Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengertian Strategi Belajar


Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Strategi belajar dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi belajar
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk
mencapai tujuan tertentu, Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.
Sementara itu, (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi belajar adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Dapat pula diartikan sebagai usaha guru dalam
menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi)
agar dapat mempengaruhi siswa untu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan strategi pembelajaran kooperatif (SPK) adalah merupakan
suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa
yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
B. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan siswa
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Ada empat unsur penting dalam SPK yaitu :
· Adanya peserta dalam kelompok
· Adanya aturan kelompok
· Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok
· Adanya tujuan yang ingin dicapai
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar.
Pengelompokkan siswa bisa di tetapkan dalam beberapa pendekatan, diantaranya :
· Pengelompokkan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa
· Pengelompokkan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan
· Pengelompokkan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat
maupun ditinjau dari kemampuan.
Pendekatan apapun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat,
baik siswa sebagai peserta didik maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan
tentang pembagian tugas setiap kelompok, waktu dan tetap pelaksanakan dan lain
sebagainya.
Upaya belajar adalah segala aktifitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah
dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek
1
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam
kegiatan kelompok, sehingga antar pserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran,
pengalaman, maupun gagasan-gagasan.
Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan
belajar.

C. Karakteristik dan Prinsip-Prinsip SPK


1. Karakteristik SPK
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran lainnya. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama
dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam
pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk
penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari
pembelajaran kooperatif.
Dengan demikian, karakteristik startegi pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dibawah
ini.
a) Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua
anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran di tentukkan oleh
keberhasilan tim.
Setiap anggota bersifat hiterogen. Artinya kelompok terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini
dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling
memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan kelompok.
b) Didasarkan pada menejemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, menejemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, fungsi kontrol. Demikian juga dalam
pemeblajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaraan kooperatif
memerluhakn perencanaan yang matang agar proses pemeblajaran berjalan secara efektif.
Misalanya tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa
yang harus digunakan untuk mencapai tujuan dan lain sebagainya.
Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pemeblajaran yang sudah di tentukkan
termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi
menunjukkan bahwa pembelajaraan kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota
kelompok oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.
Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu dintentukkan
kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

2
c) Kemauan untuk bekerja sama.
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukkan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh
sebab itu prinsip kerja sama perlu di tekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap
anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masin, akan
tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnaya yang pinta membantu yang
kurang pintar.
d) Keterampilan bekerja sama
Kemampuan untuk bekrja sama itu kemudian di praktikan melalui aktifitas dan kegiatan yang
tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk
mau dan berinteraksi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan
dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikkan ide,
mengemukakan pendapat dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaraan Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaraan kooperatif, seperti di jelaskan di bawah ini :
a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaikan tugas sangat tergantung
pada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu perlu di sadari oleh
setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan di tentukkan oleh
kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan
saling ketergantungan.
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif setiap anggota kelompok masing-masing
perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja
disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan
positif. Artinya tugas kelompok tidak mungkin diselesaikan manakala ada anggota yang tidak
bisa menyelesaikan tugasnya. Dan semua ini memerluhakan kerjasama yang baik dari
masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih,
diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.
b. Tanggung Jawab Perseorangan ( Individual accountability)
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan
kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki
tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik
untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru memberikan penilaian
terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian
kelompok harus sama.
c. Interaksi Tatap Muka ( face to face interaction)
Pembelajaran koopertif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memebrikan informasi dan saling membelajarkan.
Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota
kelompok untuk bekrja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan
masing-masing dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif
dibentuk secara hiterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial dan kemampuan
akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses
saling memperkaya antar anggota kelompok.
3
d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation and Communication)
Pembelajaran kooperatif membantu siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di
masyarakat kelak. Oleh sebab itu sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali
siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarakan dan
kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukkan oleh partisipasi setiap
anggotanya.
Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan
kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya cara menyatakan ketidaksetujuan atau
cara menyanggah pendapat orang lain dengan santun, tidak memojokkan, cara
menyampaikan gagasan, ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.

D. Keunggulan dan Kelemahan SPK


1. Keunggulan SPK
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu startegi pembelajaran diantaranya
 Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
 SPK dapat mengembangkan kemampuan meningkatkan ide atau gagasan dengan
kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
 SPK dapat membantu anak untuk respek untuk orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaannya.
 SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar.
 SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial, termnasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan
me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
 Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mneguji ide dan
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat mempraktik
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan , karena keputusan yang dibuat
adalah tanggung jawab kelompoknya.
 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan gagasan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka
panjang.

2. Kelemahan SPK
 Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu. Sangat tidak
rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan
memahami filosofis cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki
kelebihan, contohnya mereka akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan
kurang. Akibatnya keadaan semacam ini dapat menganggu iklim kerjasama dalam
kelompok.

4
 Ciri utama dari SPK adalah bahawa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu jika
tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dari pengajaran langsung dari
guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan di
pahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
 Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun
demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang
diharapkan adalah prestasi setiap individu.
 Keberhasilan SPK dalam upaya menegmbangkan kesadaran berkelompok
memerluhakan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat
tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
 Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting
untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang didasarkan kepada
kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa
belajar bekerja sama, siswa harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.
Untuk mencapai kedua hal itu SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.

E. Dasar Pertimbangan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif


Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
tertentu (Sanjaya, 2009: 243), yaitu sebagai berikut.
1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individudual dalam
belajar.
2. Guru menghendaki seluruh siswa berhasil dalam belajar.
3. Guru ingin menunjukkan pada siswa bahwa siswa dapat belajar dari temannya.
4. Guru ingin mengembangkan kemampuan komunikasi siswa.
5. Guru menghendaki motivasi dan partisipasi siswa dalam belajar meningkat.
6. Guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
dan menemukan berbagai solusi pemecahan.

F. Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kooperatif.


Langkah pelaksanaan strategi pembelajaraan kooperatif terdiri dari empat tahap yaitu :
1. Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran
sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam thap ini adalah pemahaman
sisiwa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum
tentang materi pelajran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam
materi dalam pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode
ceramah, curah pendapat, dan tanya jawab, bahkan guru dapat menggunakan demonstrasi.
Disamping itu, guru juga dapat mempergunakan berbagai media pembelajaran agar proses
penyampaian lebih menarik siswa.

2. Belajar dalam Kelompok


Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran,
selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah

5
dibentuk sebelumnya. Pengelompokkan dalam SPK bersifat heterogen artinya kelompok
dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar
belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam
hak kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang
berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan berkemampuan akademis sedang dan satu
lainnya dari kelompok akademis yang berkemampuan akademis kurang (Anita Lie, 2005).
Selanjutnya lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokkan hiterogen,
yaitu, pertama kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mnegajar (peer
tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi
antara agama, etnis, dan gender. Yang ketiga kelompok hiterogen memudahkan pengelolaan
kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru
mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa
didorong untuk melakukan tukar menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan
permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal
yang kurang tepat.
3. Penilaian
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara
individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi
kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap
kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dibagi dua. Nilai
kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok
adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil akhir kerja sama setiap
anggota kelompok.
4. Pengakuan Tim
Pengakuan tim (team reognition) adalah penetapan tim yang paling menonjol atau tim paling
berprestasi untuk kemudian di beri penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian
penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga
membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

G. Jenis-jenis dalam Model Pembelajaran Kooperatif

1. Ciri-ciri / Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together


(NHT)
Model kooperatif tipe numbered head together memiliki beberapa ciri utama meliputi
sebagai berikut:
1. Berpusat pada siwa, dengan melibatkan semua siswa dalam upaya untuk meningkatkan
tanggung jawab individu dalam diskusi untuk saling bekerja sama dalam kelompok,
sehingga masing-masing anggota kelompok paham dengan hasil kerja kelompok dan
bertanggung jawab terhadap hasil diskusinya.
2. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
3. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

2. Tahapan / Sintak Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

6
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer
Kagen (Dalam Ibrahim, 2000:28) yang dikembangkan menjadi enam langkah sesuai
kebutuhan pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran. Keenam langkah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Langkah perama: Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Langkah kedua: pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4
sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan
nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran
yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain
itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam
menentukan masing-masing kelompok. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai,
guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar
dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Tetap berada dalam kelas
2. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada
guru.
3. Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik
sesama siswa dalam kelompok.
3. Langkah ketiga: Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum.
4. Langkah keempat: Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
5. Langkah kelima: Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.

6. Langkah Keenam: Memberikan penghargaan

7
Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan yang bisa berupa kata-kata pujian pada
siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya
lebih baik.
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together
1. Kelebihan dari model kooperatif tipe numbered heads together
a. Dapat melatih siswa untuk saling berbagi, saling bekerja sama, dan tidak menang
sendiri.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
c. Melatih siswa meningkatkan keterampilan berkomunikasi melalui diskusi kelompok,
memberikan waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu
satu sama lain, dan meningkatkan berpikir siswa baik secara individu maupun
kelompok.
2. Kelemahan dari model kooperatif tipe numbered heads together
a. Memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahami materi karena ada diskusi
kelompok dan diskusi kelas.
b. Terkadang siswa cenderung mengungkapkan idenya tanpa diskusi terlebih dahulu
dengan kelompoknya.
c. Tidak semua siswa mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan idenya karena
waktu yang tersedia terlalu singkat.
d. Ditinjau dari sarana kelas, jika kelas tersebut hanya dibuat untuk pembelajaran
kooperatif tipe NHT maka setiap kali pertemuan harus mengatur tempat duduk
sehingga suasana kelas akan menjadi ribut, dan waktu yang tersedia untuk jam
pelajaran semakin berkurang.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And


Composition (CIRC)

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And


Composition(CIRC)
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model
pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian
mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. CIRC singkatan dari
Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran
cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu yaitu
sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan
menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar.
Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil
yang heterogen, yang terdiri atas 4-5 siswa, jadi dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa
yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain.
Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir
kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

2. Ciri-ciri / Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated


Reading And Composition
1. Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal.
8
2. Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk
menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang
ditanyakan dengan suatu variabel.
3. Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah.
4. Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan Saling merevisi
dan mengedit pekerjaan/penyelesaian.

3. Tahapan / Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading


And Composition(CIRC)
Dalam model pembelajaran CIRC tahapan dalam pembelajaran dibagi menjadi beberapa fase
yaitu:
1. Fase pertama (Orientasi)
Pada fase ini, guru melakukan persepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang
akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan
kepada siswa.
2. Fase kedua, (Organisasi)
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan
keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas
kepada siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus
diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Fase ketiga,(Pengenalan konsep)
Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil
penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku
paket, film, kliping, poster atau media lainnya.
4. Fase keempat, (Publikasi)
Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya,membuktikan, memperagakan
tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
5. Fase kelima, (Penguatan dan Refleksi)
Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari
melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk merefleksikan dan
mengevaluasi hasil pembelajarannya serta memberikan penghargaan terhadan kelompok
yang telah tampil dengan baik.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated
Reading And Composition
1. Kelebihan dari model kooperatif tipe CIRC
a. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan
soal pemecahan masalah.
b. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.
Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok.
c. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.
d. Membantu siswa yang lemah terhadap daya serapnya.
9
e. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk
pemecahan masalah.
2. Kelemahan dari model kooperatif tipe CIRC
a. Kurangnya minat siswa untuk membaca sehingga menjadi kendala dalam
meningkatkan keterampilan siswa.
b. Kurangnya pemahaman siswa tentang soal-soal pemecahan masalah.

3. Ciri-ciri / Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Team Games


Tournament (TGT)
A. Pengertian
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan
siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja
sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
B. Langkah-langkah Pelaksanaan
Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu:
1. Penyajian Kelas (Class Presentations)
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering juga
disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada
kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah yang dipimpin oleh guru.
Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada
saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan
akan menentukan skor kelompok.
2. Belajar dalam Kelompok (Teams)
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan
(prestasi) peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin, etnik dan ras.
Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik. Fungsi kelompok adalah
untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau
permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar)
bertugas untuk mempelajari lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik
adalah mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan
kesalahan.
3. Permainan (Games)
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan
dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan
10
belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba
oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta
didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang
nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
4. Pertandingan atau Lomba (Tournament)
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi. Biasanya
turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru
melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik
(LKPD). Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja
turnamen atau lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I,
tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang
menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan
“Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-
40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para
peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.
C. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan
akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang
berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang
penting dalam kelompoknya.
2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling
menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam
mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah
penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.
4. Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih senang
dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam
model ini.

Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.
2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran
yang cocok untuk model ini.

11
3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya
membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan
akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah.

4. Ciri-ciri / Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted


Individualization)
A. Pengertian TAI
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) merupakan
pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok kecil yang heterogen. Salah satu poin penting yang harus diperhatikan untuk
membentuk kelompok yang heterogen di sini adalah kemampuan akademik siswa. Masing-
masing kelompok dapat beranggotakan 4 - 5 orang siswa. Sesama anggota kelompok berbagi
tanggung jawab.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team
Accelerated Instruction) merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa biasanya belajar menggunakan
LKS (lembar kerja siswa) secara berkelompok. Mereka kemudian berdiskusi untuk
menemukan atau memahami konsep-konsep. Setiap anggota kelompok dapat mengerjakan
satu persoalan (soal) sebagai bentuk tanggungjawab bersama. Penerapan model pembelajaran
kooperatif Team Assisted Individualization lebih menekankan pada penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil
bagi setiap anggota kelompok.
B.Langkah-langkah TAI
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan
rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,budaya, suku yang berbeda
serta kesetaraan jender.
4. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi
kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
7. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
C. Kelebihan TAI
1) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah.
2) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.
12
3) Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketarmpilannya.
4) Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah.
D. Kelemahan TAI
1) Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan pada siswa
yang pandai.
2) Tidak ada persaingan antar kelompok.

http://www.mediapustaka.com/2014/11/makalah-pembelajaran-kooperatif.html
http://puspitafajerin.blogspot.co.id/p/makalah-lain-lain.html
http://sorayadwikartika.blogspot.co.id/2013/11/strategi-pembelajaran-kooperatif.html

13
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2013/02/tipe-model-pembelajaran-
kooperatif.html
http://akhmuhammadarifin.blogspot.co.id/2013/06
/model-pembelajaran-team-games.html

Pertanyaan
1. Candra Muliadi (1515061004)
 Apa yang di maksud pembagian kelompok heterogen?
2. Setiadarma (1515061012)
 Apa pengertian usaha kolektif dan usaha individual
3. Ika Pratama (1515061010)
 Apakah strategi belajar yang pernah diterapkan di SMK 3 Singaraja termasuk dalam
strategi belajar SPK?

14

Anda mungkin juga menyukai