Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal. Menurut WHO (World Health Organization) dikatakan
anemia jika kadar hemoglobin <11 gr/dl pada ibu hamil.1
Menurut WHO 30-40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan
dengan anemia pada kehamilan dan kabanyakan anemia pada kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi. Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga
(SKRT), prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia 40,1% dan pada tahun
2007 turun menjadi 24,5%, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia naik menjadi 37,1%
dengan demikian keadaan ini mengindikasikan bahwa anemia pada kehamilan
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.1
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak di
bagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini
menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke
perdarahan. Perdarahan yang mungkin cukup besar untuk mengancam kehidupan
ibu janin membuat persalinan segera, baik secara elektif maupun darurat. Hasil
penelitiandi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015 – 31
Desember 2015 mendapatkan dari 27 kasus, didapatkan insiden terbanyak pada
kelompok usia lebih dari dan sama dengan 35 tahun sebanyak 48,1 % kasus.
Paritas terbanyak ialah paritas 2-4 sebanyak 74,1%.2
Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab
obstetri langsung yaitu perdarahan 28%, preeklampsi atau eklampsi 24%, infeksi
11%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5% dan lain –
lain 11%. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus
gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya
antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya.3

1
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28
minggu. Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut yaitu perdarahan
yang ada hubungannya dengan kehamilan yaitu plasenta previa, solusio plasenta,
perdarahan pada plasenta letak rendah, pecahnya sinus marginalis dan vasa previa.
Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3 % sampai 4 % dari semua persalinan.
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3- 0,5 % dari seluruh kelahiran. Dari
seluruh kasus perdarahan antepartum plasenta previa merupakan penyebab
terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan
plasenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu.4
Plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 di antara 200 persalinan. Di Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus
plasenta previa di antara 4781 persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 1 di antara
125 persalinan terdaftar.5
Plasenta previa menurut Depkes RI (1996) yaitu plasenta yang letaknya
abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir pada keadaan normal placenta terletak pada bagian
atas rahim. Frekuensi plasenta previa meningkat dengan meningkatnya paritas dan
umur. Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35
tahun kira-kira 2 kali lebih besar dibandingkan dengan primigravida yang
berumur kurang dari 25 tahun, pada para 3 atau lebih yang berumur lebih dari 35
tahun kira-kira 3 kali lebih besar dibandingkan dengan para 3 atau lebih yang
berumur kurang dari 25 tahun. Berbagai macam plasenta previa antara lain:
Plasenta Previa totalis yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
Plasenta. Plasenta Previa Parsialis yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh
jaringan Plasenta. Plasenta Previa Marginalis yaitu apabila pinggir Plasenta
berada tepat pada pinggir pembukaan. Plasenta Letak Rendah yaitu Plasenta yang
letaknya abnormal pada segmen bawah uterus tetapi belum sampai menutupi
pembukaan jalan lahir.6

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Plasenta Previa
2.1.1. Defenisi
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen-bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan-lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus.5
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus.8

Gambar 2.1 Plasenta Previa8


2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum

3
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal.8

Gambar 2.2 Klasifikasi Plasenta Previa8

Menurut browne :

1. Tingkat I (Lateral Placenta previa)


Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim,
namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2 (Marginal Placenta previa)
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium).
3. Tingkat 3 (Complete Placenta previa)
Plasenta meutupi osteum waktu tertutup, dan tidak menutupi bila
pembukaan hampir lengkap.

4
4. Tingkat 4 (central Placenta previa)
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.5

2.1.3. Etiologi dan Faktor Resiko


Faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti
namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa
tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksiosesarea dan
aborsi sebelumnya serta gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan
resiko terjadi plesenta previa. Plasenta previa dapat meningkatkan mortalitas dan
morbiditas pada ibu dan janin.7,3
Etiologi plasenta previa belum diketahui dengan pasti. Beberapa
kemungkinan yang menjadi etiologi dan faktor resiko plasenta previa yaitu:
1. Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah
diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista
menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain
yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya
adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat
dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim
misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya
berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium
yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko bagi terjadinya
plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden dua
sampai tiga kali. Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta
previa lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil
pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai
upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan
ganda dan eritroblastosis fetalis bisa mneyebabkan pertumbuhan plasenta
melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum.8,5

5
2. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering daripada umur
dibawah 25 tahun.10 Usia optimal yang aman bagi ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah diantara 20–35 tahun. Pada usia < 20 tahun organ
reproduksi seorang wanita belum siap untuk menerima kehamilan
demikian juga dengan jaringan endometriumnya. Ketidaksiapan jaringan
endometrium inilah yang dapat mengakibatkan jaringan placenta akan
memperlebar diri untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin, sehingga
menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.7,3
Sementara itu pada usia di atas 35 tahun ibu hamil berisiko
terjadinya placenta previa karena adanya kemunduran fungsi fisiologi dan
reproduksi secara umum dimana telah terjadi seklerosis pembuluh darah
arteri kecil dan arteriole miometrium yang menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga endometrium menjadi kurang subur.
Hal ini mengakibatkan plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas
permukaan yang lebih besar untuk mendapatkan aliran darah yang
adekuat.9
3. Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas
rendah.Diindonesia, menurut Toha, plasenta previa banyak dijumpai pada
umur muda dan paritas kecil; hal ini disebabkan banyak wanita indonesia
menikah diusia muda dimana endometrium masih belum matang
(inferior).5,8
Plasenta previa 3 kali lebih sering terjadi pada wanita multipara
daripada primipara. Paritas lebih dari satu mempertinggi risiko terjadinya
placenta previa karena dalam kehamilan placenta mencari tempat yang
paling subur untuk berimplantasi. Pada kehamilan pertama fundus
merupakan tempat yang subur dan tempat favorit untuk placenta
berimplantasi, tetapi seiring bertambahnya frekuensi kehamilan kesuburan
pada fundus akan semakin berkurang. Hal itu mengakibatkan placenta
mencari tempat lain untuk berimplantasi dan cenderung ke bagian bawah
rahim. Untuk itu diharapkan bagi seorang wanita dapat membatasi jumlah

6
kehamilan dan persalinannya atau minimal menjarangkan kehamilannya
dengan mengikuti program KB.9
4. Hipoplasia endometrium: bila kawin dan hamil pada umur
muda.Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, kuretase dan manual plasenta.8Pada kuretage terutama yang
menggunakan sendok kuret (kuretage tajam) terdapat luka yang cukup
dalam pada dinding endometrium. Luka inilah yang mengakibatkan
gangguan vaskularisasi pada desidua sehingga kesuburan pada dinding
endometrium semakin berkurang. Dalam kehamilan placenta akan
berusaha mencukupi kebutuhan nutrisi janin, sehingga pada dinding
endometrium yang kurang subur placenta akan memperluas diri sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.9
5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.5,8
6. Pada operasi caesar dilakukan sayatan pada dinding uterus sehingga dapat
mengakibatkan perubahan atropi pada desidua dan berkurangnya
vaskularisasi. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan aliran darah ke janin
tidak cukup dan mengakibatkan placenta tempat yang lebih luas dan
endometrium yang masih baik untuk berimplantasi yaitu di segmen bawah
rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. Hal ini akan meningkat pada wanita yang sudah melakukan 2
kali atau lebih Operasi Caesar dimana jaringan parutnya sudah lebih
banyak. Demikian juga kecacatan pada fundus uteri atau dinding rahimnya
secara otomatis lebih luas.9,8
7. Ibu yang memiliki riwayat placenta previa memiliki risiko 12 kali lebih
besar untuk mengalami placenta previa kembali. Apabila seorang wanita
telah mengalami placenta previa, kemungkinan sebesar 35% kejadian
tersebut akan berulang pada kehamilan berikutnya karena jaringan
endometrium sejak kehamilan sebelumnya memang sudah tidak baik. Oleh
karena itu diharapkan ibu yang telah memiliki riwayat placenta previa

7
pada kehamilan sebelumnya dapat membatasi kehamilannya dengan
mengikuti program KB.9,6
8. Kehamilan ganda khususnya dengan dua janin dan dua placenta atau lebih
membuat satu tempat telah terjadi implantasi placenta dan yang lain akan
memilih tempat yang kurang tepat untuk berimplantasi yaitu di segmen
bawah rahim. Kalaupun hanya terdapat satu placenta, placenta tersebut
cenderung melebar untuk menutupi kebutuhan janin sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.9,8
9. Placenta previa dapat disebabkan oleh tumor dalam hal ini mioma uteri
dan polip endometrium karena biasanya mioma dan polip tersebut tumbuh
pada fundus uteri sehingga dalam kehamilan placenta akan mencari tempat
yang masih tersedia untuk berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim
sehingga menutupi ostium uteri internum. Di samping itu tumor yang
membesar dalam uterus dapat menekan placenta sehingga bergeser dan
menutupi ostium uteri internum.5,9

2.1.4. Patofisiologi Plasenta Previa


Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak
plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.8
Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membukan
(dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan
terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan
intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah
rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti akanterjadi
(unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu

8
berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal,
dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan
sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada
laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan
berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen
bawah rahim akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan
mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa
sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa
nyeri (painless).8,5
Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium internum perdarahan terjadi
lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih
dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya, pada
plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarah terjadi pada wakktu
mendekati atau mulai persalian. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi
cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama sudah
bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya
pada umur kehamilan 34 minggu keatas.8,5
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
inkreta, bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus ke buli-buli dan ke rektum bersama plasenta previa.8,5
Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang
sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh dan
mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana.Kedua
kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada
plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan
sempurna (retensio plasenta), atau setelah uri lepas karena segmen bawah uteri
tidak dapat berkontraksi dengan baik.5,8
Perdarahan pertama sudah biasa terjadi pada kehamilan dibawah 30
minggu tetapi lebih separu kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas.

9
Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebi mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematom
retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan
tromboplastin kedalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi
koagulopati pada plasenta previa.5,8

2.1.5. Gambaran Klinik


Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar
melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur
atau bekerra biasa.Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke
atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri.
Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu
kemudian, jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih
banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak rendah perdarahan baru
terjadi pada waktu mulai persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip
pada solusio plasenta.8
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah,pelebaran segmen bawah
uterus dan pembukaan serviks tidak dapat dikuti oleh plasenta yang melekat di
situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah
terjadi perdarahan. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan
terjadi.Turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu-atas panggul akan
terhalang karena adanya plasenta di bagian bawah uterus, maka pada palpasi
abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis
dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat
ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.8

2.1.6. Diagnosa
Diagnose ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinik dan beberapa
pemeriksaan :
1. Anamanesa

10
 Gejala pertama yang membawa si sakit kedokter atau ke rumah
sakit iala perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada
kehamilan lanjutan (trimester III).
 Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless),
dan berulang (recurrent), kadang-kadang perdarahan terjadi
sewaktu bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah
dipenuhi dengan darah. Perdarahan cenderung berulang dengan
volume yang lebih banyak dari sebelumnya. Sedikit atau
banyaknya perdarahan bergantung pada besar dan banyaknya
pembuluh darah yang robek dan plasenta yang lepas. Biasanya
wanita mengatakan banyaknya perdaraan dalam beberapa kain
sarung, berapa gelas dan adanya dara-darah beku (stolsel). 5

2. Inspeksi
 Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit,
darah beku dan sebagainya
 Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat/ anemis.

3. Palpasi Abdomen
 Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
 Sering dijumpai kesalahan letak janin
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya
kepala masih goyang atau terapung (floating) atau diatas pintu atas
panggul
 Bila cukup pengalaman dapat dirasakan suatu bantalan pada
segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus

4. Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai speculum secara hati-hati dilihat dari mana asal
perdarahan, apakah dari dalam uterus atau dari kelainan serviks, vagina,
varises pecah dan lain-lain.

11
5. Pemeriksaan Radio-Isotop
Sitografi, mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu
dimasukkan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan kearah pintu
atas panggul, lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih
berselisih lebih dari 1 cm, maka terdapat kemungkinan plasenta previa.
Plasentografi indirek, arteriografi, amniografi dan radioisotop.8,5

6. Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan
tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.8,5

7. Pemeriksaan Dalam
Harus berhati-hati, karena bahayanya juga sangat besar dan
dilakukan di pelayanan fasilitas section caesaria emergency. Bahaya
pemeriksaan dalam yaitu: dapat menyebabkan perdarahan yang hebat,
terjadi infeksi, menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus
premature.5,8

2.1.7.Diagnosa Banding5,8

PLASENTA SOLUSIO
KLINIS RUPTUR UTERI
PREVIA PLASENTA
Sewaktu hamil dan
Terjadinya Sewaktu hamil Inpartu
inpartu
Bergantung pada
Perdarahan Recurrent Non-recurrent pembuluh darah
yang pecah
Warna Darah Darah baru Darah tua + darah Darah baru

12
beku
Tak sebanding
Sesuai dengan darah Perdarahan keluar
Anemia dengan darah yang
yang keluar dan kedalam
keluar
Toksemia
- Bisa ada -
Gravidarum
Nyeri Perut Tidak ada Ada Ada, di SBR
Uteriin-bois,
Defrans muscular,
Palpasi Biasa dan floating bagian-bagian anak
meteoritis
sulit diraba
His Biasa Kuat Hilang
DJJ + - -
Ketuban tegang
Periksa Dalam Jaringan plasenta Robekan
menonjol
Ketuban robek pada Tipis kreater,
Plasenta Biasa
pinggir cekung

2.1.8.Pananganan
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam trimester
kedua atau trimester ketiga harus dirawat dalam rumah sakit. Jika perdarahan
tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan masih prematur
dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat rumah atau rawat jalan dengan syarat
telah mendapat konsultasi yang cukup dengan pihak keluarga agar dengan segera
kembali ke rumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatannya
tidak mencemaskan. Pada kehamilan antara 24-34 minggu diberikan steroid dalam
perawatan antenatal untuk pematangan paru janin.
Jika ada gejala hipovolemi seperti hipotensi dan takikardi, pasien tersebut
mungkin telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat daripada
penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera
diberikan.8,5

13
Penanganan pasien dengan plasenta previa ada 2 macam, yaitu penanganan
ekspektatif dan penanganan aktif.
1. Penangan Ekspektatif
Kriteria penanganan ekspektatif: umur kehamilan kurang dari 37 minggu,
perdarahan sedikit, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum baik, kadar
Hb 8 % atau lebih. Perdarahan pada plasenta previa pertama kali terjadi biasanya
sebelum paru-paru janin matur sehingga penanganan ekspektatif ditujukan untuk
meningkatkan survival rate dari janin. Langkah awal adalah transfusi untuk
mengganti kehilangan darah dan penggunaan agen tokolitik untuk mencegah
persalinan prematur sampai usia kehamilan 36 minggu. Sesudah usia kehamilan
36 minggu, penambahan maturasi paru-paru janin dipertimbangkan dengan
beratnya resiko perdarahan mayor. Kemungkinan terjadi perdarahan berulang
yang dapat mengakibatkan Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) harus
dipertimbangkan.Sekitar 75 % kasus plasenta previa diterminasi pada umur
kehamilan 36-38 minggu.Dalam memilih waktu yang optimum untuk persalinan,
dilakukan tes maturasi janin meliputi penilaian surfaktan cairan amnion dan
pengukuran pertumbuhan janin dengan ultrasonografi.4,5
Penderita dengan umur kehamilan antara 24-34 minggu diberikan
preparat tunggal betamethason (2x12 mg intramuskular) untuk meningkatkan
maturasi paru janin. Berdasarkan data evidence based medicine didapatkan
pemakaian preparat ganda steroid sebelum persalinan meningkatkan efek
samping yang berbahaya bagi ibu dan bayi. Pada terapi ekspektatif, pasien
dirawat di rumah sakit sampai berat anak 2500 gr atau kehamilan sudah sampai
37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan untuk menentukan lokasi
plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum
ibu.Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat
kemungkinan terjadinya infeksi yang besar, disebabkan oleh perdarahan dan
tindakan-tindakan intrauterin. Setelah kondisi stabil dan terkontrol, penderita
diperbolehkan pulang dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi
perdarahan ulang.4

14
2. Penanganan aktif atau terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan dilakukanjika janin yang dikandung telah matur,
IUFD(Intra Uterine Fetal Death) atau terdapatanomali dan kelainan lain yang
dapat mengurangi kelangsungan hidupnya, pada perdarahan aktif dan banyak.
Kriteria penanganan aktif/terminasi kehamilan: umur kehamilan ≥ 37
minggu, BB janin ≥ 2500 gram, perdarahan banyak 500 cc atau lebih, ada tanda-
tanda persalinan, dan keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr %.
Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk penanganan plasenta previa dan kapan
melaksanakannya bergantung pada factor-faktor sebagai berikut: perdarahan
banyak atau sedikit, keadaan ibu dan anak, besarnya pembukaan, tingkat plasenta
previa, dan paritas.Ada 2 pilihan cara persalinan, yaitu persalinan pervaginam dan
sectio caesarea.
 Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan
bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung,
sehingga perdarahan berhenti.
 Sectio caesareabertujuan mengangkat sumber perdarahan,
memberikan kesempatan pada uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahannya, dan menghindari perlukaan servik dan segmen bawah
uterus yang rapuh apabila dilakukan persalinan pervaginam.
Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk sectio
caesarea. Plasenta previa parsialis pada primigravida sangat cenderung
untuk sectio caesarea. Perdarahan banyak dan berulang merupakan
indikasi mutlak sectio caesareakarena perdarahan itu biasanya
disebabkan oleh plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya dari pada
yang ditemukan pada pemeriksaan dalam, atau vaskularisasi yang
hebat pada servik dan segmen bawah uterus. Multigravida dengan
plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis atau plasenta previa
parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm dapat ditanggulangi dengan
pemecahan selaput ketuban. Tetapi jika dengan pemecahan selaput
ketuban tidak mengurangi perdarahan yang timbul, maka sectio
caesareaharus dilakukan.4

15
Pada kasus yang terbengkalai dengan anemia berat karena perdarahan atau
infeksi intrauteri, baik persalinan pervaginam maupun section caesareasama-sama
tidak aman bagi ibu dan janin.Akan tetapi dengan bantuan transfusi darah dan
antibiotik yang adekuat, section caesarea masih lebih aman dibanding persalinan
pervaginam untuk semua kasus plasenta previa totalis dan kebanyakan kasus
plasenta previa parsialis.Sectiocaesarea pada multigravida yang telah mempunyai
anak hidup cukup banyak dapat dipertimbangkan dilanjutkan dengan
histerektomi untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum yang sangat
mungkin akan terjadi, atau sekurang-kurangnya dipertimbangkan dilanjutkan
dengan sterilisasi untuk menghindari kehamilan berikutnya. Persiapan untuk
resusitasi janin perlu dilakukan.Kemungkinan kehilangan darah harus dimonitor
sesudah plasenta disayat. Penurunan hemoglobin 12 mg/dl dalam 3 jam atau
sampai 10 mg/dl dalam 24 jam membutuhkan transfusi segera.4
Komplikasi post operasi yang paling sering dijumpai adalah infeksi masa
nifas dan anemia. Tindakan sectio caesareapada plasenta previa, selain dapat
mengurangi kematian bayi, terutama juga dilakukan untuk kepentingan ibu. Oleh
karena itu, section caesareajuga dilakukan pada plasenta previa walaupun anak
sudah mati.4
Penatalaksanaan medikamentosa yang diberikan yakni denganpemberian
tokolitik untuk mencegah kontraksi dari uterus agar tidak terjadi perdarahan. Obat
tokolitik yang digunakan adalah nifedipin dengan dosis 4x10 mg. Nifedipin
bekerja dengan cara blokade channel kalsium voltage-dependent pada sel
miometrium, sehingga menyebabkanpenurunan jumlah ion kalsium intrasel.
Nifedipin berperan sebagai antagonis kalsiumdengan menghambat influks
langsung kalsiumke miosit dan melepaskan kalsium intraselular.Keseluruhan
mekanisme selular ini berakibat pada berkurangnya interaksi aktin miosin
danrelaksasi sel miometrium. Penggunaannifedipin ini dilaporkan memiliki efek
sampingmaternal yang lebih dapat ditoleransi dan efeksamping janin yang lebih
sedikit.4

16
2.1.9. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu: Selama kehamilan pada
ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum. Selain itu juga dapat
mengakibatkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, munculnya asfiksia,
kematian janin intrauterus. Permasalahan pada bayi berupa Neonatus Kurang
Bulan - Sesuai Masa Kehamilan dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah dan
Respiratory Distress Syndrome.7,8,5

2.1.10. Prognosa
Prognosa ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dari
kecepatan perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat
di hindari apabila penderita segera memperoleh tranfusi darah dan segera
dilakukan pemebedahan seksio sesaria. Prognosis terhadap janin lebih buruk oleh
karena kelahiran yang premature lebih banyak pada penderita plasenta previa
melalui proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian
persalinan. Namun perawatan yang intensif pada neonates sangat membantu
mengurangi kematian perinatal.8,5

2.2 Anemia
2.2.1. Definisi
Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%
disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr% disebut anemia gravis.5
Anemia adalah konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 gr/dl dan
kurang dari 10 gr/dl selama kehamilan dan masa nifas.10

2.2.2. Etiologi
Penyebab anemia selama kehamilan terbagi atas 2 yaitu :
a. Didapat
1. Anemia defesiensi besi
2. Anemia akibat kehilangan darah akut
3. Anemia pada peradangan atau keganasan

17
4. Anemia megalolastik
5. Anemia hemolitik didapat
6. Anemia aplastik atau hipoplastik
b. Herediter
1. Telesemia
2. Hemoglobinopati sel sabit
3. Hemoglobinopati lain
4. Anemia hemolitik herediter10

2.2.3. Klasifikasi
Klasifikasi anemia dalam kehamilan terbagi atas 4 yaitu Anemia defisiensi
besi (62,3%), anemia megaloblastik (29,0%), anemia hipoplastik (8,0%) dan
anemia hemolitik atau sel sickle (0,7%).5

1. Anemia defisiensi besi


Pada trimester III penambahan suplemen besi dibutuhkan untuk
meningkatkan hemoglobin ibu dan dibawa ke janin.Anemia jenis ini
paling banyak dijumpai, biasanya berbentuk normositik dan
hipokromik.5,10
Pengobatannya : keperlun zat besi untuk wanita non-hamil, hamil
dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah :
 FNB Amerika serikat (1958) : 12mg – 15mg – 15mg.
 LIPI Indonesia (1968) : 12 mg – 17 mg – 17 mg.
Per oral : sulfas ferosus atau glukonas ferosus 3-5 x 0,20 mg
Parenteral : Diberikan pada ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau
absorbs disaluran pencernaan yang kurang baik yang diberikan secara IM atau IV.
Contohnya imferon, jectofer, dan ferrigen.5

2. Anemia Megaloblastik
Anemia ini ditandai oleh kelainan darah dan sumsum tulang akibat

18
gangguan sintesis DNA. Anemia ini biasanya berbentuk makrositik atau
pernisiosa. Penyebabnya adalah kekurangan asam folat, jarang sekali akibat
kekurangan vitamin B12. Biasanya karena melnutrisi dan infeksi yang kronik.5,10
Pengobatannya :
 Asam folat 1mg/hari
 Vit.B12 3x1 tab/hari
 Sulfas ferosus 3x1 tab/hari
 Pada kasus berat dan pengobatan peroral hasilnya lambat sehingga
dapat diberikan transfusi darah.

3. Anemia Hipoplasti
Anemia hipoplasti disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-
pemerikssaan:
 Darah tepi lengkap : Normositik dan normokromik
 Pemeriksaan pungsi sterna : normoblastik dan hipoplasia eritropoiesis
 Pemeriksaan retikulosit
Pengobatannya yang paling baik yaitu transfusi darah, yang perlu sering di
ulang.5

4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran atau pemecahan sel
Darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan gambaran darah, kelelahan , kelemahan serta gejala komplikasi
bila terjadi kelaianan pada organ-organ vital.
Pengobatannya : Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas
dan diberikan obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal
ini tidak member hasil. Maka transfuse darah yang berulang dapat membantu
penderita ini.5

19
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. Paendong F.T. dkk., 2016. Profil Zat Besi (Fe) pada Ibu Hamil
dengan Anemia di Puskesmas Bahu Manado. Manado. Jurnal e-
Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1. 1-2.
2. Pawa A.A. dkk., 2017. Profil Persalinan dengan Plasenta Previa di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015 – 31
Desember 2015. Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5, Nomor 1.
22-7.
3. Satrianingrum, A.P, Atika. 2013. Analisis faktor risiko yang
berhubungan Dengan terjadinya plasenta previa. Program Studi
Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
4. Weldimira, Vira., Wanita Usia 36 Tahun, Hamil 35 Minggu dengan
Plasenta Previa dan Janin Letak Lintang. Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung. J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember
2015.
5. Mochtar R. Perdarahan Antepartum. dalam : Sinopsis Obstetri. Bab
40. Edisi 3. EGC; Jakarta; 2013; 187-98
6. LestariI.M., Misbah, Nurul., 2014. Hubungan Antara Paritas Dan
Umur Ibu Dengan Kejadian Plasenta Previa. Jurnal Obstretika
Scientia Vol. 2 No. 2, (2013-2014).
7. Yeni C.M., Dkk., Plasenta Previa Totalis Pada Primigravida. Sebuah
Tinjauan Kasus Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala Volume 17 Nomor 1 April 2017. 38-42.
8. Prawirahardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Saifuddin AB,
Editor. Jakarta. PT Bin pustaka Sarwono Prawirahardjo. 2014. 495-
502.

20
9. Trianingsih, I., 2015. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada
TimbulnyaKejadian Placenta Previa. Jakarta. Jurnal Kedokteran
Yarsi 23 (2) : 103-113 (2015).
10. Cunningham FG, Leveno KJ, dkk. Penyakit Hematologis, Dalam :
Obstetri Williams, Bab 51. Edisi 23. EGC; 2009; 1-4.

21
BAB IV
LAPORAN KASUS

STATUS IBU HAMIL


Anamnesa Pribadi
Nama : Ny.F
Umur : 36 Tahun
Suku : Jawa
Alamat : Jl.Selamat No.66 Medan Denai
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SLTA
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 01 Agustus 2018
Jam masuk : 17.07 WIB

Anamnesa Penyakit
Ny.F, 36 tahun, G3P2A0, Jawa, Islam, SMA, IRT, i/d Tn.M, 48 tahun,
Minang, Islam, SMA, Wiraswasta.
Keluhan utama : Keluar darah dari kemaluan
Telaah : Hal ini dialami os pertama kali 2 bulan yang
lalusebanyak 1 kalitanpa ada rasa nyeri dan tanpa sebab,dalam 5 hari terakhir
terus-menerus,darah berwarna merah segar namun kadang disertai gumpalan,
dengan volume >3x ganti doek/hari,sebelum masuk ke rumah sakit os menjumpai
hanya sedikit darah, namun sekarang sudah berhenti. Os mengatakan perdarahan
sebelumnya tidak sebanyak perdarahan saat ini. Riwayat mulas- mulas mau
melahirkan (-), Riwayat Keluar air – air dari kemaluan (-), Riwayat trauma (-),

22
Riwayat di kusuk (-), Riwayat minum jamu-jamuan (-), BAB (+) dan BAK (+)
normal.

Riwayat penyakit terdahulu : (-)


Riwayat pemakaian obat : (-)

RIWAYAT HAID
- HPHT : ?/02/2017
- TTP : ?/11/2017
- ANC : 4x ke Bidan

RIWAYAT PERSALINAN
1. Perempuan, 2300 gram,Preterm, SC, Sp.OG, RS, 13 tahun, Sehat
2. Perempuan, 2800 gram, Aterm, PSP, Bidan, Klinik, 4 tahun, Sehat
3. Hamil saat ini

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Sens : compos mentis Anemis :+
TD : 110/70 mmHg Ikterik :-
HR : 90 x/i Sianosis :-
RR : 20 x/i Dyspnoe :-
Temp : 36,7oc Oedema :-

STATUS GENERALISATA
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (+/+)
Sklera Ikterik (-/-)
Refleks pupil (+/+)
Isokor , ka=ki
Leher : Pembesaran KGB (-/-)

23
TVJ R-2 cmH2O
Thorax :
- Inspeksi : Simetris fusiformis
Tidak ada ketinggalan bernafas
- Palpasi : SF kanan = kiri
- Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
- Auskultasi :
Jantung : S1 (N), S2 (N), S3 (-), S4 (-) reguler, murmur (-)
Paru : Suara Pernafasan : Vesikuler
Suara Tambahan : Tidak Ada
Wheezing (-/-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, Clubbing finger (-)
Oedem Pretibial (-/-)

STATUS OBSTETRI
Abdomen : Membesar simetris, peristaltik positif (N)
Tinggi Fundus Uteri : Antara Pusat - Processus Xyphoideus
Teregang : Kiri
Terbawah : Bokong
Gerak Janin :+
Denyut Jantung Janin : (+) 132 x/i, reguler
HIS :-
Perdarahan Pervaginam :+

PEMERIKSAAN DALAM
Inspekulo : Tampak darah di introitus vagina, dibersihkan kesan tidak
mengalir, portio licin, erosi (-), laserasi (-)

USG TAS
- Janin tunggal, anak hidup
- Fetal movement dijumpai, fetal heart rate dijumpai 132 kali/ menit

24
- Biparietal diameter : 69,9 mm
- Head circumference : 251,4 mm
- Abdominal circumference : 239,4 mm
- Femur Length : 50,4 mm
- Placenta Anterior Grade I, Menutupi seluruh OUI
- Amnion Fluid Index : 3,0 cm
- Estimasi fetal weight : 1173 gram
- Kesan : Plasenta Previa Totalis
Intra Uterine Pregnancy (27-28) minggu + Anak Hidup

LABORATORIUM
01 Agustus 2018 (17.27 WIB)
Pemeriksaan Darah
Hasil Nilai Normal
Rutin
WBC 22,34 4000-11000/μL
RBC 2,01 4,00-5,40 x 106/µL
HGB serial 4,4 12-16 gr/dl
HCT 14,7 36-48 %
PLT 387 150000-400000/μL
Prothrombin time 14,4 11,6-14,5 detik
APTT 21,6 28-42 detik
Natrium 138 136.00-155.00 mmol/L
Kalium 3,70 3.50-5.50 mmol/L
Chlorida 111,00 95.00-103.00 mmol/L

DIAGNOSA SEMENTARA
Anemic + Totalis Placenta Previa + Prev SC 1X + Multigravida + IUP (27-
28) wga + Brech Presentation + Alife Fetus.

25
TERAPI
- IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i
- Inj.Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Nifedipine tab 3x10 mg/oral

RENCANA
- Penanganan ekspektatif
o Bed Rest Total
o Transfusi PRC 7 Bag (10 - 4,4 x 75 x 3/ 175 = 7,2 Bag)
o Awasi Vital Sign
o Pantau DJJ, HIS dan perdarahan pervaginam.

FOLLOW UP PASIEN
01 Agustus 2018 02 Agustus 2018

S :- S :-

O : Status Presens : O : Status Presens :


Sensorium : cm Anemis : + Sensorium : cm Anemis : +
TD : 110/70 mmHg Dyspnoe : - TD : 120/80 mmHg Dyspnoe : -
HR : 84 x/i Oedem : - HR : 88 x/i Oedem : -
RR : 22 x/i Ikterik :- RR : 20 x/i Ikterik :-

T : 36,40c Sianosis : - T : 36,50c Sianosis : -

Status Lokalisata : Status Lokalisata :

Abdomen : Membesar Asimetris Abdomen : Membesar Asimetris

TFU : Antara pusat – TFU : Antara pusat –


Proc.Xyphoideus, kontraksi (-) Proc.Xyphoideus, kontraksi (-)

His : (-) His : (-)

Djj : 136 x/menit Djj : 140 x/menit

Teregang : Kiri Teregang : Kiri

26
Terbawah : Bokong Terbawah : Bokong
P/V : (-) P/V : (-)
BAK : (+) normal BAK : (+) normal
BAB : (+) normal BAB : (+) normal

A : Anemia + Plasenta Previa Totalis A : Anemia + Plasenta Previa Totalis


+ Prev.SC 1x + MG + KDR (27-28 + Prev.SC 1x + MG + KDR (27-28
minggu) +P.Bokong+AH minggu) +P.Bokong+AH

P : P :
-Tranfusi PRC 4 bag dengan - Tranfusi PRC 3 bag dengan
Premed Inj.Furosemide 1 amp Premed In.Furosemide 1 amp
- IVFD RL 20gtt/I - IVFD RL 20gtt/I
- Inj.Ceftriaxone 1 gr/12 jam - Inj.Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Nifedipine tab 3x10mg - Nifedipine tab 3x10mg

R/ Awasi P/V R/ Awasi P/V, cek DR 6 jam post


transfusi

03 Agustus 2018 04 Agustus 2018


S :- S :-

O : Status Presens : O : Status Presens :


Sensorium : cm Anemis : + Sensorium : cm Anemis : -
TD : 110/60 mmHg Dyspnoe : - TD : 110/70 mmHg Dyspnoe : -
HR : 86 x/i Oedem : - HR : 84 x/i Oedem : -
RR : 22 x/i Ikterik :- RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,20c Sianosis : - T : 36,00c Sianosis : -

27
Status Lokalisata : Status Lokalisata :
Abdomen : Membesar Asimetris Abdomen : Membesar Asimetris
TFU : Antara pusat – TFU : Antara pusat –
Proc.Xyphoideus, kontraksi (-) Proc.Xyphoideus, kontraksi (-)
His : (-) His : (-)
Djj : 148 x/menit Djj : 142 x/menit
Teregang : Kiri Teregang : Kiri
Terbawah : Bokong Terbawah : Bokong
P/V : (-) P/V : (-)
BAK : (+) normal BAK : (+) normal
BAB : (+) normal BAB : (+) normal
Hasil Lab Post Transfusi :
Hb/Ht/Leu/Trom:
8,9/27.3/14.27.103/299.103

A : Anemia + Plasenta Previa Totalis A : Plasenta Previa Totalis + Prev.SC


+ Prev.SC 1x + MG + KDR (27-28 1x + MG + KDR (27-28 minggu)
minggu) +P.Bokong+AH +P.Bokong+AH

P : P :
- IVFD RL 20gtt/I Aff - Cafadroxil tab 2x500 mg
- Cafadroxil tab 2x500 mg - Asam Folat1x1 tab
- Asam Folat 1x1 tab - Sulfas Ferosus 1x1tab
- Sulfas Ferosus 1x1 tab

R/ R/ PBJ  Kontrol ke PIH


07/08/2018

28
BAB V
ANALISA KASUS

Pasien ini merupakan pasien yang didiagnosa dengan “Anemic + Totalis


Placenta Previa + Prev SC 1X + Multigravida + IUP (27-28) wga + Brech
Presentation + Alife Fetus.”. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik obstetri, dan pemeriksaan penunjang berupa USG
transabdominal dan pemeriksaan laboratorium.
Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya gangguan atau kelainan
pada darah yakni Leukosit yang tinggi, Hb menurun, eritrosit menurun, platelet
menurun serta waktu pembekuan darah memendek. Dari pemeriksaan abdominal,
tidak ditemukan masalah dari kehamilan ibu. Dari USG-TAS ditemukan plasenta
menutupi seluruh OIU, os hamil janin tunggal, anak hidup, kehamilan dalam
rahim, pergerakan fetal (+), dengan denyutan jantung janin 132 x/i. Kesan dari
USG, os hamil 27-28 minggu + P.Bokong+AH.

TEORI KASUS
ANAMNESIS ANAMNESIS
Pada usia di atas 35 tahun ibu hamil Ny.F, 36 tahun, G3P2A0, Jawa, Islam,
berisiko terjadinya placenta previa karena SMA, IRT, i/d Tn.M, 48 tahun, Minang,
adanya kemunduran fungsi fisiologi dan Islam, SMA, Wiraswasta. Datang dengan
reproduksi secara umum dimana telah keluhan keluar darah dari kemaluan.
terjadi seklerosis pembuluh darah arteri Pertama kali 2 bulan yang lalu sebanyak 1
kecil dan arteriole miometrium yang kali tanpa rasa nyeri dan tanpa sebab,
menyebabkan aliran darah ke endometrium namun dalam 5 hari terakhir terus-menerus,
tidak merata sehingga endometrium darah berwarna merah segar kadang
menjadi kurang subur. Gejala pertama yang disertai gumpalan,dengan volume >3x
membawa si sakit kedokter atau ke rumah ganti doek/hari, namun sekarang sudah
sakit ialah perdarahan pada kehamilan berhenti.
setelah 28 minggu atau pada kehamilan

29
lanjutan (trimester III).
Sifat perdarahannya tanpa sebab
(causeless), tanpa nyeri (painless), dan
berulang (recurrent), kadang-kadang
perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur,
pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah
dipenuhi dengan darah.

PEMERIKSAAN OBSTETRI PEMERIKSAAN OBSTETRI


Palpasi Abdomen Palpasi Abdomen
Janin sering belum cukup bulan, jadi Abdomen :
fundus uteri masih rendah. Sering dijumpai Membesar asimetris, peristaltik positif (N)
kesalahan letak janin. Bagian terbawah Tinggi Fundus Uteri : antara pusat -
janin belum turun, apabila letak kepala, processus xipoideus
biasanya kepala masih goyang atau Teregang : Kiri
terapung (floating) atau diatas pintu atas Terbawah : Extremitas
panggul. Bila cukup pengalaman dapat Gerak Janin :+
dirasakan suatu bantalan pada segmen Denyut Jantung Janin : (+) 132 x/i,
bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus reguler
HIS :-
Perdarahan Pervaginam : +

Inspekulo: Inspekulo:
Dengan memakai speculum secara Tampak darah di introitus vagina,
hati-hati dilihat dari mana asal perdarahan, dibersihkan kesan tidak mengalir, portio
apakah dari dalam uterus atau dari kelainan licin, erosi (-), laserasi (-)
serviks, vagina, varises pecah dan lain-lain.

ULTRASONOGRAFI ULTRASONOGRAFI
Penentuan lokasi plasenta secara Kesan : Plasenta menutupi Ostium Uteri
ultrasonografi sangat tepat dan tidak Internum.
menimbulkan bahaya radiasi terhadap
janin.

30
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
Kriteria penanganan ekspektatif: umur Usia kehamilan pasien 27-28 minggu
kehamilan kurang dari 37 minggu, dengan Hb 4,4 gr/dl maka diberikan
perdarahan sedikit, belum ada tanda-tanda tranfusi PRC 7 bag dengan hasil lab post
persalinan, keadaan umum baik, kadar Hb transfusi Hb 8,9 gr/dl.
8 % atau lebih. Perdarahan pada plasenta
previa pertama kali terjadi biasanya Untuk terapi oral diberikan:
sebelum paru-paru janin matur sehingga - Asam Folat1x1 tab
penanganan ekspektatif ditujukan untuk - Sulfas Ferosus 1x1tab

meningkatkan survival rate dari janin.


Langkah awal adalah transfusi untuk
mengganti kehilangan darah dan
penggunaan agen tokolitik untuk mencegah
persalinan prematur sampai usia kehamilan
36 minggu.
Anemia yang tersering adalah anemia
defisiensi besi, yang kedua adalah
kekurangan asam folat. Kemudian
diberikan terapi:
Per oral : sulfas ferosus atau glukonas
ferosus 3-5 x 0,20 mg, Asam folat 1mg/hari

Permasalahan
1. Pasien tidak mendapat informasi dan edukasi yang baik dan benar, oleh
karena pasien hanya melakukan ANC pada bidan saja. Bidan tidak
memiliki kompetensi untuk melakukan pemeriksaan dengan USG.
2. Sebagai dokter umum sejauh mana penanganan yang harus dilakukan
sebelum akhirnya pasien ini dirujuk ?

31
BAB VI
KESIMPULAN

Ny.F, 36 tahun, G3P2A0, Jawa, Islam, SMA, IRT, i/d Tn.M, 48 tahun,
Minang, Islam, SMA, Wiraswasta. Datang dengan keluhan keluar darah dari
kemaluan. Hal ini dialami os pertama kali 2 bulan yang lalu, namun dalam 5 hari
terakhir terus-menerus, kadang disertai gumpalan, berwarna merah kehitaman,
dengan volume >3x ganti doek/hari, namun sekarang sudah berhenti. Nyeri perut
tidak dijumpai. Riwayat trauma tidak dijumpai.
Telah dilakukan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
lalu didiagnosa dengan Anemia + Plasenta Previa Totalis + Prev.SC 1x + Multi
Gravida + Kehamilan dalam Rahim (27-28) minggu + Presentasi Bokong + Anak
Hidup dan direncanakan tranfusi PRC 7 bag dengan hasil lab post transfusi Hb 8,9
gr/dl. Ibu dan janin baik dan pulang pada tanggal 4 Agustus 2018, kontral PIH
tanggal 07 Agustus 2018.
Hal yang dapat dilakukan sekarang adalah memberi edukasi pada pasien
ini apabila hamil lagi tetap melakukan pemeriksaan ke dokter untuk
kehamilannya, dan menjelaskan faktor-faktor resiko apabila pasien hamil lagi di
usia yang memiliki resiko untuk plasenta previa.

32

Anda mungkin juga menyukai