Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi


Muda (MTBM)”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Ns. Siti Nuryanti, S.Kep.,M.Pd

Disusun Oleh :

1. Manda Pingki Halenia


2. Nur Ainun

Tingkat II Keperawatan

PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dan manajemen terpadu bayi muda (MTBM)”.
Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Kami juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi tugas
ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Balikpapan, 13 Februari 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila angka
ini dikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari
atau 17 kematian bayi setiap 1 jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka Kematian
Balita (AKBAL) sebesar 44/1000 kelahiran hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari
atau 22 kematian balita setiap jamnya. Bila kita mencoba menghitung lebih jauh lagi,
berarti terjadi lebih dari 15.000 kematian balita setiap bulannya.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada beberapa
penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi
(0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah penyakit
diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%, sedangkan untuk balita, kematian akibat diare
sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak
5,8%.
Berdasarkan data diatas WHO dan UNICEF terdorong ubtuk mengembangkan
suatu strategi yang disebu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS merupakan
pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar. Dalam pelayanan dengan pendekatan MTBS selain upaya kuratif juga dilakukan
sekaligus upaya promotif dan preventif. MTBS diracang terutama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh para medis dengan mengintegrasikan
kegiatan manajerial seperti pelatihan, supervisi, komunikasi, monitoring dan evaluasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) ?


2. Apa itu Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) ?

4
C. Tujuan
1. Untuk memahami Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
2. Untuk mengetahui definisi MTBS dan MTBM.
3. Untuk mengetahui proses manajemen kasus balita sakit
4. untuk mengetahui tatalaksana bayi sakit

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)


MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management
of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-
5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi
suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang
ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap
karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi
dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan
MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan
kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

1. Definisi MTBS
Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan,dilaksanakan
secara terpadu mengenai klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan
konseling yang diberikan. MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan
angka kematian balita dan menurunkan angka kesakitan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak,
malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi
imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena

6
penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas,
Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk
umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).

2. Tujuan MTBS
Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang terkait
dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberikan konttribusi terhadap
pertumbuhan perkembangan kesehatan anak.
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara
dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan
pengetahuan bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan
system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai
rujukan. ( Modul MTBS 1, 2008 )

3. Proses Manajemen Kasus Balita Sakit


Proses manajemen kasus disajikan dlam suatu bagan yang memperlihatkan urutan
langkah – langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Langkah – langkahnya yaitu :
a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.
Menilai anak maksudnya adalah melakukan penilaian dengan cara anamnesis
dan pemeriksaan fisik.
b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan.
Membuat klasifikasi diartikan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan
penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya.Memilih suatu kategori atau
klasifikasi untuk setiap gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya
penyakit. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan
sebagai diagnose spesifik penyakit. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan di
fasilitas kesehatan sesuai dengan klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah
dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus
dilakukan di rumah.

7
c. Memberi konseling bagi ibu.
Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak,
member anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa
anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
d. Manajemen terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan, memberi pelayanan tindak
lanjut.
Manajemen terpadu bayi muda meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan
tindakan dan memberi pengobatan, konseling, dan tindak lanjut pada bayi umur kurang
dari 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada
bayi muda umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan
tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Memberi
pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak
datang untuk kunjungan ulang.
Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu :
a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
b. sakit (selain dokter, petugas kesehatan non dokter, dapat pula memeriksa danmenangani
pasien apabila sudah dilatih ).
c. Memperbaiki system kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan
dalam 1 kali pemeriksaan MTBS)
d. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat alam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan).

4. Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 tahun


Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai dengan 5
tahun tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan
tahap penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan
pengobatan, tahap pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara
jelas dapat dijelaskan sebagai berikut.

8
1. Penilaian Tanda & Gejala
Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang
dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah,kejang,
letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya
diare, lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain.
a. Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan
dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi pernapasan adalah
pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan 50 atau lebih permenit
sedangkan frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali
permenit.
b. Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar, atau
cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek, gelisah,
rewel, haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak campur darah).
c. Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku kuduk,
dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata,luka pada mulut,mata
bernanah adanya tanda presyok seperti nadi lemah,ektremitas dingin,muntah
darah,berak hitam,perdarahan hidung,perdarahan bawah kulit,nyeri ulu hati dan lain-
lain.
d. Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya
pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari,dan lain-
lain
e. Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus,bengkak
pada kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa garis merah pada
pemeriksaan berat badan menurut umur.

2. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan


Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda
dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat
kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut.
a. Klasifikasi pneumonia
Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

9
1) Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan
dinding dada kedalam,adanya stridor
2) Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat cepat
3) Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya
keluhan batuk
b. Klasifikasi dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar,mata
cekung,turgor kulit jelek sekali,
2) Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata
cekung,haus,turgor jelek
3) Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi
c. Klasifikasi diare persisten
Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari
dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan
adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda
dehidrasi.
d. Klasifikasi disentri
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan tetapi
apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan
darah
e. Klasifikasi resiko malaria
Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi rendah atau
tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan resiko
terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang beresiko,maka apabila terdapat hasil
klasifikasi maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi
menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila
ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi
malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih.

10
2) Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu
penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk
dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak dan
klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan flek atau
adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari demam. Klasifikasi tanpa
resiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu penyakit berat dengan demam
apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta klasifikasi demam
bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku
kuduk.
f. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya
umum terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut yang
dalam & luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang
kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata merah.
2) Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda
mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila hanya
khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas.
g. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu :
1) DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit
(ptkie) adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau
tidak teraba, muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya
tourniquet positif.
2) Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah,
bintik perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie
3) Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila tidak
ada tanda seperti diatas hanya ada demam.
h. Klasifikasi Masalah Telinga
Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :

11
1) Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di
belakang telinga,
2) Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari
telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga
3) Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah
yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih
4) Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di atas
i. Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1) Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada kedua
kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucatan.
2) Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda sebagai
berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur di bawah
garis merah
3) Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda
seperti di atas.

3. Penentuan Tindakan & Pengobatan


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan
setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.
a. Pneumonia
Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen terpadu
balita sakit sebagai berikut.
Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang
pertama adalah :
1) Berikan dosis petama antibiotika
Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim + sulfametoksazol) dan pilihan
kedua adalah amoksilin

12
2) Lakukan rujukan segera
b. Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari
dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
1) Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit
melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau
NaCl
2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum
membaik berikan tetesan intravena
3) Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
4) Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3
jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi
dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi
5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI
c. Klasifikasi diare pesisten
Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila
ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah : pilihan
pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.
d. Klasifikasi Resiko Malaria
Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat
ditentukan dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb :
1) Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muskular
2) Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama
adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin
+ primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan)
3) Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah
pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka
ulangi pemberian klorokuin

13
e. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah
pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau
kloramefnikol apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol
apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak
disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan gentian violet dan apabila
hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain maka
tindakannya hanya diberikan vitamin A.
f. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain
apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula
darah, apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan
atau oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan.
Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah
1) Benrikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam
ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan
peroaral selama perjalan.
2) Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
3) Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra
vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba
berikan cairan 15-20 ml/kgbb dalam /1 jam
g. Klasifikasi masalah telinga
Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara
lain berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol
apabila kronis ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap.
h. Klasifikasi status gizi
Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa
anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai
aadanya anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko
tinggi malaria dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak

14
berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta
hasil pemeriksaan tinja positif
4. Pemberian Konseling
Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan
sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:
a. Konseling pemberian makan pada anak
1) Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan cara
meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek, kemudian
anak mendapat makan atau minum lain, apabila anak berat badan berdasarkan
umur sangat rendah menyatakan berapa banyak makan atau minum yang
diberikan pada anak apakah anak dapat makan sendiri dan bagaimana caranya
apakah selama sakait makan ditambah dan lain-lain.
2) Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu
b. Konseling pemberian cairan selama sakit
Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan
ibu agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta
meningkatkan kebututhan cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin atau air
matang.
c. Konseling kunjungan ulang
Pada pemberian konseling tentang kunjungan ulang yang harus dilakukan pada ibu
atau keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam waktu yang
ditentukan ibu harus segera ke petugas kesehatan.
5. Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut
a. Pnemonia
Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan
pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan tanda bahaya
umum atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis antibiotika pilihan
kedua atau suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan, namun apabila
frekuensi nafas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika
pilihan ketiga kemudianapabila nafas melambat atau nafsu makan membaik
lanjutkan pemberian antibiotika sampai 5 hari.

15
b. Diare persistem
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi
diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan
obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai umur.
c. Disentri
Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi
jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila anak masi
mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan
derajatnya.
d. Resiko malaria
Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam
lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan
malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan
sesuai protap.
e. Campak
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari dengan
mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya apabila
mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan
menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan dan
apabila kurang benar maka ajari dengan benar.
f. Demam berdarah
Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan
evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya umum dan
adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman tindakan pada
penyakit demam berdarah dengan penyakit berat,akan tetapi apabila ditemukan
penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan yang sesuai dan
apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan sebagaimana
tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan demam lakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
g. Masalah telinga

16
Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan
mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktukunjungan
didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka
segera lakukan rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan atau
nana maka lakukan pengobatan antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan bagian
telinga,apabila sudah benar anjurkan tetap mempertahankan apabila masih kurang
ajari tentang cara mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak
timbul nyeri atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai
habis.

B. MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda)


Dalam perkembangannya mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda umur kurang
dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 tahun tidak
termasuk pada Bayi Muda tapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun. BayiMuda mudah
sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan meninggal terutama pada satu
minggu pertama kehidupan bayi. Penyakit yang terjadi pada 1 minggu pertama kehidupan
bayi hampir selalu terkait dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut
merupakan karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan pada saat membuat klasifikasi
penyakit. Pada bayi yang lebih tua pola penyakitnya sudah merupakan campuran dengan pola
penyakit pada anak.Sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak
membawa Bayi Muda ke fasilitas kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui
kunjungan rumah oleh petugas kesehatan.
Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan didekteksi dini.
Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari ibu untuk
melakukan Asuhan Dasar Bayi Muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera.Proses
penanganan Bayi Muda tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur 2 bulan
sampai 5 tahun.

17
1. Pelaksanaan MTBM pada bayi umur kurang dari 2 bulan
Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan langkah-
langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya:
a. Penilaian dan klasifikasi
b. Tindakan dan Pengobatan
c. Konseling bagi ibu
d. Pelayanan Tindak lanjut
Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatan” untuk Bayi Muda dan untuk
kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini mempunyai cara
pengisian yang sama yaitu :
a. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik
b. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta
tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan
bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit
c. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan
difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.
d. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya, mendengar
jawaban ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu memecahkan masalah dan
mengecek pemahaman
e. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak
datang untuk kunjungan ulang.
Menanyakan kepada ibu mengenai masalah bayi muda. Tentukan pemeriksaan ini
merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan bayi muda atau kunjungan ulang untuk
masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan ulang akan diberikan pelayanan tindak
lanjut yang akan dipelajari pada materi tindak lanjut.
Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut :
a. Periksa bayi muda untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri.selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda dan gejalanya yang
ditemukan.

18
b. Menanyakan pada ibu apakah bayinya diare, jika diare periksa tanda dan gejalanya
yang terkait. klasifikasikan bayi muda untuk dehidrasi nya dan klasifikasikan juga
untuk diare persisten dan kemungkinan disentri.
c. Periksa semua bayi muda untuk ikterus dan klasifikasikan berdasarkan gejala yang
ada.
d. Periksa bayi untuk kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian asi.
selanjutnya klasifikasikan bayi muda berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan.
e. Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi?. tentukan status
imunisasi bayi muda.
f. Menanyakan status pemberian vit k1.
g. Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir,
perdarahan tali pusat dan sebagainya.
h. Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan kesehatan bayinya.
Jika Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan pemeriksaan secara
cepat. Tidak perlu melakukan penilaian pemberian ASI karena akan memperlambat
rujukan.

2. Penilaian Dan Klasifikasi Bayi Muda Umur Kurang 2 Bulan


a. Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri
Infeksi pada Bayi Muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal. Infeksi sistemik
gejalanya tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan gangguan fungsi organ seperti :
gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan napas, bayi malas minum, tidak bisa
minum atau muntah, diare, demam atau hipotermi
Pada infeksi lokal biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah. Infeksi
lokal yang sering terjadi pada Bayi Muda adalah infeksi pada tali pusat, kulit, mata dan
telinga.
Memeriksa gejala kejang dapat dilakukan dengan cara (TANYA, LIHAT, RABA).
1) Kejang
Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan merupakan kegawat
daruratan. Kejang pada Bayi Muda umur ≤ 2 hari berhubungan dengan asfiksia,

19
trauma lahir, dan kelainan bawaan dan jika lebih dari 2 hari dikaitkan dengan tetanus
neonatorium.
a. Tanya : adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan bahasa atau istilah
lokal yang mudah dimengerti ibu
b. Lihat : apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? Tremor atau
gemetar adalah gerakan halus yang konstan, tremor disertai kesadran menurun
menunjukkan kejang. Kesadaran menurun dapat dinilai dengan melihat respon bayi
pada saat baju bayi dibuka akan terbangun.
c. Lihat : apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat berupa gerakan berulang
pada mulut, gerakan bola mata cepat, gerakan tangan dan kaki berulang pada satu
sisi.
d. Lihat : apakah mulut bayi mencucu?
e. Lihat dan raba : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan.
Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas pada tetanus
neonatorum
f. Dengar : apakah bayi menangis melengking tiba-tiba?Biasanya menunjukkan ada
proses tekanan intra kranial atau kerusakan susunan saraf pusat lainnya
2) Bayi tidak bisa minum dan memuntahkannya
Bayi menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika bayi terlalu lemah untuk
minum atau tidak bisa mengisap dan menelan.
Bayi mempunyai tanda memuntahkan semua jika bayi sama sekali tidak dapat
menelan apapun.
3) Gangguan Napas
Pola napas Bayi Muda tidak teratur (normal 30-59 kali/menit) jika <30 kali/menit atau
≥ 60 kali/menit menunjukkan ada gangguan napas, biasanya disertai dengan tanda atau
gejala bayi biru(sianosis), tarikan dinding dada yang sangat kuat (dalam sangat kuat
mudah terlihat dan menetap), pernapasan cuping hidung serta terdengar suara merintih
(napas pendek menandakan kesulitan bernapas)
4) Hipotermia
Suhu noramal 36,5 -37,5 C jika suhu < 35,5C disebut hipotermi berat yang
mengidentikasikan infeksi berat sehingga harus segera dirujuk, suhu 35,5-36,0 C

20
disebut hipotermi sedang dan suhu ≥ 37,5 disebut demam. Mengukur suhu
menggunakan termometer pada aksiler selama 5 menit tidak dianjurkan secara rektal
karena dapat mengakibatkan perlukaan rektal.
5) Infeksi Bakteri Lokal
Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit, mata dan pusar. Pada
kulit apakah ada tanda gejala bercak merah, benjolan berisi nanah dikulit. Pada mata
terlihat bernanah, berat ringannya dilihat dari produksi nanah dan mata bengkak. Pusar
kemerahan atau bernanah (kemerahan meluas ke kulit daerah perut berbau , bernanah)
berarti bayi mengalami infeksi berat.
Cara Mengklasifikasi Kemungkinan Panyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri
Tanda atau Gejala Klasifikasi
 Tidak mau minum atau memuntahkan
semua ATAU
 Riwayat kejang ATAU
 Bergerak hanya jika distimulasi ATAU PENYAKIT SANGAT

 Napas cepat ATAU BERAT ATAU

 Napas lambat ATAU INFEKSI BAKTERI

 Tarikan dinding dada ke dalam yang BERAT

kuat ATAU
 Merintih ATAU
 Demam (≥ 37,5C) ATAU
 Hipotermi ( <35,5C) ATAU
 Nanah yang banyak di mata ATAU
 Pusar kemerahan meluas sampai dinding
perut
 Pustul kulit ATAU INFEKSI BAKTERI
 Mata bernanah ATAU LOKAL
 Pusat kemerahan atau bernanah
 Tidak terdapat salah satu tanda diatas MUNGKIN BUKAN
INFEKSI

21
b.Menilai Diare
Ibu mudah mengenal diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya dan
frekuensi beraknya lebih sering dibandingkan biasanya. Biasanya bayi dehidrasi rewel
dan gelisah dan jika berlanjut bayi menjadi letargis atau tidak sadar, karena bayi
kehilangan cairan matanya menjadi cekung dan jika dicubit kulit akan kembali dengan
lambat atau sangat lambat. Cubit kulit perut dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk
lihat apakah kulit itu kembali lagi dengan sangat lambat (lebih dari 2 detik), lambat atau
segera.

Klasifikasi Diare
Tanda dan Gejala Klasifikasi
Terdapat 2 atau lebih tanda DIARE DEHIDRASI
berikut : BERAT
 Letargis atau tidak sadar
 Mata Cekung
 Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda DIARE DEHIDRASI
berikut : RINGAN /SEDANG
Gelisah atau rewel
Mata Cekung
Cubitan kulit perut kembali
lambat
Tidak cukup tanda dehidrasi berat DIARE TANPA
atau ringan/sedang DEHIDRASI

c. Ikterus
Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan
sebagian besar(80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah merah)
sebagian lagi karena ketidak cocokan gol.darahibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin
dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan pengeluaran.

22
Ikterus dapat berupa fisiologik dan patologik (hiperbilirubin mengakibatkan gangguan
saraf pusat)
Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang dan bagian
tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan menghilang sebelum 14 hari tidak
memerlukan tindakan khusus hanya pemberian ASI. Ikterus muncul setelah 14 hari
berhubungan dengan infeksi hati atau sumbatan aliran bilirubin pada empedu. Lihat tinja
pucat seperti dempul menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin pada sistem empedu.
Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER
a. Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher
b. Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
c. Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
d. Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
e. Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki
Klasifikasi Ikterus
Tanda dan Gejala Klasifikasi
1) Timbul kuning pada hari pertama (<
24 jam) ATAU IKTERUS BERAT
2) Kuning ditemukan pada umur lebih
dari 14 hari ATAU
3) Kuning sampai telapak tangan
/telapak kaki ATAU
4) Tinja berwarna pucat
5) Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam IKTERUS
sampai ≤ 14 hari dan tidak sampai
telapak tangan/kaki
Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS

d. Kemungkinan Berat Badan Rendah dan atau masalah Pemberian ASI


Pemberian ASI merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi 6 bulan pertama kehidupannya, jika ada masalah pemberian
ASI maka bayi dapat kekurangan gizi dan mudah terkena penyakit.

23
Tanyakan : apakah IMD dilakukan, apakah ada kesulitan menyusui, apakah bayi diberi
ASI dan berapa kali dalam 24 jam, apakah bayi diberi selain ASI.
Lihat : apakah ada bercak putih dimulut, adakah celah bibir /dilangit-langit
Timbang dan menentukan BB menurut umur dipakai standar WHO 2005 yang berbeda
untuk laki-laki dan perempuan. Bayi muda dengan berat badan rendah yang memiliki
BB menurut umur < -3 SD (dibawah garis merah), antara -2 SD dan -3 SD (BB pada
pita kuning), >-2 SD (tidak ada masalah BB rendah)
Penilaian Cara pemberian ASI (jika ada kesulitan pemberian ASI/ diberi ASI kurang
dari 8 jam dalam 24 jam, diberi selain ASI, BB rendah menurut umur)
1) Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir jika tidak sarankan ibu untuk
menyusui, jika iya menunggu bayi mau menyusu lagi, amati pemberian ASI.
2) Lihat bayi menyusu dengan baik (posisi bayi benar, melekat dengan
baik, mengisap dengan efektif)
Klasifikasi Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan /Masalah Pemberian Asi
Tanda dan Gejala Klasifikasi
7) Ada kesulitan pemberian ASI
8) Berat badan menurut umur
rendah BERAT BADAN
9) ASI kurang dari 8 kali RENDAH MENURUT
perhari UMUR DAN
10) Mendapat MASALAH
makanan/minuman lain selain PEMBERIAN ASI
ASI
11) Posisi bayi salah
12) Tidak melekat dengan baik
13) Tidak mengisap dengan
efektif
14) Terdapat luka bercak putih
15) Terdapat celah bibir /langit-
langit
Tidak terdapat tanda/gejala BERAT

24
diatas BADAN TINDAK
RENDAH MENURUT
UMUR DAN TIDAK
ADA MASALAH
PEMBERIAN ASI

e. Memeriksa Status /Penyuntikan Vitamin K1


Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna maka semua bayi
yang berisiko untuk mengalami perdarahan (HDN= haemorrhagic Disease of
the Newborn). Perdarahn bisa ringan atau berat berupa perdarahan pada kejadian ikutan
pasca imunisasi ataupun perdarahan intrakranial dan untuk mencegah diatas maka semua
bayi diberikan suntikan vit K1 setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi
HbO.

f. Memeriksa Status Imunisasi


Penularan Hepatitis pada bayi dapat terjadi secara vertikal (ibu ke bayi pada saat
persalinan) dan horizontal (penularan orang lain). Dan untuk mencegah terjadi infeksi
vertikal bayi harus diimunisasi HB sedini mungkin.
Imunisasi HB 0 diberikan (0-7 hari) di paha kanan selain itu bayi juga harus
mendapatkan imunisasi BCG di lengan kiri dan polio diberikan 2 tetes oral yang
dijadwalnya disesuaikan dengan tempat lahir
g. Memeriksa masalah/keluhan Lain
a) Memeriksa kelainan bawaan/kongenital Adalah kelainan pada bayi baru lahir bukan
akibat trauma lahir dan untuk mengenali jenis kelainan lakukan pemeriksaan fisik
(anensefalus, hidrosefalus, meningomielokel dll)
b) Memeriksa kemungkinan Trauma lahir Merupakan perlukaan pada bayi baru lahir
yang terjadi pada proses persalinan (kaput suksedanium, sefal hematome dll)
c) Memeriksa Perdarahan Tali pusat Perdarahan terjadi karena ikatan tali pusat longgar
setelah beberapa hari dan bila tidak ditangani dapat syok
h.Memeriksa masalah ibu

25
Pentingnya menanyakan masalah ibu adalah memanfaatkan kesempatan waktu kontak
dengan Bayi Muda untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu. Masalah yang
mungkin berpengaruh kepada kesehatan bayi
1) Bagaimana keadaan ibu dan apakah ada keluhan (misalkan : demam, sakit kepala,
pusing, depresi)
2) Apakah ada masalah tentang (pola makan-minum, waktu istirahat, kebiasaan BAK
dan BAB)
3) Apakah lokea berbau, warna dan nyeri perineum
4) Apakah ASI lancar
5) Apakah ada kesulitan merawat bayi
6) Apakah ibu minum tablet besi, vit A dan menggunakan alat kontrasepsi

3. Tindakan dan Pengobatan


Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah memerlukan rujukan segera ke fasilitas
pelayanan yang lebih baik dan sebelum merujuk lakukan pengobatan pra rujukan dan
minta Informed Consent. Klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan.
a. Memerlukan Rujukan.
Klasifikasi berat (warna merah muda) memerlukan rujukan segera, tetap lakukan
pemeriksaan dan lakukan penanganan segera sehingga rujukan tidak terlambat, contoh :
1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
2) Ikterus berat
3) Diare dehidrasi berat
Tindakan/Pengobatan Pra Rujukan
1) Kejang
a) Bebaskan jalan nafas dan memberi oksigen
b) Menangani kejang dengan obat anti kejang (pilihan 1 fenobarbital 30 mg = 0,6 ml
IM, pilihan 2 diazepam 0.25 ml dengan berat <2500 gr dan 0,5 ml dengan berat ≥
2500 gr per rektal)

26
c) Jangan memberi minum pada saat kejang akan terjadi aspirasi
d) Menghangatkan tubuh bayi (metode kangguru selama perjalanan ke tempat rujukan
e) Jika curiga Tetanus Neonatorum beri obat Diazepam bukan Fenobarbital
f) Beri dosis pertama antibiotika PP
2) Gangguan Nafas pada penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
a) Posisikan kepala bayi setengah mengadah jika perlu bahu diganjal dengan gulungan
kain
b) Bersihkan jalan nafas dan beri oksigen 2 l per menit
c) Jika apnoe lakukan resusitasi
3) Hipotermi
a) Menghangatkan tubuh bayi
b) Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa menyusu dan beri
ASI perah atau air gula menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu) dapat
menyebabkan kerusakan otak
c) Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
d) Rujuk segerta
4) Ikterus
b) Cegah turunnya gula darah
c) Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat
d) Rujuk segera
5) Gangguan saluran cerna
a) Jangan berikan makanan /minuman apapun peroral
b) Cegah turunnya gula darah dengan infus
c) Jaga kehangatan bayi
d) Rujuk segerta
6) Diare
a) Rehidrasi (RL atau NaCl 100 ml/kg BB, 30 ml/kg BB selama 1 jam, 70 ml/ kg BB
selama 5 jam, Jika memungkinkan beri oralit 5 ml/kg BB/jam
b) Rehidrasi melalui pipa nasogastrik 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam (120 ml/kg BB)
c) Sesudah 6 jam periksa kembali derajat dehidrasi
7) Berat tubuh rendah dan atau gangguan pemberian ASI

27
a) Cegah penurunan gula darah dengan pemberian infus
b) Jaga kehangatan bayi
c) Rujuk segera
b. Tidak Memerlukan Rujukan
Klasifikasi yang berwarna kuning dan hijau, misalnya infeksi bakteri lokal, Mungkin
bukan infeksi, Diare dehidrasi ringan/sedang, diare tanpa dehidrasi, ikterus, berat badan
rendah menurut umur dan atau masalah pemberian ASI, Berat badan tidak rendah dan
tidak ada masalah pemberian ASI.
Dibawah ini beberapa tindakan /pengobatan pada Bayi Muda yang tidak memerlukan
rujukan :
1) Menghangatkan tubuh bayi segera
2) Mencegah gula darah tidak turun
3) Memberi antibiotik per oral yang sesuai
4) Mengobati infeksi bakteri lokal
5) Melakukan rehidrasi oral baik diklinik maupun dirumah
6) Mengobati luka atau bercak putih di mulut
7) Melakukan asuhan dasar Bayi Muda (mencegah infeksi, menjaga bayi tetap hangat,
memberi ASI sesering mungkin, imunisasi

4. Konseling Bagi Ibu


Konseling diberikan pada Bayi Muda dengan klasifikasi kuning dan hijau
a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah (macam obat, dosis, cara pemberian )
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal (tetes mata /salep
tetraciklin/kloramfenikol, mengeringkan telinga dengan bahan penyerap, luka dimulut
dengan gentian violet)
c. Mengajari pemberian oralit
d. Menasehati ibu tentang pemberian ASI : pemberian ASI eksklusif, cara meningkatkan
produksi ASI, posisi yang benar saat meneteki, cara menyimpan ASI
e. Mengajari ibu cara merawat tali pusat dan menjelaskan jadwal pemberian imunisasi
f. Menasehati ibu kapan harus segera membawa bayi ke petugas kesehatan dan kapan
kunjungan ulang

28
g. Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya

5. Kunjungan Ulang Untuk Pelayanan Tindak Lanjut


Pada kunjungan ulang petugas dapat menilai apakah anak membaik setelah diberi obat atau
tindakan lainnya. Apabila anak mempunyai masalah lain gunakan penilaian awal lengkap
pada kunjungan awal.
Kunjungan ulang :
a. Dua hari
1) Infeksi bakteri lokal
2) Gangguan pemberian ASI
3) Luka atau bercak putih di mulut
4) Hipotermi sedang
5) Diare dengan dehidrasi ringan /sedang
6) Ikterus fisiologik jika tetap kuning
b. 14 hari berat badan rendah menurut umur.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBS dapat ditangani secara
lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan
secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada
ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
anak.Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi dan dapat dan dapat membatasi
beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaya pengobatan.Melihat keunggulan
tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari
pendekatan MTBS ini, bahkan Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan
implementasi.

B. Saran

Dengan mempelajari makalah mengenai manajemen terpadu balita sakit (MTBS)dan


Manajemen terpadu bayi muda (MTBM), diharapkan mahasiswa khususnya perawat dapat
mengurangi angka kematian anak mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan jika
seseorang dan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

30
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Asri R, S. Kep, Ners. Diktat Kuliah Keperawatan Anak 1. 2011


Dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, 2009, Materi presentase pada “Pelatihan Program Kesehatan
Balita Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak”. Bogor. 2009. Stimulasi , Deteksi dan
Intervensi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita.
Soetjiningsih, (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai