pada


hipotalamus yang disebut feed back negatieve, ini menyebabkan berkurangnya
faktor FSH. Akan tetapi juga membuat hipotalamus melepaskan zat yang
kedua, yaitu faktor pelepas berupa hormon lutinasi pada gilirannya hal ini
menyebabkan kelenjarnya bawah otak melepaskan hormon lutinasi (LH;
Luteinizing Hormone).

Hormon LH menyebabkan salah satu folikel itu pecah dan akan


mengeluarkan sel telur untuk memungkinkan terjadinya pembuahan. Folikel
nyang tersisa dikenal dengan “korpus lutium”. Korpus lutium selanjutnya
mengahasilkan estrogen, lalu mulai mengeluarkan zat baru yang disebut
“Progesterone”. Progesteron akan mempersiapkan garis alas dari rahim untuk
menerima dan memberi makanan bagi sel telur yang telah dibuahi. Apabila sel
telur tidak dibuahi, taraf estrogen dan progesteron dalam aliran darah akan
merosot sehingga menyebabkan garis alas menjadi pecah – pecah, proses ini
akibat timbul perdarahan saat datang haid yang pertama.

c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terlambatnya haid adalah
infeksi, kanker payudara. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang sangat
rendah sehingga datangnya haid akan tertunda.

2) Faktor Eksternal

a. Gizi

Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting, yaitu untuk memelihara proses
tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, terutama bagi
mereka yang masih dalam pertumbuhan. Keadaan gizi gadis remaja dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan usia menarche. Dengan demikian
perbedaan usia menarche dan siklus haid sangat ditentukan berdasarkan
keadaan status gizi. Semakin lengkap status gizinya, maka semakin cepat usia
menarche. Kebiasaan perempuan remaja untuk makan tidak teratur juga
berpengaruh, misalnya tidak sarapan, dan diet yang tidak terkendali.

b. Pengetahuan Orang Tua


Setiap wanita remaja yang mengalami transisi kedewasaan atau mulai
menampakkan tanda – tanda pubertas, terutama menarche akan mengalami
kecemasan. Penjelasan dari orang tua tentang menarche dan permasalahannya
akan mengurangi kecemasan remaja putri ketika menarche datang. Disinilah
orang tua sangat dibutuhkan terutama pada ibu.

c. Gaya Hidup
Gaya hidup berperan sangat penting dalam menentukan usia menarche, pada
anak – anak remaja yang mempunyai aktivitas olahraga, aktivitas lapangan.
Remaja putri yang memiliki pola makan sehat dan olahraga baik akan
memperoleh menarche dengan normal dan baik. Penelitian diberbagai negara
menunjukkan hanya sepertiga dari 10 remaja putri yang melakukan olahraga
cukup.Sikap remaja putri dalam menghadapi haid pertama yang berbeda –
beda ini setidaknya dipengaruhi dari usia, tingkat pengetahuan, kondisi Psikis.

2.1 Fisologi Siklus Menstruasi


Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa
pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari
mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai
menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama perdarahan pada
menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih dianggap
fisiologis. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron
secara tiba-tiba, terutama progesteron pada akhir siklus ovarium bulanan.
Dengan mekanisme yang ditimbulkan oleh kedua hormon di atas terhadap sel
endometrium, maka lapisan endometrium yang nekrotik dapat dikeluarkan
disertai dengan perdarahan yang normal. Selama siklus menstruasi, jumlah
hormon estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium berubah.
Bagian pertama siklus menstruasi yang dihasilkan oleh ovarium adalah
sebagian estrogen. Estrogen ini yang akan menyebabkan tumbuhnya lapisan
darah dan jaringan yang tebal diseputar endometrium. Di pertengahan siklus,
ovarium melepas sebuah sel telur yang dinamakan ovulasi. Bagian kedua
siklus menstruasi, yaitu antara pertengahan sampai datang menstruasi
berikutnya, tubuh wanita menghasilkan hormon progesteron yang menyiapkan
uterus untuk kehamilan. Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan
siklus endometrium. Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase
ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi menjadi tiga fase yang
terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase ekskresi.

2.2 Hormon yang mengontrol siklus menstruasi


Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari
hypothalamus-pituitary-ovarian endocrine axis. Hipotalamus memacu kelenjar
hipofisis dengan mensekresi gonadotropin-releasing hormone (GnRH) suatu
deka-peptide yang disekresi secara pulsatif oleh hipotalamus. Pulsasi sekitar
90 menit, mensekresi GnRH melalui pembuluh darah kecil di sistem portal
kelenjar hipofisis anterior, gonadotropin hipofsis memacu sintesis dan
pelepasan follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing-hormone (LH).
FSH adalah hormon glikoprotein yang memacu pematangan folikel selama
fase folikuler dari siklus. FSH juga membantu LH memacu sekresi hormon
steroid, terutama estrogen oleh sel granulosa dari folikel matang. LH berperan
dalam steridogenesis dalam folikel dan penting dalam ovulasi yang tergantung
pada mi-cycle surge dari LH. Aktivitas siklik dalam ovarium atau siklus
ovarium dipertahankan oleh mekanisme umpan balik yang bekerja antara
ovarium, hipotalamus, dan hipofisis.Hormon yang mempengaruhi siklus
menstruasi.

2.3 Menstruasi dan Ovulasi


Pada masa pubertas, tiap ovarium mengandung 200.000 oogonia, setiap bulan
sebanyak 15-20 folikel dirangsang untuk tumbuh oleh follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang disekresi oleh kelenjar
hipofise anterior. Jika satu ovum dilepaskan dan tidak terjadi kehamilan maka
selanjutnya akan terjadi menstruasi. Pengaturan sistem ini kompleks dan
saling umpan balik. Stimulus awal berasal dari hipotalamus dengan pelepasan
gonadotrophic-releasing hormone (GnRH) ke dalam pembuluh darah portal
hipofisis. GnRH merangasang pertumbuhan dan maturasi gonadotrof yang
mensekresi FSH dan LH. FSH bekerja pada 10-20 folikel primer terpilih,
dengan berikatan dengan sel granulose teka yang mengelilinginya. Efek
meningginya jumlah FSH adalah sekresi cairan ke dalam rongga folikel, salah
satu di antaranya tumbuh lebih cepat daripada yang lain. Pada saat yang sama
sel granulose teka yang mengelilingi folikel terpilih mensekresi lebih banyak
estradiol, yang memasuki siklus darah. Efek endokrinologik peningkatan
kadar estradiol ini adalah menimbulkan umpan balik negatif pada hipofisis
anterior dan hipotalamus. Akibatnya sekresi FSH menurun sedangkan sekresi
estradiol meningkat mencapai puncak. Sekitar 24 jam kemudian terjadi
lonjakan besar sekresi dari LH (LH surge) dan lonjakan sekresi FSH yang
lebih kecil. Umpan balik positif ini menyebabkan pelepasan satu ovum dari
folikel yang paling besar, sehingga terjadi ovulasi. Folikel yang kolaps akibat
pelepasan ovum berubah sifatnya. Sel granulose teka berproliferasi dan
warnanya menjadi kuning disebut sel luteinteka. Folikel yang kolaps menjadi
korpus luteum. Sel-sel lutein korpus luteum menghasilkan progesterone dan
estrogen. Sekresi progesterone mencapai puncak datar (plateau) sekitar empat
hari setelah ovulasi, kemudian meningkat secara progresif apabila ovum yang
dibuahi mengadakan implantasi ke dalam endometrium. Sel-sel trofoblastik
embrio yang telah tertanam segera menghasilkan human chorionic
gonadotropin (HCG) yang memelihara korpus luteum sehingga sekresi
estradiol dan progesterone terus berlanjut. Sebaliknya, jika tidak terjadi
kehamilan, sel lutein teka berdegenerasi sehingga menghasilkan estradiol dan
progesteron yang lebih sedikit, sehingga mengurangi umpan balik negatif pada
gonadotrof yang disertai dengan meningkatnya sekresi FSH. Penurunan kadar
estradiol dan progesteron dalam sirkulasi darah menyebabkan perubahan di
dalam endometrium yang menyebabkan terjadinya menstruasi.

2.4 Siklus Endometrium


Menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik, cairan jaringan, dan
debris sel-sel endometrium dari uterus dalam jumlah yang bervariasi. Biasanya
menstruasi terjadi selang waktu 22-35 hari dan pengeluaran darah menstruasi
berlangsung 1-8 hari.

2.4.1 Fase Proliferatif


Pada fase proliferatif terjadi proses perbaikan regeneratif, setelah
endometrium mengelupas sewaktu menstruasi. Permukaan endometrium
dibentuk kembali dengan metaplasia sel-sel stroma dan pertumbuhan keluar
sel-sel epitel kelenjar endometrium dan dalam tiga hari setelah menstruasi
berhenti, perbaikan seluruh endometrium sudah selesai. Pada fase proliferatif
dini, endomentrium tipis, kelenjarnya sedikit, sempit, lurus, dan dilapisi sel
kuboid, dan stromanya padat. Fase regeneratif dini berlangsung dari hari ke
tiga siklus menstruasi hingga hari ke tujuh, ketika proliferasi semakin cepat.
Kelenjar-kelenjar epitel bertambah besar dan tumbuh ke bawah tegak lurus
terhadap permukaan. Sel-selnya menjadi kolumner dengan nukleus di basal
sel-sel stroma berploriferasi, tetap padat dan berbentuk kumparan. Pembelahan
sel terjadi pada kelenjar dan stroma. Pada saat menembus endometrium basal,
masing-masing arteri berjalan lurus, tetapi pada lapisan superfisial dan media
arteri berubah menjadi spiral.

2.4.2 Fase Luteal


Pada fase luteal, jika terjadi ovulasi maka endometrium akan mengalami
perubahan yang nyata, kecuali pada awal dan akhir masa reproduksi.
Perubahan ini mulai pada 2 hari terakhir fase proliferatif, tetapi meningkat
secara signifikan setelah ovulasi. Vakuol-vakuol sekretorik yang kaya
glikogen tampak di dalam sel-sel yang melapisi kelenjar endometrium. Pada
mulanya vakuol-vakuol tersebut terdapat di bagian basal dan menggeser inti
sel ke arah superfisial. Jumlahnya cepat meningkat dan kelenjar menjadi
berkelok-kelok. Pada hari ke enam setelah ovulasi, fase sekresi mencapai
puncak. Vakuol-vakuol telah melewati nukleus. Beberapa di antaranya telah
mengeluarkan mukus ke dalam rongga kelenjar. Arteri spiral bertambah
panjang dengan meluruskan gulungan. Apabila tidak ada kehamilan, sekresi
estrogen dan progesteron menurun karena korpus luteum menjadi tua. Penuaan
ini menyebabkan peningkatan asam arakidonat dan endoperoksidase bebas di
dalam endometrium. Enzim-enzim ini menginduksi lisosom sel stroma untuk
mensintesis dan mensekresi prostaglandin (PGF2α dan PGE2) dan
prostasiklin. PGF2α merupakan suatu vasokonstriktor yang kuat dan
menyebabkan kontraksi uterus, PGE2 menyebabkan kontraksi uterus dan
vasodilatasi, sedangkan prostasiklin adalah suatu vasodilator, yang
menyebabkan relaksasi otot dan menghambat agregasi trombosit.
Perbandingan PGF2α dengan kedua prostaglandin meningkat selama
menstruasi. Perubahan ini mengurangi aliran darah melalui kapiler
endometrium dan menyebabkan pergeseran cairan dari jaringan endometrium
ke kapiler, sehingga mengurangi ketebalan endometrium. Hal ini tersebut
menyebabkan bertambahnya kelokan arteri spiral bersamaan dengan terus
berkurangnya aliran darah. Daerah endometrium yang disuplai oleh arteri
spiral menjadi hipoksik, sehingga terjadi nekrosis iskemik. Daerah nikrotik
dari endometrium mengelupas ke dalam rongga uterus disertai dengan darah
dan cairan jaringan, sehingga menstruasi terjadi.

2.4.3 Fase Menstruasi


Pada fase menstruasi lapisan endometrium superifisial dan media dilepaskan,
tetapi lapisan basal profunda endometrium dipertahankan. Endometrium yang
lepas bersama dengan cairan jaringan dan darah membentuk koagulum di
dalam uterus. Koagulum ini segera dicairkan oleh fibrinolisin dan cairan, yang
tidak berkoagulasi yang dikeluarkan melalui serviks dengan kontraksi uterus.
Jika jumlah darah yang dikeluarkan pada proses ini sangat banyak mungkin
fibrinolisin tidak mencukupi sehingga wanita in mengeluarkan bekuan darah
dari serviks.

2.5 Gangguan Menstruasi


Menstruasi dianggap normal jika terjadi antara 22-35 hari. Gangguan
menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduksi, yaitu di
bawah usia 19 tahun dan di atas usia 39 tahun. Gangguan ini mungkin
berkaitan dengan lamanya siklus menstruasi, atau jumlah dan lamanya
menstruasi, seseorang wanita dapat mengalami kedua gangguan tersebut.
Menstruasi dapat datang dengan interval lebih dari 35 hari yang disebut
dengan oligomenore, jika menstruasi terjadi lebih dari 70 hari (tanpa ada
kehamilan), dapat di diagnosis sebagai amenore sekunder. Diagnosis amenore
primer di buat jika menstruasi belum mulai pada usia 16 tahun. Menstruasi
juga dapat terjadi dengan interval kurang dari 21 hari, yang disebut epimenore
atau polimenore. Jumlah discharge menstruasi dapat bervariasi. Discharge
menstruasi yang sedikit atau ringan disebut hipomenore. Pengeluaran darah
banyak disebut menoragia. Menoragia mungkin terjadi disertai dengan suatu
kondisi organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa adanya kelainan nyata pada
uterus. Hal ini disebut dengan perdarahan uterus disfungsional. Pada gangguan
siklus dan jumlah darah menstruasi, perdarahan terjadi dengan interval yang
tidak teratur, dan jumlah darah menstruasi sangat bervariasi. Pola menstruasi
ini disebut metoragia. Umumnya, hal ini menunjukkan kondisi lokal dalam
uterus.

Anda mungkin juga menyukai