Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEMAM BERDARAH DENGUE ( DENGU HEMORRAGHE FEVER )

2.1.3 DEFINISI

Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk
dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker,
2001).

Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak,


remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi
yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik,
sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang
terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer,
dkk, 1999).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
(Suriadi & Yuliani, 2001). Pada demam berdarah dengue terjadi perembesan plasma
yang ditandai dengan hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit ) atau penumpukan
caiaran di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue ( dengue syock sindrom ) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai dengan renjatan/syock.

2.1.2 INSIDEN KASUS

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat


dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah
tanah air. Insiden BDB di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk ( 1989 –
1995 ) dan pernah meningkat tajam kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000
penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung , menurun hingga
mencapai 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector
nyamuk aides ( terutama A aegepty dan A. albopictus ). Peningkatan kasus setiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan
bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih ( bak mandi, kaleng bekas, dan
tempat penampung air lainnya ).

2.1.3 ETIOLOGI

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviviridae. Flavivirus merupakan

1
virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4 x 106.

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam derdarah dengue. Keempat
serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak.
Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow
Fever, Japanese encephalitis, dan west Nile virus.

Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia


seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar dan primate. Survey epidemiologi pada hewan
ternak didapatkan antibody terhadap virus dengue hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian
pada artropoda menunjukan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk Aedes (
Stegomya ) dan Toxorhynhites.

2.1.4 FAKTOR PREDISPOSISI

Beberapa factor yang berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus


dengue adalah :

 Vector, perkembangbiakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector dari


satu tempat ke tempat lain.
 Pejamu, terdapatnya penderita di lingkungan / keluarga, mobilisasi dan paparan
terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.
 Lingkungan, curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

2.1.5 TANDA DAN GEJALA

 Meningkatnya suhu tubuh 5-7 hari


 Nyeri pada otot ( mialgia ) fseluruh tubuh
 Suara serak
 Batuk
 Epistaksis
 Disuria
 Nafsu makan menurun
 Malaise
 Ekstremitas dingin
 Muntah
 Ptekie
 Malaise
 Perdarahan gusi
 Muntah darah
 Melena
 Penurunan turgor kulit
2
2.1.6 PATOFISIOLOGI

Pathogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih


diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdaapt bukti yang kuat bahwa mekanisme
imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom
renjatan dengue. Respon imun yang diketahui berperan dalam pathogenesis DBD
adalah respon humoral berupa pempentukan antibody yang bereperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi antibody. Antibody terhadap virus dengue
bereperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Dimana
hipotesis ini disebut antibody dependent enhacement ( ADE ).

Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan
peneliti lain menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag
yang memfagositosis kompleks virus antibody non netralisasi sehingga virus
bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan
aktivasi T-helper dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma.
Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi sebagai mediator
inflamasi seperti TNF-α, IL-1, PAF ( platelet activating factor ), IL-6 dan histamine
yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma.
Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus antibody yang
juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.

Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi


sumsum tulang, destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum
tulang pada fase awal infeksi ( < 5 hari ) menunjukan keadaan hiposelular dan supresi
megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses
hematopoiesis termasuk megakaripoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat
terjadi trombositopenia justru menunjukan kenaikan, hal ini menunjukan terjadinya
stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan
trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui peningkatan fragmen C3g,
terdapatnya antibody VD, konsumsi trombosit selama proses koagulopati sukuestrasi di
perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan
ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan pertanda
degranulasi trombosit.

3
2.1.7 PATHWAY DEMAM BERDARAH
Etiologi : virus dengue

Penderita DB positif Digigit nyamuk Vector Invasi virus dengue


aedes aegypti menggigit
betina orang ke 2
Aktivasi T- Virus bereplikasi di Aktivasi Infeksi virus dengue
helper & T makrofag makrofag
sitotoksik
Supresi
Sekresi sumsum tulang
Produksi limfokin Aktivasi
dan interferon monosit mediator
gamma inflamasi Pemendekan masa
hidup PLT
Kebocoran
Histamine
plasma
trombositopenia
Demam
Cemas, Perubahan berdarah
Terapi & Kurang
resah, status
perawatan terpajan info
gelisah
a kesehatan

Ansietas Kurang
Proses Turgor muntah anoreksi Malaise pengetahu
inflamasi kulit a an
menuru
n
Pelepasan
Peningkatan Perdaraha
substansi
suhu tubuh n( Kelemahan fisik Deficit
nyeri
epistaksis self
care
Transmisi ke Hipertermi
kornus Kurang
nutrisi Ganggua
dorsalis
n
medulla
aktivitas
spinalis Tidak teratasi, terapi
Kurang kurang tepat, nadi
Korteks volume cepat & lemah,
serebri cairan hipotensi, akral
dingin

Nyeri
PK. Dengue 4
Syock Syndrom
2.1.8 KLASIFIKASI

Klasifiksi DHF menurut WHO

 Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji
tourniquet positif) .
 Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
 Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( 20
mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi ) .
 Derajat IV
Syock berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur .

2.1.9 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

 Darah Lengkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih)


Thrombocitopeni (angka thrombosit 100. 000/ mm3 atau kurang)
 Serologi = Uji HI (hemaaglutinaion Inhibition Test)
 Rontgen Thorax = Effusi Pleura
 SGOT/SGPT dapat meningkat.
 NS 1 : antigen NS 1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertama sampai hari ke
delapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63% - 93,4% dengan spesifisitas 100%
sama tingginya dengan spesifisitas gold standar kultur virus.

2.1.10 PROGNOSIS

Kematian telah terjadi pada 40 – 50 % penderita dengan syock, tetapi


dengan perawatan intensif yang cukup kematian akan kurang dari 2%. Ketahanan
hidup secara langsung terkait dengan manajemen awal dan intensif.

2.1.11 PENATALAKSANAAN

Medik

1. DHF tanpa Renjatan


o Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
o Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
o Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th
dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum
teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada
anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB.
5
o Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2. DHF dengan Renjatan
o Pasang infus RL
o Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30
ml/ kg BB )
o Tranfusi jika Hb dan Ht turun .

Keperawatan

1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam


o Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
o Observasi intike - output
o Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap
3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter
per hari, beri kompres
o Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
o Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi
produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2. Resiko Perdarahan
o Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
o Catat banyak, warna dari perdarahan
o Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
3. Peningkatan suhu tubuh
o Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
o Beri minum banyak
o Berikan kompres

6
2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.2.1 DATA SUBJEKTIF

 Pasien mengeluh tidak ada nafsu makan.


 Pasien mengeluh nyeri otot.
 Pasien mengeluh mual dan muntah.
 Pasien mengeluh tidak tahu tentang penyakitnya.
 Pasien mengeluh sakit tenggorokan.
 Pasien mengeluh cemas akan kondisisnya.
 Pasien mengeluh merasa lemas.
 Pasien mengatakan tidak dapat mandi sendiri.
 Pasien mengeluh haus.
2.2.2 DATA OBJEKTIF
 Pasien tampak gelisah.
 Tampak makanan pasien tidak habis dalam satu porsi yang disediakan.
 Pasien bertanya tentang penyakitnya dan perawatannya.
 Tanda – tanda vital pasien meningkat, suhu tubuh pasien 380 C.
 Pasien tampak memegangi daerah yang nyeri, skala nyeri 3 dari 0-10 skala nyeri.
 Pasien tampak lemah.
 Teraba akral pasien dingin.
 Turgor kulit pasien menurun.
 Tampak pasien mandi dibantu oleh keluarga.

2.2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


- Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif ,
muntah ditandai dengan turgor kulit menurun, peningkatan suhu tubuh dan tekanan
darah menurun, nadi cepat dan lemah, kelemahan, pasien mengeluh haus.
- Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
di atas rentang normal, peningkatan tanda – tanda vital.
- Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri dengan skala nyeri 3 dari 0 – 10 skala nyeri, pasien tampak memegangi daerah
yang nyeri, pasien tampak meringis, peningkatan tanda – tanda vital.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan memasukan, mencerna makanan ditandai dengan pasien mengeluh
mual, lemas, tidak ada nafsu makan, makanan pasien tidak habis dalam satu porsi
yang disediakan.
- Deficit self care ( mandi ) berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan
pasien mandi dibantu oleh keluarga.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien
tampak lemas, aktivitas dibantu oleh keluarga.
- Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan pasien
tampak resah dan gelisah.
7
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan informasi ditandai
dengan pasien bertanya tentang penyakitnya.

2.2.4 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Diagnose I : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif , muntah ditandai dengan turgor kulit menurun,
peningkatan suhu tubuh, tekanan darah menurun, nadi lemah dan cepat,
kelemahan, pasien mengeluh haus.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam (
misal 1x24 jam ) diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
Criteria hasil : turgor kulit baik, tanda – tanda vital normal ( temp : 360-370
C, HR: 80x/menit , TD : 120/80 mm Hg, RR : 16-20x/menit ), produksi
urine 50-60 cc/jam, haus berukrang/hilang.

INTERVENSI RASIONAL
a. Pertahankan pencatatan volume a. Memberikan informasi tentang
masuk/keluar dan keseimbangan status kehilangan atau peningkatan
cairan kumulatif/individual. cairan, serta membantu dalam
menentukan terapi.

b. Kaji membrane mukosa kering, b. Hipovolemia akan memperkuat


turgor kulit yang kurang baik, dan tanda – tanda dehidrasi.
rasa haus.

c. Anjurkan pasien untuk minum 2- c. Mengganti kehilangan cairan.


2,5 L/hari.

d. Identifikasi rencana untuk d. Melibatkan pasien dalam rencana


meningkatkan/ mempertahankan untuk memperbaiki
keseimbangan cairan optimal, ketidakseimbangan, memperbaiki
misalnya : jadwal masukan kesempatan untuk berhasil.
cairan.

e. Dorong meningkatkan masukan e. Memungkinkan penghentian


oral bila mampu. tindakan dukungan cairan invasive.

f. Periksa adanya perubahan dalam f. Dehidrasi berat menurunkan curah


status mental dan sensori,. jantung dan perfusi jaringan
terutama otak.

g. Kolaborasi dalam pemberian g. Sejumlah besar cairan mungkin


cairan per parenteral. dibutuhkan untuk mengatasi
hipovolemia relative.

8
2. Diagnose II : Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, peningkatan tanda – tanda
vital.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam (
misal 1x24 jam ) diharapkan suhu tubuh pasien kembali normal.
Criteria hasil : suhu tubuh pasien 36-370 C, TD : 120/80 mm Hg, RR : 16-
20x/menit, HR: 80-100x/menit.

INTERVENSI RASIONAL
a. Observasi suhu tubuh pasien ( a. Sebagai tolak ukur dalam pemberian
derajat dan pola ) dan tanda – dan keberhasilan terapi, memantau
tanda vital lainnya. tingkat perkembangan pasien.

b. Berikan kompres hangat, hindari b. Dapat membantu mengurangi


penggunaan alcohol. demam karena vasodilatasi.
Penggunaan alcohol/air es mungkin
dapat menyebabkan kedinginan,
selain itu alcohol dapat membuat
kulit kering.

c. Anjurkan pasien untuk banyak c. Banyak minum membantu


minum, 2-2,5L/hari. memperlancar metabolisme tubuh
dan untuk mengganti cairan tubuh
yang hilang.

d. Pantau suhu lingkungan, d. Suhu ruangan/jumlah selimut harus


batasi/tambahkan linen tempat diubah untuk mempertahankan suhu
tidur sesuai indikasi. mendekati normal.

e. Kolaborasi dalam pemberian e. Digunakan untuk mengurangi


antipiretik. demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.

3. Diagnose III : Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi ditandai


dengan pasien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 3 dari 0 – 10 skala nyeri,
pasien tampak memegangi daerah yang nyeri, pasien tampak meringis
kesakitan, peningkatan tanda – tanda vital.
Tujuan :setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam (
misal 2x24 jam ) diharapkan nyeri berkurang atau hilang.
Criteria hasil : pasien mengatakan nyeri reda atau terkontrol, pasien tampak
relax, nyeri hilang atau skala nyeri 1 dari 10-0 skala nyeri, tanda – tanda
vital dalam keadaan normal. ( TD : 120/80 mmHg, RR: 16x/menit, HR :
80x/menit, Temp : 36-370 C ).
9
INTERVENSI RASIONALISASI
a. Kaji keluhan nyeri termasuk a. Memberikan informasi untuk
lokasi, lamanya dan intensitasnya membantu dalam menentukan
( skala 0-10 ) dengan PQRST dan pilihan / keefektifan intervensi.
ukur tanda – tanda vital.
b. Berikan tindakan kenyaman, b. Meningkatkan relaksasi,
contoh pijatan punggung , memfokuskan kembali perhatian/
membantu pasien melakukan mengalihkan rasa nyeri dan dapat
posisi yang nyaman, mendorong meningkatkan mekanisme koping.
penggunaan realaksasi/ latiahan
nafas dalam , aktivitas terapeutik.
c. Diskusikan dengan pasien atau c. Keterlibatan pasien/orang terdekat
orang terdekat apakah tindakan pada perawatan dan
penghilang nyeri yang efektif memungkinkan identifikasi
pada masa lalu. tindakan sendiri yang telah
ditemukan untuk menghilangkan
nyeri, me,bantu dan membuat
d. Observasi petunjuk nyeri kebutuhan pengobatan individual.
nonverbal, seperti gangguan gaya d. Nyeri unik bagi setiap orang,
berjalan, enggan bergerak, petunjuk non verbal dapat
ekspresi wajah. membantu mengevaluasi nyeri dan
e. Berikan obat analgetik sesuai keefektifan terapi.
indikasi. e. Analgetik efektif untuk
menurunkan nyeri dan
meningkatkan ostirahat serta
kenyamanan.

4. Diagnose IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan ketidakmampuan memasukan, mencerna makanan
ditandai dengan pasien mengeluh mual, lemas, tidak ada nafsu makan,
makanan pasien tidak habis satu porsi yang disediakan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam (
misal 3x24 jam ) kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Criteria hasil : mempertahankan/meningkatkan berat badan, pasien tidak
lemas dan lemah, terjadi peningkatan nafsu makan, makanan pasien habis
satu porsi yang disediakan.

INTERVENSI RASIONALISASI
a. Kaji/catat pemasukan diet. a. Membantu dalam mengidentifikasi
defisiemsi dan kebutuhan diet.
Kondisi fisik umum, gejala uremik
( contoh : mual, muntah, anoreksia,
gangguan rasa ) dan pembatasan
diet multiple mempengaruhi
10
pemasukan.
b. Berikan makan sedikit tapi sering.
b. Meminimalkan anoreksia dan mual
sehubungan dengan status uremik/
penurunan peristaltic.
c. Berikan pasien/ orang terdekat
daftar makanan/cairan yang c. Memberikan pasien tindakan
diijinkan dan dorong terlibat pada control dalam pembatasan diet.
pilihan menu. Makanan dari rumah dapat
meningkatkan nafsu makan.
d. Timbang berat badan tiap hari.
d. Perubahan berat badan, kenaikan
ataupun penurunan menunjukan
keberhasilan terapi.

e. Awasi pemeriksaan laboratorium. e. Indicator kebutuhan nutrisi,


pembatasan, dan kebutuhan
efektivitas terapi.

f. Konsul dengan ahli gizi/tim f. Menentukan kalori individu dan


pendukung nutrisi. kebutuhan nutrisi dalam
pembatasan dan mengindentifikasi
rute paling efektif dan produknya,
contoh tambahan oral, makanan
selang.

5. Diagnose V : Deficit self care ( mandi ) berhubungan dengan kelemahan


fisik ditandai dengan pasien mandi dibantu oleh keluarga.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam (
misal 2x24 jam ) diharapkan ADL ( kebutuhan mandi ) pasien terpenuhi.
Criteria hasil : pasien mampu memenuhi perawatan dirinya.

INTERVENSI RASIONALISASI
a. Kaji derajat ketidakmampuan a. Berpartisipasi dalam perawatan diri
pasien, anjurkan pasien sendiri dapat meringankan frustasi
memberikan amsukan dalam atas hilangnya kemandirian yang
perencanaan jadwal perawatan. dimilikinya.kualitas hidup pasien
meningkat ketika pasien mampu
untuk melakukan kegiatannya
sehari-hari.

b. Berikan atau sediakan waktu b. Penurunan keterampilan motorik/


untuk tugas – tugas dan kelemahan fisik dapat menghambat
tingkatkan kesabaran ketika kemampuan dalam melakukan
pergerakan pasien lambat. sesuatu yang terlihat sederhana.

11
c. Antisipasi kebutuhan kebersihan c. Contoh oleh pemberi pelayanan
diri dan bantu sesuai dengan dapat menata suatu upaya terhadap
kebutuhan, seperti mandi. penerimaan keutuhan yang
mungkin hilang pada pasien atau
mungkin bertentangan dengan
orang terdekat.
d. Berikan alat bantu sesuai indikasi, d. Menurunkan kelelahan,
seperti madi di kursi. meningkatkan partisipasi dalam
perawatan diri pasien.

6. Diagnose VI : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


ditandai dengan pasien tampak lemas, aktivitas dibantu oleh keluarga.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam (
misal 2x24 jam ) diharapkan terjadi peningkatan toleransi aktivitas.
Criteria hasil : pasien menunjukan kemampuan untuk melakukan aktivitas,
tanda – tanda vital dalam keadaaan normal (TD : 120/80 mmHg, RR:
16x/menit, HR : 80x/menit, Temp : 36-37,50 C ).

INTERVENSI RASIONALISASI
a. Kaji kemampuan pasien untuk a. Mempengaruhi dalam pemilihan
melakukan tugas, catat laporan intervensi yang tepat.
kelelahan, keletihan dan kesulitan
menyelesaikan tugas.

b. Kaji kehilangan atau gangguan b. Menunjukan perubahan


keseimbangan gaya jalan, ketidakseimbangan antara
kelemahan otot. kebutuhan dan suplai oksigen.

c. Awasi TD, pernapasan, selama c. Manifestasi kardiopulmonal dari


dan sesudah aktivitas. Catat upaya jantung untuk membawa
respon terhadap tingkat aktivitas ( oksigen ke jaringan.
misal peningkatan TD, HR,RR ).

d. Berikan lingkungan yang tenang. d. Meningkatkan istirahat dan


Pertahankan tirah baring bila menurunkan kebutuhan oksigen
diindikasikan. Pantau dan batasi untuk menurunkan regangan
pengunjung. jantung dan paru.

e. Berikan bantuan dalam aktivitas/ e. Membantu bila perlu, bisa


ambulasi bila perlu, meningkatkan harga diri pasien
memungkinkan psien untuk bila pasien melakukan dengan
melakukan sebanyak- banyaknya. sendiri.

f. Anjurkan pasien untuk f. Regangan atau stress


menghentikan aktivitas bila kardiopulmonal dapat
terjadi palpitasi, nyeri dada, napas menimbulkan dekompensasi atau
12
pendek, kelemahan atupun kegagalan.
pusing.

7. Diagnosa VII : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


ditandai dengan pasien tampak resah dan gelisah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selam …x 24jam (
misal 2x 24jam ) diharapkan kecemasan pasien berkurang atau hilang.
Criteria hasil : pasien tampak tenang, pasien tidak tampak resah dan
gelisah.
INTERVENSI RASIONALISASI
a. Kaji tingkat ansietas ( rendah, a. Respon individu dapat berbeda
sedang, berat ) dengan mengamati tergantung dari pola cultural yang
tingkah laku seperti tangan yang dipelajarinya. Persepsi yang
mencengkeram, alis yang menyimpang dari situasi mungkin
berkerut. dapat memperbesar perasaan.
b. Perasaan adalah nyata dan
b. Pahami rasa takut/ansietas. membantu pasien untuk terbuka
Validasi observasi dengan pasien. sehingga dapat mendiskusikan dan
Misalnya, “ apakah anda takut ? menghadapinya.
“. c. Perubahan pada tanda – tanda vital
c. Catat palpitasi, peningkatan mungkin dapat menunjukan tingkat
denyut atau frekuensi pernapasan ansietas yang dialami pasien .
dan jantung. d. Membantu memenuhi kebutuhan
d. Gunakan sentuhan, sentuhan dasar manusia penurunan rasa
terapeutik, masase atau terapi terisolasi dan membantu pasien
tambahan lain sesuai indikasi. untuk mengurangi perasaan kuatir.
e. Mungkin dapat menghadapi situasi
e. Evaluasi mekanisme koping dengan baik waktu itu, seperti
selama digunakan untuk mekanisme koping dengan regresi
berhadapan dengan perasaan atau penolakan. Namun
ataupun ancaman. penggunaan mekanisme seperti ini
akan menghilangkan banyak
energy untuk kesembuhan.
f. Informasi yang kompleks atau
f. Sediakan informasi yang akurat informasi yang dapat menimbulkan
sesuai kebutuhan jika diminta ansietas dapat diberikan dalam
oleh pasien atau orang terdekat. jumlah yang dapat dibatasi setelah
periode yang diperpanjang. Kata –
kata mungkin dapat memiliki arti
yang berbeda bagi setiap individu,
oleh karena itu penjelasan sangat
diperlukan.

13
8. Diagnosa VIII : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
paparan informasi ditandai dengan pasien bertanya tentang penyakitnya.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24jam (
misal 3x24jam ) diharapkan pasien mengerti tentang penyakitnya dan
terapinya.
Criteria hasil : pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya dan
terapinya. Pasien tampak tenang dan tidak bertanya tentang penyakitnya.

INTERVENSI RASIONALISASI
a. Kaji ulang proses penyakit dan a. Memberikan pengetahuan dasar
kebutuhan pengobatan. dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.

b. Kaji pengetahuan pasien tentang b. Untuk mengetahui seberapa jauh


penyakitnya. pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dan untuk
menyamakan konsepsi.

c. Intruksikan pasien mendengar c. Membantu pasien bekerja melalui


secara aktif tentang program perasaan dan meningkatkan rasa
terapi/perubahan pola hidup. control terhadap apa yang terjadi.

d. Tekankan pentingnya evaluasi d. Penting sekali untuk menentukan


medic secara teratur. efektivitas dari terapi dan
pencegahan terhadap komplikasi.

e. Diskusikan tentang kebutuhan e. Perlu untuk penyembuhan optimal


untuk pemasukan nutrisional dan kesejahteraan umum.
yang tepat dan seimbang.

2.2.5 IMPLEMENTASI
Sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang sudah dibuat.

14
2.2.6 EVALUASI

Hari/tanggal/waktu NO DX EVALUASI
1 - Pasien mengatakn hausnya berkurang,
turgor kulit baik, tanda – tanda vital
normal ( temp : 360-370 C, HR: 80x/menit
, TD : 120/80 mm Hg, RR : 16-20x/menit
), produksi urine 50-60 cc/jam.

2 - Pasien mengatakan panas tubuhnya


berkurang, suhu tubuh pasien 36-370 C,
TD : 120/80 mm Hg, RR : 16-20x/menit,
HR: 80-100x/menit.

3 - pasien mengatakan nyeri reda atau


terkontrol, pasien tampak relax, nyeri
hilang atau skala nyeri 1 dari 10-0 skala
nyeri, tanda – tanda vital dalam keadaan
normal. ( TD : 120/80 mmHg, RR:
16x/menit, HR : 80x/menit, Temp : 36-370
C ).

4 - Pasien mengatakan nafsu makannya sudah


meningkat, mual hilang, berat badan
pasien tetap/meningkat., pasien tidak
lemas dan lemah, makanan pasien habis
satu porsi yang disediakan.

5 - pasien mampu memenuhi perawatan


dirinya

6 - pasien menunjukan kemampuan untuk


melakukan aktivitas, tanda – tanda vital
dalam keadaaan normal (TD : 120/80
mmHg, RR: 16x/menit, HR : 80x/menit,
Temp : 36-37,50 C

7 - pasien mengatakan kecemasannya


berkurang atau hilang, pasien tampak
tenang, pasien tidak tampak resah dan
gelisah.

8 - pasien mengatakan sudah mengerti


tentang penyakitnya dan terapinya. Pasien
tampak tenang dan tidak bertanya tentang
penyakitnya

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak,


remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi
yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik,
sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang
terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer,
dkk, 1999).

3.2 SARAN

Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah
yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca. Dari hasil analisis yang telah
dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran dan masukan untuk dikaji dan ditindak
lanjuti ,yaitu:

 Makalah ini masih memerlukan pengkajian dan análisis yang lebih


mendalam untuk memperlengkap dan memperkaya pengetahuan perawat,
mahasiswa dan masyarakat tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
demam berdarah.

 Dalam hal ini sebagai suatu profesional diperlukan peningkatan


pengetahuan tentang penyakit demam berdarah. Untuk memberikan
perawatan yang tepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC

Nelson . 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Santoso, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika.

Sarwono . 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid pertama, edisi ketiga. Jakarta

http://kapukpkusolo.blogspot.com/2010/04/demam-berdarah-dengue-hemoragic-
fever.html. akses : tanggal 12 Desember 2010

asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/.../demam-berdarah-dengue-dbd.html.
akses : tanggal 12 Desember 2010

17

Anda mungkin juga menyukai