I. PENDAHULUAN
selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
industri dan penghasil O2. Karet menempati posisi kedua dalam produksi dan
karet selama 5 tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan dari 1,99 juta
ton pada tahun 2009 menjadi 2,70 juta ton pada tahun 2013. Berdasarkan
jumlah tersebut nilai ekspor karet selama lima tahun terakhir sebesar US$
3,24 milyar pada tahun 2009 dan meningkat menjadi US$ 6,90 milyar pada
Selama tahun 2008 hingga tahun 2012, jumlah petani dan tenaga kerja yang
peningkatan. Pada tahun 2008 terdapat 2,2 juta jiwa petani dan tenaga kerja
yang ikut terlibat dalam pengusahaan perkebunan karet. Pada tahun 2012
seluruh bagian tanaman karet dapat dijadikan berbagai bahan dan barang
yang bernilai ekonomis. Bagian tersebut meliputi getah, kayu, dan biji.
Diversifikasi produk berbahan baku getah, kayu, dan biji karet sangat
konsumen. Ditinjau dari sektor utama saat ini, karet memberikan kontribusi
yang terbuat dari karet contohnya seperti minyak cat, resin, pelumas, filler
Tanaman karet yang sudah tidak menghasilkan lagi tetap dapat dimanfaatkan
maupun untuk kayu bakar. Kayu karet yang sudah berumur 20-30 tahun
sheet (RSS). Ditinjau dari sifat alaminya, kayu karet dapat dijadikan sebagai
barang substitusi dengan kayu rami, agathis, meranti putih, dan pinus
CO2 dan penghasil O2, serta memberi fungsi orologis bagi wilayah di
3
batang. Kandungan karbon (C) pada tanah di perkebunan karet yang tinggi
maupun karet sintetis. Pada kuartal kedua tahun 2014, konsumsi karet alam
dunia mengalami peningkatan 4,2% atau sebesar 13,9 juta ton. Konsumsi
negara industri seperti China dan Amerika (Pusat Penelitian Karet, 2014).
yang terbesar di dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand seluas 2,6
juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar. Meski pun memiliki lahan terluas,
produksi karet Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau di bawah produksi
Thailand yang mencapai 3,1 juta ton, sedangkan produksi karet Malaysia
3.4
3.1
2.6
2.4
0.951 1.02
Gambar 1. Diagram luas areal dan produksi karet Thailand, Indonesia, dan
Malaysia pada tahun 2009
Pada tahun 2014, produktivitas karet tertinggi dihasilkan oleh India yaitu 1,8
ton/ha dan Thailand 1,79 ton/ha. Vietnam yang baru saja mengembangkan
Lanka menghasilkan 1,55 ton/ha dan Cina 1,16 ton/ha. Produktivitas tanaman
karet milik petani di Malaysia mencapai 1,5 ton/ha, sedangkan Indonesia hanya
perkebunan milik negara 8,2 % dan perkebunan milik swasta 6,31 %. Namun
swasta sebesar 1.989,81 kg/ha (data luas lahan, persentase luas lahan, dan
2,455.45
1,989.81
1,411.76
981.32
8.2 235 189.03 85.49
6.31
PBN PBS PR
Perkebunan, 2013).
Luasan areal perkebunan karet di Provinsi Lampung tahun 2008 - 2012 terus
tahun 2011 turun menjadi 70.188 ton.. Apabila jumlah komposisi luas areal
rendah (data luas lahan, produksi, dan produktivitas karet dapat dilihat pada
Tabel 1).
kualitas bibit yang rendah, pemanfaatan lahan kebun yang tidak optimal, dan
sampai 30 tahun. Oleh karena itu, persiapan bibit harus dilaksanakan dengan
2013).
direkomendasikan. Areal perkebunan karet rakyat yang tua atau rusak cukup
Bibit karet unggul merupakan sarana yang dibutuhkan dalam sub sistem
hulu dari sistem agribisnis karet. Sistem agribisnis karet terdiri dari empat
sistem yaitu sub sistem hulu terdiri dari bibit karet unggul, pupuk, pestisida,
koagulan lateks, dan lain-lain; sub sistem usaha perkebunan karet (on farm);
(Pustaka Dunia, 2014). Bibit karet unggul sebagai salah satu sarana yang
Potensi produksi dari klon karet anjuran yang merupakan hasil pengujian
tahun dapat menghasilkan lebih dari 30 ton karet kering per hektar dengan
rata-rata produksi per tahun mencapai 2 ton karet kering per hektar (Siregar
Indonesia sebesar 3-4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi
tersebut hanya dapat dicapai apabila areal perkebunan karet rakyat yang saat
proyeksi luas lahan untuk perkebunan karet di Provinsi Lampung pada tahun
2025 mencapai 82.547 hektar. Hal ini akan menyebabkan kebutuhan bibit
karet terus meningkat untuk membangun kebun karet. Kebutuhan bibit karet
per hektar mencapai 490-500 batang, tergantung jarak tanam yang digunakan.
Berdasarkan asumsi tersebut maka hingga tahun 2025 kebutuhan bibit karet
adalah 45.400.850 batang. Namun demikian, produksi bibit karet unggul pada
tahun 2013 hanya sebesar 1.900.400 batang (terlampir). Produksi bibit karet
yang belum mampu memenuhi permintaan pasar yang tinggi pada saat musim
tanam menimbulkan peluang yang terbuka lebar bagi petani bibit karet karet
karet unggul di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah salah satu usaha
9
Barat dipengaruhi oleh besarnya produksi bibit karet, biaya produksi, dan
harga jual bibit karet. Selama ini belum diketahui berapa besar manfaat usaha
mengevaluasi besarnya manfaat yang diterima petani bibit karet selama usaha
berjalan.
sentra perkebunan karet di Provinsi Lampung (Tabel 3). Daerah ini cukup
Pada tahun 2013 jumlah usaha pembibitan karet unggul di Kabupaten Tulang
unggul belum diusahakan dalam skala luas oleh petani bibit karet karena
investasi awal yang cukup besar dan waktu pembibitan karet yang cukup
lama antara 1-2 tahun, sehingga banyak tenaga kerja yang terlibat dan biaya
Secara umum, harga minimum bibit karet per batang dipengaruhi oleh harga
karet per kilogram. Semakin rendah harga karet maka semakin rendah harga
bibit karet. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan usaha karena jika
harga terus turun penerimaan petani bibit akan menurun pula dan bukan tidak
mungkin akan mengalami kerugian. Selain itu dari segi harga, bibit karet
unggul bersaing dengan bibit karet asalan. Bibit karet unggul dijual dengan
berbeda dengan harga bibit karet asalan yang hanya Rp 3.000,00 hingga Rp
Saat ini permintaan bibit karet unggul di dalam kabupaten sudah mulai
petani bibit belum tergabung dalam kelompok tani. Belum ada bantuan
maupun pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas Perkebunan dan lembaga
lainnya baik untuk pasar di dalam provinsi maupun untuk pasar di luar
provinsi.
Selain itu faktor cuaca juga berpengaruh terhadap usaha. Cuaca yang tidak
daun pada bibit karet unggul. Usaha pembibitan karet unggul di Kabupaten
Tulang Bawang Barat telah lama berjalan (sejak tahun 1990-an), namun
Dari uraian diatas , maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Analisis
B. Tujuan Penelitian
bertujuan untuk:
C. Kegunaan Penelitian
calon petani bibit karet yang akan memulai usaha pembibitan karet.