PNEUMONI Aci Fix
PNEUMONI Aci Fix
PNEUMONIA
Oleh
Arsy Cahya Ramadhani
H1A 012 008
Pembimbing Fakultas
dr. Lina Nurbaiti, M.Kes, FISPH, FISCM
dr. Anom Josafat, MPH
Risiko terbesar dari kematian akibat pneumonia di masa anak-anak ialah pada
masa neonatal. Setidaknya sepertiga dari 10,8 juta kematian pada anak-anak di
seluruh dunia terjadi pada 28 hari kehidupan, dengan proporsi yang besar diakbiatkan
oleh pneumonia. Diperkirakan bahwa pneumonia memberikan kontribusi antara
750.000 dan 1,2 juta kematian neonatal per tahun, terhitung 10% kematian anak
secara global, Dari semua kematian neonatal, 96% terjadi di negara berkembang.2
2
Bangka Belitung (34,8‰), Sulawesi Barat (34,8‰), dan Kalimantan Tengah
(32,7‰)). Insidens tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok umur 12-23
bulan (21,7‰).
3
Gambar diatas memperlihatkan bahwa 10 penyakit terbanyak pada tahun 2015
sebagian besar sama dengan tahun 2014, dengan kunjungan terbanyak adalah infeksi
akut pada saluran pernafasan bagian atas. Kondisi ini erat kaitannya dengan
kesehatan lingkungan masyarakat.
4
Berdasarkan tabel diatas, pada tahun 2014, kasus terbanyak terjadi di wilayah
kerja Puskesmas Gerung dan mengalami penurunan yang sangat tajam pada Tahun
2015. Sedangkan kasus tertinggi Tahun 2015 terjadi diwilayah Meninting. Kasus
Pneumonia yang terendah Tahun 2015 terjadi di Puskesmas Sekotong. Jika dilihat
berdasarkan jenis kelamin, balita laki-laki lebih rentan (53,23%) daripada balita
perempuan (46,77%).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
SEBARAN KASUS PNEUMONIA MENURUT DESA
UPT BLUD PUSKESMAS NARMADA TAHUN 2016
Gerimax Indah Nyurlembang Narmada
6% 4%
Dasan Tereng 3% Lembuak
8% 5%
Mekarsari Batu Kuta
3% 10%
Sembung
18% Tanak Beak
16%
Keramajaya
18%
Badrain
9%
7
Tabel 2. 10 Penyakit Terbanyak Ruang Rawat Inap Puskesmas Narmada Tahun 2015
NO PENYAKIT TOTAL
1. Diare 108
2. Thypus Abdominalis 93
3. Gastritis 79
4. Pneumonia 66
5. Disentri 41
6. Hipertensi 34
7. Anemia 24
8. DBD 17
9. Asma 17
10. ISK 16
JUMLAH 495
Sumber : Data Puskesmas Narmada tahun 2015
8
2.2.2 Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme dan sebagian
kecil disebabkan oleh hal lain misalnya bahan kimia (hidrokarbon, lipoid substances)/
benda yang teraspirasi. Patogen penyebab pneumonia bermacam-macam, virus
merupakan penyebab pada kebanyakan kasus, seperti adenovirus, respiratory
syncytial, parainfluenza, serta virus influenza. Pneumonia pada bayi baru lahir
biasanya disebabkan oleh organisme yang berasal dari organ genital wanita sewaktu
hamil, termasuk Group B Streptococci, Moraxella catarrhalis merupakan penyebab
yang tidak umum atau jarang, Haemophillus influenza penyebab yang kasusnya
semakin menurun karena telah ditemukan vaksinnya, Mycobacterium tuberculosis,
lung flukes penyebab pneumonia pada anak-anak. 2
9
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus Sitomegalo
10
Virus Staphylococcus aureus
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Virus
Virus Adeno
Virus Eptain-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial
Virus
Virus Varisela-Zoster
11
2.2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pneumonia
a. Faktor Host
3. Riwayat BBLR. BBLR atau berat bayi lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 2500 gram. Bayi dan balita dengan riwayat BBLR umumnya
lebih berisiko terhadap kematian, bahkan sejak masa-masa awal kehidupannya.
Hal ini disebabkan karena zat anti kekebalan di dalam tubuhnya belum sempurna.
Sebuah penelitian juga menyebutkan bahwa bayi 0-4 bulan dengan riwayat BBLR
memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita pneumonia.
12
penyakit infeksi. Anak dengan daya tahan tubuh yang terganggu akan menderita
pneumonia berulang-ulang atau tidak mampu mengatasi penyakit pneumonia
dengan sempurna. Status gizi pada balita berdasarkan hasil pengukuran
anthropometri dengan melihat kriteria yaitu: Berat Badan per Umur (BB/U),
Tinggi Badan per Umur (TB/U), Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB).
5. Pemberian ASI. ASI mengandung nutrisi dan zat-zat penting yang berguna
terhadap kekebalan tubuh bayi. Zat-zat yang bersifat protektif tersebut dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Oleh sebab itu, sangat penting
bagi bayi agar segera diberikan ASI sejak lahir karena saat itu bayi belum dapat
memproduksi zat kekebalannya sendiri. Pemberian ASI ternyata dapat
menurunkan risiko pneumonia pada bayi dan balita. Bayi yang dirawat dirumah
sakit karena pneumonia lebih berisiko meninggal dengan Case Fatality Ratenya
dua kali lebih besar pada bayi yang tidak memperoleh ASI.
13
(Difteri, Pertusis, Tetanus). Oleh karena itu untuk menekan tingginya angka
kematian karena pneumonia, dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi
seperti imunisasi DPT dan campak.
b. Faktor Agent
1. Pekerjaan Orang Tua. Penghasilan keluarga adalah pendapatan keluarga dari hasil
pekerjaan utama maupun tambahan. Tingkat penghasilan yang rendah
menyebabkan orang tua sulit menyediakan fasilitas perumahan yang baik,
perawatan kesehatan dan gizi anak yang memadai. Rendahnya kualitas gizi anak
menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena penyakit infeksi
termasuk penyakit pneumonia.
2. Pendidikan Ibu. Tingkat pendidikan ibu yang rendah juga merupakan faktor risiko
yang dapat meningkatkan angka kematian ISPA terutama pneumonia. Tingkat
pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh ibu kepada
anak-yang menderita ISPA. Jika pengetahuan ibu untuk mengatasi pneumonia
tidak tepat ketika bayi atau balita menderita pneumonia, akan mempunyai risiko
meninggal karena pneumonia sebesar 4,9 kali jika dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai pengetahuan yang tepat.
d. Faktor Lingkungan
1. Polusi udara dalam ruangan/rumah. Rumah atau tempat tinggal yang kurang baik
dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan,
14
diantaranya adalah infeksi saluran napas. Rumah kecil yang penuh asap, baik yang
berasal dari kompor gas, pemakaian kayu sebagai bahan bakar maupun dari asap
kendaraan bermotor, dan tidak memiliki sirkulasi udara yang memadai akan
mendukung penyebaran virus atau bakteri yang mengakibatkan penyakit infeksi
saluran pernapasan yang berat. Insiden pneumonia pada anak kelompok umur
kurang dari lima tahun mempunyai hubungan bermakna dengan kedua orang
tuanya yang mempunyai kebiasaan merokok. Anak dari perokok aktif yang
merokok dalam rumah akan menderita infeksi pernapasan lebih sering
dibandingkan dengan anak dari keluarga bukan perokok.
15
Gambar 4. Faktor Risiko untuk Pneumonia pada Balita
2.2.4 Klasifikasi
a. Klasifikasi untuk Pneumonia yang terjadi pada bayi usia < 2 bulan
Bukan pneumonia, tidak ada napas cepat atau sesak napas. Tidak perlu
dirawatm hanya diberikan obat simptomatis.1,4
b. Klasifikasi untuk Pneumonia yang terjadi pada bayi dan anak usia 2 bulan –
5 tahun:
16
Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah.
Dan harus dirawat serta diberikan antibiotic.
Pneumonia, bila tidak ada sesak napas, atau ada nafas cepat, usia 2 bulan - 1
tahun > 50 kali permenit, untuk usia 1 tahun - 5 tahun > 40 kali permenit.
Dan pasien tidak perlu dirawat, dapat diberikan antibiotic oral.
Bukan pneumonia, bila tidak ada napas cepat dan sesak napas, hanya batuk
pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.dan pasien
tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotic, hanya diberikan pengobatan
simtomatis seperti penurun panas.
2.2.5 Patofisiologi
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran
resporatori. Ada 3 stadium dalam patofisiologi penyakit pneumonia, yaitu :
Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami
konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan
ditemukannya kuman di alveoli.1,6
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat.1,6
3) Stadium resolusi
Setelah itu, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi,
fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Sistem bronkopulmoner jaringan paru
yang tidak terkena akan tetap normal.1,6
17
2.2.6 Diagnosis
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak
adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas,
gejala klinis yang kadangkadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya
penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi non infeksi yang relatif lebih sering,
dan faktor pathogenesis.1,4
1. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan GIT seperti mual, muntah atau diare: kadang-kadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
2. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara
napas melemah, dan ronki, akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda
pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi
paru umumnya tidak ditemukan kelainan.1,4
Pneumonia ringan
Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.
Napas cepat:
18
Anak umur 2 bulan – 11 bulan : ≥ 50 x/menit
Pneumonia Berat
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
Kepala terangguk-angguk
Napas cepat
Crackles (ronki)
19
Suara pernapasan bronchial
Sianosis
2.2.7 Tatalaksana
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan
antibiotic yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi
pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan
asam basa, elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan
analgetik/antipiretik.6,7
Pneumonia ringan
Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk membawa
kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat bila keadaan anak memburuk atau
tidak bias minum atau menyusu. Ketika anak kembali, jika pernapasannya membaik
(melambat), demam berkurang, nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai
seluruhnya 3 hari. Jika frekuensi pernapasan, demam dan nafsu makan tidak ada
perbaikan, ganti ke antibiotic lini kedua dan nasihati ibu untuk kembali 2 hari lagi.
Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah sakit. 6,7
20
Pneumonia Berat
Terapi antibiotic
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen
dan pengobatan kombinasi ampisilin-kloramfenikol atau ampisilin-
gentamicin.
21
(atau dikoksasilin) secara oral 4 kali sehari sampai secara keseluruhan
mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral sampai 2 minggu.
Terapi oksigen
Perawatan penunjang
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta.
22
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia
bakteri.6
23
BAB III
LAPORAN KASUS
24
3.2 Heteroanamnesis (06-10-2017)
Keluhan utama: Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli anak puskesmas Narmada dengan keluhan Batuk.
Keluhan ini dikeluhkan sejak 3 hari yang lalu. Keluhan batuk disertai dahak berwarna
kekuningan. Selain itu, keluhan disertai sesak nafas sejak satu hari lalu. Keluhan
sesak tidak disertai dengan bunyi ngik-ngik. Sesak tidak dipengaruhi perubahan cuaca
ataupun makanan. Pasien dikeluhkan mengalami pilek yang timbulnya bersamaan
dengan keluhan batuk. Keluhan demam (+) sejak tiga hari lalu yang dikeluhkan
terus-menerus dan turun saat diberikan obat penurun panas. Nafsu makan pasien juga
menurun sejak beberapa hari ini.
Riwayat BAB (+) normal dengan frekuensi 1-2 kali per hari dengan
konsistensi lunak dan berwarna kuning, darah (-), lendir(-). BAK (+) normal dengan
frekuensi 4-5 kali per hari berwarna kuning jernih, darah (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien beberapa kali memiliki riwayat keluhan serupa sebelumnya. Riwayat
alergi makanan maupun obat disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Ibu pasien sering mengalami batuk dan pilek namun tidak sampai sesak napas.
Riwayat sesak napas pada keluarga yang tinggal serumah, keluarga lain, tetangga
sekitar dan teman-teman pasien disangkal. Riwayat asma didalam keluarga pasien (-).
Riwayat sesak napas, sering bersin pagi hari pada keluarga disangkal. Riwayat alergi
obat/makanan disangkal.
25
Genogram Keluarga Pasien
Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: : Perkawinan
: Persaudaraan
26
sejak bulan pertama kehamilan sampai menjelang persalinan. Ibu pasien ANC
sebanyak lebih dari 4 kali di Posyandu. Selama ANC, tidak ditemukan kelainan pada
janin atau ibu (riwayat perdarahan, muntah berlebihan, demam selama kehamilan
disangkal; bidan juga mengatakan letak dan perkembangan janin normal). Pasien
lahir spontan di Puskesmas, ditolong Bidan, Lahir cukup bulan dengan berat lahir
3.100 gram. Lahir langsung menangis, riwayat biru setelah lahir (-), kuning setelah
lahir (-).
Riwayat Imunisasi:
Ibu pasien mengatakan sampai saat ini pasien sudah mendapatkan imunisasi
lengkap.
Riwayat Nutrisi:
Pasien minum ASI eksklusif hingga usia 6 bulan dan sampai saat ini masih
minum ASI. Pasien mulai makan makanan tambahan pada usia 6 bulan berupa bubur,
namun saat ini pasien sudah mulai diberikan nasi.
Saat ini pasien berusia 2 tahun dan sudah mampu berdiri dan berjalan sendiri.
Pasien dapat mengenali benda dan orang-orang disekitarnya. Hingga saat ini pasien
sudah mampu berbicara lancar.
27
BB : 11 kg
TB : 80 cm
Status gizi : 0 – 2 SD (gizi baik)
Status Lokalis
Kepala : normochepali
Mata : Anemis -/-, Ikterus -/-, Refleks pupil +/+ isokor,
cowong (-)
THT
Telinga : hiperemis (-), edema (-), sekret (-), bagian dalam sde
Hidung : nafas cuping hidung (-), rinore (+) bening
Tenggorokan : hiperemis (-)
Mukosa bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Leher
Inspeksi : benjolan (-), peningkatan vena jugularis (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar (-)
Thorax
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV MCL kiri, thrill (-)
Perkusi : Sde
Auskultasi : S1 S2 Normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
Inspeksi : Gerakan dada simetris (+), retraksi (-)
Palpasi : Focal fremitus N/N
Perkusi : Sonor, batas jantung-paru dbn
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki +/+, Wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
28
Palpasi : Hepar-Lien tidak teraba
Perkusi : timpani, dalam batas normal
Ekstremitas:
3.5 Penatalaksanaan
- Kotrimoksazol syrup 2 x cth I
29
- Puyer : GG tab ½
Ambroxol tab ½
Paracetamol tab ½
CTM tab ½
M f l a pulv dtd No.X
S 3 d d pulv. I
Konseling
- Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit yang diderita pasien
adalah pneumonia atau peradangan paru-paru.
- Menganjurkan ibu untuk memberi makan anak dan membawa kembali
anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat bila keadaan anak memburuk atau
tidak bisa minum atau menyusu.
- Mengedukasi keluarga pasien untuk menerapkan PHBS.
- Menjauhkan pasien dari polusi udara di lingkungan rumah (seperti asap
kayu bakar dan asap rokok).
3.6 Prognosis pasien
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad functionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonam
30
BAB IV
4.1. Tujuan
4.2. Metodologi
Rumah pasien saat ini merupakan rumah pribadi keluarga pasien yang
berukuran ± 6x8 meter, terdiri atas 2 kamar tidur yaitu kamar tidur pasien dan
ibunya dan satu kamar masih kosong, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dan 1
ruang yang berfungsi untuk MCK dan dapur. Rumah pasien terletak berdekatan
dengan rumah keluarga lainnya namun tidak berhimpitan dengan jarak ± 2
meter dari samping dan ± 6 meter dari depan. Kondisi pencahayaan di rumah
31
pasien cukup terang, sumber penerangan berupa sinar matahari dan bola lampu
di ruang tamu dan keluarga, ruang tidur dan dapur. Lantai rumah pasien
sebagian terbuat dari keramik dan bagian dapur dari semen yang dihaluskan.
Dinding rumah terbuat dari tembok, atap rumah terbuat dari genteng, serta
terdapat plavon. Dalam rumah pasien pada ruang tamu terdapat pintu utama dan
empat jendela, ruang keluarga memuliki dua jendela dan diatas jendela masing-
masing memiliki ventilasi. Ruang tidur tidak memiliki jendela maupun
ventilasi.
Denah Rumah
teras
r. tamu
r. keluarga
: Pintu dap
ur
Kamar tidur
Kamar tidur utama toilet
32
Gambaran Keadaan Rumah Pasien
Plafon rumah
33
Kamar tidur pasien dan ibu pasien Dapur
34
tungku sumur
35
KERANGKA KONSEP MASALAH PASIEN
BIOLOGIS
MELITUS
Usia muda sehingga sistem imun
belum terbentuk secara
sempurna yang mengakibatkan
DIABETES
rentan terkena penyakit.
MELITUS
PERILAKU LINGKUNGAN
MELITUS
PELAYANAN
DIABETES
KESEHATAN
MELITUS
Kurangnya informasi tentang
penyebab dan pencegahan
pneumonia
DIABETES
MELITUS
36
DIABETES
MELITUS
BAB V
PEMBAHASAN
37
5.2. Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Timbulnya suatu penyakit pada seorang individu dipengaruhi oleh
ketidakseimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. H.L. Bloom memperkenalkan paradigma hidup sehat yang terdiri
atas faktor genetik (keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau
masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor
pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Faktor-faktor tersebut
memiliki pengaruh yang besar terhadap munculnya suatu penyakit dan
kesehatan. Analisa munculnya penyakit pneumonia pada pasien berdasarkan
empat faktor tersebut meliputi:
i. Faktor Genetik dan Biologis
- Usia
Usia muda rentan terkena penyakit karena imunitas tubuh belum terbentuk
secara sempurna.
ii. Faktor Perilaku
- Tingkat pendidikan orang tua
Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesadaran dan perilaku masyarakat terkait kesehatan. Dalam kasus ini,
sehari-hari pasien terpapar dengan asap sampah yang dibakar dilingkungan
rumah, asap kayu bakar yang yg kadang digunakan untuk memasak dan
asap rokok dari tetangga pasien tempat pasien sering bermain. Pendidikan
orang tua pasien terakhir adalah Sekolah Dasar (SD) sehingga kurang
memahami cepatnya penularan penyakit infeksi. Tingkat pendidikan ibu
juga akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh ibu kepada anak
yang menderita pneumonia.
38
Ibu pasien kadang menggunakan kayu bakar untuk memasak. Hal ini
menyebabkan asap dari kayu bakar dapat masuk kedalam rumah sehingga
dapat mendukung untuk terjadinya infeksi saluran pernapasan yang berat.
39
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Penyakit pneumonia terutama pada balita merupakan salah satu masalah
kesehatan yang perlu mendapat perhatian lebih karena seringkali sulit untuk dideteksi
pada fase awal. Kasus infeksi pneumonia pada pasien ini tidak terlepas dari adanya
ketidakseimbangan dari empat determinan kesehatan yang meliputi faktor biologis,
faktor lingkungan, Faktor perilaku dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor yang
mempengaruhi kejadian pneumonia pada pasien ini adalah faktor lingkungan. Dalam
hal ini, yaitu polusi udara dilingkungan rumah. Selain itu, faktor pendidikan dan
pengetahuan orang tua yang rendah juga mempengaruhi penyakit pneumoni pada
pasien ini.
6.2 Saran
Dalam menangani dan mengatasi kasus pneumonia pada anak diperlukan
adanya kerjasama dari berbagai pihak kesehatan seperti gizi, pengendalian penyakit
menular, promosi kesehatan dan kesehatan lingkungan. Dalam hal ini, penulis
memberikan saran untuk beberapa pihak agar dapat bermanfaat bagi kemajuan
bersama.
40
pneumonia agar dapat diberikan penanganan awal sebelum penyakit berlanjut
menimbulkan komplikasi lainnya.
2. Bagi pasien, upaya preventif yang sebaiknya dilakukan adalah upaya preventif
sekunder berupa terapi terhadap pneumonia agar tidak terjadi komplikasi lebih
lanjut.
41
DAFTAR PUSTAKA
42