Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA
(Ruang NURI II)
OLEH:
PUTRI INDAH PRATIWI
0403133870

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2008

esti
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

A. Defenisi
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas) (Polaski :
1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversible (Joyce M. Black : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Smelzer Suzanne :
2001).
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan
adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

2. Etiologi Asma
Etiologi asma mungkin merupakan reaksi alergi yang sering terjadi pada pasien
dengan umur kurang dari 30 tahun. Namun, munculnya asma pada pasien dengan
menyebabkan asma antara lain yaitu beberapa bahan iritan seperti debu-debu yang
beterbangan, asap, produk pembersih atau bau. Pemicu tambahan lainnya adalah udara
dingin, infeksi saluran peranfasan atas atau bawah dan stres.
Kekambuhan asma terjadi karena terpapar faktor pencetus, yaitu :
 Emosi ( keadaan sedih, banyak pikiran, kaget)
 Cuaca ( hujan, udara dingin, udara terlalu panas)
 Infeksi ( flu, nyeri tenggorokan)
 Udara kotor ( asap dapur, asap rokok, asap obat nyamuk ,debu rumah, kapuk, bulu
kucing, kecoa, dll)
 Makanan (coklat, kacang tanah, es, bumbu masak, tomat, minyak goreng, dll)
Yang terjadi pada penderita Asma :
3. Anatomi Fisiologi Asma
Struktur sistem respirasi
a) Sistem respirasi terdiri dari:
Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan
dilembabka
b) Saluran nafas bagian bawa Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari
saluran bagian atas ke alveo
c) Alveoli
terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO
d) Sirkulasi paru
Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena
meninggalkan paru
e) Paru
terdiri dari :
a. Saluran nafas bagian bawah
b. Alveoli
c. Sirkulasi paru
f) Rongga Pleura
Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga
dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura
veseralis
g) Rongga dan dinding dada
Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam
proses respirasi
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan
psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot
polos.
Meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkriolus dan adanya
kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga
terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh
berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan
ventilasi (hipoventilasi), distribusiventilasiyang
tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala asma meliputi batuk (krok-krok, krek-krek), dispnea, wheezing,
hiperventilasi (salah satu gejala awal), pusing-pusing, kebiruan di mulut dan
sekitarnya, perasaan yang merangsang, skait kepala, nausea, penigkatan nafas pendek,
kecemasan, diaporesis, dan kelelahan, dan gejala meningkat pada malam dan dini hari.
Tingkat keparahan dari serangan asma tergantung pada tingkat obstruksi pada saluran
peranfasan, kadar saturasi oksigen, pembawaan pola pernafasan, perubahan status
mental, dna bagaimana tanggapan penderita terhadap pernafasannya. Tanda-tanda
buruk dari perubahan status mental biasanya meliputi hal-hal berikut : kurang istirahat
yang makin meningkat kemudian diikuti dengan atau gampang mengantuk.Ketika
orang tersebut jatuh akibat kelelahan yang amat sangat, maka kondisi kritis ini seirng
mengarah pada aggal nafas akut. Bebrapa penderita memliki penurunan reaksi asma
yang lambat. Tetapi ada beberapa yang cepat, misalnya dalam hitungan menit. Oleh
karena itu, waktu bukanlah parameter yang etrbaik utnuk mennetukan apakah perlu
memamnggil dokter dulu atau mencari pertolongan darurat secepat mungkin. Sehingga
semua indikator yang disebutkan diatas perlu mendapatkan perhatian yang semestinya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
2. Tidak efektifnya pola nafas b.d penurunan ekspansi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas 1. Evaluasi respons pa`sien Menetapkan
b.d kelemahan fisik terhadap aktivitas. Catat kebutuhan/kemampuan pasien
laporan dyspnea dan memudahkan dalam
peningkatan kelemahan menentukan pilihan intervensi
setelah aktivitas. untuk pasien.
2. Jelaskan pentingnya Tirah baring dipertahankan
istirahat dalam rencana selama fase akut untuk
pengobatan dan perlunya menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi
keseimbangan aktivitas untuk penyembuhan.
dan istirahat. Pasien mungkin nyaman
3. Bantu pasien memilih dengan kepala tinggi atau
posisi nyaman untuk menunduk kedepan meja
istirahat dan atau tidur. atau bantal.
4. Bantu aktivitas Meminimalkan kelelahan dan
keperawatan diri yang membantu keseimbangan dan
diperlukan. kebutuhan oksigen.
5. Berikan lingkungan menurunkan stress dan
tenang dan batasi rangsangan berlebihan
pengunjung selama fase menaikan istirahat.
akut sesuai
indikasi.
2. Tidak efektifnya 1. Kaji frekuensi Kecepatan biasanya mencapai
pola nafas b.d kedalaman pernafasan & kedalaman pernafasan
penurunan ekspansi ekspansi dada. Catat bervariasi tergantung
paru. upaya pernafasan derajat gagal nafas. Ekspansi
termasuk penggunaan dada terbatas yang
otot bantu pernafasan / berhubungan dengan
pelebaran nasal. atelektasis dan atau nyeri dada
2. Auskultasi bunyi nafas Ronki dan mengi menyertai
dan catat adanya bunyi obstruksi jalan nafas atau
nafas seperti crekels, kegagalan pernafasan.
mengi.
3. Tinggikan kepala dan Duduk tinggi memungkinkan
bantu dalam mengubah ekspansi paru & memudahkan
posisi. pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan Kongesti alveolar
karakter sekret. mengakibatkan sering batuk.
5. Dorong dan bantu pasien Dapat meningkatkan sputum
dalam nafas dan latihan dimana gangguan ventilasi &
batuk. ketidaknyaman upaya bernafas.
6. Kolaborasi Memaksimalkan bernafas dan
- Berikan oksigen. menurunkan kerja nafas,
- Berikan humidifikasi Memberikan kelembaban pada
tambahan misalnya : membran mukosa dan
nebulizer. membantu pengenceran sekret.

3. Gangguan 1. Kaji status nutrisi klien Menentukan dan membantu


pemenuhan nutrisi (tekstur kulit, rambut, dalam intervensi lanjutnya.
kurang dari konjungtiva).
kebutuhan tubuh 2. Jelaskan pada klien Pengetahuan dapat menaikkan
b.d intake yang tentang pentingnya partisi bagi klien dalam
tidak adekuat. nutrisi bagi tubuh. asuhan keperawatan.
3. Timbang berat badan dan Penurunan berat badan yang
tinggi badan. signifikan indikator kurangnya
4. Anjurkan klien minum nutrisi.
air hangat saat makan. Air hangat dapat mengurangi
5. Anjurkan klien makan mual.
sedikit-sedikit tapi sering Memenuhi kebutuhan nutrisi
6. Kolaborasi klien.
Konsul dengan tim Menentukan kalori individu
gizi/tim mendukung dan kebutuhan nutrisi dalam
nutrisi. pembatasan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes. E. Mariylynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Susilawati. (2008). Asuhan keperawatan pada pasien asma. Diperoleh pada tanggal 12 Mei
2008 dari: http://keperawatan-gun.blogspot.com/search/label/PERNAFASAN

Anda mungkin juga menyukai