PENDAHULUAN
1 |Dinny ilmiawati
3. Kebijakan dan aktivitas regulasi apa yang dilakukan pemerintah guna meningkatkan
mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Kebijakan dan Regulasi yang dibuat oleh pemerintah guna
meningkatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kebijakan dan regulasi mutu pelayanan kesehatan
2. Untuk mengetahui masalah mutu dalam pelayanan kesehatan
3. Untuk mengetahui standarisasi mutu pelayanan kesehatan
1.4 Manfaat
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin
menambah wawasan dan pengetahun tentang pelayanan kesehatan masyarakat dan program
pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia serta upaya untuk pengembangan pelayanan
kesehatan masyarakat.
2 |Dinny ilmiawati
BAB II
PEMBAHASAN
3 |Dinny ilmiawati
harus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimum. Disisi lain
Rumah Sakit juga menghadapi tantangan dari lingkungan eksternal. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan efisiensi pada berbagai aspek
manajemen antara lain : manajemen pengelolaan keuangan, manajemen kinerja
pelayanan, manajemen SDM, manajemen logistik medis dan nonmedis, manajemen
infrastruktur sampai manajemen aset. Oleh karena itu Rumah Sakit perlu menerapkan
strategi efisiensi yang akan mampu meningkatkan pelayanan tanpa mengurangi kualitas
mutu layanan. Tantangan Rumah Sakit dari internal maupun eksternal yaitu;
Tantangan rumah sakit internal ; Sumber Daya Manusia Kesehatan, Ketersediaan
dan kecukupan (jumlah Rumah Sakit; jumlah tempat tidur; distribusi RS; kemampuan
biaya), Pemenuhan standar (penetapan kelas; akreditasi; Patient Safety), Pembiayaan,
Kecenderungan masyarakat Indonesia untuk berobat ke luar negeri.Tantangan eksternal
rumah sakit;Kepemilikan RS (lembaga bisnis), Sistem Jaminan Sosial Nasional,
Globalisasi (World Class Hospital; kualitas SDM; pembiayaan)
4 |Dinny ilmiawati
2. Adanya kesenjangan antara kebutuhan & permintaan terhadap pelayanan medik
yang tersedia
3. Kesenjangan pelayanan medik antar daerah
4. Kerjasama lintas sektor, lintas program dan lintas unit dalam pembangunan
kesehatan masih belum optimal
5. Mekanisme pasar yang tidak terkendali di kota/kabupaten sebagai dampak negatif
globalisasi dan perubahan yang cepat dari masyarakat
6. Reformasi sistem pelayanan medik yang berazas demokrasi, akuntabilitas dan
transparansi belum tercapai
7. Kurangnya pemberdayaan masyarakat dalam sistem pelayanan medik
8. Desentralisasi manajemen pelayanan kesehatan masih lebih banyak ditentukan
oleh suprasistem di luar Kemenkes
9. Mutu SDM yang kurang profesional
10. Sistem rujukan pelayanan medik yang belum berjalan secara efektif dan efisien
11. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan baik fisik dan
ketenagaan.
12. Meningkatkan utilisasi fasilitas kesehatan, termasuk dengan menjalin kemitraan
dengan masyarakat dan swasta.
13. Meningkatkan pendukung atau penunjang pelayanan kesehatan antara lain dengan
membentuk jaringan laboratorium referensi, jaringan penunjang medik dan lain-
lain.
14. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang dikaitkan dengan struktur pelayanan yang
sesuai dengan kompetensinya, sehingga alur rujukan dari pelayanan primer,
sekunder dan tersier dapat terlaksana sesuai dengan proporsi dan kompetensi
sehingga dapat berdayaguna dan berhasil guna
15. Meningkatkan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang memenuhi
standar bertaraf internasional.
16. Meningkatkan kualitas pelayanan dan praktek kedokteran yang sesuai dengan etika
dan menjaga kepentingan dan perlindungan masyarakat awam dari malpraktek
dokter dan Rumah Sakit yang tidak bertanggung jawab.
17. Meningkatkan kemampuan Rumah Sakit dan Puskesmas dalam mengantisipasi
pencapaian universal coverage, peningkatan mutu p elayanan kesehatan, rehabilitasi
pasca bencana dan peningkatan pelayanan kesehatan di Daerah Tertinggal, Terpencil,
5 |Dinny ilmiawati
Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) serta Penanganan Daerah Bermasalah Kesehatan
(PDBK
18. Peningkatan dan penguatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar antara lain
melalui Revitalisasi Puskesmas, Revitalisasi Posyandu, Dokter Keluarga, dan lain-
lain.
19. Tersedianya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas sehingga
mempercepat pencapaian MDGs.
2.3 Kebijakan dan aktivitas regulasi untuk meningkatkan mutu Pelayanan Kesehatan
di Rumah Sakit
6 |Dinny ilmiawati
lama (konservatisme) 3. Adanya pengaruh sifat pribadi 4. Adanya pengaruh dari
kelompok luar 5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu.
Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan,
pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan
perlindungan terhadap kaum rentan (Gormley, 1999). Kebijakan kesehatan juga peduli
terhadap dampak dari lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter, Ogden
and Pronyk, 1999). Kebijakan kesehatan dapat bertujuan banyak terhadap masyarakat.
Untuk kebanyakan orang kebijakan kesehatan itu hanya peduli kepada konten saja.
Contohnya, pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta atau kebijakan dalam hal
pemantapan pelayanan kesehatan ibu dan anak (Walt, 1994). Kebijakan kesehatan
berpihak pada hal-hal yang dianggap penting dalam suatu institusi dan masyarakat,
bertujuan jangka panjang untuk mencapai sasaran, menyediakan rekomendasi yang
praktis untuk keputusan-keputusan penting (WHO, 2000).
Berikut adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah guna
meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit;
1. UU NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
2. UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
3. UU NO 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
4. PERPRES NO 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL ( RJPMN ) 2010-2014
5. PP NO 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN
6. PP NO 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DAN
PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
7. PERMENKES RI NO 659/MENKES/PER/VIII/2009 TENTANG RS INDONESIA
KELAS DUNIA
8. PERMENKES NO 147/MENKES/PER/I/2010 TENTANG PERIZINAN RUMAH
SAKIT
9. PERMENKES RI NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 TENTANG KLASIFIKASI
RUMAH SAKIT
10. KEPMENKES RI NOMOR 129/MENKES/SK/II/2008 TENTANG STANDAR
PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT
11. PERMENKES NO. 147 TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT
7 |Dinny ilmiawati
2.3.2 Sistem Regulasi Pemerintah
Pemerintah berdasarkan kekuasaan konstitusi UUD 1945 berhak untuk
mengatur dan mengurusi masyarakat dalam hal kepentingan umum. Sehingga dalam
konteks birokrasi harus mampu mewujudkan tujuan Nasional, yaitu : tercapainya
masyarakat maju, mandiri, dan sejahtera. Termasuk Fungsi Pelayanan Kesehatan yang
merupakan tugas birokrasi sebagai alat pemerintahan. Masyarakat tentunya berhak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan secara optimal tanpa memandang status sosial.
Pemerintah mempunyai kewajiban dalam mengendalikan dan menyempurnakan layanan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat dalam bentuk regulasi.
Menurut Selznick, 1985 dalam Noll, 1985, Regulasi adalah pengendalian yang
berkesinambungan dan terfokus yang dilakukan oleh lembaga publik terhadap kegiatan
pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan Regulasi Pelayanan Kesehatan
merupakan upaya publik untuk memberikan pengaruh secara langsung atau tidak
langsung terhadap perilaku dan fungsi organisasi maupun perorangan yang menyediakan
pelayanan kesehatan (Hafez, 1997).
Definisi regulasi menurut Stewart and Walshe (1992) adalah : “the process of
ensuring that standars and legal reuirements are met for spesific service or public
activities, in order to ensure that policies are fulfilled.” Berdaasarkan definisi tersebut,
pengertian regulasi adalah suatu aktivitas publik yang akan dilaksanakan oleh
masyarakat harus memenuhi standar dan aturan sesuai kebijakan yag telah ditetapkan
untuk aktivitas pelayanan.
Secara umum aktifitas regulasi bertujuan untuk mencapai perbaikan mutu yang
berkelanjutan sehingga dapat memberikan pelayanan yang aman kepada masyarakat
(patient/ community safety). Aktifitas regulasi mutu secara umum terdiri dari lisensi,
8 |Dinny ilmiawati
sertifikat dan akreditasi. Lisensi, akreditasi dan sertifikasi adalah tiga cara utama dalam
aktifitas regulasi pelayanan kesehatan. Ketiga istilah tersebut seringkali dianggap sama
artinya dan digunakan secara bergantian sehingga membingungkan.
Definisi istilah lisensi yang komprehensif adalah menurut Rooney & Ostenberg,
1999. Lisensi adalah suatu proses pemberian ijin oleh pemerintah kepada praktisi
individual atau lembaga pelayanan kesehatan untuk melaksanakan atau terlibat dalam
suatu profesi atau pekerjaan. Regulasi lisensi pada umumnya dikembangkan untuk
menjamin bahwa organisasi atau individu tenaga kesehatan tersebut dapat memenuhi
standart minimal untuk melindungi kesehatan dan keselamatan publik. Pemberian lisensi
kepada individu tenaga kesehatan umumnya diberikan setelah adanya ujian tertentu serta
dapat diperbaharui secara periodik melalui pembayaran fee dan atau bukti mengikuti
pengembangan profesi kelanjutan atau bukti kompetensi professional. Pemberian lisensi
kepada lembaga pelayanan kesehatan diberikan setelah kunjungan inspeksi yang
menetapkan apakah telah dipenuhi standar kesehatan dan keselamatan. Monitoring
lisensi merupakan persyaratan yang harus selalu dipenuhi oleh lembaga pelayanan
kesehatan untuk dapat tetap memberikan pelayanan.
Menurut Hafez, 1997, Lisensi merupakan proses pemberian izin secara legal
oleh lembaga yang kompeten biasanya pemerintah kepada individu atau organisasi untuk
menjalankan praktik atau kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Perizinan baik
perizinan sarana kesehatan maupun tenaga kesehatan diatur dalam mekanisme Legislasi
(peraturan perundangan) guna mencegah adanya penyalahgunaan tugas maupun
fungsinya.
Akreditasi adalah suatu proses penilaian dan pengakuan yang dilakukan oleh
badan yang diakui (biasanya non pemerintah ) yang menyatakan bahwa lembaga
pelayanan kesehatan tersebut telah memenuhi standar dan dipublikasikan. Standar
akreditasi dianggap sebagai optimal yang dapat dicapai, serta dirancang untuk selalu
dapat memacu peningkatan mutu pelayanan di lembaga tersebut. Keputusan akreditasi
diputuskan akreditasi diputuskan oleh tim setelah kunjungan periodic. Tim tersebut
terdiri dari pe-reviewer, biasanya setiap 2-3 tahun. Akreditasi seringkali merupakan
9 |Dinny ilmiawati
proses sukarela sehingga lembaga pelayanan dapat memilih untuk berpartisipasi atau
tidak, dan bukan proses yang diwajibkan oleh undang-undang dan peraturan.
Akreditasi adalah proses formal yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang
dan diakui untuk melakukan penilaian pada organisasi yang telah memenuhi standar
yang telah ditetapkan. Seperti lembaga KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit), JCI
(Joint Commission International) dan JCAHO di Amerika, ACHS di Australia. Dalam
UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit wajib melakukan
akreditasi secara berkala minimal tiga tahun sekali, serta dapat dilakukan oleh lembaga
Independen baik dari dalam maupun luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang
berlaku, seperti Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) di Indonesia, JCI dan JCAHO
di Amerika, MSQH di Malaysia, dan ACHS di Australia, sertifikasi ISO 9000 sebetulnya
juga dapat dikategorikan sebagai bentuk akreditasi.
Pada tahun 2012 penilaian Akreditasi Rumah Sakit akan mengacu pada Standar Join
Commision International (JCI), yang dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu :
10 |Dinny ilmiawati
lisensi. Sedangkan sertifikasi pada lembaga diberikan apabila lembaga mmpunyai
tambahan pelayanan yang telah standar dan kedudukannya juga tidak menggantikan
llisensi.
Perbedaan utama antara ketiga istilah tersebut terutama terletak pada prosesnya
(yaitu bersifat sukarela atau wajib) dan standar yang digunakan (yaitu standar minimal
dan optimal). Lisensi bersifat wajib dan menggunakan standar minimal, sedangkan
akreditasi bersifat sukarrela dengan standar optimal serta dilaksanakan oleh organisasi
non pemerintah.
Roa dan Rooney (1999) didalam Utarini dan Jasri (2004) menyajikan dalam
bentuk tabel, seperti dibawah ini;
11 |Dinny ilmiawati
atau kapasitas khusus
Pelaksana Pemerintah dan / Konsil/organisasi Tergantung sistem:
atau lembaga yang profesi Pemerintah atau
ditunjuk LSM
Contoh Lisensi dokter, ATLS/ACLS, Case Akreditasi Rumah
lisensi bidan, lisensi manager Sakit, Akreditasi
dokter gigi; lisensi certification, baby / mother
rumah sakit, apotek, ceertification friendly hospital,
laboratorium, program for akreditasi pelayanan
puskesmas, RB, BP healthcare Quality medik dasar.
Professionals
(CPHQ) ISO 9000
Pelayanan regulasi yang diselenggarakan baik pemerintah maupun badan independen
memberikan jaminan bahwa regulasi tersebut memberikan jaminan untuk masyarakat.
2.3.4 Peran Regulator Pemerintah
Peran Pemerintah mnurut laporan Pembangunan Bank Dunia (1997) berjudul
State in Changing World , peran negara mempunyai 3 tingkatan, yaitu (1) peran minimal;
(2) peran menengah; dan (3) peran sebagai pelaku kegiatan. Pada peran minimal,
pemerintah bertugas untuk menyediakan pelayanan publik murni, misalnya pertahanan,
tata hukum dan perundangan, hak cipta, manajemen ekonomi mikro dan kesehatan
masyarakat. Selain itu peran pemerintah saat ini tidak dapat dipisahkan dari konsep good
governance. Kovner (1995)menyatakan bahwa peran pemerintah ada tiga, yaitu sebagai :
(1) Regulator; (2) Pemberi Biaya; dan (3) Sebagai Pelaksana atau pelaku kegiatan.
Dalam konteks Good Governance peran pemerintah dalam sektor kesehatan
terdapat berbagai lembaga pemerintah yang beroprasi. Peran sebagai pelaksana
dilakukan misalnya oleh Rumah SakitPemerintah Pusat atau daerah. Peran sebagai
pemberi biaya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat atau daerah. Peran sebagai
regulator pelayanan kesehatan dapat dilakukakn oleh Departemen Kesehatan ataupun
Dinas Kesehatan Propinsi dan kabupaten/kota (Trisnantoro, 2004).
Laporan WHO (2000) berjudul Health System Performance membedakan peran
pemerintah sebagai pengarah (stewardship atau oversight ), regulator (yang
melaksanakan kegiatan rregulasi) dan yang diregulasi (pelaku pelayanan kesehatan).
Peran pengaruh mencakup 3 aspek utama yaitu, (1) Menetapkan, melaksanakan dan
12 |Dinny ilmiawati
memantau aturan main dalam sistem kesehatan; (2) Menjamin keseimbangan antar
berbagai key player dalam sektor kesehatan (terutama pembayar, pemyedia pelayanan
dan pasien); dan (3) Menetapkan perencanaan stratejik keseluruhan sistem kesehatan.
Fungsi Stewardship ini dapat dibagi dalam 6 subfungsi, yaitu perancangan
sistem keseluruhan, penilaian kinerja, penetapan prioritas, advokasi intersektoral,
regulasi dan perlindungan konsumen. Tidak seluruh subfungsi ini dapat dilakukan oleh
pemerintah, akan tetapi pemerintah harus menjamin bahwa fungsi tersebut ada,
dilakukan oleh pihak tertentu dan berjalan. Selin itu, regulasi hanya merupakan satu dari
6 subfungsi dalam stewardshi. Tabel dibawah ini menjabarkan lebih lanjut perbedaan
antara peran sebagai pengarah, regulator dan diregulasi (pelaksana), dengan penekanan
pada mutu pelayanan.
Tabel 2.3.2 Perbedaan Peran Pemerintah sebagai lembaga pengarah, regulator
dan pelaksana di bidang mutu pelayanan (Utarini, 2001)
Pemerintah sebagai Pemerintah sebagai Pemerintah
Pengarah Regulator Sebagai
Pelaksana
Peran Menetapkan kebijakan Melakukan Mengelola
untuk lembaga regulator pengawaasan /regulasi institusi
dan lembaga penyedia pelayanan
pelayanan publik
Tujuan Menjamin tercapainya Menjamin bahwa Efisiensi dan
indikator mutu kesehatan lembaga penyedia survival
wilayah dengan menetapkan pelayanan disuatu institusi
kebijakan regulasi mutu wilayah memberikan pelayanan
pelayanan yang publik dengan
bermutu pelayanan
yang bermutu
Unit Analisis Fokus pada wilayah Fokus pada berbagai Fasilitas
jenis fasilitas pelayanan
pelayanan kesehatan kesehatan
modern dan pemerintah,
tradisional, milik terutama
pemerintah dan swasta Puskesmas
13 |Dinny ilmiawati
disuatu wilayah dan Rumah
Sakit.
Konsekuensi Mengembangkan kebijakan Melaksanakan regulasi Swasta
sistem regulasi wilayah mutu penyedia
pelayanan
Persyaratan - Mempunyai sistem - Merupakan Sistem
informasi kesehatan lembaga yang manajemen
publik dan swasta diakui oleh organisasi
yang terintegrasi pemerintah dan yang baik
- Mengembangkan mempunyai
standar institusi dan kredibilitas
standar pelayanan dalam
sesuai kebutuhan melaksanakan
wilayah (optimal) regulasi mutu
- Mempunyai
surveyor-
surveyor yang
handal dan
objektif
14 |Dinny ilmiawati
Indeks kepuasan pelanggan yang disampaikan oleh pelanggan melalui lembaga
independen, kelompok masyarakat, maupun secara langsung kepada sarana pelayanan
kesehatan merupakan mekanisme kontrol yang sangat bermanfaat guna menjamin mutu
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan mencegah adanya
malpraktek yang membahayakan bagi keselamatan pelanggan.
Dengan adanya Regulasi baik berupa Legislasi (peraturan perundang-
undangan), Lisensi / perizinan, akreditasi, maupun sertifikasi dapat menjamin sarana
pelayanan dan tenaga kesehatan mempunyai peran fungsi sesuai kaidah hukum dan
sesuai standar yang berlaku, sehingga bagi pasien rasa aman dan terlindungi secara
hukum merupakan hal yang paling utama, bagi petugas kesehatan tentunya dalam
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar yang berlaku.
15 |Dinny ilmiawati
monopoli pelayanan kesehatan, kelangkaan pelayanan kesehatan tertentu, ataupun
pelayanan yang berlebih (Harding, 2000 dan Kumaranayake et al.,2000). Regulasi terjadi
apabila pemerintah berusaha mengkontrol atau mempengaruhi aktivitas-aktivitas
individu atau lembaga melalui harga, kualitas, kuantitas, dan distribusi. Pandangan
Walshe mengenai regulasi lebih dipengaruhi oleh pendekatan ini. Walshe (2002) melihat
regulasi sebagai suatu usaha secara terus menerus yang dilakukan oleh lembaga publik
untuk mengontrol aktivitas yang brnilai bagi masyarakat. Dalam pandangan ahli
ekonomi, regulasi tersebut dibutuhkan karena adanya kegagalan mekanisme pasar,
dimana regulasi diharapkan dapat mewujudkan apa yang tidak terwujud dalam
mekanisme pasar seperti efisiensi, keadilan, kualitas, ketersediaan, dan sebagainya.
Kedua pendekatan diatas digunakan dalam mengembangkan regulasi pelayanan.
Contohnya dalam hal pendirian apotek. Selain apotek harus memenuhi persyaratan
dalam perijinan apotek, apakah diperlukan pengaturan apotek sehingga aksesibilitasnya
lebih tinggi? Berapa sesungguhnya estimasi jumlah rumah sakit yang diperlukan di DIY?
Apakah hal-hal tersebut diserahkan pada mekanisme pasar (sehingga tidak dibatasi
jumlah dan tidak ada regulasi mengenai lokasi pendirian atau distribusi apotek / rumah
sakit) ataukah diperlukan regulasi yang lebih jelas?
Sasaran regulasi dapat dilihat dengan pendekatan proses produksi pelayanan
kesehatan (input, output,outcome) dimana regulasi input akan mengkontrol tarif
(biaya/gaji) , jumlah, dan mutu SDM, obat, peralatan, bangunan, dan sebagainya.
Regulasi output akan mengkontrol tarif, jumlah dan mutu lembaga pelayanan kesehatan
(organisasi). Kedua macam regulasi inilah yang umumnya berkembang sedangkan
regulasi outcome untuk mewujudkan outcome kesehatan baik dari segi pembiayaan
kesehatan (tarif), kemudah an akses (jumlah) dan status kesehatan masyarakat (mutu)
sangatlah kompleks dan belum berkembang di negara-negara berkembang.
Instrumen regulasi secara umum dapat menggunakan tiga macam kategori,
yakni melalui; hukum (kontrol), insentif, regulasi, insentif, dan tekanan pasar. Instrumen
yang biasa digunakan adalah instrumen kontrol melalui mekanisme hukum yang dapat
berbentuk seperti ; Regulasi harga, kapasitas, market entry dan tingkat pelayanan, anti-
trust dan struktur pasar, mutu pelayanan, dan lisensi lembaga pelayanan. Regulasi yang
lebih kompleks adalah regulasi yang mendesak timbulnya respon positif provider
terhadap insentif (baik insentif Ekonomi maupun non-ekonomi). Di tingkat yang lebih
tinggi lagi terdapat regulasi yang bertujuan untuk merubah struktur pasar sehingga
16 |Dinny ilmiawati
muncul tekanan pasar yang mengarah ke perilaku provider yang dituju. Secara singkat
variabel, sasaran dan instrumemn regulasi dapat dilihat di skema di bawah ini.
17 |Dinny ilmiawati
BAB III
KESIMPULAN
Menurut Depkes RI (2009), Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan , mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Pengertian Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes No. 147 tahun 2010 tentang
Perijinan Rumah Sakit adalah :
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
Beberapa permasalahan mutu pelayanan rumah sakit antara lain : Lemahnya
keterlibatan konsumen /pasien, Pelayanan yang belum sesuai kebutuhan pasien,
Rendahnya perhatian terhadap hak pasien dan keluarga, Fragmentasi sistem, Rendahnya
kompetensi dan motivasi, Rendahnya budaya mutu dan keselamatan pasien dari SDM,
Kesehatan Fasyankes kurang memperhatikan keselamatan, Variasi praktek klinis
Penggunaan antibiotik dan tes diagnostik berlebihan, dll
Untuk upaya peningkatan kesehatan yang telah ada antara lain:
1. Mekanisme perijinan (lisensi) yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan maupun
Dinas Kesehatan seperti perijinan rumah-sakit, ijin praktek mandiri (dokter, bidan),
ijin klinik, ijin apotik dan sebagainya;
2. Mekanisme Sertifikasi seperti rumah-sakit sayang bayi dan ibu, bidan Delima,
sertifikat ACLS/ATLS dan sebagainya;
3. Mekanisme Akreditasi seperti Akreditasi RS, Akreditasi Puskesmas, Akreditasi
laboratorium, Akreditasi RS Pendidikan, Akreditasi Klinik dan lain-lain.
18 |Dinny ilmiawati
DAFTAR PUSTAKA
Massie. G.A Roy, 2009. Proses, Implementasi, Analisis dan Penelitian. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan-Vol.12 No.4 Oktober 2009 ; Jakarta
19 |Dinny ilmiawati