Anda di halaman 1dari 8

Delta Mahakam, Kalimantan Timur: Sukses

Tak Pernah Instan


Oleh: Awang Harun Satyana

“Cerita sukses eksplorasi dan produksi minyak/gas bukanlah cerita 1 tahun atau 5 tahun, tetapi
cerita puluhan tahun yang dilalui dengan cinta, ketekunan, konsistensi dan keberanian luar biasa.”

16 November 2013 – Setelah terbang di atas Selat Makassar dengan mengarah ke barat baratdaya
dari Manado menuju Jakarta, Garuda menjelang terbang di atas Pulau Kalimantan membelok
sedikit ke arah kanan (utara), mungkin pesawat menghindari gugusan awan tebal di depan. Saya
lalu menengok ke luar jendela pesawat, masih cukup banyak awan, tetapi terlihat suatu topografi
yang tak asing buat saya: Delta Mahakam. Pesawat ini ternyata tengah terbang di atas Delta
Mahakam.

………………………….

Delta adalah sebuah nama endapan muara sungai di wilayah pertemuan antara sungai dan laut,
disebut delta karena bentuk endapannya menyerupai huruf besar Yunani untuk “D” berbentuk
seperti segitiga “Δ” dan dinamai “delta”. Puncak segitiga adalah muara sungai, dan endapannya
melebar ke arah laut sebagai kaki dan alas segitiga. Konon nama delta ini bermula dipakai untuk
delta Sungai Nil di Mesir yang bermuara di Laut Tengah. Dalam perkembangan konsep delta,
bentuk endapan delta ternyata tidak selalu segitiga, bisa bentuk-bentuk yang lain seperti setengah
lingkaran, bahkan berbentuk kaki burung pun bisa. Bentuk delta itu sangat bergantung kepada
aktivitas mana yang lebih aktif berpengaruh atas endapan sungai tersebut, apakah pasang surut,
gelombang laut, atau arus sungai.
Delta Mahakam adalah arena tempat saya hampir 25 tahun yang lalu mengawali profesi sebagai
exploration geologist, mencari lapangan minyak/gas baru. Dimulai dengan melakukan on the job
training di Total Indonesie tahun 1990 sebagai rangkaian pendidikan Pertamina untuk pekerja
barunya, sampai lima tahun kemudian (1990-1995) mengeksplorasi delta-delta di Kalimantan
Timur sebagai exploration geologist Pertamina.

Delta terkenal sebagai wilayah kaya minyak/gas. Di delta-delta Kalimantan Timur: Delta
Mahakam, delta-delta di Pulau Bunyu, Pulau Tarakan, Sangatta, Sepinggan, dll. telah ditemukan
lapangan-lapangan minyak/gas.
Delta Mahakam merupakan delta terbesar di Kalimantan Timur. Banyak sekali lapangan
minyak/gas besar-raksasa ditemukan di sini. Produksi gas terbesar Indonesia pun berasal dari
lapangan-lapangan gas di Delta Mahakam. Perusahaan-perusahaan minyak telah lama
mengerjakan Delta Mahakam, sejak akhir abad ke-19. Sampai sekarang pun aktivitas
perminyakan di Delta Mahakam masih sibuk, meskipun sebagian besar berupa produksi karena
sebagian besar lapangannya telah ditemukan oleh usaha-usaha eksplorasi yang intensif sejak
akhir tahun 1960-an.

Perusahaan-perusahaan yang sejak dulu mengeksplorasi delta-delta di Kalimantan Timur adalah


Total Indonesie, Huffco/Vico, Union/Unocal/Chevron, Pertamina, dan Tesoro/Exspan/Medco.
Mereka bekerja di berbagai delta, baik yang endapannya lebih tua (yang umumnya lebih masuk
ke daratan), atau lebih muda (ke arah lepas pantai). Karena perusahaan-perusahaan ini telah
puluhan tahun mengerjakan delta, maka biasanya merekalah para jagoan delta, perpaduan antara
pengetahuan dan pengalaman.

SYARAT DELTA & DELTA-DELTA DI KALIMANTAN TIMUR

Di Indonesia, Kalimantan merupakan pulau yang paling banyak dan paling bagus
mengembangkan endapan delta. Penyebabnya ada dua: (1) ada pasokan sedimen yang besar dan
terus-menerus dari hulu ke muara sungai, (2) ada tempat buat mengendapkan sedimen itu. Kedua
syarat ini akan membuat delta berkembang.

Bagian tengah Kalimantan, yang suka disebut Tinggian Kuching (Kuching High), atau Central
Ranges of Kalimantan adalah bagian yang terangkat karena proses-proses geologi. Semua
daratan yang tinggi akan direndahkan oleh erosi, sedimen hasil erosi kemudian akan diangkut
oleh sungai-sungai yang berhulu di tempat-tempat tinggi itu. Bagian tengah Kalimantan adalah
pemberi pasokan sedimen yang luar biasa besar. Beberapa studi pernah dilakukan untuk
menghitung berapa besar sedimen yang diangkut dan diendapkan oleh sungai-sungai di
Kalimantan, misalnya dari Milliman et al. (1999, Flux and fate of fluvial sediments leaving large
islands in the East Indies, Journal of Sea Research 41, p. 97-107). Milliman et al. (1999) menulis
bahwa Sungai Mahakam mengangkut sedimen sebesar 114 juta ton sedimen/tahun, Sungai Barito
83 juta ton/tahun, Sungai Kapuas 124 juta ton/tahun, Sungai Kayan (Tarakan) 100 juta ton/tahun.
Syarat no. (1) untuk terjadinya delta sudah dipenuhi: pasokan sedimen yang terus-menerus dan
besar.

Sungai Barito dan Sungai Kapuas mempunyai pasokan sedimen yang besar, Sungai Kapuas
bahkan mengangkut sedimen lebih besar daripada Sungai Mahakam. Tetapi mengapa kedua
sungai ini di muaranya tidak membentuk delta yang definitif? Karena syarat no. (2) tak
dipenuhinya. Tak ada cekungan yang cukup besar di depan kedua sungai ini untuk menampung
pasokan sedimen yang besar. Sungai Kapuas bermuara di Selat Karimata, Sungai Barito
bermuara di Laut Jawa. Selat Karimata dan Laut Jawa adalah wilayah yang stabil, merupakan
bagian benua yang tenggelam, bernama Sundaland, sehingga tak terjadi retakan-retakan yang
membuka kehadiran daerah rendah/ depresi/cekungan.

Sementara Sungai Mahakam dan Sungai Kayan, dua-duanya menghadap ke area yang
cekungannya besar karena merupakan area yang banyak patahan turunnya ke arah laut terbuka.
Maka sedimen yang besar diendapkannya dengan mudah ke cekungan yang terbentuk itu, dan
terjadilah delta. Hal yang sama juga dialami oleh sungai-sungai yang mengalir di Sarawak,
Brunei Darussalam, dan Sabah di sisi utara Kalimantan. Sungai-sungai di sini bermuara di Laut
Cina Selatan atau Sulu, yang tepinya penuh dengan retakan dan daerah rendah. Sehingga
terbentuklah delta yang baik juga di sini, misalnya Delta Balingian, Baram, dan Sabah. Syarat no.
(2) dipenuhi.

DELTA: WILAYAH KAYA MIGAS

Mengapa wilayah delta kaya minyak/gas? Karena syarat-syarat untuk terjadinya lapangan
minyak/gas dipenuhi semuanya oleh delta. Syarat-syarat untuk terjadinya akumulasi minyak/gas
di suatu area ada lima yang terkenal disebut “petroleum system”. 1. Ada batuan induk yang kaya
zat organik yang matang karena tertekan dan terpanaskan sehingga zat organik itu berubah
menjadi minyak/gas, 2. Ada batuan reservoir yang menyimpan minyak/gas asal
perpindahan/migrasi dari batuan induk, 3. Ada batuan penyekat yang akan menutup reservoir
sehingga minyak/gas tidak berpindah lagi, 4. Ada perangkap tempat minyak/gas terperangkap,
perangkap punya dua komponen yaitu batuan reservoir dan batuan penyekat, mereka bisa
membentuk perangkap karena proses deformasi geologi atau sedimentasi, deformasi melipat atau
mematahkan batuan sehingga jadi “perangkap struktur”, atau karena proses sedimentasi oleh
perubahan karakter batuan sehingga bisa menyimpan minyak/gas dan tersekat oleh perubahan
karakter batuan sebagai “perangkap stratigrafi”, 5. Ada jalur perpindahan/migrasi minyak/gas
dari batuan induk matang (disebut kitchen/ dapur) ke perangkap.

Delta mengandung batuan induk karena banyak zat organik dari pepohonan nipah dan
bakau/mangrove yang tumbuh di permukaan delta (deltaic plain) – karena itu delta kaya akan
batubara. Delta kaya reservoir karena cabang-cabang sungai (distributary channel), atau alur-alur
pasang surutnya (tidal channel) yang ada di delta, maupun endapan di muaranya (distributary
mouth bar) kaya endapan pasir. Delta kaya akan batuan penyekat sebab ketika satu delta tidak
berkembang lagi karena sungai utama penyebab delta berpindah alur secara alamiah, maka delta
akan digenangi laut, dan hasil genangan ini adalah lempung /serpih marin (laut) yang kelak akan
menjadi batuan penyekat. Delta kaya akan perangkap minyak/gas, baik perangkap karena proses
deformasi batuan maupun karena proses sedimentasi delta sendiri – proses pembentukan delta
sendiri suka bersamaan dengan deformasi akibat pembebanan sedimen. Jalur-jalur migrasi
minyak/gas di delta pun relatif berjarak pendek dan sederhana, memungkinkan pengisian
perangkap oleh minyak/gas lebih besar.
Dan semua yang saya ceritakan di atas sudah terbukti di delta-delta yang berkembang di
Kalimantan Timur dengan ditemukannya lapangan-lapangan minyak/gas, mulai dari Bunyu,
Tarakan, Sangatta, sampai lapangan-lapangan delta yang terbesar berkembang di Delta
Mahakam.
Bahwa endapan delta kaya minyak/gas bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di banyak delta
yang berkembang di tempat-tempat lain, misalnya di negara tetangga Malaysia (Sarawak, Sabah)
dan Brunei. Di situ berkembang Delta Balingian, Baram dan Sabah. Negara Brunei Darussalam
terkenal kaya, itu karena mereka punya Delta Baram yang kaya minyak/gas dan kekayaan itu
hanya dibagi oleh “segelintir” penduduk, maka pendapatan per kapitanya menjadi sangat tinggi.
Di tempat lain lagi, delta juga sangat kaya minyak/gas, misalnya Delta Mississippi di Teluk
Meksiko, Delta Niger di Nigeria, Delta Gangga di India.

PROGRADASI DELTA MAHAKAM

Delta juga selalu tumbuh maju ke arah laut, disebut berprogradasi, meskipun sekali waktu ia
digenangi laut yang maju ke arah daratan, transgresi, yang mematikan delta. Sebagaimana halnya
banyak proses geologi yang terjadi berulang-ulang, bersiklus, maka delta pun tumbuh berulang-
ulang sepanjang zaman geologi. Sehingga, akibatnya, di bawah permukaan itu ada tumpukan
delta yang tebal sekali bisa sampai ribuan meter hasil proses geologi berulang-ulang. Karena satu
siklus delta saja bisa membawa komponen-komponen supaya ia kaya minyak/gas (batuan induk,
batuan reservoir, batuan penyekat, perangkap, migrasi); apalagi bertumpuk-tumpuk sampai
belasan, puluhan, atau ratusan delta; maka tak mengherankan mengapa delta itu wilayah yang
sangat kaya akan minyak/gas.

Delta Mahakam adalah sebuah contoh ideal bagaimana delta-delta yang berkembang di sini
berprogradasi, maju ke arah laut, dari zaman ke zaman. Delta Mahakam ada bila dua syarat yang
saya sebutkan itu dipenuhi: (1) ada pasokan sedimen, (2) ada ruang buat mengendapkan sedimen.
Delta Mahakam yang sekarang berkembang ada di pantai timur Kalimantan Timur, di sebelah
timur kota Samarinda, panjang dari utara ke selatan sekitar 60 km dan maju ke arah laut sekitar
30 km. Itulah delta berumur modern (Resen). Tetapi itu adalah delta posisi progradasi terakhir,
padahal delta di Kalimantan Timur itu ada sejak sekitar 20 juta tahun yang lalu, pada kala
geologi Miosen Awal. Sumber pasokan sedimennya sendiri baru ada, yaitu Kuching High, pada
25 juta tahun yang lalu, seiring dengan terhentinya pembukaan Laut Cina Selatan pada Oligosen
Akhir. Mengapa Laut Cina Selatan berhenti membuka, mengapa Kuching High naik, mengapa
lalu ada delta setelah itu berkembang adalah cerita rentetan proses-proses geologi, tektonik, dan
sedimentasi yang sangat menarik. Semua di dalam geologi itu tidak ada yang “ujug-ujug” (tiba-
tiba) terjadi. Semuanya punya hubungan kausalitas – sebab akibat – dalam hubungan ruang dan
waktu. Geologists yang dapat memahaminya dengan baik akan punya kemampuan analisis-
sintesis-prediksi yang baik, bila mereka cukup punya pengetahuan, pengalaman dan
menggunakan nalarnya, juga tahu kapan mereka tak bisa tahu, membatasi dirinya.

Bila di Kalimantan Timur ada delta purba seumur 20 juta tahun, di mana lokasinya? Karena
geologist tahu bahwa Delta Mahakam sekarang yang umurnya Resen adalah hasil progradasi,
maju ke arah laut, maka delta purbanya tentunya harus jauh mundur ke daratan, inilah nalar
menggunakan konsep “The Present is the Key to the Past” (Charles Lyell, 1830) dan
menganggap bahwa selama 20 juta tahun itu proses-proses geologi tetap, seragam seperti
sekarang, inilah prinsip keseragaman, “Uniformitarian Principle” (James Hutton, 1785). Tentu
dalam 20 juta tahun itu proses geologi belum tentu sama, tetapi kita bisa melihat perbedaan-
perbedaan itu hanya anomali-anomali sesaat dalam bingkai proses yang tetap sama. Jadi, di
manakah delta purba itu? Di Kalimantan Timur bagian barat mendekati Kalimantan Tengah, saat
itu garis pantai Kalimantan Timur masih jauh di sebelah barat. Dan perlahan tapi pasti delta
purba ini berkembang makin maju ke timur, sampai akhirnya kita mendapatkan bentuknya
sekarang seperti yang saya lihat saat terbang di atasnya.

EKSPLORASI DELTA MAHAKAM

Exploration geologist yang mencari minyak/gas tak pernah mengerjakan sedimen-sedimen


berumur sekarang, tetapi yang berumur purba, jutaan tahun yang lalu, sebab semua proses
geologi yang membentuk lapangan minyak/gas adalah proses-proses masa lalu. Maka bila
geologist tak pernah melakukan rekonstruksi ke masa lalu, celakalah eksplorasi (!). Riwayat
bagaimana delta-delta ini berkembang dalam ruang dan waktu adalah pengetahuan penting buat
para geologits. Geologists yang lama bekerja di Kalimantan Timur tahu itu. Salah satunya adalah
Bu Etty Nuay, salah seorang geologist senior yang dulu pernah mengeksplorasi Kalimantan
Timur untuk perusahaan minyak asal Amerika, Huffco. Etty Nuay dkk. Pada tahun 1985
memublikasikan penelitiannya tentang bagaimana bila delta itu berprogradasi, diambilnya studi
kasus atas sebuah delta yang berkembang di baratlaut Teluk Balikpapan sekarang (Nuay et al.,
1985, Early Middle Miocene Deltaic Progradation in the Southern Kutai Basin, Proceedings
Indonesian Petroleum Association, 14th Annual Convention, hal. 63-81). Salah satu gambar
kesimpulan dari proses tersebut saya lampirkan di tulisan ini.

Bila para geologists mengerjakan delta-delta purba untuk mencari minyak/gas, perlukah mereka
memelajari delta masa sekarang seperti Delta Mahakam? Sangat perlu, tentu saja. Mengapa?
Seperti yang saya tulis sebelumya: “The Present is the Key to the Past” dan “Principle of
Uniformitarian” adalah ruh-ruh yang menginspirasi pekerjaan ini. Dan ini disediakan oleh Delta
Mahakam, sebuah sekolah lapangan untuk memahami delta bagi semua orang, terutama para
geologist. Dan beruntunglah para geologists Indonesia sebab ada seseorang yang sangat
mencintai studi delta modern Delta Mahakam untuk diterapkan dalam eksplorasi minyak/gas.
Dia adalah George Allen (alm.), yang lama memelajari Delta Mahakam dan memublikasikannya
di banyak pertemuan ilmiah dan jurnal. Salah satu publikasi klasiknya adalah Allen et al. (1976)
“Sediments Distribution Patterns in the Modern Mahakam Delta” (Proceedings Indonesian
Petroleum Association, 5th Annual Convention, hal. 159-178). Bagaimana mengaitkan sedimen
delta purba Mahakam dengan delta modernya dalam 10 tahun belakangan ini kemudian banyak
dipublikasikan oleh penerus George Allen, yaitu Irfan Cibaj (Total E&P Indonesie). Delta
Mahakam dalam perspektif eksplorasi dan produksi minyak/gas adalah sekolah delta terbaik bagi
Indonesia.

………………………………

Demikian cerita saya tentang Delta Mahakam dan delta-delta lain di Kalimantan Timur yang
pernah menjadi “taman bermain” saya di lapangan, 25-20 tahun ke belakang; melaju bersama
boat Total Indonesie di sungai-sungainya dan pernah menabrak buaya delta, bekerja berminggu-
minggu terpencil di tengah hutan mengebor delta tua Sangatta bersama Pertamina Kalimantan;
atau berjalan puluhan km melewati apa saja di depan selama beberapa bulan, memetakan delta
tua Sangatta saat menjadi field geologist Pertamina Kalimantan.

Tahun 1994 sebuah sumur laut dalam pertama di Selat Makassar dibor oleh Mobil Oil Makassar
PSC, Perintis-1, ini memang sumur pelopor/perintis yang berhasil membuktikan konsep
eksplorasi laut dalam di Selat Makassar. Begitu kayanya Delta Mahakam, ke laut dalam di
depannya pun ia masih menyumbangkan sedimen-sedimen yang bisa membuat akumulasi
minyak/gas terjadi. Sumur Perintis-1 membuktikannya. Maka lima tahun kemudian, dimulailah
perburuan lapangan-lapangan minyak/gas laut dalam di Selat Makassar, sebuah episode baru,
dan berhasil!

Delta Mahakam dari daratan, pantai, paparan, sampai sumbangannya ke laut dalam telah
dieksplorasi selama lebih dari 40 tahun oleh lebih dari 10 perusahaan minyak. Memang lapangan
pertama di Delta Mahakam ditemukan setelah 2 tahun delta ini mulai dieksplorasi (Lapangan
Attaka, Union Oil 1970), tetapi bila perusahaan-perusahaan minyak di wilayah delta ini berhenti
bekerja, mudah menyerah, tidak mencintai wilayah kerjanya, tidak tekun mengerjakannya, tidak
konsisten, dan tidak berani; lapangan-lapangan besar di Delta Mahakam sampai di laut dalamnya
tidak akan pernah ditemukan. Lapangan laut dalam pertama di depan Delta Mahakam (Merah
Besar 1996, West Seno 1998) ditemukan setelah Delta Mahakam dieksplorasi 28 tahun.

Cerita sukses eksplorasi dan produksi minyak/gas bukanlah cerita 1 tahun atau 5 tahun, tetapi
cerita puluhan tahun yang dilalui dengan cinta, ketekunan, konsistensi dan keberanian luar
biasa.***

Anda mungkin juga menyukai