Anda di halaman 1dari 34

Case Report Session

URETHRITIS GONORE

Oleh :

Muhammad Reza Nasution 1740312223

Yola Anggraeni 1310311081

Preseptor :

dr. Tutty Ariani, Sp.DV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2018
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga

dapat menyelesaikan case report Urethritis Gonore.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Tutty Ariani, Sp.DV dan Dr. dr. Satya Wydya

Yenny, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV sebagai preseptor, serta kepada semua pihak yang telah

mendukung dalam penulisan case report ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan case

ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari

berbagai pihak sehingga dapat bermanfaat dalam memberikan wawasan dunia kesehatan untuk

Indonesia yang lebih sehat.

Padang, 9 Juli 2018

Tim Penulis

i
Case Report Session
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR SINGKATAN iv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 2

1.4 Metode Penulisan 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definsi 3

2.2 Epidemiologi 3

2.3 Etiologi 3

2.4 Patogenesis 4

2.5 Faktor Predisposisi 4

2.6 Gejala Klinis 5

2.7 Diagnosis 7

2.8 Diagnosis Banding 11

2.9 Pengobatan 11

2.10 Alur Tatalaksana 13

2.11 Komplikasi 15

2.12 Prognosis 15

ii
Case Report Session
BAB 3 LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien 16

3.2 Anamnesis 16

3.3 Pemeriksaan Fisik 19

3.4 Resume 21

3.5 Diagnosis Kerja 21

3.6 Diagnosis Banding 21

3.7 Pemeriksaan Gram 22

3.8 Diagnosis 22

3.9 Terapi 22

3.10 Prognosis 22

BAB 4 DISKUSI 23

DAFTAR PUSTAKA 24

iii
Case Report Session
DAFTAR SINGKATAN

IMS : Infeksi Menular Seksual

PID : Pelvic Inflammatory Disease

iv
Case Report Session
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gonore merupakan salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan

oleh bakteri gram negatif Neisseria gonorrhoeae pada epitel dan umumnya

bermanifestasi sebagai servisitis, uretritis, proktitis, dan konjungtivitis.1 Insiden

infeksi gonore masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Insiden infeksi

gonore lebih tinggi di negara berkembang dari pada negara maju. Di Amerika Serikat

insiden tertinggi pada wanita usia 15-19 tahun dan 20-24 tahun pada pria.1

Gonore yang tidak ditatalaksana dengan baik dapat mengakibatkan masalah

yang serius dan permanen bagi perempuan dan laki-laki. Gonore yang ditatalaksana

dengan baik dapat menyebabkan pelvic inflammatory disease (PID). PID akan

mengakibatkan komplikasi berupa terbentuknya jaringan parut yang dapat

menghambar tuba falopi, kehamilan ektopik, infertilias, dan nyeri pelvis dan

adominal kronik. Laki-laki yang tidak mendapat pengobatan gonore dengan benar

dapat mengakibatkan testis yang lengket, dan dapat meningkatkan risiko infertilitas.

Walaupun jarang, gonore dapat menyebar ke darah dan sendi dan tentunya

mengancam nyawa. Gonore juga meningkatkan risiko mendapat HIV/AIDS. 6

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai gonore meliputi definisi, epidemiologi,

etiopatogenesis, gejala klinis, diagnosis, tatalaksana.

1
Case Report Session
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami mengenai definisi,

epidemiologi, etiopatogenesis, gejala klinis, diagnosis, tatalaksana, pada gonore.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini adalah dengan studi kepustakaan.

2
Case Report Session
BAB 2

TINJAUANPUSTAKA

2.1 Definisi

Infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri gram negatif

Neisseria gonorrhoeae pada epitel dan umumnya bermanifestasi sebagai servisitis,

uretritis, proktitis, dan konjungtivitis 1

2.2 Epidemiologi

Insiden infeksi gonore masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia.

Insiden infeksi gonore lebih tinggi di negara berkembang daripada negara maju. Di

Amerika Serikat insiden tertinggi pada wanita usia 15-19 tahun dan 20-24 tahun pada

pria.1

Transmisi penyakit ini umumnya melalui hubungan seksual secara genito-

genital, oro-genital, dan ano-genital, namun dapat juga melalui alat-alat yang dipakai

sehari-hari seperti handuk, pakaian, dan sebagainya. Angka kejadian penyakit ini di

RSCM dilaporkan menempati urutan ke-3 setelah kondiloma akuminata, infeksi

genital non spesifik.2

2.3 Etiologi

Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri gram negatif, tidak membentuk spora

dan hidup tunggal dan berpasangan (sebagai monokokus dan diplokokus). Kuman ini

bersifat tahan asam. Pada pewarnaan dengan giemsa terlihat di dalam maupun diluar

leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak

tahan suhu diatas 39oC dan tidak tahan desinfektan.2

3
Case Report Session
Mukosa epitel kuboid atau epitel berlapis gepeng merupakan daerah yang

paling mudah terinfeksi. Daerah ini terdapat pada vagina perempuan sebelum

pubertas.2

2.4 Patogenesis

Virulensi dari N.gonorrhoeae ditentukan dari pili yang memediasi

penempelan, serta kemampuan kumat tersebut bertahan dari kekuatan aliran

hidrodinamik pada uretra, hal tersebut juga dapat menghambat pengambilan oleh

fagosit. Invasi dan multiplikasi terjadi pada sel kolumnar penghasil mukus pada

saluran genitourinaria, mata, rektum, dan faring.3 Proses invasi dan endositosis di

fasilitasi oleh protein permukaan N.gonorrhoeae yaitu Porin. Opacity associated

protein berperan dalam penempelan ke sel epitel. Variasi antigen protein permukaan

selama infeksi memungkinkan bakteri ini menghindari repon imun penjamu.

Gonococcal Lipooligosaccharide (LOS), berperan dalam aktifitas endotoksik dan

berkontribusi pada efek sitotoksik lokal. LOS juga dapat memodulasi respon Th2

sehingga mengurangi kemampuan bersihan infeksi gonokokal.1

Faktor inang juga berperan dalam memediasi masuknya bakteri kedalam sel.

Pelepasan diacylglicerol dan ceramide dibutuhkan untuk masuk kedalam sel epitel.

Akumulasi ceramide dalam sel akan menginduksi apoptosis yang akan menganggu

integritas epitel dan memfasilitasi masuknya bakteri ke dalam subepitel.1

2.5 Faktor Predisposisi

Faktor risiko untuk infeksi Neisseria gonorrhoeae antana lain status sosial

ekonomi yang rendah, aktivitas seksual yang dini, hidup serumah tanpa ikatan

perkawinan, homoseksual, heteroseksual, biseksual, adanya riwayat infeksi Neisseria

4
Case Report Session
gonorrhoeaea sebelumnya, pengobatan gonore dengan antibiotik yang tidak adekuat

dan seks bebas.4,5

2.6 Gambaran Klinis

Masa inkubasi bervariasi, pada laki-laki 2-5 hari atau bahkan lebih lama, hal

ini disebabkan karena penderita cenderung mengobati sendiri sehingga menimbulkan

gejala yang samar. Pada perempuan umumnya bersifat asimtomatik.2


-
Pria dengan infeksi urogenital

a. Uretritis akut, merupakan manifestasi mayor infeksi gonokokal pada pria.

Gejala awal berupa rasa nyri dan rasa terbakar saat buang air kecil, serta

discharge mukoid. Selanjutnya, setelah beberapa hari discharge berubah

menjadilebih banyak dan purulen, kadang bersama sedikit darah segar.

Apabila uretritis tidak diterapi akan mencapai puncak dalam 2 minggu,

dengan resolusi spontan pada 95 % dari pasien dalam waktu 6 bulan.

b. Epididimitis, biasanya terjadi unilateral disertai nyeri dan pembengkakan

posterior skrotum.

c. Prostitis, jarang terjadi biasanya dengan gejala urgensi, rasa tidak nyaman

abdominal, hematuria, demam dan nyeri saat ereksi.

d. Bila mengenai rektum, akan terasa nyeri, pruritus, discharge dan

tenesmus.1
-
Wanita dengan infeksi urogenital

Sekitar 60-80 % wanita bersifat asimtomatik, biasanya diketahui dari

partner seksual yang simtomatis. Gejala mayor seperti vaginal discharge,

dispareunia, dan nyeri abdomen bawah.

5
Case Report Session
a. Servisitis, terjadi sekitar 10 hari pajanan. Discharge pada endoservisitis

merupakan gejala tersering yang tidandai dengan adanya cairan, purulen,

dan berbau kurang sedap. Wanita yang terpajan dapat asimtomatis

berbulan-bulan. Bila tidak segera diatasi, penyakit ini dapat berkembang

menjadi PID (Pelvic Inflammatory Disease) pada 15 % penderita.

b. Pelvic Inflammatory Disease (PID), ditandai dengan nyeri abdomen

bawah, peningkatan vaginal discharge atau uretral discharge yang

mukopurulen, disuria, nyeri adneksa, kadang ditemukan dengan demam,

menggigil, mual dan muntah. Nyeri perut kuadran kanan akibat

perihepatitis (sindrom Fiz-Hugh-Curtis) terjadi akibat penyebaran

organisme melalui peritonium.

c. Infeksi rektum sering asimtomatis, dapat terjadi nyeri, tenesmus, bahkan

diare berdarah. Infeksi rektal dapat terjadi secara lokal akibat dari

hubungan seksualmelalui anal maupun kontaminasi dari vagina.1

- Infeksi gonokokal diseminata

Biasanya terjadi 6 kali lebih sering pada wanita, berhubungan erat dengan

menstruasi, terjadi sekitar 1 minggu setelah awal menstruasi. Gejala bervariasi

berupa sindrom dermatitis-artritis, disertai demam tidak terlalu tinggi. Nyeri

sendi dan tendon merupakan gejala tersering yang berupa poliatralgia yang

berpindah-pindah. Dapat disertai pembengkakan dan efusi cairan sendi.

Biasanya terjadi pada sendi lutut, metakarpofalangeal, pergelangan tangan dan

kaki. Keluhan rash terjadi pada 25 % penderita. Endokarditis gonokokal,

6
Case Report Session
ditandai dengan demam, menggigil, berkeringat, serta malaise. Didapatkan

nyeri dada, batuk dan dispnea yang menyertai adanya artralgia dan rash.1

2.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

- Keluhan utama

- Keluhan tambahan

- Riwayat perjalanan penyakit

- Faktor resiko :

1. Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir

2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan

terakhir

3. Mengalami ≥ 1 IMS dalam 1 bulan terakhir

4. Perilaku pasangan seksual beresiko tinggi

- Siapa yang menjadi pasangan seksual tersangka (wanita/pria/penjaja

seks, teman, pacar, suami isteri)

- Kapan kontak seksual tersangka dilakukan

- Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital,

anogenital)

- Penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu)

7
Case Report Session
- Riwayat dan pemberi pengobatan sebelumnya (dokter/bukan

dokter/sendiri

- Hubungan keluhan dengan keadaan lainnya-menjelang/sesudah

haid;kelelahan fisik/psikis; penyakit : diabetes, tumor, keganasan, dan

lain-lain;penggunaan antibiotik;kortikosteroid,kontrasepsi;pemakaian

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR);rangsangan

seksual;kehamilan;kontak seksual

- Riwayat IMS sebelumnya dan pengobatannya

- Hari terakhir haid

- Nyeri perut bagian bawah

- Cara kontrasepsi yang digunakan dan mulai kapan.6

2. Pemeriksaan Fisik

Laki - Laki Perempuan

- Discharge purulen atau mukopurulen 1. Discharge vaginal atau mukopurulen,

uretra, didapatkan dengan melakukan atau discharge servikal

teknik milking 2. Perdarahan vagina, vulvovaginitis

- Pemeriksaan epididimitis : nyeri dan kerapuhan serviks (tendensi

edema epididimal unilateral perdarahan saat manipulasi

3. Nyeri gerakan serviks saat

pemeriksaan palpasi bimanual

4. Rasa penuh dan/tenderness pada

adneksa, unilateral maupun bilateral

8
Case Report Session
5. Nyeri/tenderness pada abdominal

bawah, dengan atau tanpa rebound

tenderness

6. Nyeri punggung (terutama PID)

7. Tenderness kuadran kanan atas (bila

perihepatitis).1

3. Pemeriksaan penunjang

- Sediaan langsung

Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram ditemukan kuman gonokok

gram negatif, intraseluler atau ekstraseluler. Bahan duh diambil dari fosa

navikularis pada laki-laki, sedangkan perempuan diambil dari muara uretra,

dan muara kelenjar bartholini. Sensitivitas pemeriksaan bervariasi 90-95%

pada duh uretra laki-laki, sedangkan endoserviks 45-65 %, dengan spesifitas

yang tinggi yaitu 90-99 %.2

- Kultur

Untuk identifikasi jenis spesies. Ada 2 macam media yang dapat digunakan

Media transport berupa :

a. Media Stuart, hanya sebagai media transpor saja sehingga perlu ditanam

kembali pada media pertumbuhan

b. Media Transgrow, merupakan gabungan dari media transpor dan media

pertumbuhan sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan lagi.

Media ini merupakan modifikasi dari media Thayer Martin dengan

menambahkan trimetroprim untuk mematikan Proteus spp.2

9
Case Report Session
Media pertumbuhan berupa

a. Mc Leod’s chocolate agar merupakan media nonselektif. Berisi agar

coklat, agar serum. Kuman-kuman lain juga dapat tumbuh selain

N.gonorrhoeae

b. Media Thayer Martin, selektif untuk isolasi N. gonorrhoeae. Mengandung

vankomisin untuk menekan kuman gram positif, kolestrimetat untuk

menekan kuman gram negatif, dan nistatin untuk menekan

pertumbuhan jamur.2

- Tes konfirmasi (definitif)

a. Tes oksidase

Reaksi oksidasi yang mengandung larutan trimetil-p-fenilendamin

hidroklorida 1 % ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua

Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang

semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.2

b. Tes fermentasi

Tes oksidatif positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memaka glukosa,

maltosa, dan sukrosa. N.Gonorhoeae hanya meragikan glukosa.2

c. Tes beta laktamase

Menggunakan cefinase TM dis. BBL 961192 yang mengandung chromogenic

cephalosporin, akan menyebabkan perubahn warna dari kuning menjadi

merah apabila kuman mengandung enzim betalaktamase

d. Tes Thomson

10
Case Report Session
Untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Syarat yang

perlu diperhatikan adalah :

- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi

- Urin dibagi dalam dua gelas

- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II

- Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling

sedikit 80-100 ml.2

2.8 Diagnosis Banding

- Uretritis non gonokokal

- Servisistis

- Vaginitis akibat Chlamidya trachomatis, Gardnerella vaginalis, Trichomonas,

Candida.1

2.9 Pengobatan

- Non Medika mentosa

1. Lakukan pengobatan pada pasangan tetapnya

2. Anjurkan abstinensia sampa infeksi dinyatakan sembuh secara laboratoris,

bila tidak memungkinkan anjurkan memakai kondom

3. Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan hari ke-7

4. Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat terjadi,

pentingnya keteraturan berobat.

5. Lakukan Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) terhadap infeksi

HIV dan kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual lain

11
Case Report Session
6. Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS lainnya.2

- Medikamentosa

1. Sefiksim

Merupakan sefalosporin generasi ke-3 dipakai sebagai dosis tunggal 400 mg.

Efektivitas dan sensitifitas sampai saat ini paling baik yaitu 95 %.

2. Levofloksasin

Dosis tunggal 500 mg.

3. Tiamfenikol

Dosis tunggal secara oral 3,5 gram. Tidak dianjurkan pemakaian pada

kehamilan.2

Tabel 1 Pengobatan duh tubuh uretra

12
Case Report Session
2.10 Alur penatalaksanaan

13
Case Report Session
14
Case Report Session
2.11 Komplikasi

Komplikasi lokal berupa Salfingitis akut (PID), abses kelenjar bartholini pada

wamita, epididimitis, penile lymphangitis, prostatitis, seminal vasculitis dan striktur

uretra pada pria. Komplikasi jangka panjang dari PID yaitu sterilitas dan kehamilan

ektopik.Infeksi gonokokal disminata berkomplikasi endokarditis, meningitis, dan

miokarditis, gagal jantung.1

2.12 Prognosis

Dengan terapi segera, infeksi gonokokus pada uretra jarang menyebabkan

morbiditas jangka panjang.1

15
Case Report Session
BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat : Jl. Andalas No 80, Padang

Status Perkawinan : Menikah

Negara Asal : Indonesia

Agama : Islam

No HP : 082169009800

Tanggal Pemeriksaan : 4 Juli 2018

3.2. ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki usia 22 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin

RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 4 Juli 2018 dengan:

1. Keluhan Utama:

Nyeri saat BAK yang disertai keluarnya cairan kental berwarna kuning dari

kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

- Nyeri saat BAK yang disertai keluarnya cairan kental berwarna kuning

dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Cairan

16
Case Report Session
kental berwarna kuning dan tidak berbau. Cairan keluar spontan dari

kemaluan saat bangun tidur (pagi hari). Tidak ada nyeri saat cairan

keluar dan tidak ada keluhan gatal pada kemaluan.

- Awalnya ± 1 bulan yang lalu pasien berhubungan seksual dengan

wanita yang bukan istrinya (PSK). Pasien mengaku berhubungan

seksual secara oro-genital dan genito-genital. Waktu berhubungan

seksual pasien tidak menggunakan kondom. 5 hari setelah

berhubungan seksual pasien mengeluh nyeri setelah BAK dan 7 hari

setelah hubungan seksual terakhir keluar cairan kental kuning dari

kemaluan.

- Keluhan susah menahan buang air kecil tidak ada, keluhan buang air

kecil menetes tidak ada, keluhan buang air kecil berdarah tidak ada,

keluhan buang air kecil berpasir tidak ada.

- Riwayat keputihan, tukak/kutil kelamin pada pasangan (PSK) tidak

diketahui.

- Pasien sudah menikah pada tahun 2017 dan sudah bercerai. Riwayat

keputihan, tukak/kutil kelamin pada pasangan (mantan istri) tidak ada.

Riwayat berhubungan seksual dengan istri setelah mengetahui adanya

kencing bernanah disangkal.

- Pasien mengaku pernah berhubungan seksual dengan mantan pacar

sebelum menikah pada tahun 2015.

17
Case Report Session
- BAK nyeri sejak 5 hari yang lalu. Nyeri dirasakan saat BAK. BAK

berwarna kuning, kadang bercampur dengan cairan putih kekuningan

kental, tidak berdarah, tidak berpasir, dan tidak berbusa.

- Riwayat berhubungan seksual bebas sejak tahun 2015, terakhir

berhubungan bebas 1 bulan yang lalu, dengan seorang perempuan

yang bukan pasangan sah nya (PSK) . Pasien mengaku berhubungan

secara oro-genital dan genito-genital. Pasien telah melakukan

hubungan seksual dengan 3 wanita berbeda yakni pada tahun 2015,

tahun 2017, dan sekarang.

- Riwayat pasangan seksual pasien memiliki keluhan yang sama dengan

pasien tidak diketahui.

- Riwayat pasangan seksual pasien memiliki pasangan seksual lain ada.

- Pasien tidak mengalami demam dan tidak ada pembesaran KGB.

- Tidak ada keluhan tukak, gelembung, kutil, benjolan maupun riwayat

trauma pada kemaluan.

- Tidak ada keluhan bintik merah pada kulit.

- Tidak ada riwayat menggunakan narkoba suntik dan transfusi darah.

3. Riwayat penyakit Dahulu

- Pasien tidak pernah mengalami keluhan nyeri saat BAK dan keluar

cairan kuning kental dari kemaluan sebelumnya.

- Riwayat kutil di kelamin dan anus disangkal.

- Riwayat luka lecet/borok pada penis sebelumnya disangkal.

18
Case Report Session
- Riwayat bercak-bercak merah pada kedua tangan dan kaki disangkal.

4. Riwayat pengobatan:

Pasien sudah mengonsumsi ciprofloxacin 2x500 mg setelah gejala muncul

selama 2 minggu. Pasien mengonsumsi ciprofloxacin atas saran pegawai

Apotek. Keluhan nyeri saat BAK nya berkurang selama beberapa hari namun

masih keluar cairan kental kuning dari kemaluannya..

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita nyeri saat BAK dan keluarnya

cairan kuning kental dari kemaluan.

6. Riwayat atopi/riwayat alergi

- Riwayat asma tidak ada.

- Riwayat bersin-bersin di pagi hari tidak ada.

- Riwayat alergi obat tidak ada.

- Riwayat alergi makanan tidak ada.

- Riwayat alergi serbuk sari tidak ada.

- Riwayat urtikaria tidak ada.

- Riwayat konjungtivitis alergi tidak ada.

7. Riwyat pekerjaan, sosial, ekonomi, kejiwaan, dan kebiasaan

- Pasien seorang pegawai di perusahaan tekstil sebagai operator.

19
Case Report Session
20
Case Report Session
3.3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

- Keadaan umum : Tampak sakit ringan

- Kesadaran : Komposmentis Kooperatif

- Suhu : 370 C

- BB : 65 kg

- TB : 170 cm

- IMT : 22,5

- Status Gizi : Baik

- Kepala : Tidak ditemukan kelainan

- Pembesaran KGB : Tidak terdapat pembesaran KGB

- Pemeriksaan Thorax : Tidak ditmukan kelainan

- Pemeriksaan Abdomen : Tidak ditmukan kelainan

2. Status Dermatologikus : Tidak ditmukan kelainan

3. Status Venerologikus

1) Inspeksi

a) Pubis : edema (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-)

b) Penis : edema (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-)

c) OUE : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-) ,

duh (-)

d) Skrotum : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel

e) Perianal : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel

21
Case Report Session
f) Perineal : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel

g) KGB : Tidak terlihat pembesaran KGB Inguinal medial

2) Palpasi

a) KGB : Tidak ada pembesaran KGB Inguinal

4. Kelainan Selaput : Tidak ada kelainan

5. Kelainan Kuku : Tidak ada kelainan

6. Kelainan Rambut : Tidak ada kelainan

7. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB Inguinal (-)

2.10 RESUME

Pasien laki-laki usia 22 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin pada

tanggal 4 Juli 2018 dengan keluhan utama nyeri saat BAK yang disertai keluarnya

cairan kental berwarna kuning dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari

yang lalu. Riwayat berhubungan seksual dengan PSK ada dan tidak menggunakan

kondom. Pasien mengaku berhubungan seksual secara oro-genital dan genito-genital.

5 hari setelah berhubungan seksual pasien merasakan nyeri saat BAK dan keluar

cairan kental kuning dari kemaluan 7 hari setelah hubungan seksual tersebut. Pasien

sudah menikah pada tahun 2017 dan sudah becerai. Pasien pernah berhubungan seks

sebelum menikah dengan mantan pacarnya pada tahun 2015. Pasien tidak pernah

mengalami keluhan nyeri BAK dan keluar cairan kental kuning dari kemaluan seperti

ini sebelumnya. Pasien sudah mengonsumsi ciprofloxacin 2x500 mg untuk mengobati

gejala tersebut, pasien mengatakan bahwa obat tersebut dikonsumsinya atas saran

pegawai Apotek. Setelah mengonsumsi obat tersebut keluhan nyeri BAK pada pasien

22
Case Report Session
berkurang selama beberapa hari namun keluhan keluarnya cairan dari kemaluan

masih ada.

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan, obat-obatan, ataupun

riwayat atopi. Pasien seorang pegawai di perusahaan tekstil sebagai operator.

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan duh mukopurulen dari orifisium urethra

eksterna setelah di-milking, tidak ada pembesaran KGB, pubis, penis, perianal dan

perineal dalam batas normal.

3.5 DIAGNOSIS KERJA

Ureteritis e.c. susp.Gonore

3.6 DIAGNOSIS BANDING

Tidak ada diagnosis banding

3.7 PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN

Pada sediaan langsung dari bahan duh yang didapatkan secara milking dengan
pewarnaan Gram ditemukan hasil:
PMN: 50-70 sel/LPB
Ditemukan kuman diplococcus Gram negatif intraseluler dan ekstraseluler.

23
Case Report Session
3.8 PEMERIKSAAN ANJURAN
-
3.9 DIAGNOSIS
Uretritis Gonore non Komplikata
3.10 TATALAKSANA
a. Umum (Non-Farmakologi)
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoae yang ditularkan melalui kontak seksual dengan
berganti-ganti pasangan sehingga pasien harus menghindari berhubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan..

24
Case Report Session
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa prognosis penyakit ini baik apabila
pasien teratur minum obat dan menghindari berhubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan.
3. Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara
laboratorium, bila tidak memungkinkan anjurkan pemakaian kondom.
4. Kunjungan ulang hari ke-3.
5. Lakukan konseling mengenai pengobatan, komplikasi dan pentingnya
keteraturan pengobatan.
6. Anjurkan Provider Initiated Testing and Counceling (PITC) terhadap
infeksi HIV ke poliklinik VCT.
b. Khusus:
Sistemik : Ceftriaxon 250 mg IM

3.10 PROGNOSIS

Quo ad sanam : bonam

Quo ad vitam : bonam

Quo ad kosmetikum : bonam

Quo ad functionum : bonam

25
Case Report Session
BAB 4

DISKUSI

Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 22 tahun di Poli Kulit Kelamin RSUP
DR M Djamil Padang, dengan keluhan utama nyeri saat BAK disertai keluarnya
cairan kental kuning dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu.
Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
Dari anamnesis pasien mengeluhkan BAK bernanah yang terasa nyeri sejak 3
hari yang lalu. Penyebab nyeri saat berkemih ialah infeksi dan noninfeksi. Penyebab
infeksi yang terbanyak adalah sistitis, namun juga terdapat penyebab lain seperti
uretritis, penyakit menular seksual dan vaginitis. Sedangkan penyebab noninfeksi
dapat meliputi, adanya benda asing pada saluran kemih yang dapat terjadi pada pasien
dengan batu saluran kemih. Selain itu pada pasien ini juga mengeluhkan adanya
nanah yang keluar dari muara uretra. Adanya discharge pada pasien pada saluran
kemih dipikirkan terjadinya uretritis yang disebabkan oleh infeksi dan non-infeksi.
Perbedaan adanya infeksi dan non-infeksi ini dapat dibedakan dengan adanya
discharge genital atau tidak. Namun hal ini tidak sepenuhnya dapat digunakan,
karena terkadang uretritis akibat infeksi juga dapat ditemukan ketiadaan dari
discharge itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan anamnesis lainnya untuk
mendukung diagnosis. Nyeri saat BAK disertai nanah terutama di pagi hari, belum
berobat ke dokter untuk keluhan sekarang. Riwayat BAK bernanah dua tahun yang
lalu, berobat ke dokter umum dan mendapatkan dua macam obat tablet, namun pasien
lupa nama obatnya. Obat diminum sampai nanah pada air kemih tidak ada lagi.
Buang air kecil ada, jumlah sedikit-sedikit dan sering, sehingga pasien merasa
kurang puas, warna buang air kecil kuning biasa. Buang air kecil dengan jumlah
sedikit dapat terjadi dikarenakan adanya disuria, sehingga pasien merasa tidak
nyaman saat berkemih. Dari warna urin juga dapat membedakan dasar keluhan yang
terjadi pada pasien. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya disuria dapat terjadi
salah satunya oleh sistitis. Namun, warna urin pada sistitis dapat berupa berwarna
keruh ataupun gelap dan memiliki bau yang kuat, sedangkan pada pasien ini tidak

26
Case Report Session
ditemukan adanya keluhan pada urinnya sehingga diagnosis sistitis dapat
disingkirkan. Keluhan susah menahan buang air kecil tidak ada, keluhan buang air
kecil menetes tidak ada, keluhan buang air kecil berdarah tidak ada, keluhan buang
air kecil berpasir tidak ada.
Riwayat kontak seksual selain istri ada. Riwayat kontak seksual dengan
beberapa wanita sejak tiga tahun yang lalu. Pasangan kontak seksual terakhir sejak
dua minggu yang lalu. Kontak seksual dengan pasangan tersebut terakhir 4 hari yang
lalu, frekuensi dua kali dalam dua minggu terakhir. Riwayat kontak seksual dengan
genito-genital. Pasien mengaku tidak menggunakan kondom saat berhubungan
seksual. Adanya riwayat unprotected sexual intercourse dapat mendukung adanya
uretritis yang diakibatkan oleh sexual transmitted disease.
Dari pemeriksaan venerologi orifisium uretra eksterna duh ada. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah pewarnaan Gram ditemukan PMN: 100 sel/LPB
dan ditemukan kuman diplococcus Gram negatif intraseluler dan ekstraseluler
sehingga Pasien didiagnosis dengan Gonore. Untuk tatalaksananya dengan
nonfarmakologi dan farmakologi. Penatalaksanaan medikamentosa pada pasien ini
adalah dengan diberikannya seftriakson 250 mg dosis tunggal secara IM. Hal ini
sesuai dengan literatur yang ada, yaitu panduan praktis klinis oleh PERDOSKI tahun
2017.

27
Case Report Session
28
Case Report Session
DAFTAR PUSTAKA

1. Ismanoe G.2014. Gonore: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Ed 6.

Jakarta: Internal Publishing

2. Fahmi S dan Nilasari H. 2016: Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

3. Jawetz, Melnick, Adelberg. 2012. Mikrobiologi Kedokteran. Ed 25. Jakarta:

EGC

4. Larry IL. Gonococcal infection. Available from URL:

http//www.emedicine.com

5. Amy JB. Gonorrhoea. Available from URL: http//www.emedicine.com

6. Kemenkes.Pedoman Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011.

29
Case Report Session

Anda mungkin juga menyukai