PENDAHULUAN
secara baik. insidens keracunan di dunia secara pasti tidak diketahui, dapat
diperkirakan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahun akibat berbagai macam
keracunan. Studi mengenai prilaku dan efek yang merugikan dari suatu zat
terhadap oranisme/ mahluk hidup disebut toksikologi (berasal dari kata Yunani,
akibat yang berkaitan dengan bahaya toksik dari suatu zat terhadap manusia dan
lingkungannya.1
tinggi terjadi di negara-negara sedang berkembang dan meningkat hampir dua kali
lipat dalam sepuluh tahun terakhir ini. Dari laporan Badan Pom untuk kasus
keracunan Nasional yang terjadi di Indonesia tahun 2014 kasus keracunan obat
sebanyak 717.2 Racun merupakan istilah untuk toksikan yang dalam jumlah
1541) menyatakan bahwa “semua zat adalah racun, tidak ada yang bukan racun.
Dosis yang tepat membedakan suatu racun dengan obat”. Toksikan (zat toksik)
adalah bahan apapun yang dapat memberikan efek yang berlawanan (merugikan).1
telah banyak digunakan di seluruh dunia sejak tahun 1950. Di Indonesia sendiri
1
bertambah, dan saat ini telah tercatat dalam ISO 2006 terdapat 305 merk obat
yang mengandung asetaminofen.3 Analgesik derivat para amino fenol ini telah
dapat diperoleh dan digunakan secara bebas bahkan tanpa perlu menggunakan
resep dokter seperti yang saat ini terjadi pada beberapa negara berkembang
termasuk Indonesia. Sesuai dengan laporan United States Regional Poisons Center
yang menyatakan bahwa lebih dari 100.000 kasus per tahun yang menghubungi
pusat informasi keracunan, 56.000 kasus datang ke unit gawat darurat, 26.000
kasus memerlukan perawatan intensif dirumah sakit dan 450 orang meninggal
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Toksikologi (berasal dari bahasa Yunani yaitu tokskos dan logos yang
merupakan studi mengenai perilaku dan efek yang merugikan dari suatu zat
mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada
zat dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya.
Menurut Ariens dkk. 1986, toksikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai kerja
senywa kimia yang merugikan tubuh organisme hidup. Sedangkan menurut Rand
tentang efek negatif atau efek racun dari bahan-bhan kimia dan material lain hasil
berkaitan dengan bahaya toksik dari suatu zat terhadap manusia dan
lingkungannya.1
3
2.2 Etiologi intoksikasi1,2.3
(Obat-obatan dan makanan), cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia,
pestisida, bisa/ racun hewan), gas (CO). Berdasarkan tempat racun berada, dapat
dibagi menjadi racun yang terdapat dialam bebas, misalnya gas racun dialam,
laboratorium, misalnya asam dan basa kuat, logam berat. Racun yang terdapat
zat aditif serta racun dalam bentuk obat, isalnya hipnotik, sedatif, dll.
4
Gambar 2.1 Sumber Racun7
kerja, dikenal racun yang mengikat gugus sulfhidril (-SH) misalnya Pb, yang
nitrit. (Nitrat dalam usus oleh flora usus diubah menjadi nitrit).
nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan kematian akibat syok neurogenik.
Contoh racun korosif adalah asam dan basa kuat : H2SO4, HNO3, NaOH, KOH;
golongan halogen seperti fenol, lisol dan senyawa logam. Racun yang bekerja
sisitemik dan mempunyai afinitas terhadap salah satu sistem misalnya barbiturat,
alkohol, morfin terhadap susunan saraf pusat, digitalis, oksalat terhadap jantung,
CO terhadap hemoglobin darah. Terdapat pula racun yang mempunyai efek lokal
dan sistemik sekaligus misalnya asam karbol menyebabkan erosi lambung dan
sebagian yang diabsorbsi akan menimbulkan depresi susunan sarap pusat. Tetra-
5
etil yang masih terdapat dalam campuran bensin selain mempunyai efek iritasi,
Self Poisoning: Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis
yang bersifat akut dan kronik. Untuk akut lebih mudah dikenal daripada
keracunan kronik, biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu. Ciri lain
ialah sering mengenai orang banyak, misalnya pada kercunan makanan, dapat
mengenai seluruh keluarga atau warga sekampung. Gejala keracunan akut dapat
menyerupai setiap sindrom penyakit, karena itu harus selalu diingat kemungkinan
6
keracunan pada keadaan sakit mendadak dengan gejala seperti muntah, kejang,
Untuk diagnosis keracunan kronik sulit dibuat karena gejala yang timbul
perlahan dan lama sesudah pajanan. Gejala dapat timbul akut sesudah pajanan
berkali-kali dalam waktu yang cukup lama dan dengan dosis yang kecil. Suatu ciri
khas ialah bahwa zat penyebab dieksresi lebih lama dari 24 jam, waktu paruhnya
Misalnya:
biasanya memiliki akibat / afinitas pada salah satu sistem atau organ tubuh
yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem atau organ tubuh
lainnya.
7
Misalnya:
syaraf pusat.
- Digitalis, asam oksalat terutama berpengaruh terhadap jantung.
- Strychine terutama berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang.
- CO, dan HCN terutama berpengaruh terhadap darah dan enzim
pernafasan.
- Cantharides dan HgCl2 terutama berpengaruh terhadap ginjal.
- Insektisida golongan hidrokarbon yang di-chlor-kan dan phosphorus
Misalnya:
- Asam oksalat
- Asam karbol
- Arsen
- Garam Pb
1. Cara masuk. Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara
Bayi prematur lebih rentan terhadap obat oleh karena eksresi melalui
ginjal belum sempurna dan aktifitas mikrosom dalam hati belum cukup.
3. Kondisi tubuh. Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah
8
4. Kebiasaan. Berpengaruh pada golongan alkohol dan morfin dikarenakan
alkohol.
5. Idiosinkrasi dan alergi. Pada vitamin E, penisilin, streptomisin dan
menurut data tahun 1983 dan 1989, pestisida sebagai penyebab kasus keracunan
akut mempunyai angka terbanyak yaitu 76,37 % dan 65,06 %. Penyebab lain yang
banyak menyebabkan kasus keracunan akut adalah air aki, obat-obatan bebas,
Gejala klinis akibat keracunan dapat bervariasi, hal ini tergantung dari
9
carbamazepin, lithium, cocaine), kejang
10
chloroform, dichloromethane), Kacang (rodentisida)
banyaknya jumlah golongan obat yang beredar. Semakin banyak golongan obat
yang beredar makan akan semakin beragam gejala keracunan obat. Suatu gejala
sering bersifat aspesifik, misalnya koma dapat disebabkan oleh hipnotik, obat
harus selalu dicocokan dengan tanda yang ditemukan, karena suatu botol yang
dipegang pasien mungkin bukan berisi zat penyebab keracunan. Jadi diagnosis
klinis, walaupun sebabnya belum diketahui. Hal ini disebabkan karena pengobatan
sangat penting pada permulaan keracunan ialah derajat kesadaaran dan respirasi.
Kesadaran merupakan petunjuk penting tentang beratnya karacunan.
Makin dalam koma, maka akan semakin berat keracunanya dan angka
11
4. Tingkat 4 : pasien dalam keadaan koma, tidak ada reaksi sedikit pun
pada keracunan, karena itu frekuensi pernafasan dan volume semenit harus selalu
di evaluasi. Jalan nafas juga sering terhambat oleh sekresi mucus yang dapat
berbahaya bila tidak segera dibersihkan. Hal ini dijumpai pada keracunan
keracunan. Biasanya keadaan syok tidak begitu parah dan dapat diastase dengan
ini harus dibedakan dari penyakit yang dapa menimbulkan kejang seperti epilepsy,
pupil dan reflex ekstremiras tidak begitu penting untuk diagnosis karena sangat
bervariasi, kecuali untuk keracunan atropine dan morfin. Juga dalam menentukan
prognosis, gejala ini tidak dapat dijadikan pegangan. Pada keracunan hipnotik,
pupil sering anisokor dan midriasis menetap tetapi tidak selalu menandakan
prognosis buruk.
Bising usus biasanya berubah sesuai dengan tingkat kesadaran. Pada
derajat kesadaran III biasanya bising usus negatife, sehingga tanda ini dapat
12
Jantung untuk beberapa obat menimbulkan kelainan ritme jantung
sehingga dapat terjadi gejala payah jantung atau henti jantung. Untuk menentukan
asam basa atau air, tanda kerusakan hati dan ginjal, kelainan EEG, retensi urin,
muntah dan diare setra kelainan spesifik misalnya pada foto x-ray tulang dan lain-
lain. Pada 6% keracunan akut barbiturant atau hipnotik lainya ditemukan bula di
kulit.
Untuk peranan laboratorium sangat diperlukan untuk diagnosis akhir dari
laboratorium ini tidak mudah, Karen obat di dalam tubuh mengalami perubahan
secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan secara kualitatif dan semi kauntitatif
Tindakan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu: tindangan ABC dan Usaha
keracunannya.
Tindakan A, B, C dan Usaha Teratik Lain
A. Airway (Jalur Napas)
13
Usahakan saluran napas tetap bebas sehingga pasien dapat
usahakan tidak ada benda asing, sisa makanan, darah, atau muntah dari
oksigen, yang paling mudah terlihat dari bibir dan kuku jari). Tetapi
pemberian oksigen murni tidak boeh lebih lama dari 6-8 jam. Karena
saraf). Udema paru-paru toksik dapat disebabkan juga oleh gas yang
merangsang seperi klor dan oleh zat yang pada saat muntah masuk ke
14
terjadi tanpa keluhan, beberapa selang waktu kemudian ditandai
sianosis dan keluarnya busa warna coklat pada hidung dan mulut.
hal ini segera diberi glukortikoid. Hal yang penting dilakukan adalah
pasien dalam batas normal. Bila perlu, berikan cairan infus normal
seperti mayat (kulit sianotik abu-abu), pingsan, pupil dilatasi dan tidak
Jika jantung berhenti tanpa sebab jelas, dapat diberi 0,3 -0,5 mg
– 400 watt perdetik, disertai lidocain 100 mg injeksi bolus yang diikuti
15
infsus larutan natriumhidrogenkarbonat 8,5% atau larutan trometamol
parah maka cuci dengan air (yang tidak terlalu hangat) dan sabun.
16
maka harus digunakan anastesi lokal untuk mengeluarkan benda
beberapa tetes larutan anastesi lokal. Jika terdapat air kapur masuk
sehingga terbentuk air mata yang banyak. Pada mata yang hanya
terpejan sedikit gas air mata, maka pembentukan air mata adalah
paru.
17
Pada kasus keracunanan secara oral, ada beberapa
cair
Adsorben yang paling banyak digunakan dan bermanfaat
Adsorbsi zat organic akan paling kuat bila zat tersebut dalam
18
tertentu yang berasal dari tanaman terutama alkaloid. Pemakaian
Jika racun bersifat korosif (asam atau basa kuat) maka pemberian
setelah 3 – 5 jam.
Minyak parafin digunakan untuk mengatasi keracunan
19
Penetralan racun yang bersifat asam dapat dinetralkan
segelas air).
Pembentukan garam yang sukar larut, misalnya dilakukan
air.
Contoh perubahan menjadi senyawa yang tidak aktif :
terjadi.
Pembilasan lambung dapat dilakukan pada indikasi tertentu
masuk ke usus.
Merangsang muntah dapat dilakukan oleh orang awam.
20
dengan beberapa cara antara lain: dengan rangsangan mekanis (=
air), tetapi hal ini tidak boleh dilakukan pada anak-anak. Bila
21
mudah terlebih dahulu jika keadaan memungkinkan. Yang lebih
racun telah beredar dalam darah, dengan cara antara lain: peningkatan
dan hemodialisa.
pengubahan pH urin
Zat lipofil yang umumnya termasuk asam dan basa lemah, bila dalam
elektrolit dan air akan direabsorbsi dari urin, sehingga racun akan
ini, yang tidak terikat pada protein plasma tergantung dari jumlah
racun dalam urin dapat diabsorbsi kembali. Jadi hanya sekitar 10%
saja yang benar-benar keluar bersama urin. Jika proses reabsorbsi pasif
paruh akan turun. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah
22
Maka kecepatan ekskresi dalam urin akan meningkat. Dengan melihat
difusi pasif racun dari plasma kedalam cairan diálisis melalui sebuah
ginjal berat, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit hati, dan pada
23
zat ini memiliki kerugian yaitu komponen yang tidak toksis seperti
vitamin, hormon, asam amino dan bahan makanan juga dapat ditarik
dari plasma.
Pelaksanaan tindakan ini cukup merepotkan dan mahal, tetapi
tindakan ini harus dilakukan pada kasus keracunan berat seperti pada
racun yang dapat melewati membran diálisis. Pada umumnya pada zat
yang mengalami ultraflitrasi oleh ginjal. Berikut ini adalah zat yang
fenobarbital (20 mg/ 100 ml plasma), dan asam salisilat (90 mg / 100
dalam plasma lebih singkat atau kurang lebih sama dengan dengan
ini.
Antidotum spesifik1,2,3,6
Antidot untuk melawan efek racun yang telah masuk kedalam organ target.
Tidak semua racun mempunyai antidot yang spesifik. Berikut ini merupakan
24
NO. ANTIDOTUM INDIKASI CARA KERJA DOSIS
bersama MgS)
6. Dimercaprol Keracunan As, Cu, Kelasi logam 2,5-5 mg/kg i.v tiap 4
Pb, atau Hg jam untuk 2 hari
kemudian 2,5 mg
2x/hari dan diteruskan
1x/hari
25
NO. ANTIDOTUM INDIKASI CARA KERJA DOSIS
26
NO. ANTIDOTUM INDIKASI CARA KERJA DOSIS
Insektisida
Organofosfat Mengembalikan Atropinisasi (SA 2
aktivitas AChE mg i.v, diulang tiap
(malation, paration, (monitoring aktivitas 5-10 menit sampai
diazinon, abate) AChE dalam eritrosit atropinisasi penuh
dan plasma), (muka merah,
simtomatik hipersalivasi
berkurang, mata
midriasis, takikardi)
Pralidoksim (p.r.n)
1000 mg i.v dalam
5 menit
Dekontaminasi
racun dari kulit dan
membrana mukosa
Diazepam atau
fenobarbital
27
Karbamat (Propoxur, Sama dengan
karbaril) intoksikasi
organofosfat, tetapi
jangan diberikan
pralidoksim
Organoklorin Cegah gejala life- Ca-glukonas 10%,
threatening, i.v. 10 mL lambat
meningkatkan Cholestyramin
(ekskresi racun
eliminasi racun,
meningkat 3-18x, T
simtomatik ½ turun dari 140
menjadi 80 jam,
pemulihan gejala
klinis lebih cepat
Dekontaminasi
racun dari kulit dan
membrana mukosa
Diazepam atau
fenobarbital
Herbisida
Derivat bipyridil Menghambat Bilas lambung,
(paraquat, diquat) absorpsi lewat usus, katartik
meningkatkan Aluminium silikat,
eliminasi bentonite
HD, hemoperfusa
Dinitrofenol Mengurangi simtom Berendam es
(simtomatik) Pemberian O2
Koreksi cairan dan
elektrolit
Fungisida
Pentachlorophenol Meningkatkan Cholestyramine
eliminasi melalui
feses
Dithiocarbamat Mengurangi
hambatan enzim
mikrosomal hepar
(gugus sulfhidril)
Rodentisida
Warfarin Mengembalikan vitamin K1, 50 mg i.m
penjendalan darah atau 3x50 mg per oral
28
memperbaiki intubasi dan
respirasi ventilator mekanik
Fumigant
Sianida Mencegah metHb- Na-tiosulfat 25% 50
emia dan mL i.v. dalam 10
mengeliminasi racun menit
Na-nitrit 3% 10 mL
i.v. dalam 3 menit
Methyl bromide Obat-obat yang
mengembalikan
aktivitas sulfhidril
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
tubuh bahkan dapat membawa kepada kematian. Menurut jenis wujudnya dapat
dikelompokan menjadi padat, cair dan gas. menurut waktunya dibedakan menjadi
29
harus mengutamakan prinsip airway, breathing dan sirkulasi. Kemudian setelah
berbagai cara, seperti contohnya untuk racun yang tertelan dapat di tangani
dengan 3 cara seperti penanganan untuk membuat pasien muntah, memasang pipa
untuk bilas lambung, memberikan obat pencahar, dan memberikan bubuk charcoal
hemodialisis.
3.2 Saran
berbagai macam antidote harus dikuasai dokter umum sehingga dapat dengan
DAFTAR PUSTAKA
30
4. Budiawan, Nat. 2008. Peran Tosiologi Forensik dalam Mengungkap Kasus
Keracunan dan Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal and
Forensic Sciences; 1 (1): 35-39. Jakarta
5. ISFI. ISO informasi spesialite obat Indonesia. Vol.41. Jakarta: ISFI; 2006
6. Wirasuta, M. A. G., 2008. Analisis Toksikologi Forensik dan Interpretasi
Temuan Analisis. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciencies,
Volume 1, pp. 47-55
7. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
31
32