SKRIPSI
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
DEPOK
JUNI 2011
SKRIPSI
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
DEPOK
JULI 2011
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
ii
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
iii
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena melalui kasih, berkat dan perkenan-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas
Indonesia tahun ajaran 2010/2011. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ir. Herlily, MUD, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
(2) Yandi Andri Yatmo, S.T., M.Arch., Ph.D. selaku dosen penguji yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menjadi penguji serta
memberikan masukan dan kritik yang membangun dalam sidang skripsi ini.
(3) Dr. Ing. Ir. Dalhar Susanto, juga selaku dosen penguji yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menjadi penguji serta
memberikan masukan dan kritik yang membangun dalam sidang skripsi ini.
(4) Para narasumber yang telah berperan penting dalam proses penulisan skripsi
ini.
(5) Mama di surga, Papa, Mbak Lina, Mas Roy, Adik, Putri, serta saudara-
saudara yang memberikan dorongan kepada saya baik moral, material,
maupun spiritual.
(6) Teman-teman Arsitektur UI 2007, rekan seperjuangan sejak PPAM hingga
sekarang.
(7) Teman-teman Arsitektur UI 2006, para senior yang terkadang memberi
saran, kritik, masukan, atau inspirasi baik disengaja maupun tidak.
(8) Teman-teman Arsitektur UI 2008, 2009, dan 2010, adik-adik yang telah
memberikan semangat dan dukungan moral maupun spiritual, serta
penghiburan kepada saya.
(9) Teman-teman dari bidang keilmuan lain yang telah memberikan masukan,
inspirasi, dan pandangan dari sudut pandang yang berbeda dan lebih luas.
iv
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
(10) Serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang
telah memberikan segala bentuk dukungan dalam proses penulisan skripsi
ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama di dunia arsitektur.
Penulis
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta.
vi
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai ruang gerak dan aktivitas anak jalanan untuk
memahami seperti apa ruang aktivitas anak jalanan dalam kaitannya sebagai
working children. Penyusunan skripsi dengan melakukan studi kasus lewat
pengamatan dan wawancara tidak terstruktur dengan anak jalanan untuk
mendapatkan pandangan subjektif dari mereka dan saya pribadi. Hasil penulisan
memperlihatkan bahwa anak jalanan tidak ada niat mengambil alih kontrol ruang-
ruang bekerja mereka, mereka hanya memasuki teritori tersebut untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Faktor-faktor yang menyebabkan ruang-ruang tersebut
berpengaruh terhadap pergerakan dan aktivitas anak jalanan saat bekerja adalah
affordances ruang tersebut, karakter teritori, serta jaminan akan pemenuhan
kebutuhan dasar di ruang tersebut.
Kata kunci:
Anak Jalanan, Affordances, Teritori
ABSTRACT
The focus of this study is street children’s movement space and activities to
understand street children’s activity spaces as working children. The data were
collected by means of observation and unstructured interview with street children,
to get subjective point of view from street children and me. The study give
understanding that street children have no purpose to control the spaces they
work. Working spaces of street children give important affect to their self-
development. Important things that affects street children’s movements and
activities when they work are affordances of the spaces, characteristic of
territories, and insurances of basic needs.
Keywords:
Street Children, Affordances, Territories
vii
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR ISTILAH xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan 3
1.5 Metode Pembahasan 4
1.6 Kerangka Penulisan 5
viii
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
2.4.1 Deskripsi Anak Jalanan 19
2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Anak Jalanan 21
2.5 Kebutuhan Dasar Manusia 23
2.6 Persepsi 27
2.6.1 Affordance dan Perilaku Individu 28
2.7 Proses Sosial 29
2.7.1 Ruang Personal 30
2.7.2 Teritorialitas 30
BAB 4 KESIMPULAN 58
DAFTAR REFERENSI 60
ix
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
DAFTAR TABEL
xi
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Kompas, 4 Desember 1998
2
Departemen Sosial RI. Peta masalah anak jalanan dan alternatif model pemecahannya berbasis
pemberdayaan keluarga. 11 Juni 2011 20:50. www.depsos.go.id
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
3
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
4
dengan maksud fokus pada anak jalanan yang sebagian besar waktunya lebih
banyak diisi untuk bekerja mencari penghasilan, untuk menekankan makna anak
jalanan sebagai working children. Anak jalanan yang bekerja di kampus dan jalan
raya dipilih sebagai sebuah studi agar dapat melihat dari sudut pandang karakter
lokasi bekerja yang berbeda.
Oleh karena fokus tersebut, di dalam penulisan ini tidak akan membahas
secara dalam mengenai aktivitas di luar waktu bekerja anak jalanan, anak jalanan
yang sekolah, dan yang bertempat tinggal di jalanan.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
5
ruang aktivitas anak jalanan yang dimaksudkan, dalam kaitan anak jalanan
sebagai working children.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Anak
2.1.1 Definisi Anak
Anak adalah manusia yang berada dalam rentangan masa kanak-
kanak awal (2-6 tahun) sampai dengan masa remaja akhir (13-18 tahun)1.
Anak dalam hukum perdata berkaitan erat dengan pengertian tentang
kedewasaan. Pengertian anak menurut UU RI No.4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak pasal 1 ayat 2, “anak adalah seseorang yang belum
cukup umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.”
Sedangkan, menurut UU RI No.25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan
pasal 20 menyatakan “anak adalah seseorang laki-laki atau perempuan
yang berumur kurang dari 15 (lima belas) tahun.” Di pasal 21 dinyatakan
juga bahwa “orang muda adalah orang laki-laki atau perempuan yang
berumur 15 (lima belas) tahun dan kurang dari 18 (delapan belas) tahun.”
Kemudian pada UU RI No.23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak bab
I pasal 1, “anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.” Di dalam undang-
undang RI sendiri terdapat saling ketidaksepahaman tentang definisi anak.
Menurut, The United Nations Convention on the Rights of the
Child, anak adalah "seorang manusia di bawah usia 18 tahun kecuali di
bawah undang-undang”, “a human being below the age of 18 years unless
under the law applicable to the child, majority is attained earlier.”
Sedangkan, menurut buku Urban Children in Distress: Global
Predicaments and Innovative Strategies, anak adalah orang yang berusia
0-18 tahun. Menurut UNICEF, pernyataan “children in especially difficult
circumstances”, termasuk di dalamnya “working children, street children,
1
Djajusman. (1982). Psikologi perkembangan. Bandung: Departemen Pedidikan dan Kebudayaan
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis Proyek
Balai Pengembangan Guru Tertulis
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
7
If children don’t play enough with other children during the first
five years of life, there is a great chance that they will have some
kind of mental illness later in their lives4
2
Blanc, C.S. (1994). Introduction. Urban children in distress: Global predicaments and
innovative strategies. Yverdon, Swiss: UNICEF and Gordon and Breach Science Publishers.
3
Judarwanto, Widodo. (n.d.). Permasalahan umum kesehatan anak usia sekolah. 10 Juni 2011.
20:36 http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=953&tbl=article
4
Alexander, Christopher; Ishikawa, Sara; & Silverstein, Murray. (1977). A pattern language:
Towns-Buildings-Construction. New York: Oxford University Press
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
8
Setiap anak butuh interaksi dengan anak lain. Jika anak kurang
mendapatkan kontak dengan anak lain, maka perkembangan psikologi dan
mentalnya dapat mengalami gangguan. Maka, adanya akses bagi anak-
anak untuk melakukan kontak dan interaksi dengan anak lain sangat
penting.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
9
5
Sumber: Erikson, Joan M. (1997). The life cycle completed: Extended version. New York dan
London: W. W. Norton and Company.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
10
6
Kecenderungan semua organisme untuk mempertahankan atau memperbaiki keseimbangan yang
telah tercapai (status quo) secara maksimal, jika kondisi hidup berubah
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
11
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
12
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
13
7
Atherton, J S. (2011). Learning and teaching; Piaget's developmental theory. 11 Juni 2011.
20:38. http://www.learningandteaching.info/learning/piaget; Boeree, C. George. (2006). Jean
Piaget. 11 Juni 2011. 20:34. http://webspace.ship.edu/cgboer/piaget.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
14
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
15
8
Sumber: dok. pribadi
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
16
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
17
9
Sumber: Altman, Irwin, & Stokols, Daniel (Ed.). (1987). Handbook of environmental psychology
(vol 1). New York: John Wiley & Sons
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
18
dengan perkembangan personal, emosional, dan sosial yang terjadi pada tiap
tahapan. Contohnya adalah pada tahapan youngster area sosial anak bertambah
luas dari lingkungan keluarga sampai ke sekolah atau lingkungan kesehariannya.
Menurut Clare Cooper, banyak anak yang justru menyukai saat-saat
bermain dalam periode waktu yang pendek, seperti di antara waktu pulang
sekolah dan waktu makan, atau beberapa saat sebelum hari menjadi gelap sebelum
makan malam. Mereka bermain di lapangan kosong di sekitar rumah, di depan
rumah, atau di trotoar muka rumah10
Tabel 2.3. Empat tahap awal dari 8 tahapan teori perkembangan Erikson11
STAGE IMPORTANT SETTING RITES OF PASSSAGE
INFANT Home, crib, nursery, garden Birth place, setting up the home
Trust ….out of the crib, making a place
YOUNG Own place, couple’s realm, children’s Walking, making a place, special
CHILD realm, commons, connected play birthday
Autonomy
CHILD Play space, own place, common land, First ventures in town….joining
Initiative neighborhood, animals
YOUNGSTER Children’s home, school, own place, Puberty rites, private entrance paying
Industry adventure play, club, community your way
If children are not able to explore the whole of the adult world round
about them, they cannot become adults. But modern cities are so
dangerous that children cannot be allowed to explore them freely13
10
Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan perilaku manusia. Jakarta: PT Grasindo
11
Sumber: Alexander, Christopher; Ishikawa, Sara; & Silverstein, Murray. (1977). A pattern
language: Towns-Buildings-Construction. New York: Oxford University Press
12
Snyder, James C., & Catanese, Anthony J. (1985). Pengantar arsitektur (Terj.). Jakarta:
Erlangga
13
Alexander, Christopher; Ishikawa, Sara; & Silverstein, Murray. (1977). A pattern language:
Towns-Buildings-Construction. New York: Oxford University Press
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
19
Anak-anak belajar dengan cara meniru dan melakukan. Jika akses terhadap
anak dibatasi hanya di sekolah dan di rumah, maka mereka akan mengalami
kesulitan dalam berkembang dan belajar. Apalagi di kota besar hidup rawan
bahaya, anak-anak tidak dapat ditinggalkan sendirian begitu saja. Terdapat bahaya
dari keramaian lalu lintas kendaraan maupun dari kemungkinan kriminalitas.
If you spend eight hours of your day at work, and eight hours at
home, there is no reason why your workplace should be any less of
a community than your home14.
14
Alexander, Christopher; Ishikawa, Sara; & Silverstein, Murray. (1977). A pattern language:
Towns-Buildings-Construction. New York: Oxford University Press
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
20
jasa (tukang semir sepatu, tukang parkir, pencuci mobil, ojek payung,
pengangkut barang, pengamen).
Mereka bekerja di jalan, terminal, pasar, stasiun, di tempat yang
banyak orang/pelanggan. Mereka juga dapat ditemukan di depan
hotel/kantor, restoran, kampus, dan tempat wisata. Tergantung dari apakah
mereka bekerja untuk pihak lain atau untuk diri sendiri.
Amnesty International, membagi anak jalanan ke dalam dua
kategori utama15:
• Children on the street adalah anak-anak yang melakukan
aktivitas ekonomi dari mengemis sampai menjajakan
barang; harus pulang saat pekerjaan sudah usai dan uang
hasil kerja untuk keluarga; mereka mungkin tetap sekolah
dan mempertahankan sense of belonging dengan keluarga;
karena ketidakstabilan kondisi ekonomi keluarga, anak-
anak ini dapat sewaktu-waktu tinggal menetap di jalanan.
• Children of the street benar-benar tinggal dan hidup di
jalanan (atau di luar lingkungan keluarga). Ikatan keluarga
dapat masih eksis tetapi renggang dan hanya bersifat
informal atau sewaktu-waktu.
Kemudian ada beberapa kategori menurut alasan mereka berada di
jalanan16.
• Mereka yang terpaksa tinggal/hidup dan bekerja di jalanan
karena terpisah dari keluarga dan orang tuanya, baik karena
menghindari kekerasan domestik, bencana alam, atau
konflik bersenjata.
• Mereka yang hidup dan bekerja di jalanan karena seluruh
keluarganya memang tidak mempunyai tempat tinggal tetap
dan harus bertahan hidup sebagai keluarga tanpa rumah
15
UNICEF assessment of street children. (n.d.). 10 Juni 2011. 20:54
http://www.unicef.org/evaldatabase/files/ZAM_01-009.pdf
16
Irwanto. (2008). Anak yang hidup dan bekerja di jalanan: Tantangan konseptual dan
programatik. Ditulis sebagai asupan untuk Pusat Kurikulum DepDikNas dalam Raker “Analisis
Konteks Pengembangan KTSP Pendidikan Non-formal, Cisarua-Bogor, 19 Februari 2008. Jakarta:
Fakultas Psikologi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Unika Atma Jaya
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
21
17
Juwartini, Wahyu. (2004). Profil kehidupan anak jalanan perempuan: studi kasus Anak jalanan
di komplek tugu muda semarang. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
22
• Faktor Eksternal
o Dorongan Keluarga. Keluarga turut andil mendorong
anak ke jalanan. Biasanya dengan mengajak anak ke
jalanan untuk membantu pekerjaan orang tuanya
( biasanya membantu mengemis) dan menyuruh anak
melakukan kegiatan-kegiatan di jalanan yang
menghasilkan uang.
o Pengaruh Teman. Pengaruh teman menunjukkan
dampak besar anak pergi ke jalanan, terlebih bila
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
23
18
Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan perilaku manusia. Jakarta: PT Grasindo
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
24
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
25
keamanan dari segi ekonomi—pada krisis ekonomi dan kurangnya lapangan kerja
—kebutuhan akan keamanan ini membuat mereka melakukan berbagai tindakan,
seperti menabung, asuransi, dan lain-lain. Safety and security needs termasuk
keamanan personal, keamanan finansial, kesehatan, dan keamanan terhadap
kecelakaan atau penyakit dan dampaknya.
Setelah physiological needs dan safety-security needs terpenuhi,
berikutnya adalah perasaan sosial serta perasaan ikatan emosional dan personal
akan kepemilikan, yaitu kebutuhan akan love and belonging24. Kebutuhan ini
terutama sangat kuat pada masa anak-anak dan dapat melebihi kebutuhan akan
keamanan, seperti terlihat pada anak-anak yang bergantung pada orang tua
penyiksa, kadang-kadang disebut Stockholm syndrome25. Ketidakhadiran aspek ini
—pada hospitalism26, kegagalan, penolakan, pengucilan, dan lain-lain—dapat
memberi dampak pada kemampuan individual dalam membentuk dan
mempertahankan hubungan emosional secara umum seperti pertemanan,
keintiman, dan keluarga.
Kebutuhan manusia untuk merasakan sense of belonging dan penerimaan,
baik itu datang dari kelompok sosial besar seperti klub, lingkungan kantor,
kelompok agama, organisasi profesional, tim olahraga, geng, maupun dari ikatan
sosial kecil (anggota keluarga, teman akrab, mentor, orang yang dipercaya).
Mereka butuh mencintai dan dicintai (seksual dan nonseksual) oleh orang lain.
Ketidakhadiran unsur ini mengakibatkan banyak orang menjadi mudah merasa
kesepian, cemas, dan depresi. Kebutuhan akan rasa kepemilikan ini seringkali
dapat melebihi kebutuhan fisik dan keamanan, tergantung pada besarnya tekanan.
Seorang aneroxic27 misalnya, dapat menyangkal kebutuhan untuk makan dan
perlindungan akan kesehatan untuk dapat memiliki perasaan mengontrol dan rasa
kepemilikan.
24
Maslow, Abraham. (1954). Motivation and personality. New York: Harper and Row
25
Gejala atau perubahan perilaku jiwa orang yang disandera, dirampas kemerdekaannya, dizalimi,
diteror, dan trauma, berubah secara ekstrim dari rasa benci menjadi rasa cinta dan simpati kepada
penyandera.
26
The adverse effects of a prolonged stay in hospital. (Concise Oxford English Dictionary)
27
Anorexia Nervosa: sebuah gangguan makan yang ditandai penolakan untuk mempertahankan
berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat
pencitraan diri yang menyimpang.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
26
28
Self-esteem: confidence in one’s own worth or ability. Self-respect: pride and confidence in
oneself. (Concise Oxford English Dictionary); Maslow, Abraham. (1954). Motivation and
personality. New York: Harper and Row
29
Perasaan bahwa seseorang lebih inferior dari orang lain dalam beberapa hal. Seringkali tidak
disadari, dan mengakibatkan tindakan/sikap yang berlebihan dalam mengatasi kelemahan diri.
30
Maslow, Abraham. (1954). Motivation and personality. New York: Harper and Row
31
Maslow, Abraham. (1954). Motivation and personality. New York: Harper and Row
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
27
tersebut. Maslow menggambarkan hasrat ini sebagai hasrat untuk menjadi lebih
dan lebih lagi, untuk menjadi segala hal yang dapat dicapainya. Itu adalah definisi
luasnya, tetapi jika diterapkan pada individu kebutuhan tersebut menjadi lebih
spesifik. Misalnya, seseorang mungkin memiliki hasrat yang kuat untuk menjadi
orang tua yang ideal, pada orang lain hal itu mungkin diekspresikan secara atletis,
dan pada yang lain mungkin diekspresikan lewat lukisan, foto, maupun dengan
penemuan. Untuk mencapai pemahaman mendalam tentang tingkat kebutuhan ini
tidak dapat hanya dengan mencapai salah satu dari kebutuhan-kebutuhan
sebelumnya, tetapi harus menguasai keseluruhannya.
Derajat intensitas pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap orang bisa
berbeda. Meskipun urutan atau hierarki ini dianggap universal, pada praktik
desain ada prioritas yang lebih diutamakan bagi setiap orang32
2.6 Persepsi
Persepsi adalah proses memperoleh atau menerima informasi dari
lingkungan. Persepsi merupakan teori yang menjelaskan cara manusia memahami
lingkungannya. Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan (objek, kualitas,
hubungan antargejala, ataupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan
dimengerti oleh individu yang bersangkutan33.
Persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana
individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka34.
Terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap
berikut35:
• Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama
proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya
suatu stimulus oleh alat indera manusia.
32
Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan perilaku manusia. Jakarta: PT Grasindo
33
Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan perilaku manusia. Jakarta: PT Grasindo
34
Robbins, S.P. (Ed.). (2003). Perilaku Organisasi (Jilid I). Jakarta: PT INDEKS Kelompok
Gramedia
35
Walgito, Bimo. (2003). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi Offset; Wirawan, Sarlito.
(1992). Psikologi lingkungan. Jakarta: Rasindo; Irwanto. 1988. Irwanto. (1988). Mengenal
psikologi. Jakarta: Arcan.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
28
36
Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan perilaku manusia. Jakarta: PT Grasindo
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
29
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
30
2.7.2 Teritorialitas
Teritorialitas merupakan sesuatu yang berkaitan dengan ruang
fisik, tanda, kepemilikan, pertahanan, penggunaan yang eksklusif,
personalisasi, dan identitas. Termasuk di dalamnya dominasi, kontrol,
konflik, keamanan, gugatan akan sesuatu, dan pertahanan44.
Teritori berarti wilayah atau daerah, dan teritorialitas adalah
wilayah yang dianggap sudah menjadi hak seseorang. Misalnya bangku-
bangku di kantin. Bila ada orang yang menempati bangku itu, lalu ingin
pergi sebentar memesan makanan atau ke toilet, ia akan meninggalkan
sesuatu seperti buku atau tas di tempat duduknya. Sebagai tanda
teritorialitas. Fisher mengatakan bahwa kepemilikan atau hak dalam
teritorialitas ditentukan sendiri oleh persepsi orang yang bersangkutan.
Persepsi ini dapat aktual, pada kenyataannya ia memang memiliki, seperti
kamar, atau hanya kehendak untuk menguasai atau mengontrol suatu
tempat, seperti kasus bangku tadi.
Teritori memiliki lima ciri yang menegaskan45:
• Memuat daerah ruang;
• Dikuasai, dimiliki, atau dikendalikan oleh seorang individu
atau kelompok;
• Memuaskan beberapa kebutuhan atau dorongan, seperti
kawin atau status;
42
Sommer, Robert. (1969). Personal space: The behavioral basis of design. New York: Prentice-
Hall
43
Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan perilaku manusia. Jakarta: PT Grasindo
44
Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan perilaku manusia. Jakarta: PT Grasindo
45
Wirawan, Sarlito. (1992). Psikologi lingkungan. Jakarta: Rasindo
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
31
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
32
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
33
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
BAB 3
STUDI KASUS
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa Gilang dan saudara-saudaranya
sama-sama bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Bapaknya
justru tidak bekerja karena sudah tua dan lelah. Oleh karena itu, pemenuhan
kebutuhan ekonomi dibebankan kepada anak-anaknya. Gilang juga bekerja untuk
mengumpulkan biaya pengobatan adiknya yang sedang sakit. Ia telah bekerja
sebagai pedagang keliling sejak usia 6 tahun, dulu ia bekerja ikut bersama kakak
keduanya. Kemudian, memasuki usia 7 tahun ia berdagang sendiri.
Sehari-hari, Gilang menjajakan dagangannya di lingkungan Kampus
Universitas Indonesia Depok, barang-barang yang dijual olehnya berganti-ganti
tiap hari, tetapi selalu hanya satu jenis barang dalam satu hari. Target lokasi
berjualannya adalah kantin-kantin di beberapa fakultas yaitu, kantin Fakultas
Teknik, kantin Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, kantin Fakultas Ekonomi,
dan kantin Fakultas Ilmu Budaya. Lokasi setiap fakultas ini saling berdekatan.
34
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
35
Lokasi berjualan ini pun hanya di satu tempat dalam satu hari. Jadi, Gilang
menjual satu jenis barang di satu kantin per hari. setiap hari ia melakukan
perjalanan pergi pulang dari rumah ke kampus UI dengan berjalan kaki, sementara
di dalam lingkungan kampus ia menggunakan fasilitas Bus Kampus untuk menuju
lokasi berjualan, demikian pula jika ia hendak pulang.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
36
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
37
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
38
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
39
semata, namun berkembang seiring bertambahnya usia bahwa rencana yang ada
harus dapat diwujudkan yaitu untuk dapat berhasil dalam belajar. Ia dituntut untuk
dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil dalam bekerja mencari uang sebagai
anak jalanan. Melalui tuntutan tersebut membuat Gilang menjadi rajin dalam
berjualan. Saat ia berhasil melalui hambatan-hambatan yang dihadapinya maka ia
dapat berkembang dengan baik dan semakin semangat bekerja.
Sedangkan, menurut Piaget dalam sub-subbab 2.2.2 mengenai teori
perkembangan Piaget, ia telah mencapai tahap Concrete Operations. Ia tidak
hanya menggunakan simbol, tetapi sudah dapat memanipulasi simbol secara
logika. Namun, dalam tahap ini ia dapat menerapkannya masih dalam konteks
situasi yang konkret. Sebagai contoh, ia telah memahami uang dan menjual
barang-barang dagangannya. Kemudian ia telah mengatur kapan ia akan berjualan
tisu, kapan dia berjualan makanan ringan. Ia sedang belajar mengenai klasifikasi
dan serifikasi. Ia telah mengklasifikasikan tempat-tempat mana yang bisa
dijadikan tempatnya berjualan. Ia hanya berjualan di kantin dengan alasan bahwa
di kantin lebih banyak orang yang mungkin mau membeli dagangannya. Ia
melihat kantin sebagai tempat yang baik untuk berjualan.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
40
Dalam kaitannya dengan ruang, ruang gerak Gilang telah meluas hingga
keluar dari lingkungan tempat tinggalnya hingga ke kampus UI. Pada masa ini ia
telah banyak berinteraksi dengan anak lain. Ia sendiri sebenarnya memiliki
kemudahan akses untuk melakukan kontak dan interaksi dengan anak lain karena
1
Sumber: diolah dari maps.google.co.id
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
41
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
42
2
Sumber: dok. pribadi
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
43
3
Sumber: dok. pribadi
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
44
sebagian uangnya ke keluarganya ini dapat menjadi hal buruk. Karena ia harus
ikut membiayai kebutuhan keluarganya. Dalam sub-subbab 2.4.2 mengenai
faktor-faktor penyebab timbulnya anak jalanan, dijelaskan bahwa faktor eksternal
berupa dorongan keluarga, pengaruh teman, dan kekerasan dalam keluarga.
Dalam hal ini, faktor eksternal penyebab Gilang bekerja adalah karena pengaruh
teman dan dorongan dari keluarga. Dorongan keluarga paling besar dalam turut
andil mendorongnya ke jalanan. Karena pada awalnya ia diajak oleh kakaknya ke
jalanan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga ( dulu mengamen) dan
kemudian menyuruhnya berjualan sendiri. Pengaruh teman juga menunjukkan
dampak besar penyebab ia pergi ke jalanan. ia bersama teman-temannya berjualan
bersama-sama, berangkat bersama-sama dari lingkungan yang sama dan pulang
bersama-sama lagi.
4
Sumber: www.ui.ac.id
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
45
Diperjelas dengan teritori berarti wilayah atau daerah, dan teritorialitas adalah
wilayah yang dianggap sudah menjadi hak seseorang. Kampus UI juga merupakan
sebuah teritorialitas dimana di dalamnya terdapat tanda dan identitas yang jelas
yang menunjukkan bahwa UI adalah sebuah daerah yang menjadi hak suatu
kelompok. Teritori UI ditandai secara simbolik oleh kehadiran berbagai
komponen fisik pembentuk identitas seperti lambang makara, gerbang utama,
plang nama jalan, pagar UI, dan lain-lain. Selain itu, menurut sub-subbab 2.7.3
juga dijelaskan klasifikasi teori menurut Altman yaitu teritori primer, sekunder,
dan publik. Kampus UI yang sebenarnya adalah sebuah lingkungan pendidikan
merupakan teritori sekunder dimana tidak semua orang dapat memasukinya.
Menurut Altman, teritori sekunder adalah teritori yang merupakan tempat-tempat
yang dimiliki secara bersama oleh sejumlah orang yang cukup saling mengenal
dan biasanya memiliki kesamaan kepentingan. UI hanya dapat diakses oleh
sekelompok orang yang memiliki kepentingan di dalamnya, seperti mahasiswa,
dosen, karyawan, dan lain-lain. Keberadaan teritori di dalam kampus ini
ditegaskan oleh beberapa hal berikut ini, yaitu kampus UI memuat daerah ruang,
ia memiliki batas fisik yang jelas, yaitu pagar di sekeliling kampus. Selain itu
kampus UI dimiliki oleh sekelompok orang saja yaitu civitas akademik UI.
Kampus UI juga memuaskan kebutuhan berupa pendidikan bagi kelompok
tertentu. Dalam penjelasan teritori sekunder pada sub-subbab 2.7.3 mengenai
teritori juga dijelaskan bahwa kendali pada teritori sekunder tidak sepenting pada
teritori primer, teritori sekunder dapat berganti pemakai, atau bergantian
pemakaian dengan orang lain. UI dapat dipakai oleh berbagai kelompok orang
yang memiliki kepentingan di dalamnya, terutama dalam hal pendidikan.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
46
Gambar 3.6. Teritori dan jangkauan ruang gerak Gilang di kampus UI Depok6
5
Sumber: diolah dari www.ui.ac.id
6
Sumber: diolah dari www.ui.ac.id
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
47
Anak jalanan dalam hal ini bukan merupakan bagian dari kelompok yang
memiliki teritori tersebut. Namun, kondisi fisik kampus UI yang cenderung
mudah diakses dari lingkungan di sekitarnya menjadikan UI memiliki affordances
bagi anak jalanan untuk beraktivitas di sana. Ruang-ruang ramai seperti kantin,
halte dan di dalam bus kampus, menjadi sasaran berjualan oleh anak jalanan.
Seperti telah dijelaskan pada subbab 2.6.1 mengenai affordances dan perilaku
individu, perangkat affordances yang dipakai oleh masyarakat tertentu bergantung
pada karakteristik budaya, nilai, dan kebutuhan individunya. Manusia
bersosialisasi secara berbeda, dibesarkan di lingkungan geografis dan sosial
berbeda. Mereka mempunyai motivasi yang berbeda, melihat dan menggunakan
lingkungannya secara berbeda pula. Sikap seseorang sangat terkait dengan
motivasi, apa yang disukai dan tidak disukainya, apa yang dianggapnya bagus dan
jelek, apa yang dianggap penting dan tidak penting. Dalam hal ini, Gilang yang
tumbuh dalam keluarga anak jalanan memaknai kampus UI sebagai tempat yang
potensial untuk mendapatkan sumber penghasilan dengan cara berjualan di sana.
Ia memiliki kebutuhan untuk mencari penghasilan dengan cara berjualan, dan UI
dianggap memiliki nilai yang baik karena banyaknya jumlah pemakai di sana,
terutama mahasiswa-mahasiswanya.
7
Sumber: dok.pribadi
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
48
Gambar 3.8. Affordances bagi anak jalanan di Kampus UI Depok (kantin dan halte)8
8
Sumber: dok.pribadi
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
49
9
Sumber: dok.pribadi
10
Sumber: dok.pribadi
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
50
seseorang dan orang lain tidak diperkenankan masuk kedalamnya. Ruang personal
juga dikatakan sebagai teritori portabel yang dapat berpindah-pindah. Tempat
orang tertentu boleh memasuki daerah tersebut dan sejumlah orang lain tidak
diijinkan masuk. Batas teritori ini tidak sama di semua sisi. Anak jalanan di
kampus UI tidak memiliki ruang personal yang besar, mereka mudah didekati dan
diajak berinteraksi oleh siapapun. Interaksi antara anak jalanan dengan warga UI
terjadi dengan sangat nyaman dan taanpa ada perasaan cemas atau takut dari anak
jalanan.
Seperti telah dijelaskan di atas dari sub-subbab 2.2.1 mengenai tahap
perkembangan Erikson, pada tahap konflik industry vs inferiority, anak jalanan
dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil dalam bekerja
mencari uang sebagai anak jalanan. Saat ia berhasil melalui hambatan-hambatan
yang dihadapinya maka ia dapat berkembang dengan baik dan semakin semangat
bekerja. Berkat ketekunan tersebut, ia mendapat pengakuan dan penghargaan dari
keluarga dan teman-temannya. Dalam subbab 2.5 tentang kebutuhan dasar
manusia dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan untuk dihargai dan
untuk mempunyai self-esteem dan self-respect. Orang-orang memiliki hasrat
untuk memperoleh pengakuan dan perasaan berkontribusi yang baik. Demikian
pula bagi anak jalanan, mereka perlu mendapat pengakuan tersebut. Hal ini
akhirnya dapat berdampak positif pada proses perkembangannya, serta
menghindarkan dari rasa rendah diri yang berlebihan.
Dalam sub-subbab 2.7.3 mengenai teritorialitas dijelaskan bahwa teritori
dapat dilanggar bila seseorang memasuki teritori orang lain secara fisik, biasanya
untuk mengambil alih kontrol tersebut. Namun, anak jalanan yang bekerja di
kampus UI tidak ada niat untuk mengambil alih kontrol ruang-ruang di dalam
kampus UI, mereka hanya memasuki teritori tersebut untuk dapat menjual
barangnya kepada para mahasiswa. Selain itu, dalam sub-subbab tersebut juga
dibahas bahwa bentuk kekerasan juga merupakan bentuk pelanggaran terhadap
teritori. Anak jalanan yang hadir di sana sama sekali tidak pernah memberi
gangguan dengan tujuan untuk menguasai area kampus. Bentuk pelanggaran lain
menurut landasan teori adalah kontaminasi. Kontaminasi terjadi saat seseorang
meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan atau mengganggu. Dalam hal
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
51
Salah satu anak jalanan tersebut adalah seorang anak kecil perempuan
berusia 5 tahun. Ia ikut bersama seorang laki-laki tua yang mengemis di pinggir
jalan dekat lampu merah. Namun, anak itu tidak ikut dengan laki-laki itu di
pinggir jalan. Ia hanya asyik bermain sendirian di area hijau di pinggir jalan dekat
11
Sumber: dok.pribadi
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
52
tempat laki-laki itu mengemis. Menurut wawwancara, anak itu bukanlah anak dari
laki-laki tersebut. Anak itu hanya ikut dengan laki-laki tersebut mengemis di
pinggir jalan. Anak tersebut akan berada di tempat itu hingga laki-laki tua itu
pulang.
Anak perempuan tersebut sehari-harinya hanya mengikuti laki-laki itu
mengemis dan pada akhirnya akan memilih sendirian bermain di dalam area hijau.
Selama seharian, anak itu hanya bermain sendirian dan tidak berinteraksi dengan
orang lain, bahkan ketika saya ajak bicara ia hanya diam memandang saya.
Menurut sub-subbab 2.1.2 tentang perkembangan anak, setiap anak butuh
interaksi dengan anak lain. Jika anak kurang mendapatkan kontak dengan anak
lain, maka perkembangan psikologi dan mentalnya dapat mengalami gangguan.
Maka, adanya akses bagi anak-anak untuk melakukan kontak dan interaksi dengan
anak lain sangat penting.
Berdasarkan teori perkembangan Erikson pada sub-subbab 2.2.1, ia masuk
ke dalam tahap Initiative vs Guilt. Dalam tahap ini, anak menghadapi dunia sosial
yang lebih luas, mereka merasa lebih tertantang dan merasa perlu
mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan
ini. Anak-anak belajar berinteraksi dengan lingkungannya sebelum ia mampu
memiliki intelejensi dasar berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Pada
tahap ini anak-anak belajar secara praktis dengan keterampilan-keterampilan
perseptual, motorik, kognitif dan kemampuan bahasa yang mereka miliki untuk
melakukan sesuatu.
Pada anak perempuan tersebut juga terlihat bahwa ia sedang belajar
berinteraksi dengan lingkungannya. Ia lebih suka bermain sendirian mengutak-
utik hal-hal yang ada di sekitarnya. Namun, yang ia lakukan hanyalah interaksi
dengan lingkungan fisiknya, tidak dengan lingkungan sosialnya.
Padahal, menurut Erikson lagi, masa usia tiga sampai enam tahun adalah
tahap bermain, anak belajar berfantasi, belajar menertawakan diri, dan mulai
belajar bahwa ada pribadi lain selain dirinya. Ia memang terlihat melakukan
inisiatif-inisiatif, tetapi cenderung berhati-hati dalam bertindak. Saat bermain
sendirian, ia lebih sering terdiam dan hanya mengamati lingkungan fisik di sekitar
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
53
tubuhnya sendiri. Ia hanya berinteraksi pada jarak yang masih dapat dijangkau
oleh dirinya.
Pada sub-subbab 2.2.1 mengenai teori perkembangan Erikson juga
dijelaskan bahwa tahap ini dapat terhambat bila masa bermain anak terenggut,
baik oleh orang tua maupun lingkungan mereka. Hilangnya masa bermain tersebut
dapat menyebabkan perkembangan emosi, kesenangan dan penjelajahan tidak
pernah tumbuh matang. Anak perempuan ini telah kehilangan masa fun karena
sejak usia tersebut telah mengikuti laki-laki ini untuk bekerja di jalanan.
Meskipun ia tidak melakukan tindakan bekerja itu, tetapi ia termasuk anak jalanan
yang tinggal seharian di jalananan.
Sedangkan, menurut Piaget dalam sub-subbab 2.2.2 mengenai teori
perkembangan Piaget, ia telah mencapai tahap Preoperational Stage. Pada tahap
ini anak masih membutuhkan situasi fisik yang konkret. Anak telah memiliki
mental representation dan mampu berpura-pura. Penggunaan simbol sangat
berperan pada tahapan ini. Anak perempuan tersebut memperlihatkan hal itu saat
ia bermain menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia menggunakan
daya imajinasinya dalam bermain, terjadi penggunaan simbol dalam cara dia
bermain.
Menurut teori perkembangan Piaget juga, pada tahapan ini anak cenderung
egosentris, ia hanya melihat dari sudut pandangnya sendiri. Sedangkan, menurut
subbab 2.3 mengenai anak dan ruangnya, dalam tahap ini ruang-ruang yang
berperan dalam proses perkembangannya adalah ruang bermain, tempatnya
miliknya sendiri, dan lingkungan rumah. Pada tahap ini terjadi peristiwa
perjalanan awal si anak untuk bergabung dengan lingkungan yang lebih luas. Hal
ini terlihat pada anak perempuan tersebut yang asyik dengan dunianya sendiri.
Anak perempuan itu terlihat asyik dengan dunianya sendiri dalam bermain.
Kemudian pada subbab 2.3 mengenai anak dan ruangnya, dijelaskan pada tabel 2,
bahwa pada tahap ini anak mulai menyadari sekuen dan rute-rute tetapi belum
dapat mengembangkan lebih lanjut. Anak perempuan itu telah mengetahui dimana
ia berada, tetapi tetap masih memiliki rasa ketergantungan dengan laki-laki yang
bersamanya, ia belum mampu pergi sendirian. Oleh karena itu, ia hanya
beraktivitas di dekat laki-laki tersebut.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
54
Pada contoh anak jalanan yang lain, seperti terlihat pada gambar 3, terlihat
aktivitas bekerja anak jalanan yang berbeda dengan di lingkungan kampus UI.
Anak jalanan di Bekasi kebanyakan terlihat bekerja sebagai pengemis di tempat-
tempat tertentu, di jembatan penyeberangan, di pinggir jalan raya, dan di trotoar.
Anak-anak tersebut berusia dari 6-10 tahun. Mereka termasuk anak jalanan
yang memanfaatkan jalanan mayoritas untuk tempat mengemis. Mereka
merupakan jenis anak jalanan yang tinggal di rumah dan berada di jalanan kurang
dari 12 jam untuk berjualan. Serta membeli makan dengan cara membeli sendiri
atau dari orang tua.
Menurut sub-subbab 2.2.1 tentang teori perkembangan Erikson, mereka
termasuk ke dalam tahap perkembangan keempat menurut teori perkembangan
Erikson, yaitu masa tahap konflik Industry vs Inferiority. Mereka
mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa
rendah diri, bekerja mencari nafkah. Saat ini area sosialnya bertambah luas dari
lingkungan keluarga merambah sampai ke lingkungan kesehariannya bersama
teman-teman sesama anak jalanan. Namun, kegiatan yang mereka lakukan baru
sebatas menjadi pengemis, tidak melakukan kegiatan berjualan seperti anak
jalanan di kampus UI.
Menurut subbab 2.5 mengenai kebutuhan dasar manusia, safety and
security needs atau kebutuhan individu akan keamanan dan perlindungan akan
mempengaruhi perilaku manusia. Namun, pada kasus ini tidak terlihat rasa
khawatir mereka akan bahaya berkeliaran di jalan raya bagi yang mengemis di
jalan raya. Mereka mengemis dengan cara yang ekstrim hingga berani turun ke
tengah jalan dan mendatangi angkutan umum yang sedang menurunkan
penumpang. Anak-anak jalanan ini tidak menghiraukan akan bahaya terserempet
atau tertabrak kendaraan lain saat mengemis ke dalam angkutan umum.
Namun, mereka justru memiliki kecemasaan akan keamanan diri dari
orang asing yang mencurigakan, dalam hal ini adalah saya sendiri. Saat saya
hendak mengambil gambar kegiatan mereka, mereka langsung menutup wajah
dan berteriak melaporkan saya karena memfoto mereka. Menurut saya mereka
memiliki kecemasan akan adanya razia anak jalanan dan semacamnya.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
55
Dalam kaitannya dengan ruang, Menurut subbab 2.3 mengenai anak dan
ruangnya, dijelaskan bahwa banyak anak yang justru menyukai saat-saat bermain
dalam periode waktu yang pendek, seperti diantara waktu pulang sekolah dan
waktu makan, atau beberapa saat sebelum hari menjadi gelap sebelum makan
malam. Pada anak jalanan di Bekasi, mereka bermain di sela-sela kegiatan
mengemisnya, sehingga kegiatan mengemis itu tidak terasa seperti sebuah
pekerjaan. Mereka bermain bersama teman-teman sesama anak jalanan di pinggir
jalan, di trotoar, dan di pemisah jalan. Oleh karena itu, tatanan ruang yang
berperan dalam kesehariannya bekerja adalah jalan raya tempat ia bekerja, berbaur
bersama teman-teman anak jalanan yang lain, dengan keramaian jalan raya,
orangorang yang lalu-lalang, dan kendaraan-kendaraan. Seperti dijelaskan
kemudian pada subbab 2.3 mengenai anak dan ruangnya, mereka juga
menggunakan halaman, kaki lima, jalan kecil, ruang-ruang tersisa antara
bangunan-bangunan, dan ruang-ruang yang meragukan di dan sekitar ciri-ciri
alam untuk bermain di sela-sela pekerjaannya. Mereka bermain dan beristirahat di
area hijau yang terdapat di pinggir jalan.
Sebagai anak jalanan, mereka adalah working children. Mereka bekerja
hampir sepanjang harinya dengan cara menghasilkan uang sendiri di luar
lingkungan keluarga, dan tentunya cenderung eksploitatif untuk anak-anak
seusianya sehingga dapat membahayakan perkembangan serta kesehatannya.
Seperti telah dibahas dalam subbab 2.4 mengenai anak jalanan, mereka termasuk
ke dalam Children on the street, mereka melakukan aktivitas ekonomi dengan
mengemis; harus pulang saat pekerjaan sudah usai dan uang hasil kerja untuk
keluarga. Sama halnya dengan kampus UI, persimpangan jalan raya ini telah
memberikan potensi untuk memperoleh penghasilan dengan berbagai cara,
mengamen dan mengemis.
Dalam sub-subbab 2.4.2 mengenai faktor-faktor penyebab timbulnya anak
jalanan, dijelaskan bahwa faktor eksternal berupa dorongan keluarga, pengaruh
teman, dan kekerasan dalam keluarga. Dalam hal ini, faktor eksternal penyebab
mereka bekerja adalah karena pengaruh teman dan dorongan dari keluarga.
Pengaruh teman menunjukkan dampak besar penyebab mereka pergi ke jalanan.
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
56
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
57
Anak jalanan juga memiliki teritori sendiri meski tidak sangat mengikat,
teritori tersebut adalah daerah-daerah hijau di sekitar persimpangan yang
dijadikan tempat istirahat, berteduh, dan bermain mereka.
Menurut penjelasan subbab 2.7.1 mengenai ruang personal, ruang personal
adalah suatu area dengan batas maya yang mengelilingi diri seseorang dan orang
lain tidak diperkenankan masuk kedalamnya. Ruang personal juga dikatakan
sebagai teritori portabel yang dapat berpindah-pindah. Tempat orang tertentu
boleh memasuki daerah tersebut dan sejumlah orang lain tidak diijinkan masuk.
Batas teritori ini tidak sama di semua sisi. Anak jalanan di Bekasi sangat terasa
memiliki ruang personal yang besar. Mereka sangat berhati-hati dalam
berinteraksi dengan orang lain, mereka hanya mau berinteraksi dengan orang-
orang yang mereka minta-minta. Sedangkan, kepada orang asing yang punya
maksud tidak jelas mereka cenderung menjauhkan diri. Contohnya adalah saat
saya survei dan mencoba berinteraksi dengan mereka, anak-anak jalanan yang
berada di jembatan penyeberangan hanya diam dan tidak menggubris ajakan
bicara saya, sedangkan pada anak jalanan yang di pinggir jalan raya, langsung
mempeeringatkan anak jalanan yang lain untuk berhati-hati terhadap saya,
padahal saya hanya baru menghampiri mereka.
12
Sumber: dok.pribadi
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
BAB 4
KESIMPULAN
58
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
59
Universitas Indonesia
Anak jalanan ..., Yohanes Dimas H. S., FT UI, 2011
DAFTAR REFERENSI
60
61