URETHRITIS GONORE
Oleh :
Preseptor :
2018
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Tutty Ariani, Sp.DV dan Dr. dr. Satya Wydya
Yenny, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV sebagai preseptor, serta kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam penulisan case report ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan case
ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak sehingga dapat bermanfaat dalam memberikan wawasan dunia kesehatan untuk
Tim Penulis
i
Case Report Session
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR SINGKATAN iv
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Definsi 3
2.2 Epidemiologi 3
2.3 Etiologi 3
2.4 Patogenesis 4
2.7 Diagnosis 7
2.9 Pengobatan 11
2.11 Komplikasi 15
2.12 Prognosis 15
ii
Case Report Session
BAB 3 LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis 16
3.4 Resume 21
3.8 Diagnosis 22
3.9 Terapi 22
3.10 Prognosis 22
BAB 4 DISKUSI 23
DAFTAR PUSTAKA 24
iii
Case Report Session
DAFTAR SINGKATAN
iv
Case Report Session
BAB I
PENDAHULUAN
Gonore merupakan salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan
oleh bakteri gram negatif Neisseria gonorrhoeae pada epitel dan umumnya
infeksi gonore masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Insiden infeksi
gonore lebih tinggi di negara berkembang dari pada negara maju. Di Amerika Serikat
insiden tertinggi pada wanita usia 15-19 tahun dan 20-24 tahun pada pria.1
yang serius dan permanen bagi perempuan dan laki-laki. Gonore yang ditatalaksana
dengan baik dapat menyebabkan pelvic inflammatory disease (PID). PID akan
menghambar tuba falopi, kehamilan ektopik, infertilias, dan nyeri pelvis dan
adominal kronik. Laki-laki yang tidak mendapat pengobatan gonore dengan benar
dapat mengakibatkan testis yang lengket, dan dapat meningkatkan risiko infertilitas.
Walaupun jarang, gonore dapat menyebar ke darah dan sendi dan tentunya
1
Case Report Session
1.3 Tujuan Penulisan
2
Case Report Session
BAB 2
TINJAUANPUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
2.2 Epidemiologi
Insiden infeksi gonore lebih tinggi di negara berkembang daripada negara maju. Di
Amerika Serikat insiden tertinggi pada wanita usia 15-19 tahun dan 20-24 tahun pada
pria.1
genital, oro-genital, dan ano-genital, namun dapat juga melalui alat-alat yang dipakai
sehari-hari seperti handuk, pakaian, dan sebagainya. Angka kejadian penyakit ini di
2.3 Etiologi
dan hidup tunggal dan berpasangan (sebagai monokokus dan diplokokus). Kuman ini
bersifat tahan asam. Pada pewarnaan dengan giemsa terlihat di dalam maupun diluar
leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak
3
Case Report Session
Mukosa epitel kuboid atau epitel berlapis gepeng merupakan daerah yang
paling mudah terinfeksi. Daerah ini terdapat pada vagina perempuan sebelum
pubertas.2
2.4 Patogenesis
hidrodinamik pada uretra, hal tersebut juga dapat menghambat pengambilan oleh
fagosit. Invasi dan multiplikasi terjadi pada sel kolumnar penghasil mukus pada
saluran genitourinaria, mata, rektum, dan faring.3 Proses invasi dan endositosis di
protein berperan dalam penempelan ke sel epitel. Variasi antigen protein permukaan
berkontribusi pada efek sitotoksik lokal. LOS juga dapat memodulasi respon Th2
Faktor inang juga berperan dalam memediasi masuknya bakteri kedalam sel.
Pelepasan diacylglicerol dan ceramide dibutuhkan untuk masuk kedalam sel epitel.
Akumulasi ceramide dalam sel akan menginduksi apoptosis yang akan menganggu
Faktor risiko untuk infeksi Neisseria gonorrhoeae antana lain status sosial
ekonomi yang rendah, aktivitas seksual yang dini, hidup serumah tanpa ikatan
4
Case Report Session
gonorrhoeaea sebelumnya, pengobatan gonore dengan antibiotik yang tidak adekuat
Masa inkubasi bervariasi, pada laki-laki 2-5 hari atau bahkan lebih lama, hal
Gejala awal berupa rasa nyri dan rasa terbakar saat buang air kecil, serta
posterior skrotum.
c. Prostitis, jarang terjadi biasanya dengan gejala urgensi, rasa tidak nyaman
tenesmus.1
-
Wanita dengan infeksi urogenital
5
Case Report Session
a. Servisitis, terjadi sekitar 10 hari pajanan. Discharge pada endoservisitis
diare berdarah. Infeksi rektal dapat terjadi secara lokal akibat dari
Biasanya terjadi 6 kali lebih sering pada wanita, berhubungan erat dengan
sendi dan tendon merupakan gejala tersering yang berupa poliatralgia yang
6
Case Report Session
ditandai dengan demam, menggigil, berkeringat, serta malaise. Didapatkan
nyeri dada, batuk dan dispnea yang menyertai adanya artralgia dan rash.1
2.7 Diagnosis
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
- Keluhan utama
- Keluhan tambahan
- Faktor resiko :
terakhir
anogenital)
7
Case Report Session
- Riwayat dan pemberi pengobatan sebelumnya (dokter/bukan
dokter/sendiri
lain-lain;penggunaan antibiotik;kortikosteroid,kontrasepsi;pemakaian
seksual;kehamilan;kontak seksual
2. Pemeriksaan Fisik
8
Case Report Session
5. Nyeri/tenderness pada abdominal
tenderness
perihepatitis).1
3. Pemeriksaan penunjang
- Sediaan langsung
gram negatif, intraseluler atau ekstraseluler. Bahan duh diambil dari fosa
- Kultur
Untuk identifikasi jenis spesies. Ada 2 macam media yang dapat digunakan
a. Media Stuart, hanya sebagai media transpor saja sehingga perlu ditanam
9
Case Report Session
Media pertumbuhan berupa
N.gonorrhoeae
pertumbuhan jamur.2
a. Tes oksidase
b. Tes fermentasi
d. Tes Thomson
10
Case Report Session
Untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Syarat yang
- Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling
- Servisistis
Candida.1
2.9 Pengobatan
3. Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan hari ke-7
11
Case Report Session
6. Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS lainnya.2
- Medikamentosa
1. Sefiksim
Merupakan sefalosporin generasi ke-3 dipakai sebagai dosis tunggal 400 mg.
2. Levofloksasin
3. Tiamfenikol
Dosis tunggal secara oral 3,5 gram. Tidak dianjurkan pemakaian pada
kehamilan.2
12
Case Report Session
2.10 Alur penatalaksanaan
13
Case Report Session
14
Case Report Session
2.11 Komplikasi
Komplikasi lokal berupa Salfingitis akut (PID), abses kelenjar bartholini pada
uretra pada pria. Komplikasi jangka panjang dari PID yaitu sterilitas dan kehamilan
2.12 Prognosis
15
Case Report Session
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. S
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
No HP : 082169009800
3.2. ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki usia 22 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
1. Keluhan Utama:
Nyeri saat BAK yang disertai keluarnya cairan kental berwarna kuning dari
- Nyeri saat BAK yang disertai keluarnya cairan kental berwarna kuning
dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Cairan
16
Case Report Session
kental berwarna kuning dan tidak berbau. Cairan keluar spontan dari
kemaluan saat bangun tidur (pagi hari). Tidak ada nyeri saat cairan
kemaluan.
- Keluhan susah menahan buang air kecil tidak ada, keluhan buang air
kecil menetes tidak ada, keluhan buang air kecil berdarah tidak ada,
diketahui.
- Pasien sudah menikah pada tahun 2017 dan sudah bercerai. Riwayat
17
Case Report Session
- BAK nyeri sejak 5 hari yang lalu. Nyeri dirasakan saat BAK. BAK
- Pasien tidak pernah mengalami keluhan nyeri saat BAK dan keluar
18
Case Report Session
- Riwayat bercak-bercak merah pada kedua tangan dan kaki disangkal.
4. Riwayat pengobatan:
Apotek. Keluhan nyeri saat BAK nya berkurang selama beberapa hari namun
Tidak ada anggota keluarga yang menderita nyeri saat BAK dan keluarnya
19
Case Report Session
20
Case Report Session
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
- Suhu : 370 C
- BB : 65 kg
- TB : 170 cm
- IMT : 22,5
3. Status Venerologikus
1) Inspeksi
a) Pubis : edema (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-)
b) Penis : edema (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-)
c) OUE : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel (-) ,
duh (-)
d) Skrotum : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel
e) Perianal : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel
21
Case Report Session
f) Perineal : edema (-) eritem (-), vegetasi (-), ulkus (-) vesikel
2) Palpasi
2.10 RESUME
Pasien laki-laki usia 22 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin pada
tanggal 4 Juli 2018 dengan keluhan utama nyeri saat BAK yang disertai keluarnya
cairan kental berwarna kuning dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari
yang lalu. Riwayat berhubungan seksual dengan PSK ada dan tidak menggunakan
5 hari setelah berhubungan seksual pasien merasakan nyeri saat BAK dan keluar
cairan kental kuning dari kemaluan 7 hari setelah hubungan seksual tersebut. Pasien
sudah menikah pada tahun 2017 dan sudah becerai. Pasien pernah berhubungan seks
sebelum menikah dengan mantan pacarnya pada tahun 2015. Pasien tidak pernah
mengalami keluhan nyeri BAK dan keluar cairan kental kuning dari kemaluan seperti
gejala tersebut, pasien mengatakan bahwa obat tersebut dikonsumsinya atas saran
pegawai Apotek. Setelah mengonsumsi obat tersebut keluhan nyeri BAK pada pasien
22
Case Report Session
berkurang selama beberapa hari namun keluhan keluarnya cairan dari kemaluan
masih ada.
eksterna setelah di-milking, tidak ada pembesaran KGB, pubis, penis, perianal dan
Pada sediaan langsung dari bahan duh yang didapatkan secara milking dengan
pewarnaan Gram ditemukan hasil:
PMN: 50-70 sel/LPB
Ditemukan kuman diplococcus Gram negatif intraseluler dan ekstraseluler.
23
Case Report Session
3.8 PEMERIKSAAN ANJURAN
-
3.9 DIAGNOSIS
Uretritis Gonore non Komplikata
3.10 TATALAKSANA
a. Umum (Non-Farmakologi)
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoae yang ditularkan melalui kontak seksual dengan
berganti-ganti pasangan sehingga pasien harus menghindari berhubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan..
24
Case Report Session
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa prognosis penyakit ini baik apabila
pasien teratur minum obat dan menghindari berhubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan.
3. Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara
laboratorium, bila tidak memungkinkan anjurkan pemakaian kondom.
4. Kunjungan ulang hari ke-3.
5. Lakukan konseling mengenai pengobatan, komplikasi dan pentingnya
keteraturan pengobatan.
6. Anjurkan Provider Initiated Testing and Counceling (PITC) terhadap
infeksi HIV ke poliklinik VCT.
b. Khusus:
Sistemik : Ceftriaxon 250 mg IM
3.10 PROGNOSIS
25
Case Report Session
BAB 4
DISKUSI
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 22 tahun di Poli Kulit Kelamin RSUP
DR M Djamil Padang, dengan keluhan utama nyeri saat BAK disertai keluarnya
cairan kental kuning dari kemaluan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu.
Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
Dari anamnesis pasien mengeluhkan BAK bernanah yang terasa nyeri sejak 3
hari yang lalu. Penyebab nyeri saat berkemih ialah infeksi dan noninfeksi. Penyebab
infeksi yang terbanyak adalah sistitis, namun juga terdapat penyebab lain seperti
uretritis, penyakit menular seksual dan vaginitis. Sedangkan penyebab noninfeksi
dapat meliputi, adanya benda asing pada saluran kemih yang dapat terjadi pada pasien
dengan batu saluran kemih. Selain itu pada pasien ini juga mengeluhkan adanya
nanah yang keluar dari muara uretra. Adanya discharge pada pasien pada saluran
kemih dipikirkan terjadinya uretritis yang disebabkan oleh infeksi dan non-infeksi.
Perbedaan adanya infeksi dan non-infeksi ini dapat dibedakan dengan adanya
discharge genital atau tidak. Namun hal ini tidak sepenuhnya dapat digunakan,
karena terkadang uretritis akibat infeksi juga dapat ditemukan ketiadaan dari
discharge itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan anamnesis lainnya untuk
mendukung diagnosis. Nyeri saat BAK disertai nanah terutama di pagi hari, belum
berobat ke dokter untuk keluhan sekarang. Riwayat BAK bernanah dua tahun yang
lalu, berobat ke dokter umum dan mendapatkan dua macam obat tablet, namun pasien
lupa nama obatnya. Obat diminum sampai nanah pada air kemih tidak ada lagi.
Buang air kecil ada, jumlah sedikit-sedikit dan sering, sehingga pasien merasa
kurang puas, warna buang air kecil kuning biasa. Buang air kecil dengan jumlah
sedikit dapat terjadi dikarenakan adanya disuria, sehingga pasien merasa tidak
nyaman saat berkemih. Dari warna urin juga dapat membedakan dasar keluhan yang
terjadi pada pasien. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya disuria dapat terjadi
salah satunya oleh sistitis. Namun, warna urin pada sistitis dapat berupa berwarna
keruh ataupun gelap dan memiliki bau yang kuat, sedangkan pada pasien ini tidak
26
Case Report Session
ditemukan adanya keluhan pada urinnya sehingga diagnosis sistitis dapat
disingkirkan. Keluhan susah menahan buang air kecil tidak ada, keluhan buang air
kecil menetes tidak ada, keluhan buang air kecil berdarah tidak ada, keluhan buang
air kecil berpasir tidak ada.
Riwayat kontak seksual selain istri ada. Riwayat kontak seksual dengan
beberapa wanita sejak tiga tahun yang lalu. Pasangan kontak seksual terakhir sejak
dua minggu yang lalu. Kontak seksual dengan pasangan tersebut terakhir 4 hari yang
lalu, frekuensi dua kali dalam dua minggu terakhir. Riwayat kontak seksual dengan
genito-genital. Pasien mengaku tidak menggunakan kondom saat berhubungan
seksual. Adanya riwayat unprotected sexual intercourse dapat mendukung adanya
uretritis yang diakibatkan oleh sexual transmitted disease.
Dari pemeriksaan venerologi orifisium uretra eksterna duh ada. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah pewarnaan Gram ditemukan PMN: 100 sel/LPB
dan ditemukan kuman diplococcus Gram negatif intraseluler dan ekstraseluler
sehingga Pasien didiagnosis dengan Gonore. Untuk tatalaksananya dengan
nonfarmakologi dan farmakologi. Penatalaksanaan medikamentosa pada pasien ini
adalah dengan diberikannya seftriakson 250 mg dosis tunggal secara IM. Hal ini
sesuai dengan literatur yang ada, yaitu panduan praktis klinis oleh PERDOSKI tahun
2017.
27
Case Report Session
28
Case Report Session
DAFTAR PUSTAKA
2. Fahmi S dan Nilasari H. 2016: Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7.
EGC
http//www.emedicine.com
29
Case Report Session