Anda di halaman 1dari 15

Diare Akut Et Causa Enteroinvasif

Verdi Danutirto

102012018 / D7

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56942061
filipusverdi@gmail.com

Pendahuluan

Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Diperkirakan pada orang
dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut. Kematian yang terjadi,
kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau lanjut usia, dimana
kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang-berat. Frekuensi kejadian
diare pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak dua sampai tiga kali
dibandingkan negara maju. Diare akut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit
yang umum dijumpai dan bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat di obati sendiri oleh
penderita. Namun, bila terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik menyebabkan morbiditas
dan mortalitas, meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui dengan baik serta
prosedur diagnostiknya juga semakin baik. Meskipun diketahui bahwa diare merupakan suatu
respon tubuh terhadap keadaan tidak normal, namun anggapan bahwa diare sebagai mekanisme
pertahanan tubuh untuk mengekskresikan mikroorganisme keluar tubuh, tidak sepenuhnya benar.
Terapi kausal tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi, dan rehidrasi oral maupun
parenteral secara simultan dengan kausal memberikan hasil yang baik terutama pada diare akut
yang menimbulkan dehidrasi sedang sampai berat. Acapkali juga diperlukan terapi simtomatik
untuk menghentikan diare atau mengurangi volume feses, karena berulang kali buang air besar
merupakan suatu keadaan atau kondisi yang menggganggu akitifitas sehari-hari. 1,2

1
Anamnesis

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15hari. Diare karena penyakit usus
halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi dan
dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja
berjunlah kecil tetapi sering, bercampur dengan darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien
dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen,
demam dan tinja yang sering, bisa air malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen
yang spesifik. Secara umum, patogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih
mengarah ke invasif. Pasien yang memakan toksin atau pasien yang mengalami infeksi
toksigenik secara khas mengalami nausea dan muntah sebagai gejala prominen bersamaan
dengan diare air tetapi jarang mengalami demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari
masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan.
Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia dan Cryptosporidium.
Biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman diabdomen yang ringan. Giardiasis mungkin
berhubungan dengan steatorea ringan perut bergas dan kembung. 1,2

Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella dan Shigella dan organisme menghasilkan
sitotoksin seperti Clostridium difficile dan EHEC menyebabkan inflamasi usus yang berat.
Organisme Yersinia sering kali menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala
nyeri perut kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi Campylobacter jejuni
sering bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadangkala kelumpuhan anggota badan
(Guillain-Barre syndrome).1,2

Keluhan lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai malpraktek dokter karena
ketidaktahuan masyarakat. 1,2

Diare air merupakan gejala tipikal dari organisme yang menginvasi epitel usus dengan inflamasi
minimal, seperti virus enterik, atau organisme yang menempel tetapi tidak menghancurkan
epitel, seperti EPEC, protoza dan helminths. Beberapa organisme seperti Campylobacter,
Aeromonas, Shigella, dan Vibrio menghasilkan enterotoksiin dan juga menginvasi mukosa usus :

2
pasien karena itu menunjukkan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam beberapa jam atau
hari. 1,2

Sindrom Hemoilitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat timbuk pada
infeksi dengan bakteri EHEC dan Shigella, terutama anak kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia
dan bakteri enterik lain dapat disertai sindrom Reiter (artritis, uretritis dan konjungtivitis),
tiroiditis, perikarditis, atau glomerulonefritis. Demam enterik, disebabkan Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi, merupakan penyakit sistemik yang berat yang bermanifestasi sebagai
demam tinggi yang lama, prostrasi, bingung dan gejala respiratorik, diikuti nyeri tekan abdomen,
diare dan kemerahan (rash). 1,2

Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah,
terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang
meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu
berkeringat, dan bperubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut
dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala. 1,2

Pemeriksaan Fisik

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan
beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan
memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda
toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang sesakma merupakan hal yang penting. Adanya dan
kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan
“clue” bagi penentuan etiologi. 1,2

Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebih dari
beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut antara lain :

1. Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit)
2. Kadar elektrolit serum
3. Ureum
4. Kreatinin

3
5. Pemeriksaan tinja
6. Pemeriksaan ELISA mendeteksi giardiasis
7. Test serologic amebiasis
8. Foto X-ray abdomen. 1-5

Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit yang
normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang invasif
ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul
pada salmonellosis. 1-5

Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral
tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan
adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa. 1-5

Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam 3 bulan sebelumnya atau
mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin Clostridium
difficile. 1-5

Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik, pasien
dengan diare berdarah atau pasien dengan diare akut persisten. Pada sebagian besar pasien,
sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang
mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab infeksi atau
limfoma di daerah kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan jika mukosa terlihat
inflamasi berat. 1-5

Penentuan Derajat Dehidrasi

Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan klinis

1. Dehidrasi ringan
kehilangan cairan 2-5% BB, turgor kurang, suara serak, belum presyok
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-8% BB, turgor buruk, suara serak, presyok/syok : nadi cepat, napas
cepat dalam
3. Dehidrasi berat

4
Kehilangan cairan 8-10% BB, tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun, otot
kaku, sianosis

Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain :
1. Infeksi (bakteri, parasit, virus)
2. Keracunan makanan
3. Efek obat, dll. 1

Menurut World Gastroenterology organisation global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi
atas empat penyebab :
1. Bakteri
2. Virus
3. Parasit
4. Non-infeksi. 1

Faktor Resiko
Berikut ini adalah keadaan resiko yang mengalami diare infeksi :
1. Baru saja berpergian / melancong : ke negara berkembang, daerah tropis, kelompok
perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah (dasar berair).
2. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa : makanan laut dan shell fish, terutama
yang mentah. Restoran dan rumah makan cepat saji (fast food), banket dan piknik.
3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, resiko infeksi HIV, sindrom usus
homoseks (gay bowel syndrome) sindrom defisiensi kekebalan didapat (AIDS).
4. Baru saja menggunakan obat animikroba pada institusi : institusi kejiwaan/mental, rumah
rumah perawatan, rumah sakit. 3-5

Epidemiologi
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada
ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare

5
akut karenainfeksi terdapat peringkat pertama sampai ke empat pasien dewasa yang datang
berobat ke rumah sakit. 1

Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di


negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99
juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya.
WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4
juta pertahun. Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare
pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare
didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan
0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonella,
Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri
berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh
Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC). 1

Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi, sebagai berikut :
1. Diare osmotik (akibat osmolaritas intraluminal yang meninggi)
2. Diare sekretorik (sekresi cairan dan elektrolit meninggi)
3. Malabsornsi asam empedu, malabsorbsi lemak
4. Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif
5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal
6. Gangguan permeabilitas usus
7. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik
8. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi. 1,2,6

Diare osmotik : diare tipe ini disebabkan meingkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat atau zat kimia yang hiperosmotik (cth, MgSO4,
Mg(OH)2), malabsorbsi umum dan defek dalam absopsi mukosa usus misal pada defisiensi
disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa. 1,2,6

6
Diare sekretorik : diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan
volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan
puasa makan/minum. Penyebab dari diare ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi
Vibrio cholerae atau Escherechia coli, penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma), sekresi
ileum (gangguan absorpsi asam empedu), dan efek obat laksatif dioctyl sodium sulfosuksinat
dili). 1,2,6

Malabsorpsi asam empedu, malabsorpsi lemak : diare tipe ini didapatkan pada gangguan
pembentukan atau produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati. 1,2,6

Defek sistem pertukaran anion atau transpor elektrolit aktif : diare tipe ini disebabkan adanya
hambatan mekanisme transport aktif Na+, K+, ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air
yang abnormal. 1,2,6

Motilitas dan waktu transit usus abnormal : diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan
iregularitas motilitas usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain : diabetes melitus,
pasca vagotomi, hipertiroid. 1,2,6

Gangguan permeabilitas usus : diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena
proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit
ke dalam lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan
infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakti Crohn). 1,2,6

Diare infeksi : infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering diare. Dari sudut kelainan
usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak
mukosa)/ bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri
tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik : kolera (Eltor). Enterotoksin
yang di hasilkan kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang dapat menempel pada
epitel usus, yang lalu membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan
menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat, air, natrium, ion

7
kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorpsi ion natrium (diiringi oleh air, ion
kalium, dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan
glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus. 1,2,6
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal (agent) dan
faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri
terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis
atau lingkungan internal saluran cerna misalnya antara lain : keasaman lambung, motilitas usus,
imunitas dan juga lingkugnan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat
merusak sel mukosa. Kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus
halus serta daya lekat kuman. 1,2,6

Diare karena bakteri/parasit invasif (enterovasif)

Bakteri yang merusak invasif antara lain EIEC, Salmonella, Shigella, Yersinia, C. Perfringens
tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat
diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diarenya dapat tercampur lendir dan darah. Walau
demikian infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman
salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S.paratyphi B, Stuphimurium, S.enterriditis,
S.cholerasuis. penyebab parasit yang sering yaitu E.histolitika dan G.lambia. 1,2,6

Gejala Klinis

Diare enterovasif : terdapat demam, tinja berdarah.

- Invasif, sering di kolon, diare berdarah, sering tetapi sedikit-sedikit, sering diawali diare
air
- Sulit dibedakan dengan IBD
- Banyak leukosit di tinja (patogen invasif)
- Kultur tinja untuk Salmonella, Shigella, Campylobacter

Working Diagnosis

Ditinjau dari gelaja klinik pada kasus dan keluhan pasien serta hasil pemeriksaan
maka diambil diare akut infeksius sebagai diagnosis kerja dan untuk memastikannya
8
dapat dibantu dengan melakukan pemeriksaan penunjang. Beberapa petunjuk
anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:3

1. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)


2. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh penderita.
3. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karena
keracunan makanan atau pencemaran sumber air.
4. Dimana tempat tinggal penderita.
5. Pola kehidupan seksual.7

Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi, tampak darah pada feses,
panas > 38,5o C diare > 48 jam tanpa tanda-tanda perbaikan, kejadian luar biasa (KLB). Nyeri
perut hebat pada penderita berusia > 50 tahun, penderita usia lanjut > 70 tahun, dan pada
penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah.

Diferensial Diagnosis

Diare enterotoksigenik : tanpa demam, tanpa darah

- Non invasif, ada mual, sering pada diare turis (85%)


- Kolera : tinja seperti cucian beras, disertai muntah
- Patogen : ETEC, Giardia lamblia, rotavirus, Vibrio cholera, jamur
- Sebab lain : bahan toksik pada makanan (logam berat misalnya preservatif kaleng, nitrit
pestisida, histamin pada ikan)
- Lab : tidak ada leukosit di tinja
- Biasanya defekasi berupa air-air-air

Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik).Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V.
Cholerae Eltor, ETEC dan C. Perfringens. V. Cholerae eltor mengeluarkan toksin yang dapat
terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini
disebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga
meningkatkan kadar AMP dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam
lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.1,2,6

9
Diare ambebiasis, disebabkan oleh Entamoeba hystolititca atau E. Dispar yang lazim ditemuka
pada sanitasi yang buruk, dan biasanya asimtomatik.Amebiasis harus dicurigai pada orang yang
baru berpergian ke daerah endemik, atau pada pembawa yang asimtomatik.Transmisinya
biasanya fekal oral dan sering dari kista dari pembawa asimtomatik.Trofozoit dibunuh
dilambung dan tidak infeksius.Pasien dengan amebik intestinal dapat menunjukkan gejala
proktokolitis amebik akut , kolitis nondisentri kronik, atau ameboma.Pasien dengan kolitis
amebik akut biasanya memiliki riwayat tinja berdarah dan berlendir selama 1-2 minggu, adanya
nyeri abdomen.Kadang terdapat febris dan dehidrasi.Kolitis amebik kronik biasanya sulit
dibedakan dengan inflamtory bowel disease idiopatik, dengan adanya diare berdarah yang
rekuren dan terjadi dalam beberapa tahun.Ameboma merupakan infeksi amuba yang
terlokalisasi, biasanya pada kolon asenden dan sekum yang nampak sebagai massa abdomen
yang nyeri.Infeksi ekstraintestinal dapat menyebabkan abses pada hati, paru, dan otak, jarang
pada genitourinaria..Pada pemeriksaan tinja harus segera diperiksa (tidak lebih dari 20 menit)
guna mendapatkan bentuk trofozoit yang motil.Namun biasanya infeksi pada kolon asenden,
ameboma, dan ekstraintestinal tidak menunjukan hasil positif pada kultur tinja.7

Prognosis

Prognosis baik apabila dengan cepat tertangani, karena diare paling sering mengalami kematian
apabila shock tidak dapat teratasi.

Komplikasi

1. Dehidrasi dan gagal ginjal


2. Dehidrasi hipernatremik pada bayi :
a. Kadar natrium serum tinggi (>150 mmol/L) meskipun keseluruhan tubuh defisit
natrium akibat lebih banyaknya kehilangan air daripada natrium
b. Hipertonisitas kompartemen intraselular yang juga terjadi dapat menyebabkan
kerusakan otak
3. Septikemia (Salmonella, Yersinia, Campylobacter fetus)
4. Dilatasi kolon toksik (Salmonella, Campylobacter, Shigella, Clostridium difficile)
5. Sindrom hemolitik-uremik (E. coli enterohemoragik O157, Shigella dysenteriae)

10
6. Artritis reaktif (Shigella, Salmonella, Campylobacter terutama pada orang dengan HLA-
B27 positif)
7. Eritema Nodosum (Salmonella, Campylobacter, Yersinia enterocolitica)
8. Diare persisten. 1-5

Penatalaksanaan

1. Rehidrasi : oral, NGT, IV


2. Diet
a. Tidak puasa
b. Minuman yang tidak mengandung gas
c. Hindari kafein dan alkohol ( menaikkan motilitas )
d. Harus makan makanan yang mudah dicerna
e. Hindari susu sapi karena defisiensi laktase transien sering terjadi pada diare
3. Obat anti diare
a. Anti motilitas : loperamid
b. Pengeras tinja : atapulgite (4x2 tab/hari)
4. Obat antimikroba
Pengobatan empirik tidak dianjurkan pada kasus ringan, virus, atau bakteri non
invasif

Yang terutama pada penatalaksanaan diare adalah rehidrasi, karena pada penderita diare akan
banyak terbuang air dan elektrolit.

Untuk pemberian antimotilitas terutama loperamid, dosis diperhatikan, agar tidak sampai terjadi
efek samping dari loperamid yaitu paralisis ileus. Diberikan loperamid kalau diare tidak bisa
berhenti dan hanya pada saat diare saja.

Untuk menangani dari kehilangan cairan, biasanya digunakan metode Daldiyono.

Metode Daldiyono :

skor
x10% xkgBBx1Liter
15

11
Skor dehidrasi

Klinis Skor Klinis Skor


Rasa haus/muntah 1 Facies cholerica 2
TD sistolik 60-90 mmHg 1 Vox cholerica 2
TD sistolik <60 mmHg 2 Turgor kulit menurun 1
Frekuensi nadi >120/mnt 1 Washer woman's hand 1
Kesadaran apati 1 Ekstremitas dingin 1
Somnolen, sopor, koma 2 sianosis 2
Frekuensi napas > 30/mnt 1 Usia 50-60 tahun -1
Usia >60 tahun -2

Untuk pemberian cairan terdiri dari 3 tahap :

1. Tahap 1 : Rehidrasi inisial (2jam) sebanyak total kebutuhan cairan


2. Tahap 2 : tahap kedua (1jam) tergantung kehilangan cairan dalam tahap 1 (koreksi
kehilangan cairan)
3. Tahap 3 : berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja berikutnya dan IWL (jadi
kebutuhan maintenancenya)

Pemberian obat antidiare

Kelompok antisekresi selektif

Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril yang
bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja
kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah
nama hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula digunakan
lebih aman pada anak. 1-5

Kelompok opiat

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan
atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 2 -
3x sehari (sesuai derajat beratnya diare) dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang

12
benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare
akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan. 1-5

Kelompok absorbent

Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar
argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek
tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang
sekresi elektrolit. 1-5

Zat Hidrofilik

Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia),
Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus
dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan
cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan
dalam bentuk kapsul atau tablet. 1-5

Probiotik

Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces
boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat. 1-5

Pemberian antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40%
kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. 1-5

Pemberian antibiotik di indikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan tetapi terapi
antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman. 1-5

13
Pencegahan

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan
menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet
dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah
pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan air
merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang
digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus
disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak
dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum
dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.
3-5,8

Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan,
saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak
dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut
harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah
EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat
dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak. 3-5,8

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Marcellus SK, Daldiyono. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Diare Akut. Ed V. Jakarta:
Interna Publishing: 2009.
2. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Vol 1. Ed 13. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1999.
3. Umar Zein, Khalid HS, Josia G. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Fakultas Kedokteran
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara.
4. Umar Zein. Diare Akut Infeksius pada Dewasa. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara.
5. Mandal Wilkins, Dunbar, White Mayon. Lecture Notes : Penyakit Infeksi. Ed 6. Jakarta :
Erlangga. 2008.
6. Robbins. Buku Ajar Patologi. Ed7. Jakarta: EGC. 2007.
7. Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, editor. Current diagnosis and
treatment pediatrics. Ed.19. United States: Mc Graw-Hill Lane:2007. H.619
8. Taufik Abidin. Diare Akut. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

15

Anda mungkin juga menyukai