Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM NUTRISI

FORMULASI PAKAN

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
mata kuliah Nutrisi semester genap

Disusun Oleh :

Kelompok 2 / Perikanan C

Dyara Ridwantara 230110140147

Ranti Rahmadina 230110140177

Salma Azka N 230110140

Rezky Hartanto 230110140185

Gusman Maulana 230110140193

Gerry Yosua M 230110140199

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena kami telah
menyelesaikan laporan akhir praktikum Nutrisi Ikan yang berjudul
“Formulasi Pakan”. Tujuan Penulisan laporan ini adalah memenuhi salah satu
tugas laporan akhir praktikum Nutrisi Ikan semester genap tahun akademik 2016-
2017.
Laporan akhir praktikum ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Tim Dosen Mata Kuliah Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran
2. Tim Asisten Praktikum Nutrisi Ikan yang telah membimbing dan
memberikan arahan dalam kegiatan praktikum
3. Kelompok 2 Perikanan C atas kerjasamanya dalam kegiatan praktikum
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan laporan akhir
praktikum ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-sarannya agar
menjadi masukkan yang berguna bagi penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan akhir praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jatinangor, Juni 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Bab Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... vi
I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................1
1.2Tujuan...............................................................................................2
1.3Manfaat .............................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pakan ................................................................................................3
2.1.1Pakan Buatan .................................................................................3
2.2Bahan Baku Pelet .............................................................................4
2.2.1Tepung Ikan ...................................................................................5
2.2.2Tepung Kedelai .............................................................................7
2.2.3Tepung Jagung ..............................................................................8
2.2.4Dedak ............................................................................................9
2.2.5Vitamin ........................................................................................10
2.2.6 MBM (Meat Bone Meal) ............................................................10
2.2.7 Pollard ........................................................................................12
III METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................13
3.2 Alat dan Bahan ..............................................................................13
3.2.1Alat ..............................................................................................13
3.2.2Bahan ...........................................................................................13
3.3 Prosedur .........................................................................................14
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ..............................................................................................15

ii
4.2Pembasahan ....................................................................................16
V KESIMPULAN
5.1Kesimpulan.....................................................................................18
5.2Saran ...............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................19

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Kandungan gizi tepung ikan lokal .................................................... 7


2. Komposisi gizi bungkil kedelai ......................................................... 7
3. Komposisi Tepung Jagung ................................................................ 8
4. Kandungan nutrisi pada dedak .......................................................... 9
5. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum .................................... 13
6. Bahan yang digunakan dalam praktikum ........................................ 13
7. Data pengamatan ............................................................................. 15

iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman

1. Tepung Ikan ..................................................................................... 6


2. Tepung Kedelai ................................................................................ 8
3. Dedak ............................................................................................. 10

v
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Dokumentasi Alat............................................................................. 21
2. Dokumentasi Bahan ......................................................................... 22
3. Dokumentasi Kegiatan ..................................................................... 23

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha
budidaya perikanan. Ketersediaan pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan. Dalam proses budidaya ikan
khususnya pada kegiatan pembesaran, faktor terpenting adalah ketersediaan pakan
dalam jumlah yang cukup. Pakan memberikan kontribusi terbesar yaitu mencapai
60-70% dari total biaya produksi dan pakan tersebut harus mengandung seluruh
nutrien yang diperlukan seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin
serta asam amino esensial dalam jumlah cukup dan seimbang. Kondisi tersebut
sangat dibutuhkan bagi usaha bidang budidaya perikanan termasuk pada budidaya
ikan patin (Kordi, 2009).
Tepung ikan merupakan salah satu komponen penting di dalam formulasi
pakan, karena tepung ikan merupakan sumber protein hewani yang terdapat dalam
pakan ikan. Menurut Mudjiman (2004), sampai saat ini tepung ikan memiliki
kedudukan yang penting dan masih sulit digantikan oleh bahan baku lain, hal ini
dikarenakan tepung ikan memiliki kandungan Essencial Amino Acid (EAA) dan
asam lemak esensial dari kelompok omega-3 Higher Unsaturated Fatty Acid
(HUFA). Di dalam industri pakan ikan pemenuhan tepung ikan masih tergantung
pada produk impor, karena produk di dalam negeri tidak dapat memenuhi
kebutuhan pabrik pakan. Permintaan petani ikan terhadap tepung ikan semakin
meningkat, sedangkan pasokan tepung ikan mengalami penurunan sehingga
menyebabkan harga tepung ikan semakin mahal.
Maka dari itu untuk menekan biaya produksi pakan diperlukan bahan baku
alternatif yang mudah diperoleh, harganya murah dan memiliki kandungan protein
yang tinggi sesuai dengan kebutuhan ikan. Untuk mendapatkan pertumbuhan ikan
yang optimum, perlu ditambahkan pakan tambahan yang berkualitas tinggi, yaitu
pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Nilai gizi pakan ikan pada
umumnya dilihat dari komposisi zat gizinya, seperti kandungan protein, lemak
dan karbohidrat (Sumantadinata, 1983).

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui formulasi
pakan yang baik untuk pakan ikan.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum Pembuatan Pelet ini diharapkan praktikan mampu
mengetahui dan menerapkannya dalam manajemen akuakultur khususnya dalam
bidang nutrisi pakan ikan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan
Pakan adalah makanan / asupan yang diberikan kepada hewan
(peliharaan). Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber
energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup . Zat yang
terpenting dalam pakan adalah protein . Pakan berkualitas adalah pakan yang
kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang .
Fungsi pakan Bagi semua maklukh hidup, pakan mempunyai peranan sangat
penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan
perkembangbiakan . Selain itu, pakan juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu,
misalnya untuk menghasilkan warna dan rasa tertentu. Fungsi lainnya diantaranya
yaitu sebagai pengobatan, reproduksi, perbaikan metabolisme lemak dll . Namun
pemberian pakan berlebih dapat membuat hewan peliharaan menjadi rentan
terhadap penyakit, produktifitasnya pun akan menurun.
2.1.1 Pakan Buatan
Pakan buatan adalah pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan
dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia . Bahan baku yang
digunakan untuk menentukan kualitas pakan buatan harus memenuhi beberapa
syarat diantaranya , bernilai gizi, mudah dicerna, tidak mengandung racun, mudah
diperoleh, dan bukan merupakan kebutuhan pokok manusia . Golongan Pakan
Buatan Pakan buatan dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu pakan
lengkap (complete feed) dan pakan suplemen (suplemental feed). Pakan lengkap
adalah pakan yang diformulasi sedemikian rupa sehingga memiliki semua vitamin
esensial dalam jumlah yang diperlukan oleh ternak. Pakan ini lebih ditujukan
untuk memberikan pertumbuhan normal pada hewan yang tidak mendapatkan
suplai vitamin dari pakan alami. Pakan suplemen adalah pakan yang diformulasi
sedemikian rupa hingga mengandung protein dan energi yang memadai, tetapi

3
mungkin kekurangan mikronutrien tertentu. Keuntungan Pakan Buatan Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan pakan buatan, diantaranya
yaitu, bahan baku pakan dapat berupa limbah industri pertanian, perikanan,
peternakan, dan makanan yang bernilai ekonomi rendah, tetapi masih
mengandung nilai gizi yang cukup tinggi. Pakan buatan juga dapat disimpan
dalam waktu relatif lama, tanpa terjadi perubahan kualitas yang drastis. Dengan
demikian kebutuhan pakan dapat terpenuhi setiap saat. Selain itu pakan buatan
juga dapat mengubah warna dan rasa, contohnya pada ikan.
Pakan buatan merupakan makanan yang dibuat dengan bentuk khusus
sesuai keinginan dan diramu dari berbagai macam bahan. Pakan buatan
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu pakan lengkap ( complete feed ) dan
pakan suplemen ( suplemental feed ).
Pakan lengkap adalah pakan yang diformulasikan sedemikian rupa
sehingga memiliki semua vitamin esensial dalam jumlah yang dibutuhakan oleh
ikan. Pakan ini lebih ditujukan untuk memberikan pertumbuhan normal bagi ikan
yang tidak mendapatkan suplai vitamin dari pakan alami atau ikan yang
dibudidayakan secara intensif. Pakan suplemen adalah pakan yang diformulasi
sedemikian rupa hingga mengandung protein dan energi memadai, tetapi mungkin
kekurangan mikronutrien tertentu. Pakan ini mengandung beberapa vitamin dan
mineral tertentu untuk melengkapi nutrien yang diperoleh ikan dari pakan alami.
Pakan suplemen biasanya digunakan pada pemeliharaan ikan yang masih
mengandalkan pakan alami, seperti alga, zooplankton, serangga, dan lain – lain.

2.2 Bahan Baku Pelet


Bahan baku yang dapat digunakan dalam membuat pakan buatan ada
beberapa macam. Dalam memilih beraneka macam bahan baku tersebut harus
dipertimbangkan beberapa persyaratan. Persyaratan pemilihan bahan baku ini
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu persyaratan teknis dan persyaratan sosial
ekonomis. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih bahan baku
untuk pembuatan pakan buatan adalah mempunyai nilai gizi tinggi, tidak
mengandung racun, sesuai dengan kebiasaan makan ikan, bahan baku yang
4
digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan di alam, hal ini
dapat meningkatkan selera makan dan daya cerna ikan. Seperti diketahui bahwa
berdasarkan kebiasaan makannya jenis pakan dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu herbivor, omnivor dan karnivor. Sedangkan persyaratan sosial ekonomis
yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan
buatan adalah :mudah diperoleh mudah diolah harganya relatif murah bukan
merupakan makanan pokok manusia, sehingga tidak merupakan saingan sedapat
mungkin memanfaatkan limbah industri pertanian (Sunarso, 2008).
Jenis-jenis bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan buatan
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu bahan baku hewani, bahan
baku nabati dan bahan baku limbah industry pertanian. Selain ketiga jenis bahan
baku tersebut untuk melengkapi ramuan dalam pembuatan pakan buatan biasanya
diberikan beberapa bahan tambahan. Jumlah bahan tambahan (feed additive)
yaitu bahan makanan atau suatu zat yang ditambahkan dalam komposisi pakan
untuk meningkatkan kualitas dari pakan (Gusrina, 2008).

2.2.1 Tepung Ikan


Tepung ikan merupakan tepung yang diperoleh dari penggilingan ikan dan
termasuk bahan essensial yang sangat diperlukan untuk campuran pakan ternak
sebagai sumber protein untuk mempercepat pertambahan berat badan. Mutu
tepung ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis dan kesegaran ikan
dan teknik atau cara pengolahannya. Mutu tepung ikan dapat dinilai secara fisik,
kimia, mikrobiologi. Secara fisik, kriteria yang dinilai adalah bentuk dan
keseragaman ukuran partikel tepung. Penilaian secara kimiawi dilakukan dengan
mengukur kandungan protein, lemak, air dan abu. Secara mikrobiologi, tepung
ikan harus terbebas dari bakteri patogen seperti Salmonella dan kapang. Tepung
ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: mempunyai
butiran yang seragam, bebas dari sisa-sisa tulang dan benda-benda asing lainnya.
Berdasarkan The International Association of Fish Meal Manufacture
(Donald et al., 1981) dinyatakan bahwa kualitas tepung ikan dapat dibagi menjadi
empat golongan, sebagai berikut:

5
 Kandungan protein tinggi yaitu mengandung protein lebih dan 680 g/kg dan
kurang dan 90 g
 Kandungan protein reguler yaitu mengandung protein antara 640-679 g/kg dan
kandungan minyak cukup banyak yaitu 130 g/kg.
 Protein regular dengan kandungan minyak rendah yaitu 640-679 g protein/kg
dan kandungan minyak 60 g/kg.
 Protein standar yaitu kandungan protein 600-639 g/kg.

Gambar 1. Tepung Ikan

Tepung ikan yang dipasarkan memiliki protein kasar 65%, tetapi dapat
bervariasi dari 57-70% tergantung pada spesies ikan yang digunakan
(Maigualema dan Gernet, 2003). Menurut Jassim (2010) komposisi kimia tepung
ikan, yaitu protein kasar 60%, kadar air 2,5%, lemak 2,54%, dan kadar abu 1,2%.
Di samping mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, tepung ikan juga
merupakan sumber mineral, misalnya kandungan unsur kalsium yang cukup tinggi
yaitu 80 g/kg, kemudian fosfor 35 g/kg dan juga sejumlah mineral lainnya seperti
magnesium, besi dan iodin. Kemudian tepung ikan juga sebagai sumber vitamin
misalnya vitamin B komplek, khususnya koline, B-12 dan riboflavin (Donald et
al., 1981). Pencampuran tepung ikan ke dalam pakan ternak dilakukan ketika
pemberian pakan pada hewan usia muda, yaitu mempercepat pertumbuhan pada
tahap awal dan tahap akhir sehingga menaikkan berat badan yang biasanya
dicampurkan dalam pakan sekitar 3-10%. Kandungan gizi pada tepung ikan dapat
dilihat pada Tabel 1.

6
Tabel 1. Kandungan gizi tepung ikan lokal
Kandungan Gizi Jumlah

Air % 21.00
Protein % 9.00
Abu % 2.88
Lemak % 4.40
SK % 11.20
Ca % 276.00
P% 704.00
A.P % 1797.00
KH % 280.00
Sumber: Uji tanggal 12 Oktober 2008, FPP UMM

2.2.2 Tepung Kedelai


Selain sebagai bahan pembuat tempe dan tahu, kacang kedele mentah
mengandung “penghambat trypsin” yang harus dihilangkan oleh pemanasan atau
metoda lain, sedangkan bungkil kacang kedelai, merupakan limbah dari proses
pembuatan minyak kedelai. Yang menjadi faktor pembatas pada penggunaan
kedelai ini adalah asam amino metionin. Komposisi Gizi Bungkil Kedelai yaitu :
Tabel 2. Komposisi gizi bungkil kedelai
Nutrisi Kuantitas
Protein kasar 42 – 50 %
Energi metabolis 2825 - 2890 Kkal/kg
Serat kasar 6%

Menurut Papaji (2010), Tepung bungkil kedelai merupakan pakan pakan


sumber protein nabati terbaik dibandingkan sumber lain. Kandungan Protein 41-
45%. Namun, kandungan kalsium ,fosfor .karoten dan vit D –nya Rendah.

7
Gambar 2. Tepung Kedelai
2.2.3 Tepung Jagung
Tepung jagung Tepung jagung, pati jagung, atau tepung maizena adalah
pati yang didapatkan dari endosperma biji jagung. Selain jagung kuning, masih
ada 2 warna lagi, pada jagung (Zea mays), yaitu jagung putih dan jagung merah.
Di antara ketiga warna itu, jagung merah dan jagung putih jarang terlihat di
Indonesia. Jagung kuning merupakan bahan baku ternah dan ikan yang populer
digunakan di Indonesia dan di beberapa negara. Jagung kuning digunakan sebagai
bahan baku penghasil energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein, karena
kadar protein yang rendah (8,9%), seperti yang terlihat pada tabel 1, bahkan
defisien terhadap asam amino penting, terutama lysin dan triptofan. Xantophyll,
dan asam lemak yang baik, jagung kuning tidak diragukan lagi. Asam linoleat
jagung kuning sebesar 1,6%, tertinggi diantara kelompok biji-bijian. Komposisi
Jagung yaitu :
Tabel 3. Komposisi Tepung Jagung
Nutrisi Kuantitas
Bahan kering 75 – 90 %
Serat kasar 2,0 %
Protein kasar 8,9 %
Lemak kasar 3,5 %
Energi gross 3918 Kkal/kg
Niacin 26,3 mg/kg
TDN 82 %
Calcium 0,02 %

8
Fosfor 3000 IU/kg
Vitamin A
Asam Pantotenat 3,9 mg/kg
Riboflavin 1,3 mg/kg
Tiamin 3,6 mg/kg

2.2.4 Dedak
Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi
manusia, sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak mengandung
bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian
penutup beras itu. Hal ini mempengaruhi tinggi-rendahnya kandungan serat kasar
dedak. Tabel 2 berikut menyajikan kualitas nutrisi dedak halus. Kandungan serat
kasar dedak 13,6%, atau 6 kali lebih besar dari pada jagung kuning, merupakan
pembatas, sehingga dedak tidak dapat digunakan berlebihan. Kandungan asam
amino dedak, walaupun lengkap tapi kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan
ikan, demikian pula dengan vitamin dan mineralnya. Kandungan Nutrisi Dedak
yaitu

Tabel 4. Kandungan nutrisi pada dedak


Nutrisi Kuantitas
Bahan kering 91,0 %
Protein kasar 13,5 %
Lemak kasar 0,6 %
Serat kasar 13.0 %
Energi metabolis 1890,0 kal/kg
Calcium 0,1 %
Total Fosfor 1,7 %
Vitamin A
Asam Pantotenat 22,0 mg/kg
Riboflavin 3,0 mg/kg
Tiamin 22,8 mg/kg

9
Makanan tambahan, umumnya berbentuk tepung yang agak kasar. Dedak
halus (bekatul) cocok untuk makanan tambahan. Dedak, selain dapat diberikan
secara langsung, juga digunakan sebagai bahan campuran membuat pakan bagi
ikan. Kandungan gizi dedak halus (bekatul) yang terbanyak adalah karbohidrat
yaitu 28,26% (Kasno, 1990).
Dedak halus (bekatul) menurut Djarijah (1998), sebaiknya dipilih yang
masih segar dan tidak tercampur dengan potongan sekam. Bekatul harus kering
dan tidak kasar. Bila bekatul digenggam, akan terasa lembut (halus) dan
gumpalannya mudah pecah. Kondisi seperti ini berarti bekatul cukup baik untuk
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Tingkat kesegaran bekatul
diketahui dengan mencium baunya. Bekatul segar berbau beras dan tidak berbau
apek atau amoniak yang menyengat.

Gambar 3. Dedak

2.2.5 Vitamin
Vita Chicks adalah serbuk larut air berwarna coklat muda dengan
kandungan multivitamin dikombinasikan dengan growth promoter antibiotic
untuk meningkatkan pertumbuhan anak ayam. Fungsi penggunaan vita chicks
dalam pembuatan paka emulsi ini sebagai suplemen atau sumber vitamin dalam
formulasi pakan.

2.2.6 MBM (Meat Bone Meal)


Meat Bone Meal (MBM) atau tepung daging dan tulang adalah produk
olahan pakan ternak, dengan komposisi sekitar 50% protein, 35% abu, 8 – 12 %

10
lemak, dengan kelembaban 4 – 7 %. Pengolahan ini, dilakukan untuk
meningkatkan stabilitas dan nilai kandungan bahan pakan, yang diambil dari
limbah jaringan tubuh ruminansia. Profil utama dari Meat Bone Meal adalah
tingkat asam amino yang lebih tinggi sebagai pakan ternak. Di Amerika
sendiri, Meat and Bone Meal digunakan secara luas untuk pakan hewan
peliharaan yang terjangkau harganya.
Meskipun diperoleh dengan daur ulang dan dihaluskan dari limbah
ruminansia, Meat and Bone Meal tidak diolah dari tanduk, rambut, kulit, kotoran,
dan isi perut. Kandungan kalsium dari Meat and Bone Meal tidak boleh melebihi
2,2 kali lipat dari kandungan fosfornya. Kandungan kalsium dalam Meat and
Bone Meal yang lebih tinggi dari ini menunjukkan bahwa ada tambahan bahan
lain yang ditambahkan ketika proses pengolahan Meat and Bone Meal selain dari
tulang, untuk menambahkan kalsiumnya.
Kandungan protein dalam Meat Bone Meal terdegradasi relatif lambat
dalam perut ternak.Oleh karenanya, Meat and Bone Meal bisa diberikan kepada
ternak sebagai sumber protein. Meat and Bone Meal juga bisa dimasukkan dalam
campuran gilingan dengan komposisi 5% dari campuran, atau diberikan kepada
ternak sebanyak 1 ½ pond (0.68) untuk satu ekor ternak perharinya. Namun Meat
and Bone Meal harus secara perlahan diberikan kepada ternak, tidak bisa
diberikan secara langsung kepada ternak yang sebelumnya tidak
mengkonsumsi Meat and Bone Meal, dan membutuhkan penyesuaian secara
bertahap.
Meskipun penggunaan Meat Bone Meal di Indonesia belum begitu
populer, namun Nestle sebagai perusahaan ternak terkemuka, menyatakan
bahwa Meat and Bone Meal merupakan bahan baku ternak sampingan selain
jagung yang sudah diketahui merupakan penyumbang 50% komposisi pakan
ternak, dan 35%-nya lagi dari bungkil kedelai. Masih ditemukan berbagai upaya
untuk mengimpor Meat and Bone Meal secara ilegal, karena ketatnya pengawasan
pemerintah dalam impor pakan ternak jenis ini, proses impor tersebut tidak bisa
dilakukan dengan mudah dan harus melalui tahapan yang jelas.

11
2.2.7 Pollard
Pollard merupakan limbah dari penggilingan gandm menjadi terigu.
Angka konversi pollard dari bahan baku sekitar 25-26%. Pollard merupakan
pakan yang popular dan penting pada pakan ternak karena palatabilitasnya cukup
tinggi. Pollard tidak mempunyai antinutrisi, tetapi penggunaan pollardperlu
dibatasi mengingat adanya sifat pencahar yang ada pada pollard. Karena adanya
sifat pencahar tersebut, maka pollard akan bernilai sangat baik apabila diberikan
ada ternak-ternak dara.
Secara kualitatif kualitas pollard dapat diuji dengan menggunakan uji bulk
density ataupun uji apung. Bulk density pollard adalah 208,7 g/l. Bulk density
yang besar atau lebih kecil dapat berarti adanya kontaminasi atau pemalsuan.
Makin banyak pollard yang mengapung, makin banyak sekam yang terdapat pada
pollard tersebut. uji flouroglucinol dapat dipakai untuk menguji sekam pollard.
Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai
untuk mengetahui kualitas pollard yang baik.
Pollard merupakan salah satu pakan ternak yang popular dan nilai
produksi yang dihasilkan nampaknya lebih besar daripada yang diperkirakan dari
kandungan protein dan kecernaan nilai zat makanannya. Pemberian pollard
biasanya dicampur dengan butiran dan dengan pakan yang kaya akan protein
seperti bungkil-bungkilan. Pollard mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai
lebih dari seperempat bagian konsentrat.
Kualitas protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi lebih rendah
daripada kualitas protein bungkil kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya
akan phosphor (P), feerum (Fe) tetapi miskin akan kalsium (Ca). Pollard
mengandung 1,2 9% P, tetapi hanya mengandung 0,13% Ca. bagian terbesar dari
P ada dalam bentuk phitin phosphor. Polaard tidak mengandung vitamin A atau
vitamin, tetapi kaya akan niacin dan thiamin.

12
BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan pakan bentuk roti kukus ini dilaksanakan pada hari
Jumat 26 Mei 2017 pukul 08.00 – 10.00 WIB yang bertempat di Laboraturium
Fisiologi Hewan Air (FHA), Gedung Dekanat II Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Tabel 5. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
Nama Alat Fungsi
Baskom Sebagai wadah percampuran bahan baku pelet
Kompor Untuk memanaskan air
Saringan Untuk memisahkan bahan yang kasar
Sendok Plastik Untuk mengambil bahan dan mengaduk bahan
Timbangan digital Untuk menimbang massa bahan
Nampan Untuk wadah menaruh bahan
Mesin pembentuk pelet Untuk membentuk pelet
Label Untuk memberi tanda
Plastik Untuk mewadahi bahan
Tampah Untuk wadah menaruh hasil pembuatan pelet
Ayakan Untuk mengayak bahan baku
Alat Pemutar Untuk memutar bahan baku pelet

3.2.2 Bahan
Tabel 6. Bahan yang digunakan dalam praktikum
Nama Bahan Fungsi
Tepung Ikan Sebagai bahan uji yang mengandung protein
Tepung Jagung Sebagai bahan uji yang mengandung karbohidrat
Tepung Kedelai Sebagai bahan uji yang mengandung protein
Sebagai bahan uji yang mengandung protein dan
Pollard
karbohidrat
Sebagai bahan uji yang mengandung lemak kasar
Dedak
dan karbohidrat
Sebagai bahan uji yang mengandung mineral dan
Vitamin
vitamin
Air Sebagai bahan uji

13
14

3.3 Prosedur
1. Menghaluskan bahan baku
 Diayak bahan baku agar ukurannya seragam
 Bahan baku yang tertahan dapat dihaluskan kembali menggunakan mesin
terapung
 Simpan dalam wadah plastic

2. Menimbang Bahan Baku


 Sesuaikan dengan perhitungan terlebih dahulu dalam lembar informasi
 Dihitung bahan baku yang digunakan
 Simpan di wadah plastic

3. Pencampuran Bahan Baku


 Dicampurkan bahan sedikit demi sedikit kemudian di ayak

4. Pencetakan Pakan
 Ditambahkan bahan perekat agar tekstur kompak dan memiliki ketahanan
dalam air untuk tahan beberapa lama

5. Pengeringan Pakan
 Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari dan dilakukan
pembalikan 2 jam sekali
15

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil
pengamatan pembuatan pelet yang dibuat oleh kelompok 9 yang dapat dilihat
pada Tabel berikut.

Tabel 7. Data pengamatan


No. Karakteristik Hasil Pengamatan
1 Warna Pakan berwarna coklat keabuan
2 Tekstur Pakan memiliki tekstur keras dan kasar
3 Aroma Pakan memiliki aroma khas tepung ikan, kedelai dan
dedak
4 Bentuk Pakan memiliki bentuk silinder
5 Ukuran Pakan memiliki ukuran 1-2 cm

A. Hasil Rendemen
1. Tepung Ikan
14,8
x 100% :3 = 12,2 %
40,5

2. Tepung Kedelai
14,8
x 100% :3 = 12,2 %
40,5

3. MBM
14,8
x 100% :3 = 12,2 %
40,5

4. Tepung Jagung
25,7
x 100% :3 = 21,2%
40,5

5. Dedak
25,7
x 100% :3 = 21,2%
40,5

6. Pollard
25,7
x 100% :3 = 21,2%
40,5
16

4.2 Pembasahan
Hasil dari praktikum formulasi pakan dengan menggunakan bahan-bahan
seperti tepung ikan, tepung sagu, air, dedak, tepung kedelai, tepung jagung, polar,
MBM, minyak jagung dan mineral. Setelah dilakukan uji perhitungan dengan
menggunakan metode persons square, cara kerjanya adalah menentukan
proteinnya dengan memisahkan protein basal dan suplemen dengan kandungan
protein 27 %, penggunaan metode persens square dalam praktikum lebih efektif
digunakan pada pakan ternak metode yang pertama kali dibuat oleh ahli pakan
ternak dalam menyusun pakan ternak yang bernama Pearsons (gusrina 2003).
Metode ini ternyata dapat diadaptasi oleh para ahli pakan ikan dan digunakan
untuk menyusun formulasi pakan ikan. Sehingga dengan menggunakan metode
tersebut, didapatkan komposisi pakan yaitu Tepung ikan, tepung kedelai, dam
MBM sebanyak 12,2 gr, Tepung jagung, dedak dan polar sebanyak 21,2 gram dan
binder yaitu tepung sagu sebnyak 5 gr.
Berdasarkan hasil formulasi tersebut diperoleh karakteristik pakan yang
berwarna coklat keabuan, tekstur yang keras dan kasar, aroma khas tepung ikan,
kedelai dan dedak. Selain itu pakan tersebut memiliki bentuk silinder dan ukuran
yang berkisar antara 1-2 cm. Warna coklat keabuan pada pakan tersebut berasal
dari warna dedak yang dominan serta bahan-bahan pakan lainnya. Tekstur yang
kasar disebabkan oleh kurang sempurnanya hasil pakan tersebut yang
mengakibatkan tekstur menjadi kasar dan bentuk yang kurang seragam. Hasil
bentuk berupa silinder merupakan hasil dari alat pencetak pakan yang digunakan
sehingga bentuk pakan sesuai dengan alat yang digunakan, dan ukuran pun dapat
disesuaikan sesuai keinginan.
Pertumbuhan yang maksimal pada ikan merupakan tujuan utama dari
formulasi pakan, pakan yang mengandung nilai gizi yang tinggi dibutuhkan ikan
untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Adonan yang baik adalah adonan
yang tidak banyak mengandung air, tetapi juga tidak terlalu kering, ketika pellet
sudah dapat dibentuk menggunakan tangan, maka pellet tidak perlu ditambahkan
air kembali. Saat pencetakan adonan harus ditekan dari atas supaya hasilnya dapat
padat. Pellet yang baik teksturnya akan padat dan tidak pecah-pecah. Untuk
17

mendapatkan hal seperti itu maka penggilingan dapat dilakukan sebanyak 2-3
kali. Sambil digiling pellet dipotong sesuai dengan ukuran yang pas yaitu sekita 1-
2 cm. Setelah itu, pellet dijemur di terik matahari hingga kering dan keras.
Pengeringan yang dilakukan tidak sempurna dapat mengakibatkan bau tengik dan
jamur tumbuh pada pakan ikan sehingga hasil yang didapat buruk dan dapat
membahayakan ikan itu sendiri.
18

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa
pada pakan pelet memiliki karakteristik berupa warna coklat keabuan, bentuk
yang silinder, tekstur keras padat dan aroma khas tepung ikan, kedelai dan dedak.

5.2 Saran
Formulasi pakan pada ikan harus dibuat seoptimal mungkin dan
meminimalisir kesalahan agar hasil yang didapat maksimal, sehingga
pertumbuhan ikan menjadi optimal dan cepat.
19

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto Eddy, Liviawaty E. 2002. Pakan Ikan Dan Perkembangannya. Jakarta:
Kanisius.

Afrianto Eddy, Liviawaty E. 2002.Pemeliharaan Kepiting. Jakarta: Kanisius.

Anggorodi. R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University


Press. Jogjakarta.

Azhari. 2003.Jakarta city tour: tragedi, ironi, dan teror. Jakarta: AgroMedia.

Djarijah S., 1998. Membuat Pellet Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.Khairuman, Amri K. 2003. Pembenihan & Pembesaran
Gurami secara Intensif (ed. Revisi). Jakarta: AgroMedia.

Kasno, S., 1990. Memelihara Ikan Bersama Udang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murtidjo. B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Patrick dan schaible. 1980. Silase Technology, A trainer Manual. PODF for The
Asia and The Pasific. Inc. 15-24.

Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan Pemeliharaan di


Indonesia. P.T. Sastra Hudaya. Cetakan 2.

Yuningsih. 2002. Kualitas Tepung Ikan Sebagai Campuran Pakan Unggas Dan
Gambaran Toksisitasnya. Balai Penelitian Veteriner, P. O. Box 52,
Bogor. Wartazoa Vol. 12 No. 3
20

LAMPIRAN
21

Lampiran 1. Dokumentasi Alat

Centong Sendok

Baskom Timbangan

Saringan Kertas label


22

Lampiran 2. Dokumentasi Bahan

Tepung Jagung Tepung Sagu

Tepung Kedelai Tepung Ikan

Dedak
23

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan

Pencampuran Bahan Proses pengadukan

Anda mungkin juga menyukai