Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN COMMUNITY HEALTH ANALYSIS

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT


PUSKESMAS I CILONGOK

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA


KARANGTENGAH KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN
BANYUMAS

Disusun Oleh:
Ong Reaya Sany G4A015144
Muharramadina Fla Ravinda G4A016046

Perseptor fakultas : dr. Dwi Arini E, MPH


Perseptor lapangan : dr. Novita Sabjan

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

APRIL 2017
2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN COMMUNITY HEALTH ANALYSIS


PUSKESMAS I CILONGOK

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA


KARANGTENGAH KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN
BANYUMAS

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:
Ong Reaya Sany G4A015144
Muharramadina Fla Ravinda G4A016046

Telah dipresentasikan dan disetujui :


Tanggal April 2017

Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan

dr. Dwi Arini Ernawati, MPH dr. Novita Sabjan


NIP.19771215 200501 1 015 NIP. 19730111 200604 2 006
3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3x sehari dengan perubahan konsistensi menjadi lunak atau cari ,
dapat disertai dengan dengan lendir atau darah. Diare merupakan salah satu
penyakit yang paling sering terjadi pada balita di Indonesia dengan insidensi
6,7%. Menurut WHO, diare juga merupakan penyebab kematian balita yang
paling tinggi di dunia (Riskesdas, 2013; WHO, 2009).
Insidensi diare di provinsi Jawa Tengah adalah . Pada tahun 2016, di
desa Karangtengah, kecamatan cilongok, terjadi KLB diare dengan kematian
balita 1 jiwa. (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan data tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti kejadian diare
pada balita di Desa Karangtengah, Kabutapaten Banyumas. Dengan adanya
KLB maka diare merupakan masalah yang belum bisa ditangani dengan baik
sehingga peneliti juga tertarik untuk melakukan intervensi terhadap terhadap
angka kejadian diare di Desa Karangtengah Kabupaten Banyumas.

B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di
Desa Karangtengah wilayah kerja Puskesmas I Cilongok Kabupaten
Banyumas
2) Tujuan Khusus
a. Menentukan faktor risiko diare di Desa Karangtengah di Puskesmas I
Cilongok
b. Mencari alternatif pemecahan masalah diare di Desa Karangtengah di
Puskesmas I Cilongok
c. Melakukan intervensi terhadap penyebab masalah diare untuk
mengatasi masalah kesehatan di Desa Karangtengah di Puskesmas I
Cilongok.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas I
Cilongok.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok.
b. Bagi masyarakat desa
4

Memberikan informasi kesehatan (promotif, preventif, dan


rehabilitatif) kepada masyarakat Desa Karangtengah untuk penelitian
khususnya berkaitan dengan diare.
c. Bagi instansi terkait
Membantu program enam dasar pelayanan kesehatan puskesmas
berkaitan dengan promosi kesehatan terutama masalah diare sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan kebijakan
yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah.
d. Bagi Fakultas Kedokteran UNSOED
Untuk menambah bahan referensi yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam penelitian selanjutnya.
5

II. ANALISIS SITUASI

A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas


Puskesmas I Cilongok beralamat di Jalan Raya Cilongok-Ajibarang,
Desa Cikidang, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa
Tengah.
1. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Puskesmas I Cilongok, diantaranya
Puskesmas Perawatan (1 buah), Puskesmas Pembantu (1 buah), Puskesmas
non rawat inap (1 buah), Posbindu (5 buah), serta Posyandu (74 buah).
Selain itu terdapat pula sarana pelayanan kesehatan milik swasta yang ada
di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok, diantaranya Rumah Sakit Bersalin
(1 buah), Rumah Bersalin (1 buah), apotek (4 buah), serta praktek dokter
perorangan (7 buah).
2. Tenaga Kesehatan
Tenaga-tenaga kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas I Cilongok
adalah sebagai berikut:
a. Tenaga Medis
Jumlah tenaga medis pada Puskesmas I Cilongok adalah
sebanyak 6 orang. Tenaga medis tersebut terdiri dari 5 orang dokter
umum dan 1 orang dokter gigi. Bila dilihat dari rasio tenaga medis
terhadap jumlah penduduk, yaitu sebesar 9,03 per 10.000 penduduk,
maka dapat dikatakan bahwa tenaga medis di wilayah Puskesmas I
Cilongok masih kurang.
b. Tenaga Perawat dan Bidan
Jumlah perawat di wilayah Puskesmas I Cilongok sebanyak 14
orang dan bidan 20 orang. Rasio jumlah perawat dan bidan terhadap
penduduk di wilayah Puskesmas I Cilongok sebesar 5,20 per 10.000
penduduk. Bila dilihat pada jumlah tersebut rasio ini masih rendah
dibanding standar nasional, yaitu sebesar 8,56 per 10.000 penduduk.
c. Tenaga Farmasi
Di Puskesmas I Cilongok terdapat 1 (satu) orang tenaga
farmasi.
d. Tenaga Gizi
Terdapat 2 (dua) orang tenaga gizi di Puskesmas I Cilongok.
e. Tenaga Teknis Medis
Di Puskesmas I Cilongok terdapat 1 (satu) orang tenaga analis
dan terpadat pula 1 (satu) orang tenaga radiografer.
6

f. Tenaga Sanitasi
Jumlah tenaga sanitasi di Puskesmas I Cilongok adalah
sebanyak 1 orang. Menurut standar nasional, rasio minimal tenaga
sanitasi adalah sebesar 0,29 per 10.000 penduduk. Sedangkan pada
Puskesmas ini rasio tenaga lingkungan sebanyak 1,5 per 10.000
penduduk. Maka dapat dikatakan rasio tenaga sanitasi di Puskesmas I
Cilongok masih kurang dari standar rasio nasional.
g. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Jumlah tenaga petugas Kesmas di Puskesmas I Cilongok
sebanyak 1 (satu) orang.
3. Pembiyaan Kesehatan
Jaminan kesehatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas I
Cilongok terdiri dari Jaminan Kesehatan Nasional, Jamkesda, asuransi
swasta, serta asuransi perusahaan. Peserta jaminan kesehatan pada
puskesmas ini sebesar 34.019 orang (51,24%).
4. Sumber Daya Kesehatan Lainnya
Jumlah Posyandu di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok adalah
sebanyak 103 Posyandu, yang terdiri dari Posyandu Pratamasebanyak 3
posyandu atau sebesar 2,9%, Posyandu Madya sebanyak 26 posyandu
(25,2%), Posyandu Purnama sebanyak 23 posyandu (22,3%), dan
Posyandu Mandirisebanyak 51 Posyandu atau sebesar 49,5 %.

B. Deskripsi, Situasi, Kondisi, dan Wilayah Kerja Puskesmas


1. Keadaan Geografi
Wilayah kerja Puskesmas I Cilongok meliputi sebelas desa yang
berada di Kecamatan Cilongok,yaitu Desa Cilongok, Cikidang,
Gununglurah, Karanglo, Kalisari, Karangtengah, Pernasidi, Panembangan,
Rancamaya, Sambirata dan Sokawera dengan luas wilayah kurang lebih
sebesar 62,13 Km2.Wilayah Puskesmas I Cilongok berbatasan dengan :
Batas Utara :Karesidenan Pekalongan
Batas Selatan :Wilayah Kerja Puskesmas II Cilongok
Batas Timur :Wilayah Kerja Puskesmas II Cilongok dan KarangLewas
Batas Barat :Wilayah Kerja Puskesmas II Ajibarang danPekuncen.
Puskesmas I Cilongok berada pada ketinggian 225 mdpl. Sebagian
besar wilayah kerja Puskesmas I Cilongok berupa dataran tinggi (73,5%
wilayah) dan dataran rendah sebanyak26,5%. Luas penggunaan lahan di
7

wilayah kerja Puskesmas I Cilongok terbanyak adalah dalam bentuk tanah


sawah (25%) dan tanah hutan(25%).
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
adalah sebanyak 66.240 jiwa, terdiri dari 33.537 jiwa laki-laki dan
32.703 jiwa perempuan yang tergabung dalam 15.956 KK. Jumlah
penduduk yang terbanyak adalah di desa Karangtengah sebanyak
10.692 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah adalah di desa
Cikidang sebanyak 3.255 jiwa.Jumlah rata-rata jiwa per rumah tangga
adalah sebesar 3 jiwa per rumah tangga.
b. Kepadatan Penduduk
Persebaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
tidak merata, umumnya jumlah penduduk padat didaerah yang ramai
atau daerah pusat kecamatan.Rerata kepadatan penduduk di wilayah
kerja Puskesmas I Cilongok adalah sebesar 1065,6 jiwa/Km2.Desa
dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah desa Kalisari dengan
tingkat kepadatan sebesar 2508,82 jiwa/Km2, sedangkandesa dengan
tingkat kepadatan terendah adalah desa Sambirata dengan tingkat
kepadatan sebesar 599,48 jiwa/Km2.
c. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur
Di Puskesmas I Cilongok golongan usia terbanyak adalah
golongan usia 25-29 tahun, sedangkangolongan usia paling sedikit
adalahusia>75 tahun.
3. Keadaan Sosial Ekonomi
Untuk melihat keadaan sosial ekonomi pada masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas I Cilongok dapat digambarkan melalui beberapa hal,
diantaranya:
a. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikannya, jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas I Cilongok baik laki-laki maupun perempuan
yang berusia 10 tahun keatas dan yang memiliki tingkat pendidikan
perguruan tinggi atau sederajat adalah sebesar 797jiwa atau sekitar
1,42%dan tamat SMA atau sederajat adalah sebesar 4.982 jiwa atau
sekitar 8,87%. Jumlah penduduk yang hanya lulus SD sangat tinggi,
yaitu sebesar 23.920 jiwa atau 42,57%.
b. Mata Pencaharian
Sebagian besar mata pencaharian penduduk di wilayah
Puskesmas I Cilongok sebagai buruh tani, yaitu sebesar 9,51%, mata
8

pencaharian lain sebagai pengusaha (3,56 %), PNS (1%), atau ABRI
(0,1%). Dikarenakan tingkat pendapatan masyarakat berhubungan
dengan kemampuan masyarakat dalam memperoleh akses kesehatan,
maka perlu kerjasama lintas sektoral guna meningkatkan pendapatan
dan daya beli penduduk.Sehingga mempermudah masyarakat untuk
mendapatkan akses dan melakukan pengobatan sebaik mungkin.
c. Sarana Penunjang

Wilayah kerja Puskesmas I Cilongok terdapat beberapa sarana


penunjang laju perekonomian diantaranya pasar tradisional,
warung/pertokoan, badan kredit, lumbung desa dan Koperasi Unit
Desa (KUD). Sedangkan sarana transportasi umum yang terdapat di
wilayah kerja Puskesmas I Cilongok antara lain angkutan perdesaan
(Angkudes), angkutan bus dalam dan antar propinsi, serta ojek.
Beberapa tempat peribadatan di wilayah kerja Puskesmas I
Cilongok antara lain adalah mushola dan masjid yang sebagian besar
dana dari pendiriannya merupakan swadana masyarakat. Fasilitas
pendidikan di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok diantaranya Sarana
Kelompok Bermain (KB) atau PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini),
Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah
(MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

C. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat


Derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
dapat dilihat dariangka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas),
dan status gizi sebagai berikut:
1. Mortalitas
Kejadian kematian dapat memberikan gambaran perkembangan
derajat kesehatan masyarakat,sehinggadapat digunakan sebagai indikator
dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lain. Angka kematian pada umumnya dapat
dihitung dangan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan
tingkat kematian dan penyakit-penyakit yang terjadi di Puskesmas I
Cilongok akan diuraikan dibawah ini:
a. Angka Kematian Bayi (AKB)
Jumlah kelahiran di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok pada
tahun 2016adalahsebanyak 1035 kelahiran hidup dan 4 lahir mati. Oleh
karenanya, angka kematian bayi pada tahun 2016di wilayah
Puskesmas I Cilongoksebanyak 0.97 per 1000 kelahiran
9

hidup.Sedangkan jumlah AKB di wilayah Puskesmas I Cilongok pada


tahun 2015 sebesar 3.07 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2014 sebesar
1,5 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2013 sebesar 5,7 per 1000
kelahiran hidup, dan pada tahun 2012 adalah sebesar 1,3 per 1000
kelahiran hidup.
b. Angka Kematian Ibu (AKI)
Jumlah kematian ibu di wilayah Puskesmas I Cilongok pada
tahun 2016 adalah sebanyak 97 kasus, dengan angka kematian ibu 96.6
per 100.000 kelahiran hidup.Sedangkan untuk jumlah kematian ibu
hamil adalah sebanyak 0 (nol) jiwa, jumlah kematian ibu bersalin
sebanyak 0 (nol) jiwa, dan jumlah kematian ibu nifas sebanyak 1 (satu)
jiwa di Desa Cilongok. Angka Kematian Ibu (AKI) Puskesmas I
Cilongok tahun 2015 adalah 102 orang per 100.000 kelahiran hidup,
tahun 2014 adalah 96,89 orang per 100.000 kelahiran hidup, dan pada
tahun 2013 sebesar 190,8 per 100.000 kelahiran hidup.
c. Angka kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (AKABA) di wilayah kerja Puskesmas
I Cilongok pada tahun 2016 sebanyak1 per 1000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2015 sebanyak 0 kasus kematian balita per 1000 kelahiran hidup
berkurang dari tahun 2014yang ditemukan 16 kasus kematian atau
sekitar 15,6 per 100.000 kelahiran hidup.
d. Angka Kecelakaan
Angka kecelakaan di wiayah kerja Puskesmas I Ciongok pada
bulan Maret 2015 sebanyak 42 kejadian kecelakaan. Tidak ada pasien
yang meninggal dunia. Jumlah pasien yang mengalami luka berat
berjumlah 4 orang, sedangkan pasien yang mengalami luka ringan
berjumlah 38 orang.
2. Morbiditas
a. Penyakit Malaria
Pada tahun 2016, tidak ditemukan kasus malaria, baik kasus
malaria klinis maupun malaria positif, demikian juga pada tahun 2015.
Terdapat kasus malaria positif pada tahun 2014 yaitu 2 kasus.
b. TB paru
Jumlah kasus TB Paru di Puskesmas I Cilongok selama tahun
2015adalah sebanyak 33 kasus dengan BTA (+), tahun 2014 sebanyak
64 kasus dengan BTA (+), tahun 2013 sebanyak 63 kasus BTA (+),
sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 53 kasus BTA (+). Peningkatan
kasus TB Paru di wilayah Puskesmas I Cilongok dapat disebabkan
aktifnya pelacakan pada suspek TB yang ada di wilayah Puskesmas I
Cilongok. Pada tahun 2015 angka kejadian TB paru dengan BTA (+)
10

menurun, karena sudah tersedia sarana dan prasarana yang memadai


untuk mendeteksi dan menangani pasien TB Paru di Puskesmas I
Cilongok. Pada 2016 jumlah kasus TB Paru BTA (+) Kasus Baru
sebanyak 30 kasus dari total seluruh kasus TB 57 kasus. Angka
pengobatan lengkap pada kasus TB Paru sebesar 61,76 % pada tahun
2016.
c. HIV
Kasus HIV di Puskesmas I Cilongok selama tahun
2016terdapat 2 kasus. Kasus AIDS ditemukan 1 kasus.
d. Acute Flacid Paralysis(AFP)
AFP tidak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
selama tahun 2015 dan 2016.
e. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Jumlah kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas I Cilongok
adalah sebanyak 13 kasus pada tahun 2016. Jika dibandingkan dengan
tahun 2015 didapatkan 5 kasus, tahun 2014 ditemukan 10 kasus, tahun
2013 ditemukan 17 kasus, dan tahun 2012 ditemukan 4 kasus.
f. Diare
Di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok selama tahun 2016
sebanyak 705 kasus yang ditangani, dengan angka kesakitan 214 per
1000 penduduk. Pada tahun 2015 terdapat 751 kasus diare, sebanyak
709 kasus diare pada tahun 2014, sedangkan tahun 2013 terdapat 821
kasusdan 852 kasus pada tahun 2012.
3. Status Gizi

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi balita tahun 2016 di


wilayah Puskesmas I Cilongok didapatkan data jumlah seluruh balita
adalah sebanyak 5.005 jiwa, sedangkan jumlah balita yang ditimbang
adalah sebanyak 4.226 jiwa. Dari jumlah tersebut, ditemukan 8 balita
yang menderita gizi buruk dari seluruh balita yang ditimbang dan
semuanya mendapatkan perawatan.

D. Situasi Upaya Kesehatan


1. Pelayanan Kesehatan Dasar
Upaya pelayanan ini merupakan langkah awal yang penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Dengan pemberian
pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian
besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan
kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh Puskesmas I Cilongok
diantaranya:
a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Contoh pelayanan kesehatan ibu dan anak meliputi :
11

1) Pelayanan K4
Kehamilan adalah masa penting yang harus dipantau secara
rutin, agar dapat memantau tumbuh kembang janin serta gangguan
kesakitan pada ibu selama kehamilan. Deteksi dini terhadap
kelainan pada janin maupun kesakitan pada ibu dapat dilakukan
dengan pemeriksaan rutin yang dilakukan ibu hamil.
Jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
pada tahun 2016 yang mendapatkan pelayanan K4 adalah sebanyak
98.5%, tahun 2015 88,1%, dan 97,3% pada tahun 2014. Sedangkan
Target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten Banyumas
tahun 2015 adalah sebesar 90%, sehingga dapat dikatakan bahwa
Puskesmas I Cilongok pada tahun 2016 telah memenuhi Standar
Pelayanan Minimal. Dibandingkan pencapaian pada tahun
sebelumnya, terjadi peningkatan pelayanan K4 di wilayah binaan
Puskesmas I Cilongok.
2) Pertolongan oleh Nakes (tenaga kesehatan)

Penolong persalinan juga memiliki pengaruh terhadap


komplikasi dan kematian pada ibu maternal serta bayi baru lahir.
Pertolongan persalinan yang tidak dilakukan oleh nakes dapat
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi maupun kematian pada
ibu bersalin maupun bayi.

Di wilayah Puskesmas I Cilongok, pertolongan persalinan


oleh nakes selama tahun 2015 sebesar 83,79%, 97,1% (2014) dan
100% (2013). Sedangkan Target Standard Pelayanan Minimal
Kabupaten Banyumas tahun 2015 adalah sebesar 100%, sehingga
pencapaian di Puskesmas I Cilongok belum mencapai hasil sesuai
standard SPM.

3) Bumil Risti (risiko tinggi) ditangani

Terdapat 187 bumil yang berisiko tinggi (risti) di wilayah


kerja Puskesmas I Cilongok pada tahun 2015, dan seluruh bumil
risti dilakukan penanganan oleh puskesmas.

4) Bayi dan bayi BBLR (berat badan lahir rendah)

Dari 1.050 jumlah kelahiran hidup, terdapat 67 kasus bayi


berat lahir rendah (BBLR), atau 6.4% pada tahun 2016.
Sedangkan, pada tahun 2015 sebanyak 57 bayi dari 982 jumlah
kelahiran hidup (5.8%) dan 2014 sebanyak 51 bayi dari 1.027
jumlah kelahiran hidup (4.96%). Bila dilihat angka BBLR di
12

wilayah Puskesmas 1 Cilongok tiap tahunnya, dapat dikatakan


jumlahnya mengalami peningkatan.

b. Pelayanan Keluarga Berencana

Wanita usia subur (WUS) umumnya berusia antara 15-39


tahun. Pasangan usia produktif memiliki peranan penting dalam
peningkatan jumlah penduduk.Untuk mengatur jarak kehamilan pada
WUS dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Jumlah PUS (pasangan usia subur) yang terdapat di wilayah


kerja Puskesmas I Cilongok adalah sebanyak 14.550 pasangan pada
tahun 2016, dibandingkan pada tahun 2015 jumlah PUS adalah sebesar
12.670 dan 12.789 pada tahun 2014.Bila dilihat dari angka tersebut
maka dapat dikatakan terjadi peningkatan jumlah PUS pertahunnya.

Peserta KB (Keluarga Berencana) aktif di wilayah Puskesmas I


Cilongok adalah sebanyak 6.548 atau sekitar 48.9% pada tahun 2016.
Dibandingkan pada tahun 2015 sebesar 9.978 (76%) dan pada tahun
2014 9.720 (78,39%). Bila dilihatdari angka tersebut, maka dapat
dikatakan jumlah peserta KB aktif di wilayah Puskesmas I Cilongok
mengalami penurunan pertahunnya.

c. Pelayanan Imunisasi

Di Puskesmas I Cilongok memiliki kegiatan imunisasi rutin


meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT,
Polio. Campak, HB), imunisasi untuk wanita usia subur atau ibu hamil
(TT), dan imunisasi untuk anak sekolah SD (kelas 1: DT dan kelas 2-3:
TT). Daerah binaan Puskesmas I Cilongok selama tiga tahun terakhir
UCI yang dicapai sebesar 100%, maka wilayah kerja Puskesmas I
Cilongok UCI sudah tercapai 100% sesuai standard.

2. Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Rujukan, dan Penunjang

Pelayanan Kesehatan yang dilakukan di Puskesmas I Cilongok


meliputi pelayanan pada rawat jalan dan rawat inap.

a. Rawat jalan

Pelayanan kesehatan pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap


di Puskesmas I Cilongok selama tahun 2016 terdapat 46.371
kunjungan. Dibandingkan dengan tahun 2015 terdapat 42.747
kunjungan, dan tahun 2014 terdapat 43.590 kunjungan. Dari data
tersebut dapat menunjukkan tingkat kepercayaan dan kebutuhan
13

masyarakat terhadap pelayanan rawat jalan di Puskesmas I Cilongok


cukup tinggi.

b. Rawat Inap
Pada tahun 2016 pelayanan rawat inap kasus kunjungan baru di
Puskesmas I Cilongok adalah sebesar 2,8%, dibandingkan tahun 2015
sebesar 2,2% dan tahun 2014 sebesar 2.2% dari keseluruhan
kunjungan baru di Puskesmas I Cilongok. Dari data tersebut maka
kunjungan kasus baru mengalami peningkatan pertahunnya.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio

Berdasarkan data yang dari Puskesmas I Cilongok, tidak


ditemukan kasus AFP di wilayah Puskesmas I Cilongok pada tahun
2016.

b. Pencegahan dan pemberantasan TB Paru

Di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok, pada tahun 2016 kasus


TB Paru BTA (+) yang ditemukan adalah sebanyak 34 kasus dan angka
kesembuhan sejumlah 34 kasus, angka pengobatan lengkap sejumlah
21 kasus, serta angka keberhasilan pengobatan sebesar 161.7%.

c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA

Kasus pneumonia selama tahun 2016 di wilayah kerja


Puskesmas I Cilongok yang ditemukan dan ditangani sebanyak 98
kasus dari yang diperkirakan 429 kasus. Dibanding tahun 2015
sebanyak 65 kasus, maka terjadi peningkatan kasus pneumonia yang
ditemukan dan ditangani.

d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD

Kasus DBD pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas I Cilongok


ditemukan 13 kasus dan seluruhnya ditangani (100%).

e. Pengendalian penyakit malaria

Selama tahun 2016 tidak ditemukan kasus malaria di wilayah


kerja Puskesmas I Cilongok. Upaya kesehatan yang dilaksanakan
Puskesmas I Cilongok dalam rangka pengendalian penyakit
malaria,berupa upaya penegakan dini kasus malaria dengan
mendatangi warga yang memiliki gejala dan kecurigaan malaria.

f. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB


14

Pada tahun 2016 terdapat 1 KLB di wilayah Puskesmas I


Cilongok, tepatnya di Desa Karangtengah dan ditangani 100%.

b. Pengendalian vektor

Beberapa upaya dalam rangka pengendalian vektor diantaranya


dengan gerakan PSN, abatisasi, fogging, dan penyuluhan yang
dilakukan rutin. Pada tahun 2015, didapatkan rumah atau bangunan
bebas jentik sebanyak 96,00% dari 14.812 rumah atau bangunan yang
diperiksa. Sedangkan, pada tahun 2014 sebanyak 93,80% dari 11.150
rumah atau bangunan dan tahun 2013 sebanyak 96,00% dari 11.675
rumah atau bangunan. Pada tahun 2016 sudah dilakukan beberapa kali
program fogging.

4. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar


a. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Jumlah institusi diwilayah Puskesmas I Cilongok pada tahun
2014 sebanyak 459 sarana (80,5%), yang terdiri sarana kesehatan,
sarana pendidikan, sarana ibadah, dan perkantoran yang dibina. pada
tahun 2013 sebanyak 456 sarana (80%), dan pada tahun 2012 sebanyak
382 sarana (86,8%).
b. Pelayanan Hygiene Sanitasi Tempat-Tempat Umum (TTU)
TTU yang diperiksa pada tahun 2015 sebanyak 48 tempat dan
semuanya memenuhi persyaratan kesehatan (100%). Sedangkan pada
tahun 2014, TTU yang diperiksa sebanyak 423 tempat dan yang
memenuhi persyaratan kesehatan sebanyak 339 (80,14%).
c. Rumah Sehat
Berdasarkan data yang dihimpun pada tahun 2016 dari jumlah
18.299 rumah yang diperiksa, terdapat 14.877 rumah yang memenuhi
syarat Rumah Sehat atau sebesar 81,30%. Pada tahun 2015 dari
18.299, yang memenuhi syarat Rumah Sehat sebanyak 14.886, maka
terlihat sedikit peningkatan jumlah Rumah Sehat yang diperiksa.
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
a. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Jumlah seluruh balita di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
sebanyak 5.005 anak dengan jumlah balita yang ditimbang sebanyak
4.226 orang. Dari jumlah tersebut ditemukan 8 balita yang menderita
gizi buruk dari seluruh balita yang ditimbang dan semua mendapatkan
perawatan.
b. Pelayanan Gizi
1) Pemberian Kapsul Vitamin A
15

Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan


balita sebanyak 2 kali dalam setahun, dilakukan untuk mencegah
defisiensi vitamin A yang diperkirakan dapat terjadi.Di Puskesmas
I Cilongok, jumlah balita yang mendapat kapsul vitamin A pada
tahun 2016 adalah sebesar 100% dari 4.059 bayi dan balita yang
ada. Begitu pula pencapaian pada tahun 2015 dan 2014 100% bayi
dan balita yang ada mendapat vitamin A.

2) Pemberian Tablet besi


Guna mengatasi dan mencegah kasus anemia pada ibu
hamil, maka dilakukan pemberian tablet besi (Fe) selama
kehamilan. Selama tahun 2016 jumlah ibu hamil yang
mendapatkan tablet besi sebesar 96,2%. Selama tahun 2015,
jumlah ibu hamil yang mendapat tablet besi adalah 88,08%. Pada
tahun 2014 sebesar 98,04% dan tahun 2013 sebesar 98,09%, maka
terlihat adanya penurunan capaian pada tahun 2015 dan kembali
naik pada 2016.
6. Pelayanan Promosi Kesehatan
Standar Pelayanan Minimal Puskesmas I Cilongok mengenai
cakupan desa siaga aktif sebesar 100%. Realisasi sampai akhir tahun 2016
mencapai angka 100%.
16

III. IDENTIFIKASI PRIORITAS MASALAH

1. Kriteria A (Besarnya Masalah)


Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari selisih
antara target capaian program dengan realisasi program :
a. 25% atau lebih : 10
b. 10% - 24,9% :8
c. 1% - 9,9 % :6
d. 0,1% - 0,9% :4
e. 0,01% - 0,09% :2
f. < 0,01% :0
Tabel 3.1. Hasil Kriteria A Hanlon Puskesmas I Cilongok

No. Permasalahan Jumlah Prevalensi (%) Skor


1 TBC 54 0,08 2
2 Pneumonia Balita 98 2,28 6
3 Diare 705 1,06 6
4 HT 2224 4,74 6
5 Obesitas 29 0,05 2

2. Kriteria B (Kegawatan Masalah)

Tabel 3.2. Panduan Scoring Kriteria B Metode Hanlon

Urgency Severity Cost Score


Very Urgent Very severe Very costly 10
Urgent Severe Costly 8
Some Moderate Moderate cost 6
urgency
Little Minimal Minimal cost 4
17

urgency
No urgency None No cost 2

Tabel 3.3. Hasil Kriteria B Hanlon Puskesmas I Cilongok

No. Permasalahan Urgency Severity Cost Skor B


1 TBC 8 8 6 7,33
2 Pneumonia Balita 7 6 6 6,33
3 Diare 9 9 6 8
4 HT 6 5 6 5,67
5 Obesitas 9 8 8 8,33

3. Kriteria C (Ketersediaan Solusi)


Kriteria pemberian skor Kriteria C adalah sebagai berikut :
a. Sangat efektif : 10
b. Relatif efektif :8
c. Efektif :6
d. Efektif moderat :4
e. Relatif inefektif :2
f. Inefektif :0
Tabel 3.4. Hasil Kriteria C Hanlon Puskesmas I Cilongok

No. Permasalahan Skor C


1 TBC 5
2 Pneumonia Balita 6
3 Diare 9
4 HT 6
5 Obesitas 8

4. Kriteria D (PEARL Faktor)


Propriety : Kesesuaian (1/0)
Economic : Ekonomi murah (1/0)
Acceptability : Dapat diterima (1/0)
Resourcesavailability : Tersedianya sumber daya (1/0)
18

Legality : Legalitas terjamin (1/0)

Tabel 3.5. Kriteria D Metode Hanlon

No. Indikator P E A R L Skor D


1 TBC 1 1 1 1 1 1
2 Pneumonia 1 1 1 1 1 1
Balita
3 Diare 1 1 1 1 1 1
4 HT 1 1 1 1 1 1
5 Obesitas 1 1 1 1 1 1

Untuk mengetahui hasil akhir prioritas masalah setelah komponen A,


B, C, dan D diketahui, dilakukan perhitungan sebagai berikut :
a. Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C
b. Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D
Tabel 3.6. Hasil Penentuan Metode Hanlon

No Permasalahan A B C D NPD NPT Urutan


prioritas
1 TBC 2 7,33 5 1 46,65 46,65 5
2 Pneumonia 6 6,33 6 1 73,98 73,98 3
Balita
3 Diare 6 8 9 1 126 126 1
4 HT 6 5,67 6 1 70,02 70,02 4
5 Obesitas 2 8,33 8 1 82,64 82,64 2

Tabel 3.7. Prioritas Masalah di Puskesmas 1 Cilongok

Prioritas Ke Masalah
1 Diare
2 Obesitas
3 Pneumonia balita
4 HT
5 TBC
19

IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

A. Dasar Teori dan Pembahasan


1. Definisi Diare
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Diare
akut apabila diare berlangsung kurang dari 14 hari. Diare lebih dari 14 hari
disebut diare persisten, namun jika berlangsung terus menerus lebih dari
tiga bulan disebut sebagai diare kronis. Cara penularan diare pada
umumnya adalah secara oro-fecal melalui 1) makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi oleh enteropatogen, 2) kontak langsung tangan
dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita,
atau tidak langsung melalui lalat. Di dalam bahasa Inggris maka terdapat 4
F di dalam cara penularan diare ini yaitu food(makanan), feces (tinja),
finger (jari tangan), and fly (lalat) (Thomas et al., 2003; Juckett and
Trivedi, 2011).

2. Etiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, antara lain (Mansjoer,
2000):
a. Infeksi
Beberapa mikroorganisme penyebab infeksi yang memunculkan tanda
klinis berupa diare antara lain:
1) Virus, antara lain Rotavirus, Adenovirus, Virus Norwalk,
Astrovirus, Calicivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
2) Bakteri, antara lain Shigella spp., Salmonella spp., Escherecia
coli, Vibrio cholera, Vibrio parahaemoliticus, Aeromonas
hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium
difficile, Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus,
Yersinia enterocolitica.
3) Parasit, antara lain protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Balantidium coli), cacing perut (Ascariasis, Trichuris
truchiura, Strongiloides stercoralis) dan jamur seperti Candida
sp.
20

b. Malabsorpsi zat makanan seperti karbohidrat (intoleransi


laktosa), lemak terutama trigliserida rantai panjang, atau protein
seperti beta-laktoglobulin.
c. Intoksikasi (keracunan makanan) akibat makanan yang
mengandung zat kimia beracun atau makanan mengandung
mikroorganisme yang mengeluarkan toksin, antara lain Clostridium
perfringens dan Staphylococcus.
d. Alergi makanan terutama disebabkan oleh Cow’s milk
protein sensitive enteropathy (CMPSE), dan juga dapat disebabkan
oleh makanan lainnya.
e. Imunodefisiensi, sering terjadi pada penderita HIV/AIDS.
f. Psikologis : rasa takut dan cemas.

3. Patomekanisme Diare
Patofisiologi diare dapat dijelaskan sesuai dengan klasifikasinya masing-
masing, sebagai berikut.
a. Diare osmotik
Secara fisiologis, osmolalitas feses sama dengan osmolalitas
serum (290 mOsm/kg) yang dipengaruhi oleh kadar natrium, kalium,
klorida, dan bikarbonat. Terjadinya peningkatan osmotic gap lebih dari
125 mOsm/kg menandakan bahwa diare disebabkan malabsorpsi
bahan yang bersifat osmotik aktif. Etiologi dari diare osmotik antara
lain defisiensi laktase, penggunaan laksatif berlebih, malabsorpsi
karbohidrat, dan sindroma malabsorpsi. Malabsorpsi karbohidrat
disertai distensi abdomen, kembung, dan flatus karena akumulasi gas
intralumen. Diare ini akan membaik dengan puasa (Thomas et al.,
2003; Juckett and Trivedi, 2011).
b. Diare sekretorik
Diare dengan volume lebih dari satu liter perhari disebabkan
peningkatan sekresi usus atau penurunan absorpsi, dimana osmotic
gap dalam batas normal (kurang dari 50 mOsm/kg). Etiologi dari diare
sekretorik antara lain tumor endokrin yang menstimulasi motilitas
usus/sekresi pankreas, malabsorpsi garam empedu, dan
penyalahgunaan laksatif. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara
lain pemeriksaan parasit maupun serologis untuk identifikasi Giardia
lamblia, Entamoeba histolytica, Yersinia, glukosa darah puasa, tes
fungsi thyroid, dan ujicoba kolestiramin (Thomas et al., 2003; Juckett
and Trivedi, 2011).
c. Diare inflamatorik
Diare ini dijumpai pada pasien dengan radang usus
(inflammatory bowel disease) seperti infeksi virus/bakteri, kolitis
ulseratif, penyakit Crohn, dengan gejala penyerta seperti hematokezia,
21

demam, penurunan berat badan, dan nyeri abdomen (Thomas et al.,


2003; Juckett and Trivedi, 2011).

4. Faktor Risiko Diare


Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare
pada balita, yaitu (Depkes, 2007):
a. Faktor Anak
1) Status gizi
Menurut Brown K. H. (2003) Kekurangan gizi dapat
menyebabkan balita rentan terhadap infeksi. Hal ini terjadi oleh
karena dampak negatif dari kekurangan gizi adalah perubahan pada
perlindungan yang diberikan oleh kulit dan selaput lendir serta
kekurang gizi juga menginduksi perubahan fungsi kekebalan
tubuh.
Salah satu indikator status gizi adalah data antropometri
status gizi yang pada balita didapatkan dari Z – Score. Hubungan
antara gizi anak dan penyakit infeksi adalah hubungan dua arah,
yang berarti angka kejadian diare yang sering dapat mengganggu
status gizi dan status gizi yang buruk dapat meningkatkan risiko
kejadian diare (Alboneh, 2013)

2) Konsumsi makanan pada anak


Pada usia-usia perkembangan, anak mulai sering
mengkonsumsi makanan jajanan di luar rumah. Hal ini terjadi oleh
karena pada saat usia perkembangan, anak sudah mampu
menentukan pilihan apa saja yang mau dikonsumsi dan tidak
dikonsumsi. Periode ini merupakan periode yang cukup kritis oleh
karena anak belum mampu menentukan makanan yang bergizi
sehingga perlu perhatian khusus dari orang tua (Devi, 2012).
Selain berdasarkan keinginannya sendiri, masih banyak ibu
yang membeli makanan dari luar rumah untuk konsumsi anak-
anaknya. Hal ini sering kali berkaitan dengan ibu yang tidak
sempat memasak di rumah atau atas alasan lebih praktis (Moehji,
1986). Konsumsi makanan di luar rumah ini, apabila tidak diawasi
atau dibatasi, memiliki dampak yang kurang baik bagi kesehatan.
Salah satu dampak yang sering ditemui adalah oleh karena
kebersihan makanan yang dibeli dari luar rumah tidak terjamin
kualitasnya. Dengan kata lain, keamanan makanan yang dibeli dari
luar rumah secara mikrobiologi maupun biokimiawi masih
dipertanyakan (Fitri, 2012).

3) Riwayat suplementasi vitamin A


22

Anak dengan defisiensi vitamin A cenderung mengalami


diare karena defisiensi vitamin A memperpanjang siklus sel dari sel
crypt dan menggangu kemampuan migrasinya, menekan
differensiasi sel goblet usus dan produksi mukus, menyebabkan
terjadi kerusakan atau atrofi vili usus, sehingga integritas epitel
usus terganggu, dan menjadi rentan terhadap infeksi. Selain itu,
defisiensi vitamin A menyebabkan gangguan respon antibodi
tubuh. Karena itu, pada tahun 1996, IVACG (International Vitamin
A Consultative Group) mengeluarkan Policy Statement on Vitamin
A, Diarrhea and Measles, yang merekomendasikan suplementasi
vitamin A sebagai strategi penting memperkecil konsekuensi dari
defisiensi vitamin ini (Marpaung, 2010).

b. Faktor Ibu
1) Perilaku ibu dalam penanganan diare
Diare merupakan masalah yang masih dianggap berbahaya di
Indonesia oleh karena angka kejadiannya dinilai masih tinggi.
Diare lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama usia balita.
Oleh karena sering terjadi pada balita inilah peran ibu sangat
penting untuk penatalaksanaan diare agar tidak terjadi dampak
yang lebih membahayakan. Salah satu penanganan yang penting
dilakukan oleh ibu saat anak diare adalah bagaimana mencegah dan
mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan
rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun
parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka
kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare
(IDAI 2008).

2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada ibu


Penyakit diare diakibatkan oleh penyebaran kuman secara
fecal oral. Oleh karena itu, kondisi ini bisa dicegah dengan
perilaku hidup yang sehat. Selain menjaga kebersihan pada balita,
kebersihan pada ibu sebagai orang yang banyak berperan dalam
tumbuh kembang balita perlu diperhatikan. Penilaian ini bisa
dilihat dari berbagai indikator yang termasuk ke dalam penilaian
PHBS. Indikator ini diantaranya adalah pemberian ASI eksklusif,
penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, serta penggunaan jamban sehat (Sari, 2012).

c. Faktor Lingkungan (Kriteria Rumah Sehat)


Kondisi fisik dan sanitasi rumah memiliki peranan penting
terhadap kejadian diare. Beberapa diantaranya adalah jarak sarana
23

pembuangan air limbah, jenis jamban, pengelolaan sampah, dan jenis


lantai (Fatmawati, 2008). Beberapa perilaku penghuni rumah, terutama
terkait sanitasi juga mampu mempengaruhi angka kejadian diare.
Penilaian terhadap lingkungan sekitar rumah, sanitasi rumah, serta
perilaku penghuni bisa ditentukan dengan menggunakan kriteria rumah
sehat (Siburian, 2010).

d. Faktor Risiko Sosial Ekonomi


Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi
anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga sehingga mereka
cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang
memudahkan terjadinya diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah
biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare (Qauliyah,
2010).
24

B. Skema Kerangka Terori

ASI eksklusif

Vitamin A
Kekebalan

Status Gizi

Pencemaran
PHBS Pencemaran air Makanan &
bersih Minuman

Diare Balita

Ketersediaan
Air Bersih
Kemiskinan

Pemanfaatan
Air Bersih

Pengetahuan ibu
mengenai diare
kurang baik

Gambar 4.1 Kerangka Teori


25

C. Skema Kerangka Konseptual

Faktor Risiko Anak


a. Makanan yang dikonsumsi anak
b. Status gizi anak
c. Vitamin A anak
d. ASI ekslusif

Faktor Risiko Ibu


a. Perilaku ibu dalam penanganan
diare
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
ibu Kejadian diare pada balita di
Desa Karangtengah
Kecamatan Cilongok 2017.
Faktor Lingkungan
Rumah sehat

Faktor Risiko Sosial Ekonomi


Pendapatan perkapita

Gambar 4.2. Kerangka Konseptual

D. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara makanan yang dikonsumsi anak dengan
kejadian diare pada balita di Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok
tahun 2017.
2. Terdapat hubungan antara perilaku ibu dalam penanganan diare dengan
kejadian diare pada balita di Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok
tahun 2017.
3. Terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan
kejadian diare pada balita di Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok
tahun 2017.
4. Terdapat hubungan antara kondisi rumah dengan kejadian diare pada balita
di Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok tahun 2017.
5. Terdapat hubungan antara pendapatan per kapita dengan kejadian diare
pada balita di Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok tahun 2017.
26

V. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan studi observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor
resiko diare pada balita di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
a. Populasi target
Populasi target pada penelitian ini adalah semua balita di Kecamatan
Cilongok.
b. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua balita di Desa
Karangtengah, Cilongok yang datang ke Posyandu.
c. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total
sampling.
d. Kriteria inklusi dan ekslusi
1) Kriteria inkusi kasus:
a) Bersedia menjadi subyek penelitian dengan menandatangani
lembar persetujuan menjadi subyek penelitian setelah membaca
lembar informed consent.
b) Subjek penelitian merupakan ibu dari balita yang tinggal di Desa
Karangtengah Kecamatan Cilongok
2) Kriteria ekslusi
a) Balita yang memiliki penyakit kronis.

C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah status gizi anak, pendapatan per
kapita, kebiasaan konsumsi makanan pada anak, suplementasi vitamin A,
perilaku ibu dalam penanganan diare, perilaku ibu dalam hidup bersih
sehat, kondisi rumah, dan sanitasi lingkungan rumah. Variabel bebas
termasuk skala kategorik nominal.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian diare pada balita.
Variabel terikat termasuk skala kategorik nominal.

D. Definisi Operasional
27

Definisi operasional variabel dijelaskan pada Tabel 1.


Tabel 1. Definisi Operasional
SKAL
VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL
A
Variabel Terikat
Kejadian Diare Definisi : Nominal
(Wulandari, 2009) Kejadian buang air besar cair atau lembek
dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam
sehari selama tiga bulan terakhir pada balita
terpilih sebagai sampel.
Kategori :
Ya : diare
Tidak : tidak diare
Alat Ukur :
Kuesioner
28

Varibel Bebas
1. Faktor Anak
a. Kebiasaan Definisi : Nominal
konsumsi Frekuensi anak dalam membeli makanan di
makanan luar rumah dan atau frekuensi ibu dalam
pada anak membeli makanan di luar rumah untuk anak
(Fitri, 2012). yang menurut ibu tidak higienis
Kategori :
Sering : ≥ 2 kali sehari
Tidak sering : < 2 kali sehari
Alat Ukur :
Kuesioner
2. Faktor Ibu
a. Perilaku ibu Definisi : Nominal
dalam Hal-hal yang telah dilakukan responden untuk
penanganan penanganan diare berkenaan dengan
diare pengetahuan yang telah didapat.
(Purbasari, Kategori :
Baik : jawaban benar responden >= 80% (skor
2009)
>= 11)
Sedang : jawaban benar responden < 80%
(skor < 11)
Alat Ukur :
Kuesioner

b. Perilaku Definisi : Nominal


hidup bersih Semua perilaku kesehatan yang dilakukan
dan sehat ibu oleh ibu atas kesadaran sehingga anngota
(Sari, 2012) keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dengan indikator
penggunaan air bersih, konsumsi air minum,
perilaku mencuci makanan, mencuci bahan
masakan, cuci tangan, buang air besar, dan
membersihkan jamban.
Kategori :
PHBS Ibu baik : skor ≥ 16
PHBS Ibu buruk : skor < 16
Alat Ukur :
Kuesioner
3. Faktor Sosial Ekonomi
Pendapatan per Definisi : Nominal
kapita (Fatmasari, Pendapatan yang diperoleh suami dan istri
2008) dari mata pencaharian pokok maupun
29

sampingan yang digunakan untuk mencukupi


kebutuhan sehari-hari keluarga selama satu
bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga
dan dibandingkan dengan pendapatan per
kapita Kecamatan Cilongok Kabupaten
Banyumas Tahun 2008. Adapun pendapatan
per kapita Kecamatan Cilongok tahun 2008
adalah Rp296.597.,
Kategori :
Tinggi : diatas rata-rata pendapatan per kapita
Rendah : dibawah rata-rata pendapatan
perkapita
Alat Ukur :
Kuesioner
4. Faktor Lingkungan
Kondisi rumah Definisi : Nominal
(Siburian, 2010) Kondisi tempat tinggal responden meliputi
komponen rumah, sarana sanitasi, dan
perilaku penghuni yang dinilai secara
observasional. Skor yang didapatkan adalah
nilai total pada masing-masing kategori yang
dikalikan dengan bobot pada masing-masing
kategori dan dijumlahkan dengan kategori
lainnya.
Kategori :
Kriteria rumah sehat terpenuhi : >= 80%
Kriteria rumah sehat tidak terpenuhi : < 80%
Alat Ukur :
Kuesioner

E. Instrumen Pengambilan Data


Sumber data adalah data primer yang diperoleh dari wawancara
terstruktur dan observasi dengan menggunakan kuesioner. Wawancara
dilakukan pada rumah responden pada bulan April 2017.
30

F. Rencana Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik
responden.
2. Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas dan
variabel terikat menggunakan uji Chi Square. Bila tidak memenuhi
syarat, maka akan dilakukan uji Fisher.
3. Analisis multivariat digunakan untuk menentukan faktor risiko yang akan
dijadikan sebagai prioritas, apabila terdapat beberapa faktor risiko
(variabel bebas) yang berhubungan signifikan dengan kejadian diare pada
balita.

G. Tata Urutan Kerja


1. Tahap persiapan
a. Analisis situasi.
b. Identifikasi dan analisis penyebab masalah.
c. Pencarian responden yang sesuai dengan kriteria ekslusi dan inklusi.
2. Tahap pelaksanaan
a. Mencatat dan menentukan nama responden.
b. Pengambilan data primer.
c. Menyusun alternatif pemecahan masalah sesuai hasil pengolahan data
d. Melakukan pemecahan masalah
e. Penyusunan laporan CHA
f. Tahap pengolahan dan analisis data.
g. Tahap penyusunan laporan.

H. Waktu dan Tempat


Kegiatan dilaksanakan pada:
Tanggal : April 2017
Tempat : Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


31

A. Hasil
1. Analisis Univariat
Berikut ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan di
Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.
Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan Posyandu Balita Desa
Karangtengah dengan jumlah balita 54 orang. Penelitian ini dengan
menggunakan metode wawancara langsung pengisian kuesioner yang
dipandu langsung oleh peneliti. Analisis univariat yang digunakan adalah
distribusi frekuensi pada masing-masing variabel dan persentasenya.
Adapun distribusi variabel beserta persentase masing-masing kategori
telah tersaji pada tabel .
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi
Variabel Kategori Frekuensi Persentase Total
Jenis Kelamin Laki-laki 24 44,4%
100,0%
Perempuan 30 55,6%
Diare Ya 33 61,1%
100,0%
Tidak 21 38,9%
Status Gizi Tidak Baik 0 0%
100,0%
Baik 54 100,0%
Suplementasi Tidak Baik 0 0%
100,0%
Vitamin A Baik 54 100,0%
Konsumsi Makanan Tidak Sering 27 50,0%
100,0%
Tidak Higienis Sering 27 50,0%
Perilaku Ibu Pada Buruk 24 55,6%
100,0%
Penanganan Diare Baik 30 44,4%
PHBS Ibu Buruk 35 64,8%
100,0%
Baik 19 35,2%
Di Bawah
Pendapatan 48 88,9%
Rata-rata
100,0%
Di Atas Rata-
Perkapita 6 11,1%
rata
Tidak
Kondisi Rumah Sehat 47 87,0%
Terpenuhi 100,0%
Terpenuhi 7 13,0%
ASI Ekslusif Ya 0 0%
100,0%
Tidak 54 100,0%
Pada tabel dapat dilihat bahwa sebanyak 24 (44,4%) sampel adalah
balita laki-laki dan 30 (55,6%) sampel adalah balita perempuan. Semua
balita mendapatkan ASI eksklusif, asupan vitamin A rutin, dan status gizi
baik. Para balita di Karangtengah memiliki kebiasaan konsumsi makanan
yang tidak higienis sebanyak 50%. Sedangkan perilaku ibu pada
penanganan diare balita buruk, yaitu sebesar 55,6%. PHBS ibu juga
dikatakan buruk dengan persentase sebesar 64,8%. Pendapatan per kapita
32

masyarakat Karangtengah juga di bawah rata-rata yaitu mencapai sebesar


88,9%. Kondisi rumah di Karangtengah juga tidak sehat, sebesar 87%
dari responden tinggal di kondisi rumah yang tidak memenuhi kriteria
rumah sehat.
33

Diare Tidak Diare IK95%


Kategori
p OR
n % n % Min Maks
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 50,0 12 50,0 0,134 2,33 0,76 7,14

Perempuan 21 70,0 9 30,0

Status Gizi Baik 33 100 21 100 - - - -


Tidak Baik 0 0 0 0
Vitamin A Baik 33 100 21 100 - - - -
Tidak Baik 0 0 0 0
ASI Eksklusif Baik 33 100 21 100 - - - -
Tidak Baik 0 0 0 0
Makanan Tidak Tidak Sering 12 36,4 15 71,4 0,012* 4,37 1,34 14,28

Higienis Sering 21 63,6 6 28,6


Perilaku Ibu Baik 14 42,4 16 76,2 0,015* 4,34 1,28 14,69
Buruk 19 57,6 5 23,8
PHBS Ibu Baik 6 18,2 13 61,9 0,001* 7,31 2,09 25,48
Buruk 27 81,8 8 38,1
Pendapatan Di Bawah Rata-
29 87,9 19 90,5 1,000 1,31 0,22 7,87
Perkapita rata
Di Atas Rata-rata
4 12,1 2 9,5
(uji Fisher)
Rumah Sehat Terpenuhi 3 9,1 4 19,0 0,411 0,42 0,085 2,128
TdakTerpenuhi 30 90,9 17 81,0
(uji Fisher)
2. Analisis bivariat

Tabel 4.2. Hasil Analisis Bivariat Chi Square

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi


kejadian diare balita di Desa Karangtengah dengan p = 0,134 dan OR =
2,33. Sedangkan status gizi, pemberian vitamin A, dan ASI eksklusif ti dak
dapat diproses dengan analisis data karena semua balita di Karangtengah
sudah baik (100%).
Makanan tidak higienis berhubungan dengan kejadian diare balita
(p = 0,012 dan OR = 4,37). Selain itu, perilaku ibu (p = 0,015 dan OR =
4,34) dan PHBS ibu (p = 0,001 dan OR = 7,31) juga memiliki hubungan
34

dengan kejadian diare. Karena tidak memenuhi syarat uji chi square, maka
dilakukan uji Fisher untuk pendapatan per kapita dan rumah sehat.
Didapatkan hasil pendapatan per kapita (p = 1,000 dan OR = 1,31) dan
rumah sehat (p = 0,411 dan OR = 0,42) sehingga kedua variabel tersebut
tidak berhubungan dengan kejadian diare.

3. Analisis Multivariat
Dilakukan analisis lebih lanjut untuk mencari faktor-faktor apa
yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita. Analisis dilakukan
dengan uji regresi logistik. Berdasarkan data analisis bivariat, variabel
yang dapat dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik adalah data yang
memiliki nilai p <0,25.

Tabel 4.3. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik


Variabel Koefisien p OR (IK95%)
Langkah 1 Laki-laki -0,839 0,269 0,432 (0,098-1,912)
Makan Tidak
1,597 0,034 4,937 (1,13-21,65)
Higienis
Perilaku Ibu 2,144 0,016 8,54 (1,49-48,76)
PHBS Ibu 2,497 0,004 12,14 (2,20-66,89)
Konstanta -2,315 0,023 0,099
Langkah 2 Makan Tidak
1,606 0,031 4,98 (1,16-21,47)
Higienis
Perilaku Ibu 2,382 0,008 10,83 (1,88-62,31)
PHBS Ibu 2,579 0,003 13,18 (2,36-73,53)
Konstanta -2,853 0,003 0,058

Berdasarkan Tabel, terlihat bahwa variabel yang berpengaruh


terhadap diare balita di Desa Karangtengah adalah PHBS ibu (OR=13,18),
perilaku ibu dalam menangani diare (OR=10,83), dan kebiasaan anak
makan makanan yang tidak higienis (OR=4,98). Berdasarkan analisis area
under curve (AUC) didapatkan probabilitas yang diprediksikan melalui
analisi regresi logistik yang cukup kuat berdasarkan statistik dan klinis
(nilai AUC 86,4%).
VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan penjelasan di atas, faktor resiko yang berpengaruh terhadap
kejadian diare di masyarakat Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas adalah PHBS ibu, perilaku ibu dalam penanganan diare
yang kurang baik, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak
higienis. Berdasarkan hasil analisis multivariat, faktor risiko yang paling
berpengaruh adalah perilaku PHBS ibu. Pemecahan masalah yang terkait
35

perilaku PHBS ibu maka dapat dibuat beberapa alternatif. Metode yang
digunakan adalah metode Rinke. Metode ini menggunakan dua kriteria yaitu
efektifitas dan efisiensi jalan keluar.
Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi,
pentingnya jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan
biaya yang diperlukan untuk melakukan jalan keluar.
1) Kriteria efektifitas jalan keluar
a. M (besarnya masalah yang dapat diatasi) :
1. Masalah yang dapat diatasi sangat kecil
2. Masalah yang dapat diatasi kecil
3. Masalah yang dapat diatasi cukup besar
4. Masalah yang diatasi besar
5. Masalah yang diatasi dapat sangat besar
b. I (pentingnya jalan keluar yang dikaitkan dengan kelanggengan
selesainya masalah):
1. Sangat tidak langgeng
2. Tidak langgeng
3. Cukup langgeng
4. Langgeng
5. Sangat langgeng
36

c. V (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan


penyelesaian masalah):
1. Penyelesaian masalah sangat lambat
2. Penyelesaian masalah lambat
3. Penyelesaian cukup cepat
4. Penyelesaian masalah cepat
5. Penyelesaian masalah sangat cepat
2) Kriteria efisiensi jalan keluar (yang dikaitkan dengan biaya yang
dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah)
1. Biaya sangat murah
2. Biaya murah
3. Biaya cukup mahal
4. Biaya mahal
5. Biaya sangat mahal
Beberapa alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan diantaranya
adalah penyuluhan mengenai PHBS ibu atau penyebaran media cetak seperti
pamflet dan poster mengenai PHBS ibu. Hanya saja pemberian leaflet dan
poster dirasa kurang efektif oleh karena tidak adanya penjelasan khusus
mengenai apa yang tercantum di dalam leaflet. Hal ini dapat menyebabkan
masyarakat tidak memahami penuh apa yang dicantumkan di dalam leaflet
atau poster.
Selain itu, juga dapat dilakukan home visit untuk melakukan edukasi
mengenai PHBS ibu disesuaikan dengan kondisi lingkungan ibu. Namun
metode ini dirasa kurang efektif karena banyaknya jumlah ibu dengan balita
di Desa Karangtengah dan luasnya wilayahnya desa.
Sementara itu, penyuluhan mampu memberikan pemahaman yang lebih
baik jika dibandingkan dengan hanya sekedar membagikan poster. Hal inilah
yang membuat alternatif pemecahan masalah berupa penyuluhan dinilai lebih
efisien dibandingkan dengan hanya membagikan leaflet. Sasaran penyuluhan
yang dipilih merupakan ibu-ibu di Desa Karangtengah langsung serta kader
kesehatan di Desa Karangtengah. Sasaran kader kesehatan dinilai baik oleh
karena selain mampu memberikan keberlangsungan yang lebih lama dan
lebih mudah diterima masyarakat, kader kesehatan juga lebih mudah
dijangkau dan dinilai lebih efektif serta efisien. Sedangkan penyuluhan secara
langsung kepada ibu-ibu yang memiliki anak balita juga efektif karena
mereka dapat secara langsung mengetahui tentang cara penanganan diare
yang tepat.
Dengan pemberian penyuluhan terhadap kader dan ibu-ibu dengan anak
balita ini diharapkan mereka mampu mempraktekkan PHBS yang baik dan
benar serta membagikan apa yang telah didapatkan dalam penyuluhan secara
lebih luwes kepada ibu-ibu lainnya di Desa Karangtengah yang berhalangan
hadir saat Posyandu. Selain itu, khususnya bagi kader, mereka juga dapat ikut
mengawasi dan menilai perilaku ibu dalam PHBS.
37

Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Rinke untuk


masalah PHBS ibu di Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok adalah
sebagai berikut :
Tabel 7.1. Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode Rinke
Efektivitas Urutan
Daftar Alternatif Jalan M I V Efisiensi Prioritas
No MxIxV/C
Keluar (C) Pemecahan
Masalah
1 Home visit kepada ibu dengan 4 4 2 4 8 2
anak balita untuk penyuluhan
mengenai PHBS disesuaikan
dengan kondisi rumah
2 Penyuluhan kepada ibu dan 4 4 4 2 32 1
kader mengenai PHBS ibu
3 Penyebaran leaflet dan poster 4 2 3 4 6 3
mengenai PHBS ibu

Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah menggunakan


metode Rinke, maka didapat satu prioritas pemecahan masalah, yaitu
melakukan penyuluhan kepada ibu dan kader mengenai PHBS ibu.
38

VIII. RENCANA KEGIATAN

A. Latar Belakang
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3x sehari dengan perubahan konsistensi menjadi lunak atau cari ,
dapat disertai dengan dengan lendir atau darah. Diare merupakan salah satu
penyakit yang paling sering terjadi pada balita di Indonesia dengan insidensi
6,7%. Menurut WHO, diare juga merupakan penyebab kematian balita yang
paling tinggi di dunia (Riskesdas, 2013; WHO, 2009).
Insidensi diare di provinsi Jawa Tengah adalah . Pada tahun 2016, di
Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, terjadi KLB diare dengan kematian
balita 1 jiwa. (Kemenkes RI, 2014, Puskesmas Cilongok, 2016).
Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kejadian
diare merupakan masalah yang belum bisa ditangani dengan baik sehingga
diperlukan adanya intervensi terhadap angka kejadian diare di Desa
Karangtengah Kecamatan Cilongok secara efektif dan efisien dengan cara
meningkatkan PHBS ibu.
Pengetahuan ibu mengenai PHBS dapat ditingkatkan melalui edukasi.
Ibu merupakan sosok yang selalu berinteraksi dengan anak sehingga jika
PHBS ibu buruk, maka anaknya bisa terserang/tertular diare. Dengan
melakukan edukasi pada ibu, maka diare anak dapat dihindari. Selain itu,
kader Posyandu juga dinilai mampu untuk mengajarkan tentang PHBS ibu
dalam rangka mencegah diare pada balita kepada warga lainnya yang sedang
berhalangan hadir di Posyandu.
B. Tujuan
1. Umum
Menekan angka kejadian atau kekambuhan diare pada balita di Desa
Karangtengah Kecamatan Cilongok.
2. Khusus
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu dengan balita serta kader
dalam PHBS ibu untuk mencegah terjadinya diare pada anak melalui
penyuluhan di Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok.
C. Bentuk Kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan disajikan dalam bentuk penyuluhan
tentang PHBS ibu dengan tujuan menekan angka kejadian diare pada balita.
D. Sasaran
Sepuluh orang kader Posyandu serta ibu-ibu RW 1 dan RW 2 Desa
Karangtengah, Kecamatan Cilongok.

E. Pelaksanaan
1. Personil
39

a) Pembimbing : Wiji., Amd.Keb


b) Pelaksana : Ong Reaya Sany
Muharramadina Fla Ravinda
2. Waktu dan Tempat Penyuluhan:
a) Hari : Selasa
b) Tanggal : 11 April 2017
c) Tempat : Balai Desa Karangtengah, Cilongok, Banyumas
d) Waktu : 09.00 WIB – 10.35 WIB
F. Rencana Anggaran
Sarana : Rp50.000,00 = Rp50.000,00
Total : Rp50.000,00
G. Rencana Evaluasi Program
1. Input
a. Sasaran : 80% dari keseluruhan kader Posyandu dan ibu
warga RW 1 dan RW 2 di Desa Karangtengah Kecamatan
Cilongok.
b. Sumber Daya : ruangan, alat tulis, pemateri, materi yang diberikan.
2. Proses
a. Keberlangsungan acara
Evaluasi keberlangsungan acara meliputi kehadiran para
pengisi acara yaitu pemberi sambutan dan pemateri, pelaksanaan
kegiatan, serta antusiasme peserta yang dinilai dari partisipasi aktif
peserta untuk bertanya. Materi disampaikan dalam bentuk
penyuluhan lisan yang meliputi materi pengenalan terhadap diare
(definisi diare, etiologi, faktor risiko dan sumber penularan,
penanganan diare di rumah secara singkat) untuk memberikan
landasan ilmu kepada para ibu dan dilanjutkan ke materi yang
menekankan mengenai PHBS ibu (meliputi kriteria rumah sehat,
jamban sehat, saat-saat mencuci tangan, dan demonstrasi cara cuci
tangan yang benar).
b. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Evaluasi jadwal pelaksanaan kegiatan dinilai dari ketepatan
tanggal, waktu, serta alokasi waktu pada saat berlangsungnya
acara. Kegiatan direncanakan berlangsung pada hari Selasa, 11
April 2017 pukul 09.00 WIB di Balai Desa Karangtengah
Kecamatan Cilongok, Banyumas. Adapun alokasi waktu serta
rincian kegiatan yang akan dilakukan dicantumkan dalam Tabel
berikut :

Tabel 8.1. Jadwal Kegiatan


Jam Alokasi Kegiatan
08.50 – 09.05 5 menit Persiapan
09.05 – 09.10 5 menit Pembukaan
40

09.10 – 09.15 5 menit Sambutan perwakilan Kades


09.15 – 09.35 20 menit Penyampaian materi diare
09.35 – 10.05 30 menit Penyampaian materi PHBS
10.05 – 10.20 15 menit Sesi diskusi
10.20 – 10.30 10 menit Review pemahaman materi
10.30 – 10.35 5 menit Penutupan

3. Output
Ibu dan kader mampu mempraktekkan kembali cara cuci tangan yang
benar dan 5 waktu cuci tangan serta tentang kebersihan jamban. Selain
itu, ibu dan kader mampu mengulang kembali cara penanganan
sederhana pada anak yang diare.
41

IX. Pelaksanaan dan Evaluasi Program

A. Pelaksanaan
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan kader kesehatan dapat
membantu mengatasi masalah-masalah PHBS yang berhubungan dengan
diare di Desa Karangtengah. Selain itu, ibu dengan balita juga dapat
mencegah terjadinya diare pada anak dengan cara meningkatkan PHBS.
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilaksanakan melalui 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Perizinan
Perizinan diajukan dalam bentuk lisan oleh dokter muda kepada
Kepala Puskesmas I Cilongok, Preseptor Lapangan, Bidan Desa, dan
Ibu Kepala Desa Karangtengah.
b. Materi
Materi yang disiapkan adalah materi penyuluhan tentang penanganan
diare yang bisa dilakukan ibu di rumah dan materi PHBS ibu.
b. Sarana
Sarana yang digunakan yaitu ruangan balai desa.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Judul Kegiatan
“Penyuluhan PHBS Untuk Mencegah Diare Pada Anak”
b. Waktu
Selasa, 11 April 2017
c. Tempat
Balai Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok
d. Penanggung Jawab
1) dr. Dwi Arini E, MPH., selaku pembimbing fakultas
2) dr. Novita Sabjan selaku Kepala Puskesmas I Cilongok, sekaligus
sebagai pembimbing lapangan
3) Wiji., Amd.Keb selaku bidan desa.
4) Pelaksana Ong Reaya Sany dan Muharramadina Fla Ravinda
5) Peserta kader posyandu dan ibu dengan balita RW 1 dan RW 2
Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok
6) Penyampaian Materi
Penyuluhan materi diare dan PHBS diberikan pada kader
posyandu dan ibu dengan balita RW 1 dan RW 2 Desa
Karangtengah Kecamatan Cilongok, yang mencakup materi
pengenalan terhadap diare (definisi diare, etiologi, faktor risiko
dan sumber penularan, penanganan diare di rumah secara singkat)
dan materi mengenai PHBS ibu (meliputi kriteria rumah sehat,
jamban sehat, saat-saat mencuci tangan, dan demonstrasi cara
cuci tangan yang benar).
B. Evaluasi
42

1. Input
a. Sasaran
Sebanyak 9 kader posyandu hadir dalam kegiatan penyuluhan. Ibu
dengan balita hadir sebanyak 48 orang. Maka target penyuluhan
terpenuhi, yaitu minimal 8 orang kader dan 47 orang ibu (80%) dari
keseluruhan kader posyandu dan ibu dengan balita di Desa
Karangtengah Kecamatan Cilongok yang menghadiri penyuluhan.
Sasaran yang mengikuti kegiatan penyuluhan terlihat antusias dalam
mengikuti kegiatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan
yang diajukan oleh sasaran serta interaksi aktif dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh pemateri.
b. Sumber Daya
Ruangan telah disediakan dan disiapkan oleh pemerintah Desa
Karangtengah. Pemateri pertama yaitu Ong Reaya Sany
menyampaikan materi yang berisi materi pengenalan terhadap diare
(definisi diare, etiologi, faktor risiko dan sumber penularan,
penanganan diare di rumah secara singkat). Pemateri kedua adalah
Muharramadina Fla Ravinda yang menyampaikan tentang materi
mengenai PHBS ibu (meliputi kriteria rumah sehat, jamban sehat,
saat-saat mencuci tangan, dan demonstrasi cara cuci tangan yang
benar). Anggaran yang dihabiskan adalah sejumlah Rp. 50.000,00
yang digunakan untuk sarana
.
2. Proses
a. Keberlangsungan acara
Acara diselenggarakan di Aula Balai Desa Karangtengah dan
berlangsung kondusif. Semua pengisi acara, baik pemberi
sambutan serta pemateri datang menghadiri dan mengisi acara.
Semua rangkaian kegiatan terlaksana dengan baik dan antusiasme
peserta baik dibuktikan dengan jumlah pertanyaan yang diajukan
peserta ada sebanyak empat pertanyaan mengenai PHBS . Materi
disampaikan dengan metode penyuluhan lisan mencakup dan
materi mengenai PHBS ibu (meliputi kriteria rumah sehat, jamban
sehat, saat-saat mencuci tangan, dan demonstrasi cara cuci tangan
yang benar).
b. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Kegiatan berhasil dilaksanakan pada hari Selasa, 11 April 2018.
Acara dimulai pukul 09.30, mundur tiga puluh menit dari rencana
awal karena masih menunggu Bidan Desa yang sedang bertugas di
Polindes. Acara berlangsung selama 100 menit atau lebih 10 menit
dibandingkan dengan alokasi waktu yang telah direncanakan dan
43

berakhir pada pukul 11.10. Semua rangkaian acara terlaksana


dengan baik.
3. Output
Ibu dan kader mampu mempraktekkan kembali cara cuci tangan yang
benar dan menyebutkan 5 waktu cuci tangan serta tentang kebersihan
jamban. Selain itu, ibu dan kader mampu mengulang kembali cara
penanganan sederhana pada anak yang diare (mengulang secara
bersama dan ditunjuk secara acak) dengan baik.
44

X. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Hasil analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di Desa
Karangtengah wilayah kerja Puskesmas I Cilongok Kabupaten
Banyumas menunjukkan bahwa diare menjadi prioritas masalah yang
diambil.
2. Faktor risiko yang paling berhubungan signifikan secara statistik dengan
kejadian diare di Desa Karangtengah , Kecamatan Cilongok adalah
PHBS ibu yang kurang baik. Selain itu, perilaku ibu pada penanganan
diare yang tidak baik dan tingginya frekuensi konsumsi makanan yang
tidak higienis juga memiliki pengaruh terhadap kejadian diare. Adapun
permasalahan yang diangkat untuk dilakukan intervensi adalah perilaku
ibu pada penanganan diare yang tidak baik.
3. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih adalah melakukan
penyuluhan mengenai PHBS ibu untuk mencegah terjadinya diare kepada
kader posyandu dan ibu dengan balita RW 1 dan RW 2 di Desa
Karangtengah, Kecamatan Cilongok.
4. Penyuluhan berjalan baik pada hari Selasa, 11 April 2017 pukul 09.30-
11.10 dan memenuhi target yaitu minimal 80% kader posyandu dan ibu
dengan balita RW 1 dan RW 2 di Desa Karangtengah, Kecamatan
Cilongok hadir.

B. Saran
1. Perlu dilakukan survey lanjutan dengan penyebaran ulang kuisioner
mengenai PHBS ibu dalam kurun waktu 6 bulan ke depan untuk melihat
apakah tingkat pengetahuan mengenai penanganan diare balita dan PHBS
ibu sudah menunjukkan peningkatan di desa Karangtengah , Cilongok.
2. Perlu dilakukan evaluasi mengenai prevaleni diare di desa Karangtengah,
Cilongok 6 bulan ke depan.
45

DAFTAR PUSTAKA

Alboneh, F. A. 2013. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada Balita
Usia 2 – 5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Solo. (Tidak dipublikasikan)
Atussoleha, M. I. 2012. Hubungan Antara Status Gizi, ASI Eksklusif, dan Faktor
Lain Terhadap Frekuensi Diare pada Anak Usia 10 – 23 Bulan di
Puskesmas Tugu, Depok Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.
Depok. (Tidak Dipublikasikan)
Ayuningtyas, N. V. 2012. Hubungan Frekuensi Jajan Anak dengan Kejadian Diare
Akut pada Anak Sekolah Dasar di SDN Sukatani 4 dan SDN Sukatani 7,
Kelurahan Sukatani, Depok Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.
Depok. (Tidak Dipublikasikan).
Devi, N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2009. Panduan Manajemen Suplementasi
Vitamin A. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fatmasari, H. 2008. Hubungan Beberapa Faktor Resiko dengan Kejadian Diare
pada Anak Balita di Ruang Rawat Inap Puskesmas Kecamatan Jatibarang
Kabupaten Brebes Tahun 2008. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Semarang. Semarang. (Tidak Dipublikasikan).
Fatmawati, A. 2008. Hubungan antara Sanitasi Rumah dengan Kejadian Diare di
Desa Singosari Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2008.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Solo. (Tidak
Dipublikasikan)
Fitri, C. N. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Rawamangun 01
Pagi Jakarta Timur Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.
(Tidak Dipublikasikan)
Jannah, R. Gambaran Penderita Diare Serta Karakteristik yang Berobat pada
Bulan Juli di Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireun Tahun 2005.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Aceh. Aceh. (Tidak Dipublikasikan)

Jawetz, et al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.


46

Juckett G and Trivedi R. 2011. Evaluation of Chronic Diarrhea. American


Academy of Family Physicians; 84(10):1119-1126

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Pengandalian Diare di


Indonesia. Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan.
Marpaung, M. 2010. Uji Klinis Manfaat Vitamin A dalam Pengobatan Diare Akut
pada Anak. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. (Tidak
Dipublikasikan)
Palupi, A., Hadi, H., Soenarto, S. S. 2009. Status Gizi dan Hubungannya dengan
Kejadian Diare pada Anak Diare Akut di Ruang Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 6 (1) : 1 – 7.
Purbasari, E. 2009. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu dalam
Penanganan Awal Diare pada Balita di Puskesmas Kecamatan Ciputat,
Tangerang Selatan, Banten pada Bulan September Tahun 2009. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. (Tidak
Dipublikasikan)
Qauliyah, A. 2010. Artikel Kedokteran : Patofisiologi, Gejala Klinik, dan
Penatalaksanaan Diare. Dapat diunduh di :
http://astaqauliyah.com/2010/06/artikel-kedokteran-patofisiologi-gejala-
klinik-dan-penatalaksanaan-diare/ (Diakses pada Tanggal 9 September
2015)
Sari, S. A. P. 2012. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu
dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 1 – 12 Bulan di Kelurahan
Antirogo Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas Jember. Jember. (Tidak
Dipublikasikan)
Siburian, S. H. 2010. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kepala Keluarga Tentang
Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Wilayah Perimeter Pelabuhan Teluk
Nimbung Tanjungbalai Tahun 2010. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan. (Tidak Dipublikasikan)
Thomas PD, Forbes A, Green J, Howdle P, Long R, et al. 2003. Guidelines for the
investigation of chronic diarrhoea, 2nd edition. Gut; 52(Suppl V):v1–v15

World Health Organization (WHO). 2009. Diarrhoea: Why Children Are Still
Dying And What Can Be Done .World Health Organization (WHO).
Available from
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44174/1/9789241598415_eng.pd
f (diakses pada tanggal 9 September 2015)
47

World Health Organization. 2005. The Treatment of Diarrhea : A Manual for


Physicians and Other Senior Health Workers 4th Review. Geneva : Who
Library Cataloguing.

World Health Organization. 2007. The Treatment of Diarrhea : A Manual for


Physicians and Other Senior Health Workers 4th Review. Geneva : Who
Library Cataloguing.
Wulandari, A. P. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor
Sosiodemorafi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Blimbing
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Solo. (Tidak Dipublikasikan)
Yusuf, S. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri 13 (4) : 265
– 270
48

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO
Kampus RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo
Jl. dr. Gumbreg No.1 Purwokerto

Informed Consent
Kami mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto, saat ini sedang malakukan penelitian dengan judul “Faktor Risiko
yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita di Desa Karangtengah,
Kecamatan Cilongok”. Penelitian ini diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan
Community Health Analysis pada Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas dan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal
Soedirman.Kesediaan anda sangat berarti dalam penyusunan penelitian ini. Atas
kesediaan anda dan anak anda menjadi responden, kami ucapkan terimakasih.
Cilongok, April 2017
Tim Peneliti
Lembar Persetujuan Partisipasi dalam Penelitian

Setelah membaca surat pemberitahuan dan mendengar penjelasan


sebelumnya, maka saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Usia :
Alamat :
Secara sukarela bersedia berpartisipasi dalam penelitian “Faktor Risiko
yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita di Desa Karangtengah,
Kecamatan Cilongok”.

Cilongok, April 2017

Responden
49

KUESIONER ANALISIS FAKTOR RISIKO DIARE PADA BALITA


DESA PESANTREN PUSKESMAS II TAMBAK
KABUPATEN BANYUMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

IDENTITAS
Nama anak balita
1.A. Laki-laki
Jenis Kelamin
2.B. Perempuan
VARIABEL BEBAS
Kejadian Diare
Apakah anak Ibu pernah mengalami
buang air besar cair atau lembek
1.A. Ya
dengan frekuensi lebih dari tiga kali
2.B. Tidak
dalam sehari selama tiga bulan
terakhir?
3.VARIABEL TERIKAT
4.1. FAKTOR ANAK
a. Status Gizi Anak

Berat badan saat ini (gram)

Tanggal lahir / /

Umur tahun bulan

Panjang badan saat ini (cm)

Weight to Height Z-Score SD


a. Status Gizi Baik
Kategori
b. Status Gizi Tidak Baik
b. Riwayat Suplementasi Vitamin A
Usia 0 – 11 bulan
a. Satu kali (Februari atau Agustus)
Sudah berapa kali anak
b. Belum pernah
mendapatkan vitamin A pada tahun
Usia 12 – 59 bulan
ini?
a. Dua kali (Februari dan Agustus)
b. Kurang dari dua kali
a. Suplementasi vitamin A baik
Kategori
b. Suplementasi vitamin A tidak baik
c. Kebiasaan Konsumsi Makanan pada Anak
50

Berapa kali anak dan atau ibu


membeli makanan untuk konsumsi
a. ≥ 2 kali sehari
anak di luar rumah yang tidak
b. < 2 kali sehari
higienis menurut persepsi ibu?
(pewarna, perasa buatan, lalat, dsb)
a. Sering
Kategori
b. Tidak Sering
2. FAKTOR IBU
a.Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare

a. Memuasakan a. 0
b. Memberi makan seperti b. 1
Apa yang ibu lakukan saat anak biasa
diare? c. Mengganti makanan c. 2
dengan yang lebih
lunak
Apakah ibu langsung membawa anak a. Ya a. 0
berobat pada saat awal diare? b. Tidak b. 1
Apakah ibu memberikan obat a. Ya a. 0
antidiare pada awal anak ibu diare? b. Tidak b. 1
Apakah ibu memberikan minum a. Ya a. 1
lebih banyak? b. Tidak b. 0
Apakah ibu memberikan oralit saat a. Ya a. 1
anak ibu diare? b. Tidak b. 0
a. 1
a. Memberi minum lebih
banyak
b. 1
b. Tetap memberikan ASI
Apa yang ibu lakukan jika anak ibu c. 1
c. Memberikan cairan
mengalami dehidrasi/kekurangan
oralit (cairan rehidrasi
cairan?
oral)
d. 1
d. Memberi makanan yang
mengandung banyak air
Apakah ibu memberikan suplemen a. Ya a. 1
zinc pada saat anak ibu diare? b. Tidak b. 0
Apakah ibu memberikan obat-obatan a. Ya a. 0
tradisional saat anak ibu diare? b. Tidak b. 1
a. Baik
Kategori
b. Buruk
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Ibu
Ibu menggunakan air sungai untuk mencuci peralatan makan a. Ya a. 0
dan minum b. Tidak b. 1
Ibu menggunakan air sungai untuk mencuci peralatan makan a. Ya c. 0
dan minum b. Tidak d. 1
Ibu menggunakan air pompa, sumur gali, air ledeng, atau air a. Ya a. 1
kemasan untuk mencuci bahan makanan b. Tidak b. 0
51

Ibu menggunakan air pompa, sumur gali, air ledeng, atau air a. Ya a. 1
kemasan untuk mencuci tangan b. Tidak b. 0
Sumber air yang digunakan berjarak lebih dari 10 meter dari a. Ya a. 1
tempat penampungan kotoran, limbah, atau septic tank b. Tidak b. 0
a. Ya a. 0
Ibu menyimpan air di tempat penampungan air yang terbuka
b. Tidak b. 1
Ibu memberikan minum dari air yang dimasak sampai a. Ya a. 1
mendidih b. Tidak b. 0
a. Ya a. 0
Ibu menggunakan air sungai untuk mandi
b. Tidak b. 1
a. Ya a. 0
Ibu mencuci pakaian bayi di sungai
b. Tidak b. 1
a. Ya a. 0
Ibu mencuci peralatan masak di sungai
b. Tidak b. 1
Ibu langsung memegang makanan tanpa mencuci tangan
a. Ya a. 0
dengan menggunakan air bersih (tidak berwarna, tidak berasa,
b. Tidak b. 1
tidak berbau) dan sabun
Ibu mencuci tangan dengan air bersih (tidak berwarna, tidak
a. Ya a. 1
berasa, tidak berbau) dan sabun setelah buang air besar dan
b. Tidak b. 0
menceboki bayi
Ibu mencuci tangan saja tanpa menggunakan sabun sebelum a. Ya a. 0
melakukan sesuatu b. Tidak b. 1
a. Ya a. 0
Ibu melakukan buang air besar di sungai
b. Tidak b. 1
Ibu melakukan buang air besar di di jamban yang terletak a. Ya a. 1
dalam rumah b. Tidak b. 0
a. Ya a. 1
Ibu membuang tinja/kotoran bayi di jamban dalam rumah
b. Tidak b. 0
a. Ya a. 0
Ibu membersihkan jamban ketika terlihat kotor saja
b. Tidak b. 1
a. Ya a. 0
Ibu membuang tinja/kotoran bayi di pekarangan dekat rumah
b. Tidak b. 1
a. Ya a. 1
Jamban yang digunakan bersih dan tidak berbau
b. Tidak b. 0
a. Ya a. 1
Tersedia air, sabun, dan alat untuk membersihkan jamban
b. Tidak b. 0
a. PHBS ibu baik
Kategori
b. PHBS ibu buruk
3. FAKTOR SOSIAL EKONOMI
Jumlah pendapatan suami per
A. Rp
bulan
Jumlah pendapatan istri per
B. Rp
bulan
Total pendapatan keluarga C. Rp
Jumlah anggota keluarga yang
D. ....... orang
menjadi tanggungan keluarga
52

Pendapatan perkapita E. Rp
F. a. Di atas pendapatan rata-rata per kapita
Kategori
G. b. Di bawah pendapatan rata-rata per kapita
Apakah anak mendapatkan ASI Ekslusif?

Lampiran 2. Dokumentasi
53
54

Lampiran 3. Analisis Data


Sex * Penyakit_Diare
55

Crosstab

Penyakit_Diare

Tidak Ya Total

Sex Laki-laki Count 12 12 24

% within Penyakit_Diare 57,1% 36,4% 44,4%

Perempuan Count 9 21 30

% within Penyakit_Diare 42,9% 63,6% 55,6%


Total Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2,244a 1 ,134


b
Continuity Correction 1,481 1 ,224
Likelihood Ratio 2,248 1 ,134
Fisher's Exact Test ,167 ,112
Linear-by-Linear Association 2,203 1 ,138
N of Valid Cases 54

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,33.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Sex (Laki-laki


2,333 ,763 7,137
/ Perempuan)
For cohort Penyakit_Diare =
1,667 ,847 3,281
Tidak
For cohort Penyakit_Diare =
,714 ,449 1,136
Ya
N of Valid Cases 54
Status_Gizi * Penyakit_Diare
56

Crosstab

Penyakit_Diare

Tidak Ya Total

Status_Gizi Baik Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%


Total Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value

Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 54

a. No statistics are computed


because Status_Gizi is a constant.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for Status_Gizi


.a
(Baik / .)

a. No statistics are computed because


Status_Gizi is a constant.

Vitamin_A * Penyakit_Diare
57

Crosstab

Penyakit_Diare

Tidak Ya Total

Vitamin_A Baik Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%


Total Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value

Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 54

a. No statistics are computed


because Vitamin_A is a constant.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for Vitamin_A


.a
(Baik / .)

a. No statistics are computed because


Vitamin_A is a constant.

ASI_ekslusif * Penyakit_Diare
58

Crosstab

Penyakit_Diare

Tidak Ya Total

ASI_ekslusif Ya Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%


Total Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 54

a. No statistics are computed


because ASI_ekslusif is a constant.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for ASI_ekslusif


.a
(Ya / .)

a. No statistics are computed because


ASI_ekslusif is a constant.

Makan_Tdk_Hiegienis * Penyakit_Diare
59

Crosstab

Penyakit_Diare

Tidak Ya Total

Makan_Tdk_Hiegienis Tidak Sering Count 15 12 27

% within Penyakit_Diare 71,4% 36,4% 50,0%

Sering Count 6 21 27

% within Penyakit_Diare 28,6% 63,6% 50,0%


Total Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6,312a 1 ,012


b
Continuity Correction 4,987 1 ,026
Likelihood Ratio 6,471 1 ,011
Fisher's Exact Test ,024 ,012
Linear-by-Linear Association 6,195 1 ,013
N of Valid Cases 54

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


Makan_Tdk_Hiegienis (Tidak 4,375 1,340 14,280
Sering / Sering)
For cohort Penyakit_Diare =
2,500 1,144 5,466
Tidak
For cohort Penyakit_Diare =
,571 ,358 ,912
Ya
N of Valid Cases 54

Perilaku_Ibu * Penyakit_Diare
60

Crosstab

Penyakit_Diare

Tidak Ya Total

Perilaku_Ibu Baik Count 16 14 30

% within Penyakit_Diare 76,2% 42,4% 55,6%

Buruk Count 5 19 24

% within Penyakit_Diare 23,8% 57,6% 44,4%


Total Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5,926a 1 ,015


b
Continuity Correction 4,637 1 ,031
Likelihood Ratio 6,152 1 ,013
Fisher's Exact Test ,024 ,015
Linear-by-Linear Association 5,816 1 ,016
N of Valid Cases 54

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,33.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Perilaku_Ibu


4,343 1,284 14,689
(Baik / Buruk)
For cohort Penyakit_Diare =
2,560 1,096 5,982
Tidak
For cohort Penyakit_Diare =
,589 ,382 ,910
Ya
N of Valid Cases 54
PHBS_Ibu * Penyakit_Diare
61

Crosstab

Penyakit_Diare

Tidak Ya Total

PHBS_Ibu Baik Count 13 6 19

% within Penyakit_Diare 61,9% 18,2% 35,2%

Buruk Count 8 27 35

% within Penyakit_Diare 38,1% 81,8% 64,8%


Total Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10,758a 1 ,001


b
Continuity Correction 8,926 1 ,003
Likelihood Ratio 10,844 1 ,001
Fisher's Exact Test ,002 ,001
Linear-by-Linear Association 10,559 1 ,001
N of Valid Cases 54

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,39.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PHBS_Ibu


7,313 2,099 25,479
(Baik / Buruk)
For cohort Penyakit_Diare =
2,993 1,515 5,914
Tidak
For cohort Penyakit_Diare =
,409 ,206 ,813
Ya
N of Valid Cases 54
Sosial_Ekonomi * Penyakit_Diare
62

Crosstab

Penyakit_Diare

Tidak Ya Total

Sosial_Ekonomi Di Bawah Rata-rata Count 19 29 48

% within Penyakit_Diare 90,5% 87,9% 88,9%

Di Atas Rata-rata Count 2 4 6

% within Penyakit_Diare 9,5% 12,1% 11,1%


Total Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,088a 1 ,767


b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,089 1 ,765
Fisher's Exact Test 1,000 ,569
Linear-by-Linear Association ,086 1 ,769
N of Valid Cases 54

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


Sosial_Ekonomi (Di Bawah 1,310 ,218 7,874
Rata-rata / Di Atas Rata-rata)
For cohort Penyakit_Diare =
1,188 ,363 3,881
Tidak
For cohort Penyakit_Diare =
,906 ,492 1,669
Ya
N of Valid Cases 54
Rumah_Sehat * Penyakit_Diare
63

Crosstab

Penyakit_Diare

Tidak Ya Total

Rumah_Sehat Tidak Terpenuhi Count 17 30 47

% within Penyakit_Diare 81,0% 90,9% 87,0%

Terpenuhi Count 4 3 7

% within Penyakit_Diare 19,0% 9,1% 13,0%


Total Count 21 33 54

% within Penyakit_Diare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,128a 1 ,288


b
Continuity Correction ,418 1 ,518
Likelihood Ratio 1,097 1 ,295
Fisher's Exact Test ,411 ,256
Linear-by-Linear Association 1,107 1 ,293
N of Valid Cases 54

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,72.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


Rumah_Sehat (Tidak ,425 ,085 2,128
Terpenuhi / Terpenuhi)
For cohort Penyakit_Diare =
,633 ,300 1,334
Tidak
For cohort Penyakit_Diare =
1,489 ,616 3,598
Ya
N of Valid Cases 54

Logistic Regression
64

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 54 40,3

Missing Cases 80 59,7

Total 134 100,0


Unselected Cases 0 ,0
Total 134 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of


cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak 0
Ya 1

Categorical Variables Codings

Parameter coding

Frequency (1)

PHBS_reg Baik 19 ,000

Buruk 35 1,000
Makan_reg Tidak Sering 27 ,000
Sering 27 1,000
Perilaku_reg Baik 30 ,000
Buruk 24 1,000
Sex_reg Perempuan 30 ,000

Laki-laki 24 1,000

Block 0: Beginning Block


65

Classification Tablea,b

Predicted

Penyakit_Diare Percentage
Observed Tidak Ya Correct

Step 0 Penyakit_Diare Tidak 0 21 ,0

Ya 0 33 100,0

Overall Percentage 61,1

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant ,452 ,279 2,622 1 ,105 1,571

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Sex_reg(1) 2,244 1 ,134

Makan_reg(1) 6,312 1 ,012

Perilaku_reg(1) 5,926 1 ,015

PHBS_reg(1) 10,758 1 ,001

Overall Statistics 22,437 4 ,000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)


66

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 26,315 4 ,000

Block 26,315 4 ,000

Model 26,315 4 ,000


Step 2a Step -1,234 1 ,267

Block 25,081 3 ,000

Model 25,081 3 ,000

a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares


value has decreased from the previous step.

Model Summary

Cox & Snell R Nagelkerke R


Step -2 Log likelihood Square Square
a
1 45,856 ,386 ,523
a
2 47,090 ,372 ,504

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter


estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 8,647 8 ,373
2 5,231 6 ,515

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test


67

Penyakit_Diare = Tidak Penyakit_Diare = Ya

Observed Expected Observed Expected Total

Step 1 1 7 6,518 0 ,482 7

2 2 3,211 2 ,789 4

3 5 3,952 1 2,048 6

4 3 3,080 3 2,920 6

5 1 1,557 4 3,443 5

6 0 ,572 3 2,428 3

7 2 1,301 7 7,699 9

8 0 ,534 6 5,466 6

9 1 ,219 4 4,781 5

10 0 ,058 3 2,942 3
Step 2 1 7 6,618 0 ,382 7
2 2 2,330 1 ,670 3

3 3 3,078 2 1,922 5

4 5 4,545 3 3,455 8

5 1 ,973 3 3,027 4

6 2 2,506 10 9,494 12

7 0 ,758 7 6,242 7

8 1 ,190 7 7,810 8

Classification Tablea

Predicted

Penyakit_Diare Percentage
Observed Tidak Ya Correct

Step 1 Penyakit_Diare Tidak 17 4 81,0

Ya 4 29 87,9

Overall Percentage 85,2


Step 2 Penyakit_Diare Tidak 17 4 81,0

Ya 6 27 81,8

Overall Percentage 81,5

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)


68

Lower Upper
a
Step 1 Sex_reg(1) -,839 ,759 1,223 1 ,269 ,432 ,098 1,912

Makan_reg(1) 1,597 ,754 4,483 1 ,034 4,937 1,126 21,648

Perilaku_reg(1) 2,144 ,889 5,818 1 ,016 8,537 1,495 48,764

PHBS_reg(1) 2,497 ,871 8,221 1 ,004 12,140 2,203 66,893

Constant -2,315 1,017 5,181 1 ,023 ,099


a
Step 2 Makan_reg(1) 1,606 ,745 4,646 1 ,031 4,983 1,157 21,466

Perilaku_reg(1) 2,382 ,893 7,117 1 ,008 10,827 1,881 62,311

PHBS_reg(1) 2,579 ,877 8,649 1 ,003 13,183 2,364 73,529

Constant -2,853 ,964 8,765 1 ,003 ,058

a. Variable(s) entered on step 1: Sex_reg, Makan_reg, Perilaku_reg, PHBS_reg.

Model if Term Removed

Model Log Change in -2 Log Sig. of the


Variable Likelihood Likelihood df Change

Step 1 Sex_reg -23,545 1,234 1 ,267

Makan_reg -25,355 4,854 1 ,028

Perilaku_reg -26,663 7,470 1 ,006

PHBS_reg -28,318 10,780 1 ,001


Step 2 Makan_reg -26,084 5,079 1 ,024

Perilaku_reg -28,387 9,684 1 ,002

PHBS_reg -29,327 11,563 1 ,001

Variables not in the Equation

Score df Sig.
a
Step 2 Variables Sex_reg(1) 1,257 1 ,262

Overall Statistics 1,257 1 ,262

a. Variable(s) removed on step 2: Sex_reg.

ROC Curve
69

Case Processing Summary

Penyakit_Diare Valid N (listwise)


a
Positive 33
Negative 21
Missing 80

Larger values of the test result


variable(s) indicate stronger evidence
for a positive actual state.
a. The positive actual state is Ya.

Area Under the Curve


70

Test Result Variable(s): Predicted probability

Asymptotic 95% Confidence Interval


a b
Area Std. Error Asymptotic Sig. Lower Bound Upper Bound

,864 ,054 ,000 ,757 ,970

The test result variable(s): Predicted probability has at least one tie between the
positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be
biased.
a. Under the nonparametric assumption
b. Null hypothesis: true area = 0.5

Coordinates of the Curve


Test Result Variable(s): Predicted probability

Positive if Greater
Than or Equal Toa Sensitivity 1 - Specificity

,0000000 1,000 1,000


,1388602 1,000 ,667
,3037772 ,970 ,571
,4081119 ,909 ,429
,5943129 ,818 ,190
,7739511 ,727 ,143
,8414061 ,424 ,048
,9339309 ,212 ,048
1,0000000 ,000 ,000

The test result variable(s): Predicted probability has


at least one tie between the positive actual state
group and the negative actual state group.
a. The smallest cutoff value is the minimum
observed test value minus 1, and the largest cutoff
value is the maximum observed test value plus 1.
All the other cutoff values are the averages of two
consecutive ordered observed test values.

Anda mungkin juga menyukai