PPK Bedah RS Bratanata FIX EDITED
PPK Bedah RS Bratanata FIX EDITED
02
TAHUN 2018
ii
DAFTAR ISI
iii
APPENDISITIS AKUT
Anamnesis Keluhan nyeri perut periumbilical, mual dan muntah. Beberapa jam
kemudian (4-8 jam) nyeri berpindah ke perut kanan bawah (klasik)
Nyeri tekan pada titik Mc Burney’s, nyeri lepas dan muscle rigidity
pada perut kanan bawah. Pada Apendix retrocaccal nyeri ditemui
pada region flank kanan dan dapat disertai diare dan urinary
PemeriksaanFisik symptom. Pada appendix pelvic nyeri tekan rectum bagian kanan
pada pemeriksaan RT, Rovsing’s dan Psoas sign positif.
Nilai menggunakan Alvarado Score.
1
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Darah Rutin, Urinalisis, Foto Polos
Abdomen, USG, dan CT Scan (a.i pada kasus yang
meragukan)
Diagnosis Klinis: Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Penegakan Diagnosis Diagnosis Banding: Gastrointestinal, Biliari track/
pankreas, Tractus urinarius, Gynecologik, Supradiafragma,
Endocrin/ metabolik, sistem Nervus.
2
PERITONITIS
3
Demam
Peritonitis Difus
Nyeri seluruh perut
Muntah
Demam
Peritonitis Lokal
Nyeri lepas didaerah abdomen yang terlibat
Nyeri tekan
Temperature, denyut nadi naik
Muscle rigid dari dinding perut yang terlibat
Pemeriksaan Fisik Peritonitis Difus
Nyeri lepas seluruh kuadran abdomen
Nyeri tekan seluruh abdomen
Muscle rigid seluruh perut
Bising usus menurun
Temperature, denyut nadi naik
Laboratorium Darah Rutin, Urinalisis, Foto Polos Abdomen, USG
dan CT Scan (a.i pada kasus yang meragukan ). Pada foto polos
Pemeriksaan Penunjang abdomen perlu dicari tanda perforasi organ viskus berupa
pneumoperitoneum.
Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnesis diatas
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
Diagnosis Kerja Peritonitis local dan difus
Diagnosis Banding -
Penatalaksanaan Laparotomi Eksplorasi
4
2. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE,
Galloway AC. Principles of Surgery. (Eds.) 10th. United States
of America: McGraw-Hill companies;2017.
3. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM. Sabiston Textbook
of Surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice.
(Eds.) 20th. Philadelphia: Elseiver;2016.
4. Sjamsuhidajat, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC; 2012.
5
6
HEMOROID
7
Derajat 4: Prolap tidak dapat dikembalikan
PemeriksaanFisik Hemoroid Eksterna
Medikal terapi
Scleroterapi
Penatalaksanaan Rubberband ligation
Hermoidektomi untuk derajat 3 dan 4
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Prognosis
Ad sanationam : Bonam
8
Ketua Komite Medik Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
9
HERNIA INGUINALIS LATERALIS
- Finger tes
Menggunakan jari ke-2
10
Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke
kanal inguinal. Penderita disuruh batuk. Bila impuls
diujung jari berarti hernia inguinalis lateralis. Bila impuls
PemeriksaanFisik disamping jari hernia inguinalis medialis
- Thumb tes
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita
disuruh mengejan. Bila keluar benjolan berarti hernia
inguinalis medialis. Bila tidak keluar benjolan berarti
hernia inguinalis lateralis
11
Ketua Komite Medik Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
12
13
PNEUMOTORAKS
14
Pemeriksaan Fisik Pada perkusi didapatkan hipersonor
Pada auskultasi suara napas berkurang atau menurun
Pemeriksaan Penunjang - Rontgen thorax : Tampak gambaran hiperradiolusen.
Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnesis diatas
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
3. Dikonfirmasi dengan pemeriksaan foto toraks
Non Operatif :
Penatalaksanaan - Oksigenasi
- Terapi cairan
- Medikasi
Manajemen Operatif:
Jarum kontra ventil atau jarum terbuka dilanjutkan dengan
pipa drainase (WSD) untuk kasus tension
Punksi bila paru kolaps minimal < 30%
Pipa torakostomi dengan kontuinitas suction
Bila open: luka di tutup atau dijahit dan pasang pipa
thoraks
Torakotomi, bila paru yang kolaps persisten atau terdapat
fistel bronkopleural.
Prognosis Umumnya bonam tergantung cepatnya tindakan dilakukan
terhadap pasien.
1. Advanced Trauma Life Support (ATLS) For Doctors 10th
edition. (2018).
Referensi 2. Williams NS, Bulstrode CJK, O’connel PR. Bailey & Love’s
Short Practice of Surgery. (Eds.) 26th. Bocca Raton: CRC
press; 2013. p. 1204-1218.
15
Ketua Komite Medik Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
16
HEMATHORAKS
Dr. Bratanata
Unang
17
Pemeriksaa Suara nafas menurun/ menghilang disatu atau kedua sisi paru
n Fisik Gerak napas tidak simetris
Hipotensi
Tampak pucat
Takikardi
Rontgen Foto Thoraks
Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin dan Darah Legkap
Penunjang CT- Scan ( jika diperlukan )
Kriteria - Memenuhi kriteria anamnesis diatas
Diagnosis - Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
Diagnosis Kerja Hemathoraks
Diagnosis Hemopneumothoraks
Banding Tension Pneumothoraks
Open Pneumothoraks
Tamponade jantung
Cedera parenkim paru
Tube Torakostomi
Penatalaksanaan Open Torakostomi
Algoritma Trauma Tajam Thoraks
18
Algoritma Trauma Tumpul Thoraks
19
- Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi
Edukasi - Rencana perawatan
- Pola makanan yang baik dan bergizi
- Pembatasan aktifitas yang diperlukan
Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
1. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE, Galloway
Referensi
AC. Principles of Surgery. (Eds.) 10th. United States of America:
McGraw-Hill companies;2017.
2. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM. Sabiston Textbook of
Surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice. (Eds.)
20th. Philadelphia: Elseiver;2016.
20
21
LUKA BAKAR
Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan
kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan-jaringan yang
Pengertian
lebih dalam. Dalam pengelolaan luka bakar perlu diketahui baik
luas maupun dalamnya luka bakar.
22
4. Riwayat Medis : Peny. Kronik yang diderita sebelum trauma
Pemeriksaan Fisik Primary Survey : ABCDE, utamanya saluran nafas, dengan
kecurigaan trauma inhalasi.
Secondary Survey :
- Pemeriksaan fisik general (Head to Toe examination)
- Pemeriksaan khusus luka bakar
1. Ada tidaknya kompartemen sindrome, bila ada Eschar ectomy
segera.
2. Ada tidaknya trauma inhalasi.
3. Ada tidaknya luka bakar pada organ yang perlu penanganan
khusus : mata, perineum, luka bakar sirkular pada ekstremitas,
dada, leher, kembali ke point satu.
- Menentukan tingkat Keparahan luka
1. Luas Luka Bakar
2. Kedalaman Luka Bakar
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium darah rutin, urinalisis,; foto polos abdomen, USG
dan CT Scan (a.i pada kasus yang meragukan).
Penegakan Diagnosis Diagnosis Klinis: Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam luka bakar
- Tingkat 1
Hanya mengenai epidermis
- Tingkat II
Dibagi menjadi:
a. Superfisial
Mengenai epidermis dan lapisan atas dari corium, elemen-elemen
epitelial yaitu dinding dari kelenjar keringat, lemak dan folikel
rambut masih banyak. Karenanya penyembuhan/ epitelialisasi akan
mudah dalam 1-2 minggu tanpa terbentuk cicatrix
b. Dalam
Sisa jaringan epitelial tinggal sedikit, penyembuhan lebih lama 3-4
minggu dan disertai pembentukan parut hipertropi
23
- Tingkat III
Mengenai selutuh tebal kulit. Tidak adalagi sisa elemen epitelial.
Luka bakar yang lebih dalam dari kulit seperti sub kutan dan tulang
dikelompokkan juga pada tingkat III
Luas luka bakar
Wallce membagi bagian tubuh atas bagian-bagian 9% atau
kelipatan 9 yang terkenal dengan nama Rule of nine
24
pertama diberikan ½ jumlah totalcairan dan dalam 16 jam
berikutnya diberikan ½ jumlah total cairan
Formula tersebut hanyalah suatu pedoman, suatu estemasi
yang kasar. Jangan sekali-sekali fanatik terhadap formula
tersebut melainkan selalu dikeroreksi melalui tanda-tanda
klinis penderita dan laboratorium apakah cairan yang
diberikan sudah memadai
- Pengelolaan nyeri
Nyeri yang hebat dapat menyebabkan neurogenik syok yang
terjadi pada jam-jam pertama setelah trauma. Morphin
diberikan dalam dosis 0,05 mg/Kg (iv)
- Perawatan luka
- Perawatan pertamaperawatan definitif
- Perawatan tertutup
Setelah luka bersih, ditutup dengan selapis kain steril
berlubang-lubang (tulle) yang mengandung vaselin dengan
atau tanpa antibiotik lalu dibebat tebal untuk mencegah
evaporasi dan melindungi kulit dari trauma dan bakteri.
Sendi-sendi ditempatkan pada posisi full extension
- Perawatan terbuka
Eksudat yang keluar dari luka beserta debris akan
mengering akan menjadi lapisan eschar. Penyembuhan
akan berlangsung dibawah eschar. Penderita dirawat
didalam ruangan isolasi. Setiap eschar yang pecah harus
diberikan obat-obatan lokal dan dikontrol bila ada
penumpukan pus dibawah eschar maka baru dilakukan
penumpukan eschar (escharotomi)
- Perawatan semi terbuka
Sama seperti perawatan terbuka tetapi diberikan juga obat-
obat lokal. Obat lokal berbentuk krim yang akan
melunakkan eschar dan memudahkan perawatan untuk
dibersihkan
- Obat-obatan lokal
25
Silver sulfadiazin krim 1% diberikan 1x1. Silver sulfadiazin
berkerja sebagai bakterisida yang efektif terhadap kuman
gram positif
- Mandi
Badan penderita setiap 1-2 hari setelah resusitasi selesai harus
dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan
memandikannya. Luka dibilas dengan cairan yang
mengandung disinfektan (savlon 1:30 atau kalium
permanganat 1:10.000). escharotomi pada perawatan terbuka
umunya dikerjakan pada minggu kedua dengan cara eksisi
memakai pisau, dermatom, elektro eksisi atau enzimatik
(kolagenase)
- Skin grafting
Skin grafting sangat penting untuk penderita untuk
mempercepat penyembuhan, mengurangi kehilangan cairan
- Antibiotik sitemik
- Bakteri yang berada pada luka umumnya gram positif dan
hanya berkembang setempat tetapi bakteri gram negatif
seperti pseudomonas sangat invasi dan banyak
menimbulkan sepsis karena banyaknya jaringan nekrotik
pada luka bakar maka penetrasi antibiotika sitemik ke luka
tidaklah meyakinkan. Oleh karena itu antibiotika sistemik
digunakan bila timbul gejala sepsis. Macam antibiotika
ditentukan dari kultur dari bagian yang terinfeksi, baik luka
darah maupun urine
- Antibiotika pilihan adalah cephalosporin generasi pertama
(cefazolin, cephapirin dan cephalotin). Generasi ketiga
khususnya ceftazidin mempunyai efektifitas besar terhadap
pseudomonas
- Nutrisi
Dukungan nutrisi yang baik sangat membantu penyembuhan
luka bakar
26
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Prognosis
Ad sanationam : Dubia ad bonam
27
TETANUS
28
Manifestasi klinis tetanus terdiri atas 4 macam yaitu:
1. Tetanus lokal Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang
Anamnesis menetap disertai rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka.
Tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus umum.
2. Tetanus sefalik Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah
dengan masa inkubasi 1-2 hari, yang disebabkan oleh luka pada
daerah kepala atau otitis media kronis. Gejalanya berupa trismus,
disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial. Tetanus
sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan
prognosisnya biasanya jelek.
3. Tetanus umum/generalisata Gejala klinis dapat berupa berupa
trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada
dan perut (opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta
kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti
sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
4. Tetanus neonatorum Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir,
disebabkan adanya infeksi tali pusat, Gejala yang sering timbul
adalah ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable,
diikuti oleh kekakuan dan spasme.
Dapat ditemukan: kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang
yang hebat.
1. Pada tetanus lokal ditemukan kekakuan dan spasme yang
menetap.
2. Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhisus sardonikus dan
disfungsi nervus kranial.
Pemeriksaan Fisik 3. Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan
leher, kekakuan dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi
lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum yang dapat terjadi
dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan
kesadaran yang tetap baik.
4. Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan
posisi tubuh klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung
menyebabkan opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal.
29
Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan
tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal,
ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada
pergelangan dan fleksi jari-jari kaki.
Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan penunjang yang spesifik
Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat
imunisasi.
Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi
Albleet’s :
1. Grade 1 (ringan) Trismus ringan sampai sedang, spamisitas
umum, tidak ada penyulit pernafasan, tidak ada spasme, sedikit
atau tidak ada disfagia.
2. Grade 2 (sedang) Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme
ringan atau sedang namun singkat, penyulit pernafasan sedang
dengan takipneu.
3. Grade 3 (berat) Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan
yang lama dan sering, serangan apneu, disfagia berat, spasme
memanjang spontan yang sering dan terjadi refleks, penyulit
pernafasan disertai dengan takipneu, takikardi, aktivitas sistem
saraf otonom sedang yang terus meningkat.
4. Grade 4 (sangat berat) Gejala pada grade 3 ditambah gangguan
otonom yang berat, sering kali menyebabkan “autonomic storm”.
Diagnosis Kerja Tetanus (grade)
Diagnosis Banding Meningoensefalitis, Poliomielitis, Rabies, Lesi orofaringeal,
Tonsilitis berat, Peritonitis, Tetani (timbul karena hipokalsemia
dan hipofasfatemia di mana kadar kalsium dan fosfat dalam serum
rendah), keracunan Strychnine, reaksi fenotiazine.
Penatalaksanaan 1. Manajemen luka Pasien tetanus yang diduga menjadi port de
entry masuknya kuman C. tetani harus mendapatkan perawatan
luka. Luka dapat menjadi luka yang rentan mengalami tetanus
atau luka yang tidak rentan tetanus dengan kriteria sebagai
berikut:
30
2. Rekomendasi manajemen luka traumatik
a. Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan
debridemen.
b. Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.
c. TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10
tahun jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat diberikan.
d. Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu,
maka tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan. Keparahan
luka bukan faktor penentu pemberian TIg
3. Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi.
4. Ruang Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara,
cahaya-ruangan redup dan tindakan terhadap penderita.
5. Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kalori per hari dengan
100-150 gr protein. Bentuk makanan tergantung kemampuan
membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat
diberikan per sonde atau parenteral.
6. Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu.
7. Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan
respon klinis. Diazepam atau Vankuronium 6-8 mg/hari. Bila
penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan diazepam
dosis 0,5 mg/kgBB/kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis optimum
10mg/kali diulang setiap kali kejang. Kemudian diikuti pemberian
Diazepam per oral (sonde lambung) dengan dosis 0,5/kgBB/kali
sehari diberikan 6 kali. Dosis maksimal diazepam 240 mg/hari.
Bila masih kejang (tetanus yang sangat berat), harus dilanjutkan
dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat
ditingkatkan sampai 480 mg/hari dengan bantuan ventilasi
31
mekanik, dengan atau tanpa kurarisasi. Magnesium sulfat dapat
pula dipertimbangkan digunakan bila ada gangguan saraf otonom.
8. Anti Tetanus Serum (ATS) dapat digunakan, tetapi sebelumnya
diperlukan skin tes untuk hipersensitif. Dosis biasa 50.000 iu,
diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan infus IV lambat.
Jika pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian antitoksin
dapat disuntikkan di sekitar luka.
9. Eliminasi bakteri, penisilin adalah drug of choice: berikan
prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama 10
hari. Untuk pasien yang alergi penisilin dapat diberikan
Tetrasiklin, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari.
Pemberian antibiotik di atas dapat mengeradikasi Clostridium
tetani tetapi tidak dapat mempengaruhi proses neurologisnya.
10. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika
spektrum luas dapat dilakukan. Tetrasiklin, Eritromisin dan
Metronidazol dapat diberikan, terutama bila penderita alergi
penisilin. Tetrasiklin: 30-50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.
Eritromisin: 50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.
Metronidazol loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5
mg/KgBB tiap 6 jam.
11. Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang
berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan
dengan dosis inisial 0,5 ml toksoid intramuskular diberikan 24
jam pertama.
12. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai.
13. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
Rencana Tindak Lanjut
1. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai. Pengulangan dilakukan 8 minggu
kemudian dengan dosis yang sama dengan dosis inisial.
2. Booster dilakukan 6-12 bulan kemudian.
32
3. Subsequent booster, diberikan 5 tahun berikutnya.
4. Laporkan kasus Tetanus ke dinas kesehatan setempat.
Edukasi Peran keluarga pada pasien dengan risiko terjadinya tetanus
adalah memotivasi untuk dilakukan vaksinasi dan penyuntikan
ATS.
Prognosis Tetanus dapat menimbulkan kematian dan gangguan fungsi
tubuh, namun apabila diobati dengan cepat dan tepat, pasien dapat
sembuh dengan baik.
1. Kelompok studi Neuroinfeksi, Tetanus dalam Infeksi pada
Referensi
sistem saraf. Perdossi. 2012. (Kelompok Studi Neuroinfeksi,
2012).
2. Ismanoe, Gatot. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
Edisi ke 4. Jakarta: FK UI. Hal 1799-1806. (Sudoyo, et al., 2006)
3. Azhali, M.S. Garna, H. Aleh. Ch. Djatnika, S. Penyakit Infeksi
dan Tropis. Dalam: Garna, H. Melinda, H. Rahayuningsih, S.E.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.Ed3.
Bandung: FKUP/RSHS. 2005; 209-213. (Azhali, et al., 2005)
4. Rauscher, L.A. Tetanus. Dalam:Swash, M. Oxbury, J.Eds.
Clinical Neurology. Edinburg: Churchill Livingstone. 1991; 865-
871. (Rauscher, 1991)
5. Behrman, R.E.Kliegman, R.M.Jenson, H.B. Nelson Textbook of
Pediatrics. Vol 1. 17thEd. W.B. Saunders Company. 2004.
(Behrman, et al., 2004)
6. Poowo, S.S.S. Garna, H. Hadinegoro. Sri Rejeki, S.Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi & Penyakit Tropis. Ed 1. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. (Poowo, et al., t.thn.)
7. WHO News and activities. The Global Eliination of neonatal
tetanus: progress to date. Bull: WHO. 1994; 72: 155-157. (World
Health Organization, 1994)
8. Aminoff MJ, So YT. Effects of Toxins and Physical Agents on
the Nervous System. In Darrof RB et al (Eds). Bradley’s Neurology
in Clinical Practice. Vol 1: Principles of Diagnosis and
Management. 6th ed. Elsevier, Philadelphia, 2012:1369-1370.
(Aminoff & So, 2012)
33
Ketua Komite Medik Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
34
VARISES TUNGKAI
- Manuver Perthes
- Tes tredelenberg
- Perkusi vena
35
Pemeriksaan Fisik - Palpasi vena
- Tes myer
- Auskultasi doppler
- Venografi dengan kontras
Pemeriksaan Penunjang - MRI
- USG color flow dupleks
- MRV
Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnesis diatas
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
A. Terapi Non operatif
Stocking, skleroterapi
B. Terapi Minimal Invasive
Radio frekuensi ablasi, endo venous laser therapy
Penatalaksanaan C. Terapi pembedahan
Ambulatory phlebectomy, saphectomy
D. Modifikasi Teknik pembedahan
ACHM/CHIVA, TriVexe. SEPS and the linton procedure ,
Eksternal valvular
1. Williams NS, Bulstrode CJK, O’connel PR. Bailey & Love’s
Referensi
Short Practice of Surgery. (Eds.) 26th. Bocca Raton: CRC
press; 2013.
2. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE,
Galloway AC. Principles of Surgery. (Eds.) 10th. United
States of America: McGraw-Hill companies;2017.
36
FRAKTUR TERBUKA
Keluhan
Anamnesis 1. Adanya patah tulang terbuka setelah terjadinya trauma
2. Nyeri
3. Sulit digerakkan
4. Deformitas
5. Bengkak
6. Perubahan warna
37
7. Gangguan sensibilitas
8. Kelemahan otot
Faktor Risiko: -
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi (look)
Adanya luka terbuka pada kulit yang dapat berupa tusukan tulang
Pemeriksaan Fisik yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena
tertembus, misalnya oleh peluru atau trauma langsung dengan
fraktur yang terpapar dengan dunia luar.
2. Palpasi (feel)
a. Robekan kulit yang terpapar dunia luar
b. Nyeri tekan
c. Terabanya jaringan tulang yang menonjol keluar
d. Adanya deformitas
e. Panjang anggota gerak berkurang dibandingkan sisi yang sehat
3. Gerak (move)
Umumnya tidak dapat digerakkan
38
3. Grade III Fraktur terbuka segmental atau kerusakan jaringan
lunak yang luas atau amputasi traumatic, derajad kontaminasi yang
berat dan trauma dengan kecepatan tinggi.
Fraktur grade III dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Grade IIIa: Fraktur segmental atau sangat kominutif penutupan
tulang dengan jaringan lunak cukup adekuat.
b. Grade IIIb: Trauma sangat berat atau kehilangan jaringan lunak
yang cukup luas, terkelupasnya daerah periosteum dan tulang
tampak terbuka, serta adanya kontaminasi yang cukup berat.
c. Grade IIIc: Fraktur dengan kerusakan pembuluh darah.
Diagnosis Kerja Fraktur terbuka (Lokasi fraktur) (Posisi fraktur) (Grade fraktur)
Diagnosis Banding -
39
Prognosis Prognosis quo ad fungsionam adalah dubia ad bonam, tergantung
pada kecepatan dan ketepatan tindakan yang dilakukan.
40
41
FRAKTUR TERTUTUP
Keluhan
1. Adanya riwayat trauma (terjatuh, kecelakaan, dll)
2. Nyeri
3. Sulit digerakkan
Anamnesis 4. Deformitas
5. Bengkak
6. Perubahan warna
7. Gangguan sensibilitas
8. Kelemahan otot
Faktor Risiko: Osteoporosis
42
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi (look) Adanya deformitas dari jaringan tulang, namun
tidak menembus kulit. Anggota tubuh tdak dapat digerakkan.
2. Palpasi (feel)
a. Teraba deformitas tulang jika dibandingkan dengan sisi yang
Pemeriksaan Fisik sehat.
b. Nyeri tekan.
c. Bengkak.
d. Perbedaan panjang anggota gerak yang sakitdibandingkan
dengan sisi yang sehat.
3. Gerak (move) Umumnya tidak dapat digerakkan
43
Prognosis Prognosis umumnya bonam, namun quo ad fungsionam adalah
dubia ad bonam. Hal ini bergantung kepada kecepatan dan
ketepatan tindakan yang dilakukan.
44
45
TRAUMA HEPAR
46
Rupture diafragma atau efiserasi
Jejas (+) di kuadaran kanan atas
Bising Usus (+)
TSA : normal
- Darah lengkap
- Urine routine
Pemeriksaan Penunjang - USG abdomen
- CT Scan Abdomen , dan
- DPL
Kriteria Diagnosis 4. Memenuhi kriteria anamnesis diatas
5. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
Operatif :
Penatalaksanaan Dilakukan pada kasus dengan kedaan pasien hemodinamik tidak
stabil, susah dilakukan resusitasi tetapi unrespon atau mengalami
transien respon.
Dilakukan pada kasus-kasu dengan tanda-tanda peritonitis difuse
yang khas atau ditemukan efiserasi omentum.
47
operasi, hyperpyreksia, abses intra abdominal, fistula biliary dan
kegagalan fungsi hati. Dapat terjadi hemophilia atau bile duct
stenosis.
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
1. Williams NS, Bulstrode CJK, O’connel PR. Bailey & Love’s
Short Practice of Surgery. (Eds.) 26th. Bocca Raton: CRC
Referensi press; 2013.
2. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM. Sabiston
Textbook of Surgery: The Biological Basis of Modern
Surgical Practice. (Eds.) 20th. Philadelphia: Elseiver;2016.
48
KOLELITIASIS
Pengertian
Suatu kondisi dimana batu terbentuk di kandung empedu
49
Pemeriksaan Penunjang USG, foto polos abdomen, CT scan.
USG merupakan metode paling mudah dan paling baik pada batu
empedu, yang biasanya terlihat adalah penebalan minimal pada
kantong empedu atau cairan perikolesistik.
Diagnosis Klinis: Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
Penegakan Diagnosis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
.Kolesistektomi
Penatalaksanaan
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Prognosis
Ad sanationam : Dubia ad bonam
1. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE,
Galloway AC. Principles of Surgery. (Eds.) 10th. United States
of America: McGraw-Hill companies;2017.
Referensi 2. Sjamsuhidajat, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-
3. Jakarta: EGC; 2012.
50
KARSINOMA REKTI
Pengertian
Tumor ganas yang mengenai rektum
51
Abdomen
Inspeksi: Dapat ditemukan tanda-tanda obstruksi (Misalnya:
Distensi (+), darm countur (+), darm staefung (+)
Auskultasi: Pada tahap awal penyakit akan ditemukan bising usus
yang meningkat, tetapi akhirnya bising usus bisa melemah atau
PemeriksaanFisik hilang sama sekali
Palpasi: Tidak ditemukan tanda-tanda peritonitis
Rectal Toucher: Anus: Dapat kita temui tanda radang atau
hemoroid externa dan interna. Teraba masa di anus solid, mobile/
terfiksir
KGB inguinal dapat teraba
52
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
1. Williams NS, Bulstrode CJK, O’connel PR. Bailey & Love’s
Short Practice of Surgery. (Eds.) 26th. Bocca Raton: CRC
Referensi press; 2013.
2. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE,
Galloway AC. Principles of Surgery. (Eds.) 10th. United
States of America: McGraw-Hill companies;2017.
53
KARSINOMA LAMBUNG
54
- Pada stadium awal, sering tanpa gejala karena lambung
Anamnesis masih berfungsi normal
- Kalau masa tumor sudah besar, keluhan epigastrium
biasanya samar-samar seperti rasa berat dan kembung.
Akhirnya terjadi anoreksia, cepat kenyang, penurunan berat
badan dan kelemahan
- Nyeri perut merupakan gejala lanjut
- .
- Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif.
Untuk tujuan kuratif dilakukan operasi radikal yaitu
gastrektomi (subtotal atau total) dengan mengangkat
kelenjar limf regional dan organ lain yang terkena,
sedangkan untuk tujuan paliatif hanya dilakukan
Penatalaksanaan pengangkatan tumor yang mengalami perforasi atau
berdarah atau mungkin hanya sekedar membuat jalan pintas
lambung
- Kemoterapi diberikan untuk kasus yang tidak dapat
dioperasi
Ad vitam : Dubia
55
Prognosis Ad functionam : Dubia
Ad sanationam : Dubia
1. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM. Sabiston
Textbook of Surgery: The Biological Basis of Modern
Referensi Surgical Practice. (Eds.) 20th. Philadelphia: Elseiver;2016.
2. Williams NS, Bulstrode CJK, O’connel PR. Bailey & Love’s
Short Practice of Surgery. (Eds.) 26th. Bocca Raton: CRC
press; 2013.
56
57
TUMOR JINAK PAYUDARA
1. Fibroadenoma Mamae
- Wanita muda, 15-30 tahun
- Membesar pelan dalam tahunan
2. Tumor Fillodes
Anamnesis - Relatif besar, dapat terjadi pada berbagai usia
- Jarang bilateral
- Tumbuh lambat
3. Papilloma Intraductal
- Perdarahan atau keluar cairan dari putting susu
- Ada benjolan kecil dibawah areola mamae
58
4. Dysplasia Mamae
- Keluhan nyeri sesuai siklus menstruasi
- Nyeri premenstruasi dan menghilang setelah
menstruasi
1. Fibroadenoma Mamae
- Bentuk bulat oval
- Batas tegas, tidak besar 2-5 cm
- Permukaan rata, halus, konsistensi padat kenyal
- Sangat mobile dalam korpus mamae
- Dapat single atau multiple
Pemeriksaan Fisik - Tidak ada tanda metastase atau invasive
2. Tumor Fillodes
- Diameter besar dengan permukaan yang berbenjol-
benjol
- Ada bagian yang padat dan kistik
- Tidak melekat pada kulit
- Kulit diatas tumor mengkilat
- Vena subcutan melebar dan berkelok-kelok
- Tidak ada tanda invasive atau metastase
3. Papilloma Intraductal
- Discharge dari papilla mamae
- Teraba tumor subareola
4. Dysplasia Mamae
- Bisa cysta
- Hipertropi mamae
- Ginekomastia
- Mastitis
- Galaktore
Pemeriksaan Penunjang USG Mamae, foto thoraks, sitologi cairan putting susu, FNAB,
darah rutin, SGOT/SGPT, Mamografi
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis diatas
- Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
Diagnosis Kerja Tumor Jinak Payudara
59
Diagnosis Banding Karsinoma Payudara
Penatalaksanaan Eksisi tumor atau mastektomi atau simple mastektomi ,
Ductektomi
Edukasi - Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi
- Rencana perawatan
Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
1. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE,
Referensi Galloway AC. Principles of Surgery. (Eds.) 10th. United States
of America: McGraw-Hill companies;2017.
2. Sjamsuhidajat, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-
Jakarta: EGC; 2012.
60
LABIOSCHISIS
Labioschisis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi
Pengertian dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan
hidung.
61
Diagnosis Kerja Labioschisis
Diagnosis Banding -
Operasi labioplasty dengan Teknik Millard. Dahulu dipakai “ Rules
of Ten’’ Hb> 10 gr/dl, Berat badan : 10 pound, umur 10 minggu.
Hal ini untuk memastikan bahwa bayi sudah cukup ukuran, umur,
Penatalaksanaan dan kesehatan dalam menghadapi resiko pembiusan. Untuk saat ini
, operasi labioplasty sebaiknya dilakukan efektif dalam usia sedini
mungkin usia 48 jam dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan
optimal.
- Penjelasan perjalanan penyakit dan komplikasi
Edukasi - Terapi bicara
- Terapi psikososial
- Rencana kontrol ulang
Prognosis Jika pasien dapat ditangani dalam usia sedini mungkin dan
simultan Bersama-sama dengan bidang lain, maka mempunyai
prognosis baik.
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
1. Day DW. Perspectives on Care :The Interdisliplinary Tearn
Referensi
Approach. Otolaryngol. Clin North Am. 1981; 14(4): 769-
775.
2. Straus RP. The Organization and Delivery of Craniofacial
Health Services: The State of The Art. Cleft palate cranioface
J. 1999; 36 (3): 189-194.
3. Millard DR. Cleft Craft The Evolution of ItsSurgery. New
York: LittleBrown; 1976.
62
Ketua Komite Medik Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
63