Anda di halaman 1dari 70

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI :

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL PADA PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD DR.
SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

HAQWA BUDI MELIANA


A01401897

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016/2017

i
ii
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Tulisan ................................................................................ ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................ iv
Daftar Isi .............................................................................................................. v
Kata Pengantar .................................................................................................... vii
Abstrak………………………………………………………………………….ix
Abstract………………………………………………………………………….x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Studi Kasus ............................................................................ 6
D. Manfaat Studi Kasus .......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah ......................................... 8
B. Landasan Teori ................................................................................. 16
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Jenis/Desain/Rancangan ................................................................... 31
B. Subyek Studi Kasus .......................................................................... 31
C. Fokus Studi Kasus ............................................................................ 32
D. Definisi Operasional ......................................................................... 32
E. Instrumen Studi Kasus ..................................................................... 32
F. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 33
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ........................................................ 34
H. Analisis Data dan Penyajian Data ................................................... 34
I. Etika Studi Kasus ............................................................................. 34
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ............................................................................. 36
B. Pembahasan………………………………………………………...52

v
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………...59
B. Saran ................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI:HARGA DIRI
RENDAH SITUASIONAL PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA” ini tepat pada waktunya
sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Herniyatun M.Kep., Sp.Kep.Mat selaku ketua Stikes Muhammadiyah
Gombong.
2. Nurlaila S.Kep,Ns.,M.Kep selaku ketua program studi DIII
keperawatan Stikes Muhammadiyah Gombong.
3. Ike Mardiati AgustinM.Kep., Sp.Kep.J selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta dukungan secara teknis
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Tri Sumarsih S.Kep.Ns., MNS selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan dan arahan serta dukungan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
5. Bapak Suroso selaku orang tua yang selalu menjadi inspirasi dan
memberikan semangat, kepercayaan, kasihsayang, kesabaran, nasehat
dan dukungan dalam segala bentuknya serta atas doanya selama ini
yang tidak terbalas oleh apapun.
6. Saudara-saudaraku, mba Reni, mba Arin, mas Bagus yang selalu
memberikan semangat, nasehat dan dukungan dalam segala bentuknya
serta doanya selama ini.

vii
7. Teman-teman seperjuangan program studi DIII keperawatan tahun
angkatan 2014 yang selalu kompak dam memberikan semangat dan
motivasi selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dorongan dan bantuan moral selama penyusunan karya
tulis ilmiah ini.
Kesempurnaan hanya milik Allah semata, untuk itu penulis
menginginkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini karena
penulis yakinkarya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
keperawatan khususnya.

Kebumen, 8 Agustus 2017

Penulis

viii
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2017
Haqwa Budi Meliana1, Ike Mardiati2

ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA
DIRI RENDAH SITUASIONAL PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RSUD Dr. SOEDIRMAN
KEBUMEN

Latar BelakangMenurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia diperkirakan ada 70


ribu penderita gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa. Tetapi sekitar 4000
sampai 5000 saja seperti yang tercatat pada Indonesian Renal Registry tahun 2010.
Penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.M.M Dunda Limboto menemukan hasil bahwa
konsep diri pada pasien gagal ginjal kronik dengan tindakan hemodialisa konsep dirinya
buruk (61,9%).
Tujuan Umum Karya Tulis IlmiahMenggambarkan asuhan keperawatan gangguan
konsep diri: harga diri rendah situasional pada pasien gagal ginjal kronik.
Metode Karya Tulis Ilmiah ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus.
Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan pemerikasaan fisik pada dua pasien
gagal ginjal yang mengalami harga diri rendah situasional.
Hasil Studi Kasus Setelah dilakukan asuhan keperawatan menunjukkan terdapat
penurunan tanda dan gejala kognitif dari pasien 1 sebesar 5 dan pasien 2 sebesar 3.
Afektif dari pasien 1 sebesar 3 dan pasien 2 sebesar 3. Fisiologis dari pasien 1 sebesar 4
dan pasien 2 sebesar 2. Perilaku dari pasien 1 sebesar 2 dan pasien 2 sebesar 1. Sosial dari
pasien 1 sebesar 1 dan pasien 2 sebesar 1. Kemampuan pasien 1 dan 2 mengalami
peningkatan kemampuan pada teknik relaksasi sebesar 100%. Pada kemampuan
berdzikir, hanya pasien 2 yang mengalami peningkatan, pasien 1 tidak mengalami
peningkatan.
Rekomendasi Perawat disarankan menerapkan teknik relaksasi dan berdzikir dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk penderita gagal ginjal kronik.

Kata kunci : Gagal ginjal kronik, Hemodialisa, Harga Diri Rendah Situasional.

1. Mahasiswa Stikes Muhammadiyah Gombong


2. Dosen Stikes Muhammdiyah Gombong

ix
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Sceance Institute of Gombong
Scientific Paper, August 2017

Haqwa Budi Meliana1, Ike Mardiati Agustin2 M.Kep.Sp.Kep.J

ABSTRACT
THE NURSING CARE FOR CHRONIC RENAL FAILURE HAVING
SELF CONCEPT DISORDER: SITUATIONAL LOW PRESTIGE WITH
HEMODIALYISIS THERAPY IN DR. SOEDIRMAN HOSPITAL
KEBUMEN

Background: Association of Indonesian Nephrology shows that there are 70.000 chronic
renal failure patients have hemodialysis. But only 4.000 – 5.000 patients registered in
Indonesian Renal Registry in 2010. The research conducted by Dr.M.M Dunda Limboto
hospital resulted that self concept of chronic renal failure patients with hemodialysis had
self concept (61,9%).
Objective: Describing nursing care for chronic renal failure patients having self-concept
disoder – situational low prestige.
Method: This Scientific paper is an analytical descriptive with a case study approach.
Data were collected through interviews, observations, physical examination, and
documentation study. The subjects were 2 chronic renal failure patients having situational
low prestige.
Result: After heaving nursing care, there were response decreases in cognitive by 5
(patient 1) and 3 (client 2), affective by 3 (patient 1) and 3 (patient 2), physiological by 4
(patient 1) and 2 (patient 2), behavioral by 2 (patient 1) and 1 (patient 2), social by 1
(patient 1) and 1 (patient 2). The relaxation technique abilty of both patients had
increased by100%. While the ability of dzikir, only patient 2 had increased, patient 1 had
no increase.
Recommendation: Nurses are suggested to apply relaxation technique in providing
nursing care for chronic renal failure patient.

Keywords: Chronic renal failure, hemodialysis, situasional low prestige.

1. Student of Muhammadiyah Health Sceance Institute of Gombong


2. Lecturer of Muhammadiyah Health Sceance Institute of Gombong

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Ginjal Kronik (Cronic Kidney Disease/CKD) adalah
gangguan fungsi ginjal yang progresif, bersifat irreversible dan
menyebabkan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga mengakibatkan terjadi uremia
(Smeltzer, et al, 2008). Penyakit gagal ginjal kronik terdiri dari beberapa
tahap, dimana tahap akhir dari penyakit gagal ginjal kronik disebut dengan
penyakit ginjal tahap akhir (End State Renal Disease/ESRD). ESRD
ditunjukkan dengan ketidakmampuan ginjal dalam mempertahankan
homeostatis tubuh (Ignatavicius & Workman, 2006) dengan nilai laju
filtrasi glomerolus kurang dari 15 ml/menit/1,73 m2 (Suwitra, 2007).
Menurut World Health Organization (WHO), secara global lebih dari
500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik (Ratnawati, 2014).
Kasus gagal ginjal kronik laporan The United States Renal Data System
(USRDS 2013) menunjukkan prevalensi rate penderita penyakit ginjal
kronik di Amerika Serikat pada tahun 2011 sebesar 1.901 per 1 juta
penduduk. Treatment of End-Stage Organ Failure in Canada, 2000
sampai 2009 menyebutkan bahwa hampir 38.000 warga Kanada hidup
dengan penyakit gagal ginjal kronik dan telah meningkat hampr 3x lipat
dari tahun 1990, dari jumlah tersebut 59% (22.300) telah menjalani
hemodialisis dan sebanyak 3000 orang berada dijadwal tunggu untuk
transplantasi ginjal (Corrigan 2011).
Beberapa treatment untuk menghadapi kasus gagal ginjal kronik. Saat
ini ada tiga terapi modalitas pengobatan yang tersedia untuk gagal ginjal
kronik yang telah mencapai derajat V (End Stage Renal Disease) yaitu
hemodialisis, peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal (Corrigan 2011).
Terbatasnya jumlah donor ginjal yang tersedia untuk transplantasi, dialisis

1
2

(hemodialisis dan peritoneal dialisis) cenderung menjadi metode yang


paling umum dari pengobatan (Corrigan 2011). Menurut USRDS (2013)
pada tahun 2011, jumlah pasien baru yang memulai hemodialisis mulai
turun sebanyak 112.788 orang, sementara 2,855 orang telah menerima dan
melakukan transplantasi, total dari semua pasien yang menjalani terapi
pada end stage renal disease pada tahun 2011 adalah sebanyak 115,643
orang.
Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal
kronik yang cukup tinggi. Menurut dari data Persatuan Nefrologi
Indonesia diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal, pada penderita
gagal ginjal kronik banyak di lakukan tindakan, namun yang terdeteksi
menderita Gagal Ginjal Kronis yang menjalani cuci darah (Hemodialisa)
hanya sekitar 4000 sampai 5000 saja seperti yang tercatat pada Indonesian
Renal Registry tahun 2010.
Berdasarkan studi pendahuluan di ruang hemodialisa Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soedirman Kebumen diperoleh data bulan Januari-
Desember 2015 rata-rata setiap bulan terdapat 88 pasien yang melakukan
terapi hemodialisa. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa
adanya peningkatan jumlah pasien setiap bulan yang menjalani terapi
hemodialisa. Rata-rata peningkatan jumlah pasien yaitu 4 orang.
Hemodialisis itu sendiri adalah suatu bentuk tindakan pertolongan dengan
menggunakan alat yaitu dializer yang bertujuan untuk menyaring dan
membuang sisa produk metabolisme toksik yang seharusnya dibuang oleh
ginjal. Terapi hemodialisis akan mencegah kematian meski demikian
terapi ini tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan penyakit dan tidak
mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang
dilakukan ginjal. Biasanya pasien akan menjalani terapi hemodialisis
seumur hidup yang biasanya dilakukan sebanyak tiga kali seminggu
selama 3-4 jam per kali terapi (Brunner & Suddarth,2008). Hemodialisis
dapat dilakukan sementara waktu jika kerusakan fungsi ginjal yang terjadi
bersifat sementara pada pasien dengan gagal ginjal akut. Namun
3

hemodialisis akan dilakukan seumur hidup ketika fungsi ginjal mengalami


kerusakan yang bersifat permanen, yang terjadi pada pasien gagal ginjal
kronik (Setiawan & Faradila, 2012).
Klien dengan gagal ginjal kronis (GGK) yang menjalani terapi
hemodialisa akan mengalami perubahan bio-psiko-sosio-spiritual dalam
kehidupannya. Perubahan biologis (fisik), seperti harus mengatur pola-
pola hidupnya yaitu pola makan, pola minum (intake cairan), pola aktivitas
dan pola istirahat, semua ini harus seimbang, tidak boleh berlebihan atau
disesuaikan dengan kemampuan fisiknya. Perubahan psikologis, termasuk
didalamnya ialah kecemasan, ancaman akan kematian, perasaan bersalah
karena terus bertanggung pada orang lain, merasa tidak berguna dan tidak
berharga. Hal tersebut dapat mengakibatkan klien merasa tidak mampu
dan tidak berdaya karena keterbatasan fisiknya, sehingga klien menjadi
malu/minder, tidak mau berteman dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sosial atau mengalami perubahan secara sosial. Perubahan
spiritualnya klien merasa tidak mampu melakukan kegiatan keagamaan
(lubis,2007).
Pasien yang menjalani terapi hemodialisa gagal ginjal kronik akan
mengalami masalah fisik, seperti kelemahan, gatal-gatal pada kulit, rambut
tipis, penurunan berat badan (malnutrisi) dan juga mengalami masalah
psikososial seperti sering diam,merasa kecewa,merasa bersalah,putus asa,
malu,tidak ingin bertemu dengan orang lain dan merasa tidak berguna
disertai keragu-raguan dan percaya diri yang kurang (Suharyanto,
2009,p.87).
Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidup
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan penderita gagal
ginjal terminal yang melakukan terapi hemodialisa (Lubis 2007).
Perubahan keseharian akibat terapi yang harus dijalani, kewajiban
melakukan kunjungan ke rumah sakit dan laboratorium secara rutin untuk
pemeriksaan darah dan perubahan finansial untuk biaya pengobatan
membuat paisen mengalami stress dan membuat nereka tidak dapat
4

menjalankan peran secara holistik (Purba & Moni 2012). Perubahan fisik
akibat penurunan fungsi organ akan mempengaruhi masalah psikis.
Hubungan interpersonal yang buruk akibat penurunan fungsi organ dan
perubahan pada kondisi fisiknya cenderung mengakibatkan gangguan
konsep diri khususnya harga diri rendah (Sukarja dkk, 2008). Penelitian
yang dilakukan oleh Hardianti (2014) yang meneliti gambaran psikologis
pasien gagal ginjal kronik dengan tindakan hemodialisa di RSUD Dr. M.
M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo menemukan hasil bahwa konsep
diri pada pasien gagal ginjal kronik dengan tindakan hemodialisa tidak
menerima atau konsep dirinya buruk (61,9%). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Hyang Reksa Agung (2016) di RS Sentra Medika
Cikarang, diketahui hasil distribusi data dari 30 responden pasien
hemodialisa yang diteliti terbanyak mengatakan tidak menerima keadaan
berjumlah 19 orang (63,3%) dan mengatakan menerima keadaan diri
berjumlah 11 orang (36,7%). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
masih banyaknya pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
yang belum bisa menerima keadaan dirinya sehingga menimbulkan
gangguan pada konsep dirinya yaitu harga diri rendah.
Harga diri rendah itu sendiri adalah Keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri dan kemampuannya
dalam waktu lama dan terus menerus (NANDA, 2012-2014). Harga diri
tidak terbentuk dari lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik seseorang
dalam dirinya sendiri, dengan lingkungan atau orang terdekat dan dengan
realitas dunia (Stuart, 2013). Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika
kehilangan, perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan
interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri rendah seseorang berada
dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri
tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara
efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang
memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai suatu ancaman (Keliat, 2011).
5

Menurut Keliat (2011), tanda dan gejala harga diri rendah yaitu
mengkritik diri sendiri, merasa tidak mampu, pandangan hidup yang
pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri.
Klien dapat diamati dengan harga diri rendah yang tampak kurang
memperhatikan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, kontak
mata mudah beralih, bicara lambat dengan nada suara rendah. Tanda dan
gejala yang dialami pada klien harga diri rendah perlu mendapatkan
penanganan yang tepat karena jika tidak, hal ini dapat menyebabkan
timbulnya masalah psikologis lain yang lebih serius. Morton (2011),
menyebutkan bahwa masalah harga diri rendah dapat berkembang menjadi
gangguan jiwa seperti depresi, ansietas, dan panik. Klien yang memiliki
harga diri rendah sering kali tidak dapat mengontrol situasi dan tidak
merasakan manfaat dari pelayanan kesehatan (Potter, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati dan Rosita (2008)
yang menunjukkan bahwa individu dengan konsep diri yang positif
memiliki tingkat depresi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
individu dengan konsep diri yang negatif disebabkan karena konsep diri
yang dimiliki akan mempengaruhi individu dalam proses berpikir,
bersikap dan bertingkah laku. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
terjadi penurunan gejala dan peningkatan kemampuan klien harga diri
rendah situasional secara signifikan setelah diberikan tindakan
keperawatan (Pardede, Keliat dan Wardani, 2013).
Dari latar belakang tersebut,penulis tertarik untuk meneliti atau
mengkaji lebih lanjut tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien yang
Menderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa
dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Situasional”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka, Gangguan konsep diri:
Harga diri rendah sering dialami oleh pasien dengan GGK. Hal ini sangat
mempengaruhi kepatuhan pasien terhadap proses pengobatan maupun
6

tindakan yang harus dijalani, pasien yang menjalani hemodalisis otomatis


hidupnya bergantung pada mesin. Pola hidup juga berubah seperti diet
yang ketat, pembatasan cairan, kehilangan kebebasan pribadinya. Pasien
akan mengalami kejenuhan atau bosan akibatnya timbullah pikiran-pikiran
negatif, perilaku maladaptif (merasa tidak berarti, merasa menilai diri
negatif, merasa malu dan menghindari orang lain).
Rumusan masalah yang berkaitan dengan latar belakang diatas adalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa masalah
utama: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah pada pasien Gagal
Ginjal Kronik yang menjalani terapi Hemodialisa?”

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gangguan konsep diri pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian terhadap klien yang menderita Gagal Ginjal
Kronik dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah yang
menjalani Terapi Hemodialisa
b. Merumuskan diagnosa asuhan keperawatan terhadap klien yang
menderita Gagal Ginjal Kronik dengan Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah yang menjalani Terapi Hemodialisa
a. Menentukan perencanaan asuhan keperawatan untuk pemecahan
masalah terhadap klien yang menderita Gagal Ginjal Kronik
dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah yang
menjalani Terapi Hemodialisa
b. Melakukan implementasi keperawatan yang sudah direncanakan
untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien yang
menderita Gagal Ginjal Kronik dengan Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah yang menjalani Terapi Hemodialisa
7

c. Mengevaluasi tindakan yang sudah di laksanakan terhadap klien


yang menderita Gagal Ginjal Kronik dengan Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri Rendah yang menjalani Terapi Hemodialisa
d. Mendokumentasikan hasil setiap tahapan dari proses keperawatan
pada klien yang menderita Gagal Ginjal Kronik dengan Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah yang menjalani Terapi
Hemodialisa.

D. Manfaat Studi Kasus


Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat
memberikan manfaat :
1. Bagi masyarakat
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi pengelola klien gagal
ginjal kronik
b. Untuk mengetahui mengenai pentingnya hemodialisa bagi klien
gagal ginjal kronik untuk kelangsungan hidupnya.
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan,
khususnya keperawatan jiwa pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa dengan gangguan konsep diri.
3. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan gangguan konsep diri: harga diri rendah pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
Daftar Pustaka

Azizah, M.L. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Brunner & Suddarth. (2008). “Keperawatan Medikal Bedah”. EGC. Jakarta

Corrigan, RM. (2011). “The experience of the older adult with end-stage renal
disease on hemodalysis”, Thesis, Queen’s University, Canada

Carpernito, I.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Damayanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa, Bandung:PT.Refika Aditama

Dalyono. (2007).Psikologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta.

Daurgidas, J.T.Blake,P.B., & Ing,T.S. (2007). Handbook of dialysis.4th edition.


Philadelphia: Mosby.

Denhaerynck, Kris,. Manhaeve, Dominique., Bobbles, Fabienne., Garzoni,


Daniela., Nolte, Christa., Geest, De, Sabina. (2007). Prevalence and
Consequence of Nonadherence to Hemodalysis Regimen. [on-line]
American Journal of Critical Care; 16,3; ProQues p.222.
http://m.ajcc.aacnjournals.org/cgi/reprintframed/16/3/222/

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar Dan Penulisan Laporan Pendahuluan Dan


Strategi Pelaksaan Tindakan Keperawatan (LP dan ST), Jakarta:
Salemba Medika.

Hardianti. (2014). Gambaran Psikologis Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan


Tindakan Hemodialisa di RSUD Dr.M.M Dunda Limboto
kab.Gorontalo. http://eprints.ung.ac.id. Di akses 14 Maret 2014.

Hyang Reksa Agung. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Mekanisme Koping Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Terapi Hemodialisis Di RS Sentra Medika Cikarang. Jurnal Ilmiah
Keperawatan STIKes Medika Cikarang.

Iyus, Yosep. (2009). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi), Bandung: PT.Refika


Aditam
Keliat,B.A. (2008). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CNH(basic
Course). Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Keliat,B.A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CNH(basic
Course). Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Lubis, A.J. (2007). Dukungan Sosial Pada Pasien Gagal Ginjal Terminal Yang
Melakukan Terapi Hemodialisa. FK-USU.

Marantika, Devi, P.N. (2014). Gambaran Kepatuhan Terhadap Anjuran Medis


pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara.

NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC.

Nursalam. (2011) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

Ratnawati, Widyastuti. (2014). Korelasi lama menjalani hemodialisis dengan


indeks massa tubuh pasien gagal ginjal kronik di RSUD ARIFIN
ACHMAD PROVINSI RIAU (Diakses 10 Februari 2016).

Rohmah. N, (2009). Proses Keperawatan Teori Dan Aflikasi Yogyakarta : Ar-


ruzz

Sari. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Dalam


Pembatasan Asupan Cairan pada Klien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Terapi Hemodialisa di Ruang Hemodialisis RSUP Fatimah.
Jakarta.

Smeltzer. SC & Bare B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical


nursing.8th Edition, Alih Bahasa Waluyo A. Jakarta: (2008) (buku asli
diterbitkan tahun 1996)

Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih bahasa Ramona P.
Kapoh, Eghi Komara Yudha; editor edisi Bahasa Indonesia. Pamalih
Eko Karyani, Edisi 5,Jakarta: EGC.

Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9 ed.).


Missouri: Mosby, Inc.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suharyanto, Toto. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Me.

Suwitra K. (2007). Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
1 Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.581-584.

Wilkinson.J.M. (2007) Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC


dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung; PT. Refika Aditama.

Yusuf. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI SPIRITUAL DZIKIR

Topik Penerapan terapi modalitas berupa terapi spiritual dzikir pada


pasien
Pengertian Terapi yang menggunakan media dzikir mengingat Allah yang
bertujuan untuk memfokuskan pikiran. Dengan bacaan do’a
dan dzikir orang akan menyerahkan segala permasalahan
kepada Allah, sehingga beban stress yang dihimpitnya
mengalami penurunan. (Fanada, 2012 dikutip Indri W, 2014)
Tujuan 1. Dzikir dapat mengusir, menundukkan dan membakar

setan, karena dzikir bagaikan benteng yang sangat kokoh

yang mampu melindungi seorang hamba dari serangan

musuh-musuhnya.

2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan

depresi, dan dapat mendatangkan ketenangan,

kebahagiaan dan kelapangan hidup. Karena dzikir

mengandung psikoterapeutik yang mengandung kekuatan

spiritual atau kerohanian yang dapat membangkitkan rasa

percaya diri dan rasa optimisme yang kuat dalam diri

orang yang berdzikir.

3. Dzikir dapat menghidupkan hati

4. Dzikir dapat menghapus dosa dan menyelamatkannya dari

adzab Allah, karena dengan berdzikir dosa akan menjadi

suatu kebaikan yang besar, sedang kebaikan dapat

menghapus dan menghilangkan dosa.


Waktu Setelah melaksanakan kegiatan shalat 5 waktu
Pelaksana Mahasiswa Praktika Senior
Prosedur A. Persiapan Alat dan Lingkungan
Penatalaksanaa 1. Persiapan perlengkapan ibadah (seperti tasbih, sajadah,
n Terapi
dsb)
Spiritual Dzikir
2. Lingkungan yang hening sehingga dapat berkonsentrasi

secara penuh
B. Langkah-langkah
Langkah-langkah respon rileksasi menurut Dr.dr Samsuridjal

Djauzi, SpPD., KAI (2008) antara lain :

1. Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan

2. Duduklah dengan santai

3. Tutup mata

4. Kendurkan otot-otot

5. Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan

kalimat spiritual yang dibaca secara berulang-ulang

6. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan

pikiran

7. Lakukan selama 10 menit

8. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah

dulu dan beristirahat, buka pikiran kembali, barulah

berdiri dan melakukan kegiatan kembali.

C. Kriteria Evaluasi

1. Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual

menggunakan catatan aktivitas terapi yang telah

dilakukan.

2. Menganalisis sesi yang telah dilakukan untuk melihat

kefektifan terapi.

3. Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga perawat


dapat mengetahui progres teknik yang dilakukan klien

dalam mengembangkan sesi.


Tindakan Keperawatan (Keliat et.al.2011)
Ditujukan pada pasien Harga Diri Rendah :
Tindakan Keperawatan
a. Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan.
b. Praktikkan bicara pada diri (self talk): tuliskan gambaran singkat tentang
perubahan dan konsekuensi yang ditimbulkan, (contohnya : Kenapa saya
harus sakit seperti ini ?) dan tuliskan 3 hal manfaat tentang situasi ini
c. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
Perawat dapat melakukan hal-hal berikut :
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien.
2) Beri pujian yang realisitik dan hindarkan penilaian negatif.
d. Membantu klien untuk memilih/mentapkan kemampuan yang akan dilatih.
e. Latih kemampuan yang dipilih klien.
f. Bantu klien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan klien sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan.
4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang akan dilatih
5) Berikan klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
g. Bantu individu menerima perasaan positif dan negatif.
h. Anjurkan analisis terhadap perilaku terbaru dan konsekuensi yang telah
dilatih.
i. Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol
terhadap situasi (misal bila terus-menerus menyalahkan orang lain
terhadap masalah).
1. SP 1 pasien: Assesment harga diri rendah dan mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
a. Bina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil
pasien sesuai nama panggilan yang disukai
2) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian tanda dan
gejala agar proses penyembuhan lebih cepat.
b. Membuat kontrak (inform consent) setiap pertemuan
c. Bantu pasien mengenal harga diri rendah:
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya..
2) Bantu pasien menyadari perilaku akibat harga diri rendah
3) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan
evaluasi diri yang positif yang terdahulu
d. Bantu pasien mengidentifikasi keterbatasan serta potensi yang
dimiliki.
e. Memberi motivasi pada klien dan memberi penguatan.
f. Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga dan
lingkungan.

Strategi Komunikasi
Orientasi
Salam Terapeutik :
“Assalamu’alaikum mba/mas, Perkenalkan nama saya Haqwa. Saya
mahasiswa dari Stikes Muhammadiyah Gombong yang bertugas
merawat mba/mas disini.
“Nama mba/mas siapa?Suka di panggilnya apa?”
Evaluasi/Validasi :
“Bagaimana perasaan mba/mas hari ini?”
Kontrak :
“Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang apa yang
mba/mas rasakan sehubungan dengan kondisi mba/mas sekaligus cara
mengatasinya?Bagaimana kalo disini saja ya mba/mas?”
Kerja
“Apa yang mba/mas rasakan sekarang? Adakah hal lain yang mba/mas
pikirkan terkait kondisi yang sedang dihadapi?Apakah ada perasaan
khawatir atau perasaan yang lain?”
“Apa yang menyebabkan mba/mas merasa seperti itu?Menurut
mba/mas, apa yang mba/mas yakini tentang kondisi
mba/mas?Bagaimana dukungan keluarga atau orang yang terdekat
dengan terkait kondisi mba/mas saat ini?Bagaimana dengan
pembiayaan rumah sakit? Apa mba/mas pernah mengalami perasaan
seperti ini sebelumnya?Bagaimana prestasi mba/mas saat masih
sekolah?Adakah orang yang sangat berarti buat mba/mas saat
ini?Orang tua?keluarga yang lain?Bagaimana hubungan mba/mas
dengan teman?kerabat dekat?tetangga?”
“Apa yang biasanya mba/mas lakukan kalau perasaan minder itu mulai
muncul?Apakah mba/mas pernah menyampaikan masalah ini ke
orang-orang terdekat mba/mas?Kalau pernah kepada siapa mba/mas
menceritakan masalah ini?”
“Baiklah mba/mas, mari kita buat catatan tentang aspek positif yang
mba/mas miliki yang masih dapat di lakukan di rumah sakit ini. Bagus
sekali mba/mas sudah bisa menuliskan 3 aspek positif yang saat ini
masih mba/mas miliki. Bagaimana kalau kita optimalkan aspek positif
yang mba/mas miliki itu. Ya bagus mba/mas, mba/mas mau mengisi
kegiatan dengan teknik relaksasi dan berdzikir. Kita masukkan
kegiatan ke dalam jadwal mba/mas yah?”
Terminasi :
Evaluasi
“Ga terasa sudah 15 menit kita berbincang ya mba/mas, bagaimana
perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?Apakah bermanfaat bagi
mba/mas?Bagus. Coba mba/mas ceritakan lagi apa yang sudah kita
obrolkan hari ini. Ya bagus sekali..”
Rencana Tindak lanjut
“Tadi kita sudah memasukkan kegiatan dengan teknik relaksasi dan
berdzikir ke dalam jadwal harian”.
Kontrak yang akan datang:
“Besok kita akan ketemu lagi. Dan kita akan berlatih kemampuan
teknik relaksasi dan berdzikir yang sudah direncanakan.
Bagaimana?Kita bertemu pagi hari disini?Baiklah saya akan pamit
dulu. Sampai ketemu besok pagi ya mba/mas. Assalamu’alaikum”.

2. SP 2 Pasien : Melatih pasien melakukan kegiatan yang telah dipilih


a. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang
dipilih
b. Melatih kemampuan yang dipilih
c. Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang
dilakukan.

Strategi Komunikasi
Orientasi :
Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mba/mas”
Evaluasi
“Bagaimana perasaannya pagi ini?
Validasi
“Apakah mba/mas sudah mencoba kegiatan yang akan dilatih? Coba
saya lihat jadwal kegiatan hariannya? Wahh baguss.”
Kontrak
“Baiklah, sesuai kontrak kemarin kita akan latihan kemampuan yaitu
teknik relaksasi dan berdzikir. Tujuannya agar mba/mas mampu melatih
kemampuan yang telah mba/mas pilih dan lebih mengingat Allah SWT,
Bagaimana mba/mas setuju? Baik, mari sekarang kita akan latihan
kemampuan mba/mas.
“Waktunya sekitar 15 menit”.
Kerja
“Baiklah mba/mas sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Pertama mba/mas tarik nafas dalam-dalam dari hidung, keluarkan
lewat mulut, dengan diikuti membaca istighfar jika mampu lalu di
lanjutkan dengan berdzikir mengucapkan subhanallah, alhamdulilah
dan allahuakbar. Nah selesai.”
“Sekarang coba mba/mas yang melakukan”
“Bagus sekali, mba/mas dapat mempraktekkan tarik nafas dalam dan
berdzikir dengan baik.”
Terminasi
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah latihan teknik nafas dalam dan
berdzikir?”
Evaluasi objektif
“Coba ibu sebutkan lagi cara latihan teknik nafas dalam dan berdzikir”
Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana jika kegiatan teknik nafas dalam dan berdzikir ini
dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari mba/mas. Mau berapa kali
mba/mas melakukan teknik nafas dalam dan berdzikir? Bagus sekali
saat cuci darah dan sehabis solat yah?”
Kontrak
“Besok kita akan latihan ulang untuk kemampuan yang tadi sudah
diajarkan. Bagaimana?”
“Waktunya sama yah mba/mas seperti ini? Kalo begitu saya pamit dulu
mba/mas. Assalamu’alaikum.”
Jadwal kegiatan harian pasien 1 di ruang Cempaka
Jumat Sabtu Minggu Senin
No Kegiatan
M B T M B T M B T M B T
1. Latihan Bantu Bantu Bantu Mandiri
teknik
relaksasi

2 Berdzikir Tidak Bantu Bantu Bantu


Melakukan

Ket :
M : Mandiri
B : Bantu
T : Tidak melakukan
Jadwal kegiatan harian pasien 2 di ruang Hemodialisa

Kamis Senin
No Kegiatan
M B T M B T
1. Latihan teknik Bantu Mandiri
relaksasi

2 Berdzikir Bantu Mandiri

Ket :
M : Mandiri
B : Bantu
T : Tidak melakukan
Pengukuran Kemampuan Teknik Relaksasi dan Berdzikir

No Kemampuan Pasien 1 Pasien 2


Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 1 Hari 2
1. Klien
memposisikan
senyaman mungkin 0 1 1 1 0 1
kemudian tutup
mata
2. Klien menarik
nafas dalam dengan
mengangkat dada
dan perut secara
0 0 1 1 1 1
perlahan hitung
sampai 4, tarik
nafas pada
hitungan 1 dan 2.
3. Klien
mengeluarkan
nafas dengan
perlahan-lahan 0 0 1 1 1 1
keluarkan napas
pada hitungan 3
dan 4
4. Klien mengulangi
teknik nafas dalam
(dapat dilakukan 0 0 1 1 1 1
dengan membaca
istighfar)
5. Klien membaca
dzikir meliputi
Subhanallah, 0 0 0 0 0 1
Alhamdulilah,
Allohu Akbar,
SOP TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

1. Mencari posisi yang paling nyaman


2. Pasien meletakkan lengan disamping pasien
3. Kaki jangan di silangkan
4. Tarik napas dalam, rasakan perut dan dada anda terangkat perlahan
5. Rileks, keluarkan napas dengan perlahan-lahan
6. Hitung sampai 4, tarik napas pada hitungan 1 dan 2, keluarkan napas pada
hitungan 3 dan 4
7. Lanjutkan bernapas dengan perlahan, rilekskan tubuh, perhatikan setiap
ketegangan pada otot anda
8. Lanjutkan untuk bernapas dan rileks
9. Konsentrasi pada wajah anda, rahang anda, leher anda, perhatikan setiap
Kesulitan
10. Napas dalam kehangatan dan relaksasi kosentrasi setiap ketegangan di tangan
anda, perhatikan bagaimana rasanya
11. Sekarang buat kepalan-kepalan tangan yang kuat, saat anda mulai
mengeluarkan napas, relaksasikan kepala dan tangan anda.
12. Perhatikan apa yang dirasakan tangan anda, pikir “rileks” tangan anda terasa
hangat, berat atau ringan.
13. Upayakan untuk lebih rileks dan lebih rileks lagi.
14. Sekarang focus pada lengan atas anda, perhatikan setiap ketegangan,
relaksasikan lengan anda, biarkan perasaan relaksasi menyebar dari jari-jari
dan tangan anda melalui otot lengan anda.

(sumber : elita,2013)
LEMBAR ASSESMENT TANDA DAN GEJALA HDRS
PADA PASIEN 1

No. TANDA DAN GEJALA HDRS Pasien 1


Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Kognitif
1. Merasa tidak mampu mengahadapi situasi atau peristiwa. 1 1 0 0
2. Mengungkapkan tidak berdaya menghadapi situasi atau peristiwa. 1 1 1 1
3. Mengungkapkan tidak berguna, tidak bisa menghadapi situasi atau peristiwa 1 1 0 0
yang dialami
4. Mengungkapkan tidak perguna, tidak bisa menjalankan peran akibat situasi atau 1 0 0 0
peristiwa yang dialami
5. Mengungkapkan bimbang saat hendak melakukan aktivitas 1 0 0 0
6. Mengungkapkan adanya tantangan situasional terhadap harga diri 1 1 0 0
Jumlah 6 4 1 1
Afektif
1. Merasa tidak berdaya 1 0 0 0
2. Merasa malu 1 1 1 1
3. Merasa bersalah 1 1 1 1
4. Merasa tidak mampu 1 0 0 0
5. Merasa tidak berguna 1 0 0 0
6. Merasa putus asa 1 1 1 1
7. Merasa sedih 1 1 1 1
8. Merasa tersinggung 0 0 0 0
Jumlah 7 4 4 4
Fisiologis
1. Ada perubahan actual dan struktur tubuh (salah satunya) 0 0 0 0
2. Insomnia atau gangguan tidur 1 1 1 1
3. Peningkatan tekanan darah 1 0 0 0
4. Makan dan minum berlebihan atau sebaliknya 1 1 1 1
5. Penurunan berat badan 1 0 0 0
No. TANDA DAN GEJALA HDRS Pasien 1
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
6. Pusing dan sakit kepala 1 1 1 1
7. Kelelahan dan keletihan 1 1 1 1
8. Tampak lesu 1 1 1 1
9. Kurang nafsu makan 1 1 1 1
10. Mual dan muntah 1 1 0 0
11. Konstiasi atau diare 1 0 0 0
Jumlah 10 7 6 6
Perilaku
1. Kurang mendukung program pengobatan (malas makan dan minum obat) 1 0 0 0
2. Kurang mampu melakukan sesuatu aktivitas (penurunan produktifitas) 1 1 1 1
3. Tampak ragu-ragu atau bimbang melakukan sesuatu 1 1 0 0
4. Tidak suka membicarakan penyakitnya 0 0 0 0
5. Menolak memegang bagian yang sakit/penolakan realitas 0 0 0 0
Jumlah 3 2 1 1
Sosial
1. Banyak diam (tidak membicarakan penyakitnya) 1 1 1 1
2. Tidak suka berkomunikasi secara verbal 0 0 0 0
3. Kurang kontak mata 1 1 1 1
4. Kurangnya partisipasi social(dalam pembicaraan) 1 1 0 0
Jumlah 3 3 2 2
LEMBAR ASSESMENT TANDA DAN GEJALA HDRS
PADA PASIEN 2

No. TANDA DAN GEJALA HDRS Pasien 2


Hari 1 Hari 2
Kognitif
1. Merasa tidak mampu mengahadapi situasi atau peristiwa. 1 0
2. Mengungkapkan tidak berdaya menghadapi situasi atau peristiwa. 0 0
3. Mengungkapkan tidak berguna, tidak bisa menghadapi situasi atau peristiwa yang dialami 0 0
4. Mengungkapkan tidak perguna, tidak bisa menjalankan peran akibat situasi atau peristiwa yang 0 0
dialami
5. Mengungkapkan bimbang saat hendak melakukan aktivitas 1 0
6. Mengungkapkan adanya tantangan situasional terhadap harga diri 1 0
Jumlah 3 0
Afektif
1. Merasa tidak berdaya 0 0
2. Merasa malu 1 1
3. Merasa bersalah 1 1
4. Merasa tidak mampu 1 0
5. Merasa tidak berguna 1 0
6. Merasa putus asa 1 0
7. Merasa sedih 0 0
8. Merasa tersinggung 0 0
Jumlah 5 2
Fisiologis
1. Ada perubahan actual dan struktur tubuh (salah satunya) 0 0
2. Insomnia atau gangguan tidur 0 0
3. Peningkatan tekanan darah 0 0
4. Makan dan minum berlebihan atau sebaliknya 1 1
5. Penurunan berat badan 0 0
No. TANDA DAN GEJALA HDRS Pasien 2
Hari 1 Hari 2
6. Pusing dan sakit kepala 1 0
7. Kelelahan dan keletihan 0 0
8. Tampak lesu 1 0
9. Kurang nafsu makan 0 0
10. Mual dan muntah 0 0
11. Konstiasi atau diare 0 0
Jumlah 3 1
Perilaku
1. Kurang mendukung program pengobatan (malas makan dan minum obat) 0 0
2. Kurang mampu melakukan sesuatu aktivitas (penurunan produktifitas) 0 0
3. Tampak ragu-ragu atau bimbang melakukan sesuatu 0 0
4. Tidak suka membicarakan penyakitnya 0 0
5. Menolak memegang bagian yang sakit/penolakan realitas 0 0
Jumlah 1 0
Sosial
1. Banyak diam (tidak membicarakan penyakitnya) 1 0
2. Tidak suka berkomunikasi secara verbal 0 0
3. Kurang kontak mata 0 0
4. Kurangnya partisipasi social(dalam pembicaraan) 0 0
Jumlah 1 0

Anda mungkin juga menyukai