Disusun Oleh:
13/349776/KG/9564
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencabutan gigi, baik dengan teknik sederhana maupun dengan teknik
peralatan, bahan dan ruangan yang digunakan; serta komplikasi yang mungkin
kenyamanan pada pasien dan menghindari pasien dari rasa nyeri. Alat, bahan,
serta ruangan yang digunakan pada proses pencabutan juga harus dipastikan steril
merugikan pasien pasien. Selain itu, komplikasi pada pencabutan gigi juga
pencabutan gigi tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya komplikasi, baik pada
proses anestesi maupun proses pencabutan itu sendiri. Oleh karena itu, tenaga
yang dapat terjadi dan memahami dengan benar prosedur tindakan pencabutan
gigi serta komplikasi apa saja yang dapat terjadi sehingga dapat memberikan
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana blok Nervus Alveolaris Inferior metode Fischer?
2. Bagaimana sterilisasi alat, ruangan, dan bahan-bahan medis?
3. Apa faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat praktikum Bedah Mulut?
4. Apa saja komplikasi pada anestesi dan proses pencabutan gigi?
5. Bagaimana ciri-ciri tang posterior rahang atas dan rahang bawah?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana blok Nervus Alveolaris Inferior metode Fischer.
2. Untuk mengetahui bagaimana sterilisasi alat, ruangan, dan bahan-bahan
medis.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat praktikum
Bedah Mulut.
4. Untuk mengetahui apa saja komplikasi pada anestesi dan proses pencabutan
gigi.
5. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri tang posterior rahang atas dan rahang
bawah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Blok Nervus Alveolaris Inferior Metode Fischer
akses yang jelas ke mulut pasien. Posisi diatur sedemikian rupa agar ketika
jarum sekitar 42 mm atau 1,625 inchi. Hal ini diperlukan karena bagian jarum
dan palpasi linea oblique eksterna pada ramus mandibula, kemudian telunjuk
digeser ke median untuk mencari linea oblique interna. Ujung lengkung kuku
berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari berada di bidang
dianestesi tepatnya dari regio premolar dan jarum dengan bevel mengarah ke
tulang sampai jarum kontak dengan tulang (Posisi I). Arah jarum hampir tegak
lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm.
kembali.
nervus incisive, nervus mental, dan nervus lingual.Metode Fischer sering juga
prosedur yang melibatkan jaringan lunak di daerah posterior bukal. Setelah kita
melakukan posisi III (prosedur poin No.9), pada waktu menarik kembali spuit
sebelum jarum lepas dari mukosa tepat setelah melewati linea oblique
interna,jarum digeser kelateral ke daerah trigonom retromolar, aspirasi dan bila
negatif keluarkan anestetik sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi nervus bukal dan
berkontak dengan tulang, masuk ke dalam atau berkontak dengan aliran darah
atau jaringan lunak lainnya, misalnya instrumen bedah, bur bedah, scalpel
blades, periodontal scaler, tang ekstraksi, dll. Instrumen jenis ini harus
mukosa atau kulit yang tidak utuh, namun tidak berpenetrasi dengan jaringan
lunak, tidak berkontak dengan tulang, tidak masuk ke dalam atau berkontak
dengan aliran darah atau jaringan lunak lainnya, misalnya kaca mulut, sendok
cetak reusable, dll. Instrumen jenis ini disterilkan dengan sterilisasi panas atau
utuh, misalnya manset tensi, stetoskop, cone radiograf, dll. Instrumen jenis ini
lingkungan yang tertutup, titik didihnya naik bersamaan dengan suhu uap
keseluruhan, contohnya pada 104kPa (15 p.s.i) suhu uap adalah 121°C.
2. Dry heat. Dry heat digunakan untuk sterilisasi material yang dapat rusak oleh
steel, seperti bur dental, karena menghasilkan korosi yang lebih sedikit
Ruangan yang digunakan untuk tindakan juga harus steril dan mudah untuk
yang ideal dapat memberikan lingkungan yang asepsis, memberikan rasa nyaman
untuk pasien ataupun tenaga medis dan memiliki parameter tersendiri untuk suhu,
prinsip asepsis, misalnya dengan mengenakan jas praktikum yang putih dan
bersih, topi praktikum putih atau kerudung putih, masker, dan sandal karet
ini sering terjadi pada anestesi lokal blok mandibula. Ukuran dan panjang
yang baik dengan pasien juga harus diperhatikan karena kondisi jarum patah
juga pernah terjadi akibat pergerakan kepala pasien yang terkejut ketika
dilakukan penyuntikan
2. Hematoma
Hematoma merupakan pembengkakan jaringan yang terjadi pada sisi medial
terjadi akibat penetrasi jarum yang mengenai pembuluh darah dan darah
membuka mulut. Keadaan ini sering terjadi akibat larutan anastetik yang
ini sering terjadi 2-5 hari setelah tindakan anestesi lokal blok mandibula
4. Facial Nerve Anaesthetia
Komplikasi ini sering terjadi pada anestesi lokal blok mandibula akibat dari
dilihat dari komplikasi ini adalah kesulitan pasien untuk menutup kelopak
mata bagian bawah dan bibir yang terlihat turun pada sisi yang dianestesi.
5. Gangguan Penglihatan
Gangguan ini dapat berupa gangguan penglihatan ganda atau gangguan
pencabutan:
1. Pendarahan post ekstraksi, dapat terjadi karena kelainan bawaan, faktor lokal,
terkontrol.
2. Fraktur, dapat terjadi pada mahkota gigi, akar gigi, tulang alveolar, ataupun
berupa antibiotik.
4. Dry socket, dapat disebabkan oleh trauma pada saat ekstraksi, ppenggunaan
setelah pencabutan.
5. Rasa sakit pasca operasi, akibat trauma jaringan keras yang berasal dari
cedera tulang karena terkena instrumen atau bur yang terlalu panas selama
pembuangan tulang.
E. Ciri-ciri Tang Posterior Rahang Atas dan Rahang Bawah
1. Tang gigi premolar rahang atas permanen
Ciri-ciri: antara handle dan paruh berbentuk seperti huruf “S”, ujung kedua
paruh tidak bertemu bila ditutup, tang regio kanan dan kiri sama. Tang
premolar rahang atas memiliki paruh yang konkaf ke arah operator, luas dan
terbuka. Sisi tajam yang membengkok memberi akses ke arah posterior, dapat
Gerakan yang dilakukan adalah gerakan rotasi dan ke arah bukal, pada
paruh tidak bertemu bila ditutup, tang regio kanan dan kiri berbeda (bagian
paruh tang ini tidak identik, satu paruh membulat dan yang lainnya
meruncing. Paruh runcing akan berada pada groove antara akar bukal dan
paruh lainnya pada permukaan palatal diatas CEJ. Paruh juga memiliki
Karena keberagaman bentuk molar tiga, maka paruh dari tang ini relatif
konkaf dan lebih halus tanpa ujung yang lancip (Fragiskos, 2007).
Ciri-ciri: antara handle dan paruh membentuk sudut 45°, ujung kedua paruh
tidak bertemu bila ditutup, tidak terdapat lekukan pada kedua sisi handle, tang
tidak bertemu bila ditutup, terdapat lekukan pada kedua sisi handle, tang regio
kanan dan kiri sama. Tang molar rahang bawah memiliki pegangan yang lurus
dan paruh yang membelok, serta memiliki dua titik lancip pada bagian tengah
digunakan pada gigi rahang bawah kanan atau kiri (Peterson dkk., 2003).
Tang ini mirip tang molar rahang bawah, namun bentuknya lebih panjang dan
ujung paruhnya konkaf tanpa sudut yang lancip. Hal ini bertujuan untuk