Anda di halaman 1dari 20

RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK

Apa rangkaian arus Bolak-balik ?


Yaitu rangkaian listrik yang dihubungkan dengan arus AC-arus Bolak Balik- Dalam pembahasan
berikut hanya menggunkan komponen Hambatan (R), Induktor (L) dan Capasitor (C). Ternyata setiap
komponen memiliki karakteristik berbeda beda jika dirangkai dalam arus bolak balik.
Apa kegunaan mempelajari rangkain arus Bolak Balik.
Mungkin nada pernah mendengar peralatan penghemat listrik di pasaran seperti ini misalnya

didalamya ada rangkain RLC


Dalam kehidupan sehari hari, Radio dirumah kita menerima siaran radio dari pemancar karena jasa
rangkain penala yang terdiri dari Induktor dan Capasiotor. Peralatan TV, Radio dan komputer rumah
kita mendapatkan catu daya searah dengan perataan menggunakan rangkaian Kapasitor.

Resistor Pada Rangkaian Arus Bolak-Balik (R)

Rangkaian resistif adalah rangkaian yang hanya mengandung hambatan (R) saja. Perhatikan gambar
berikut.

Pada rangkaian ini V dan i memiliki fase yang sama, artinya i dan V mencapai harga 0 dan
maksimum bersama-sama.
Diagram fasor pada rangkaian resistif ditunjukkan pada gambar diatas.

Besarnya kuat arus yang melalui hambatan dapat dinyatakan dari hukum Ohm yaitu :

Jika maka I= Imax sin ωt

Induktor Pada Rangkaian Arus Bolak-Balik (L)

Rangkaian induktif adalah rangkaian yang hanya terdiri atas induktor (kumparan) dengan
mengabaikan hambatan pada kawat kumparan. Bagan rangkaian induktif ditunjukkan pada gambar
berikut.

Besarnya tegangan pada ujung-ujung induktor sama dengan


tegangan sumber, sehingga berlaku :
VL = V = Vmax sin ωt

IL = sin (ωt – )

jika sin (ωt – )=±1 maka = Imax

IL = Imax sin (ωt – ) atau IL = Imax sin (ωt – 90o)


Apabila kita lihat antara persamaan IL (kuat arus dalam induktor) dengan V (tegangan sumber) terlihat

bahwa arus listrik dengan tegangan listrik terjadi selisih sudut fase sebesar 90 o atau di mana kuat
arus ketinggalan terhadap tegangan dengan selisih sudut fase 90 o.

Perbedaan fase antara kuat arus dan tegangan pada induktor dapat digambarkan dengan diagram
fasor sebagai berikut :

Apabila kita perhatikan persamaan = Imax identik dengan I = pada hukum Ohm, di
mana ωL merupakan suatu hambatan yang disebut dengan reaktansi induktif yang diberi
lambang XL yang besarnya dinyatakan :

XL = ωL = 2πƒL

di mana :

XL = reaktansi induktif (Ohm = Ω)


L = induktansi diri induktor (Henry = H)
ω = anguler/sudut (rad/s)
f = frekuensi linier (Hertz = Hz)

Dalam rangkaian induktor jika I menyatakan kuat arus yang mengalir pada induktor, XLmenyatakan
reaktansi induktif, Vmax menyatakan tegangan maksimum, dan Vef menyatakan tegangan efektif
tegangan sumber arus AC berlaku hubungan :
Kapasitor Pada Rangkaian Arus Bolak-Balik (C)
Dalam suatu rangkaian arus AC yang terdiri atas kapasitor mempunyai sifat bahwa antara tegangan
dan arus memiliki beda fase, di mana arus mendahului tegangan dengan beda sudut

fase sebesar 90o atau .

Rangkaian kapasitor dengan sumber tegangan AC.

Besarnya kuat arus listrik yang mengalir dalam kapasitor dapat dinyatakan dengan laju perpindahan
muatan listrik pada keping kapasitor tersebut yang dinyatakan :

I= di mana q = CV, sehingga

I= = CVmax = cos ωt = CVmax cos ωt

Di mana cos ωt = sin (ωt + 90o) = sin (ωt + )

Maka I = wC Vmax sin (ωt + )= sin (ωt + )

Jika sin (ωt + ) = ± 1 maka Imax = . Hal ini identik dengan hukum Ohm bahwa I = . Di

mana identik dengan sebuah hambatan yang disebut dengan reaktansi kapasitif yang
dilambangkan XC yang besarnya dinyatakan :

di mana :

XC = reaktansi induktif (Ohm = Ω)


C = kapasitas kapasitor (Farad = F)
ω = frekuensi anguler/sudut (rad/s)
f = frekuensi linier (Hertz = Hz)
Dalam rangkaian kapasitor pada arus AC mempunyai sifat bahwa arus mendahului tegangan dengan

beda sudut fase sebesar 90o atau dan berlaku hubungan :

Imax =

Grafik arus dan tegangan serta diagram fasor kapasitor pada rangkaian arus bolak-balik

TEOREMA MESH

A. Pengertian

Teorema Mesh merupakan suatu perhitungan pada rangkaian listrik dengan


menggunakan alur loop dengan jumlah sesuai dengan rangkaian. Teori ini digunakan untuk
mencari nilai arus yang bekerja pada setiap tahanan atau pada percabangan rangkaian.

Aturan-aturan dalam Teorema Mesh hampir sama dengan Hukum Kirchhoff, yaitu
dengan menggunakan pembagian arus pada titik-titik percabangan. Akan tetapi, pada teori ini
menggunakan suatu persamaan-persamaan matematika pada masing-masing loop.

Untuk lebih jelas tentang rangkaian yang menggunakan Teorema Mesh, dapat dilihat di
bawah ini.

Penyederhanaan Arus Bolak-balik

Theorema Arus Mesh

Yang membedakan dari Simbol :


Note:

 Biasanya yang
dicari adalah
Arus/Tegangan
 Tidak pernah
ditanya Z, karena Z
nya sudah
diketahui.

Cara penyelesaian :

1.) Tentukan arah arus pada masing – masing loop, putaran arus sebaiknya searah jarum
jam.
2.) Tentukan persamaan tegangan masing – masing loop.
3.)

Persamaan loop 1 :

ΣV = 0

VA-I1.Z1-I1.Z3+I2.Z3= 0

Persamaan loop 2 :

ΣV = 0

-VB+ I1.Z3-I2.(Z2+Z3) = 0

Contoh Soal :

1.)
Dari jaringan diatas ini

Diketahui :

Z1 = +j2, Z2 = -j, Z3 = 4

VA = 2∠ 0º, VB = 6 ∠ 0º

Ditanya :

Tentukan besar arus yang mengalir disetiap loop?

Jawab :

VA= 2 ∠ 0º

= 2 + j0

Z1= j2 = 0º + j2

= 2 ∠ 90º

Z2= 2 + j3 Z = √22 + 32

= √13∠ θº
3
= arc tg2

Penyelesaian :

1.) Tentukan arah arus pada masing – masing loop.


2.) Tentukan persamaan tegangan masing – masing loop.
Loop 1
ΣV = 0

VA-I1.Z1-I1.Z3+I2.Z3= 0

2 ∠ 0º - I1.2j-I1(4)+I2(4) = 0

2 ∠ 0º – (4+2j)I1+ 4I2= 0

2 ∠ 0º = (4+2j)I1- 4I2

Loop 2

ΣV = 0

-VB+ I1.Z3-I2.(Z2+Z3) = 0

-6 ∠ 0º + I1.(4) -I2.(-j + 4) = 0

-6 ∠ 0º + 4I1- (4 - j)I2= 0
-6 ∠ 0º = -4I1+ (4 - j)I2

3.) Matriks

4 + 2𝑗 −4 𝐼1 2∠0°
[ ][ ] = [ ]
−4 4 − 𝑗 𝐼2 −6∠0°

2+𝑗0 −4
[ ] 2 (4−𝑗)−(−6)(−4) −16−2𝑗 −16−2𝑗
−6+𝑗0 4−𝑗
I1= 4+2𝑗 −4 = (4+2𝑗)+(4−𝑗)−16 = =
[ ] 4𝑗−2𝑗² 2+4𝑗
−4 4−𝑗

16,1 ∠ −172,87°
I1= = 3,61∠ - 236, 30º atau 3,61º ∠ 123, 70º
4,47 ∠ 63,43°

4+2𝑗 2+𝑗0
[ ] (4+2𝑗)(−6)−(−4)(2) −24−125+8 −16−12𝑗
−4 −6+𝑗0
I2 = 4+2𝑗 −4 = = = =
[ ] (4+2𝑗)+(4−𝑗)−16 16−2𝑗 2 +8𝑗−4𝑗−16 4𝑗−2𝑗 2
−4 4−𝑗

−16−12𝑗 20∠36,86
= = 4,447∠-26,574
2+4𝑗 4,47∠63,434

PENYELESAIAN PERSAMAAN DENGAN


CARA DETERMINAN

A. Unsur-Unsur Matriks

1. Pengertian

Matriks adalah kumpulan angka-angka yang tersusun dalam bentuk persegi panjang.
Matriks dinyatakan dalam suatu baris dan kolom dengan angka-angka tertentu. Misalnya
matriks A di bawah ini.

a a1.2 
A   1.1
a 2.1 a 2.2 

2. Ketentuan Matriks

Sebuah matriks memiliki beberapa ketentuan di dalamnya, berupa:

a. Nama dari suaru matriks biasanya dilambangkan dengan menggunakan huruf kapital,
seperti matriks A, B, C, …, X, dan sebagainya.

b. Jika suatu matriks mempunyai m baris dan n kolom, maka matriks tersebut dikatakan
mempunyai ordo m × n.

c. Baris pada suatu matriks adalah susunan bilangan yang disusun secara mendatar atau
horizontal.

d. Kolom pada suatu matriks adalah susunan bilangan yang disusun secara tegak atau
vertikal.

e. Elemen adalah suatu bilangan, baik real maupun kompleks, yang merupakan unsur yang
menyusun suatu matriks. Elemen yang terletak pada baris kedua, kolom pertama
disimbolkan dengan a2,1.

Berikut penggamabaran baris, kolom, dan elemen pada suatu matriks A berordo 3 × 3.
 a1.1 a1.2 a1.3 
A  a 2.1  Baris
a 2.2 a 2.3 
a3.1 a3.2 a3.3 

Gambar 4.1Ketentuaan sebuah matriks

Sumber: Dokumen penulis

Elemen Kolom

B. Determinan

1. Pengertian

Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang menghubungkan suatu bilangan real
dengan suatu matriks bujursangkar. Determinan ini terdiri dari baris dan kolom.

2. Pengoperasian Determinan

a. Matriks 2 × 2

Diketahui sebuah matriks berordo 2 × 2 di bawah ini. Dengan jumlah 2 baris dan
2 kolom, mempunyai 4 elemen di dalamnya.

a a1.2 
A   1.1
a 2.1 a 2.2 
Maka, dapat dicari nilai determinan A atau ΔA:

ΔA = a1.1.a2.2 – a1.2.a2.1

b. Matriks 3 × 3

Diketahui sebuah matriks berordo 3 × 3 di bawah ini. Dengan jumlah 3 baris dan
3 kolom, mempunyai 9 elemen di dalamnya

 a1.1 a1.2 a1.3 


A  a 2.1 a 2.2 a 2.3 
a3.1 a3.2 a3.3 

Maka, penyelesaian pada matriks tersebut adalah:

 a1.1 a1.2 a1.3  a1.1 a1.2


A  a 2.1 a 2.2 a 2.3  a 2.1 a 2.2
a3.1 a3.2 a3.3  a3.1 a 2.3

ΔA = a1.1 .a2.2 .a3.3   a1.2 .a2.3 .a3.1   a1.3 .a2.1 .a2.3 

 a3.1 .a2.2 .a1.3   a3.2 .a2.3 .a1.1   a3.3 .a2.1 .a1.2 

3. Minor

Minor dari elemen (a2.3) dari determinan orde n disimbolkan dengan (M2,3),
merupakan suatu determinan yang ordenya . Minor elemen M2,3 dari matriks A

adalah:
 a1.1 a1.2 a1.3 
M 2.3  a 2.1 a 2.2 a 2.3  M2.3 artinya baris ke-2 dan kolom ke-3 dihilangkan
a3.1 a3.2 a3.3 

 a1.1 a1.2 a1.3 


M 2.3  a 2.1 a 2.2 a 2.3 
a3.1 a3.2 a3.3 

Sehingga M2.3 adalah:

a a1.2 
M 2.3   1.1 
a3.1 a3.2 

4. Kofaktor

Rumus dari kofaktor adalah:

 m.n   1
m n 
.M m,n

Kofaktor dari minor M3.1 dilambangkan Δ3.1adalah:

 3.1   1
31
.M 3,1

= M3.1

Jika pangkat genap maka hasilnya + begitu juga sebaliknya

Apabila pangkatnya genap, maka hasilnya positif (+). Begitu juga sebaliknya apabila
pangkatnya ganjil, maka hasilnya negatif (–).

5. Bentuk Soal
Tentukan determinan dari matriks A dengan ekspansi baris 1

Jawab :
Bilangan Kompleks

Dalam matematika, bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk

Dimana a dan b adalah bilangan riil, dan i adalah bilangan imajiner tertentu yang
mempunyai sifat i 2 = −1. Bilangan riil a disebut juga bagian riil dari bilangan kompleks,
dan bilangan real b disebut bagian imajiner. Jika pada suatu bilangan kompleks,
nilai b adalah 0, maka bilangan kompleks tersebut menjadi sama dengan bilangan real a.

Bilangan kompleks dapat ditambah, dikurang, dikali, dan dibagi seperti bilangan riil;
namun bilangan kompleks juga mempunyai sifat-sifat tambahan yang menarik.
Misalnya, setiap persamaan aljabar polinomial mempunyai solusi bilangan kompleks,
tidak seperti bilangan riil yang hanya memiliki sebagian.

Dalam bidang-bidang tertentu (seperti teknik elektro, dimana i digunakan sebagai simbol
untuk arus listrik), bilangan kompleks ditulis a + bj.

Bilanganan komplek digunakan untuk melukiskan besaran vektor, seperti:

i. Notasi Simbol
ii. Bentuk trigonometri
iii. Bentuk eksponen
iv. Bentuk polar

A. Notasi Simbol
Vektor dapat dispesifikasikan dalam bidang datar (X dan Y)

a. Komponen X atau sumbu nyata


b. Komponen Y atau sumbu khayal
gambarkan Vektor
V = a + bj , Jika a = 2, b = 3

Ket:

Pengertian Operator:

• Huruf j merupakan simbol operasi

• Simbol j menunjukan putaran inti jarum jam


dari vektor melalui sudut 900

 j = √(-1) = 900

 J2 =(√-1)2 = 1800

 J3 =(√-1)3 = 2700

 J4 =(√-1)4 = 3600
B. Bentuk Trigonometrii
C. Bentuk Eksponensial

D. Bentuk Polar
V[cos jsin ] = V 

Ket:

V = menyatakan besaran vektor

 = sudut inklinasi terhadap sumbu x

Adapun perhitungan dalam vektor, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian serta


pembagian. Bilangan kompleks pada umumnya dinyatakan sebagai penjumlahan dua
suku, dengan suku pertama adalah bilangan riil, dan suku kedua adalah bilangan imajiner
,adapun contoh sebagai berikut:
1. Contoh Penjumlahan Vektor
A = 2 + j4

B = 3 + j3

jawab:

A + B = (2 +j4) + (3 + j3) = 5 + j7

│A + B │=√52 + 72 = 8,60

7
  Arctg  54,46
5

sehingga,

C = 8,6054,46  Polar

2. Contoh Pengurangan Vektor

A = 2 + j4

B=3+j

jawab:

C = A - B = (2 +j4) - (3 + j) = -1+ j3

C =│A - B │=√(-12 +32) = 3,162

3
  Arctg  71,57 0
1
Sehingga,

C = 3,162-71,570  Polar

3. Contoh Perkalian Vektor


A = 2 + j4

B=3+j

Jawab:

C = A x B = (2 +j4) x (3 + j)

= 6 +j2 +j12+j24

= 6 +j14 +(-1)4

= 2 + j14

C =│A x B │=√(4 +196) = 14,14

  Arctg
14
 81,87 0 C = 14,14  81,87O → POLAR
2

Cara lain perkalian:

A = 2 + j4 = 4,4763,430

B = 3 + j = 3,16 18,430

Jawab

C = A x B = 4,4763,430 x 3,16 18,430

=14,13 (63,430 + 18,430)


C =14,13 81,860

4. Contoh Pembagian Vektor


A = 2 + j4
B=3+j

Jawab :


A 2  j4
C  
B 3 j
(2  j 4)(3  j ) 10  j10
C   1  j atau
(3  j )(3  j ) 9 1

(2  j 4) 6  4 12  2
C   j( )  1 j
(3  j ) 10 10

C =│A x B │=√(1 +1) = 1,414


1
  Arctg  450 C = 1,414 450
1

Cara lain Pembagian:

A = 2 + j4 = 4,4763,430

B = 3 + j = 3,16 18,430

Jawab :

A 4,4763,43
C  
B 3,1618,43 C = 1,41 (63,43-18,43)0 = 1,41 450

Anda mungkin juga menyukai