Anda di halaman 1dari 68

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
PADA NN. Y YANG MENGALAMI TB PARU
DENGAN PENGOBATAN OAT DI RUANG ANTASENA
RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

FAIRUS ALI ABDAD

1006823261

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
DEPOK
JUNI 2013

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL PADA NN. Y
YANG MENGALAMI TB PARU DENGAN PENGOBATAN OAT
DI RUANG ANTASENA RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners keperawatan

FAIRUS ALI ABDAD


1006823261

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
DEPOK
JUNI 2013

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN ORlSINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber

baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Fairus Ali Abdad, S.Kep

1006823261

~~~~M~

Cf~~Y-vs AIt' A'bJ.}J )

13 Juni 2013

11 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:

Nama : Fairus Ali Abdad, S.Kep

NPM : 1006823261

Program Studi : Profesi Keperawatan Ners

Judul Karya Ilmiah Akhir

Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Situasional pada Nn. Y yang Mengalami
TB pam dengan Pengobatan OAT Di Ruang Antasena RS. Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
Keperawatan, Fakultas IImu Keperawatan, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing dan Penguji I:

~~ .~'-

(Dr. Mustikasa.ri, SKp., MARS)

Penguji II:

Ditetapkan di : Rogor

Tanggal : 13Juni 2013

111 Universitas Indonesia


Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) ini tepat pada waktunya sesuai jadwal yang telah ditentukan. Karya
ilmiah ini ditulis dengan judul “asuhan keperawatan harga diri rendah situasional
pada Nn. Y yang mengalami penyakit TB paru dengan pengobatan OAT di ruang
Antasena RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”. Selama proses pembuatan karya
ilmiah akhir ners ini begitu banyak pihak yang memberikan dukungan baik secara
moril maupun spirituil. Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya bermaksud
menghaturkan ucapan rasa terima kasih kepada:

1) Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2) dr. Erie Dharma Irawan, Sp.KJ selaku direktur utama beserta seluruh staff
dan jajarannya yang telah memberikan izin kepada saya dan teman-teman
untuk melakukan praktek di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
3) Ibu Dr. Mustikasari, SKp., MARS dan ibu Ns. Fauziah, M.Kep, Sp.
Kep.Jiwa selaku pembimbing dan penguji dalam penyusunan tugas Karya
Ilmiah Akhir Ners ini yang telah memberikan banyak masukan dan arahan
hingga karya ilmiah ini berhasil dirampungkan.
4) Ibu Linggar Kumoro, S.Kp selaku kepala ruangan beserta seluruh staf
yang bertugas di ruang Antasena RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang
telah memberikan banyak dukungan dan bantuan yang tidak ternilai
harganya selama penulis melaksanakan praktek.
5) Suami saya (Heral Syarif), dan anak-anak saya (Sultan Azka Athaya
Alfalisya dan Darin Fatin Atsilah Alfalisya) serta seluruh keluarga besar
saya yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk moril maupun
spirituil sehingga saya dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah ini dengan
lancar dan sukses.

iv Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


6) Seluruh teman-teman mahasiswa profesi ners 2012 FIK-UI kelas Ekstensi
dan reguler yang selalu kompak dan senantiasa berbagi ilmu sehingga
pengetahuan kita semakin hari semakin bertambah.
7) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala
dukungan dan bantuannya.
Saya menyadari bahwa laporan karya ilmiah akhir ners ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu saya senantiasa
terbuka atas segala saran dan masukan demi perbaikan laporan penelitian ini agar
menjadi lebih baik dan sempurna. Saya berharap semoga Allah SWT senantiasa
membimbing saya dan kita semua menuju perkembangan dan kemajuan dimasa
yang akan datang.

Depok, Juni 2013

Penulis

v Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


BALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fairus Ali Abdad, S.Kep

NPM : 1006823261

Program Studi : Ners Keperawatan

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ihniah Akbir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk mmberikan kepada Universitas


Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas
karya i1miah saya yang betjudul:

"Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Situasional pada Nn. Y yang mengalami TB

Paru dengan pengobatan OAT di Ruang Antasena Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi

Bogor"

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif

ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmediakan I formatkan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis I pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Bogor

Pada Tanggal: 13 Juni 2013

Yang menyatakan

~f4Ai~

(Fairus Ali Abdad, S.Kep)

vi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Juni, 2013

Fairus Ali Abdad

Asuhan keperawatan harga diri rendah situasional pada Nn. Y yang mengalami
TB paru dengan pengobatan OAT di ruang Antasena RS. Dr. H. MarzoekiMahdi
Bogor

x + 31 halaman + 4 lampiran
ABSTRAK
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit menular yang banyak diderita
oleh masyarakat perkotaan akibat perubahan gaya hidup dan kondisi lingkungan
yang memburuk. Penderita TB paru dapat mengalami berbagai masalah kesehatan
salah satunya masalah psikososial. Harga diri rendah situasional merupakan salah
satu masalah psikososial yang dapat terjadi pada penderita tuberkulosis paru.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini
diantaranya dengan membimbing klien dalam berpikiran positif. Hal ini terbukti
dapat membantu klien membangun rasa percaya sendiri yang tinggi, semangat
untuk sembuh dan membangun pola pikir dan sikap yang lebih jujur dan terbuka.
Hal ini juga memberikan pengaruh yang positif terhadap kondisi kesehatan fisik
yang sebelumnya menurun akibat sakit. Asuhan keperawatan pada penderita
tuberkulosis paru yang mengalami harga diri rendah situasional perlu diperhatikan
oleh setiap perawat untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan yang lebih
berat.

Kata Kunci:
Asuhan keperawatan, harga diri rendah situasional, tuberkulosis paru, berpikir
positif.

vii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA
FACULTY OF NURSING
June, 2013

Fairus Ali Abdad

Topic :
Nursing care for situational low self esteem in Mrs. Y who has lungs tuberculosis
with anti tuberculosis medications in Antasena room RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor

x + 31 pages + 4 appendices

ABSTRACT

Lungs tuberculosis is one of infectious diseases which is treated in citizen because


of changing of lifestyle and destruction of environment. Someone who has treated
with lungs tuberculosis can get several health problems. One of those is
psychiatry problem. Situational low self esteem is one of psychiarty problem
which is usually treated in lungs tuberculosis patients. Nursing intervention can be
done for tackling this problem. Nurse can assist patients for having positive
thinking. This implementation had completely helped in building self confidence.
Besides that it could also enhance her pattern of thinking. Patient showed open
attitude and told the truth during implementation. This implementation was also
giving positive influence in patient’s physical health condition. Nursing
intervention for lungs tuberculosis patients with situational low self esteem is
important issue. This problem needs consistency implementation. Nursing
implementation is absolutely needed for avoiding worse health condition.
Keywords:

Nursing intervention, situational low self esteem, lungs tuberculosis, positive


thinking

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.......................... vi
ABSTRAKSI......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... x

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................. 5

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.TB paru................................................................................................. 7
2.1.1 Definisi.................................................................................... 7
2.1.2 Tanda dan gejala...................................................................... 7
2.1.3 Dampak psikologis................................................................... 8
2.1.4 Pemeriksaan penunjang........................................................... 8
2.1.5. Pengobatan............................................................................... 9
2.2 Masalah psikososial pada pasien dengan TB paru................................. 10
2.3 Asuhan keperawatan psikososial pada TB paru.................................... 11

3. Analisa Kasus
3.1 Pengkajian............................................................................................ 14
3.2 Masalah Keperawatan ......................................................................... 15
3.3 Pohon Masalah dan Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas..... 17

4. Analisis Situasi
4.1 Profil lahan praktek ............................................................................. 19
4.2 Analisis masalah keperawatan............................................................. 19
4.3 Analisis intervensi................................................................................ 23
4.4 Alternatif pemecahan masalah............................................................. 26

5. Penutup
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 29
5.2 Saran..................................................................................................... 30

Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

ix Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Format pengkajian askep


Lampiran 2 : Analisa data
Lampiran 3 : Rencana asuhan keperawatan
Lampiran 4 : Catatan perkembangan asuhan keperawatan

x Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh kuman jenis bakteri yang bernama Mycobacterium tuberculosa. Penyakit ini
dapat menyerang semua tingkat usia mulai dari anak, remaja, dewasa hingga
lansia. TBC lebih sering menyerang paru-paru daripada organ lain di dalam tubuh
manusia seperti tulang, kulit dan ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit
pembunuh ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit pernafasan, serta
merupakan penyakit menular nomor satu yang menjadi penyebab kematian di
Indonesia (Purwanda, Fibriawan, Sasmito, Fatkhunisa, & Widiyanti, 2012).

Penatalaksanaan TBC yang direkomendasikan oleh WHO adalah dengan strategi


DOTS (Directly Observed Treatment Shotcourse) atau pengobatan jangka pendek
yang diawasi secara langsung. Strategi ini dinilai sangat efektif untuk
pengendalian tuberkulosis walaupun beban penyakit tuberkulosis di seluruh dunia
pada saat ini masih sangat tinggi. Data yang didapat sejak tahun 2003 hingga saat
ini diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru tuberkulosis dan sekitar
0,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis di seluruh dunia. Kondisi ini
membuat WHO masih menyatakan TBC sebagai kedaruratan global bagi
kemanusiaan di seluruh dunia sehingga langkah-langkah penatalaksanaan untuk
mengendalikan penyakit ini terus dilakukan (Kemenkes RI, 2011)

Penyakit tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan yang juga


dipandang cukup penting di Indonesia. Pada tahun 2006 jumlah penderita TBC di
Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TBC
terbanyak di dunia setelah India dan China. Pada tahun 2009 peringkat ini telah
menurun menjadi nomer 5 setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria.
Jumlah penderita TBC di Indonesia saat ini adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah
pasien TBC dunia dan diperkirakan masih terdapat 528.000 kasus TBC baru
dengan kematian sekitar 91.000 orang per tahun dan sebanyak 70% dari angka itu
terjadi pada usia produktif (Kemenkes RI, 2011). Kondisi ini dapat menimbulkan
berbagai hambatan yang mempengaruhi pemenuhan kehidupan sehari-hari pada
1 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


2

penderitanya, sehingga wajar kiranya jika pemerintah Indonesia memberi


perhatian yang besar terhadap pengendalian penyakit TBC di tanah air.

Pemerintah Indonesia hingga saat ini masih gencar melakukan upaya-upaya


pengendalian penyakit TBC. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2010
tentang Millenuim Developmen Goal’s (MDG’s) mempertegas komitmen
Indonesia untuk melakukan percepatan pencapaian pengendalian terhadap
penyakit TBC. Laporan pencapaian MDG’s tahun 2010 menyebutkan bahwa
target pengendalikan penyebaran tuberkulosis sejauh ini telah dilakukan dengan
benar dan memberikan kontribusi yang sangat besar pada upaya pembangunan
nasional secara keseluruhan. Kondisi ini merupakan suatu prestasi yang positif
walaupun masih belum memenuhi target penurunan angka kesakitan dan kematian
akibat TBC yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014. Target kasus TBC tahun 2014 dalam RPJMN
2010-2014 adalah 224 kasus saja per 100.000 penduduk, namun saat ini kasus
TBC masih berada pada angka 235 kasus (Kemenkes RI, 2011). Hal ini tentu saja
menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia dan memerlukan upaya-
upaya penanggulangan yang membutuhkan perhatian dan komitmen bersama dari
setiap elemen masyarakat.

Penyebaran penyakit TBC kerap kali dihubungkan dengan beberapa keadaan


diantaranya akibat memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan, meningkatnya jumlah penduduk miskin dan adanya
epidemi dari infeksi HIV (Human Imunodeficiency Virus). Kondisi lain yang
berhubungan erat adalah menurunya daya tahan tubuh manusia serta
meningkatnya virulensi dan jumlah kuman yang beredar (Kemenkes RI, 2011).
Selain itu pesatnya laju pembangunan dan perubahan gaya hidup masyarakat di
zaman serba modern, serta kondisi alam yang penuh dengan polusi dan faktor
stress yang meningkat dipercaya telah memperburuk status kesehatan masyarakat
secara umum. Hal ini membuat penyakit ini dapat diderita oleh siapapun tidak
hanya terbatas pada masyarakat golongan miskin saja dan membuat penyebaran
TBC paru merupakan hal yang sulit untuk dicegah.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


3

Penyakit tuberkulosis dapat menimbulkan berbagai dampak yang dapat


berpengaruh terhadap kondisi kesehatan penderita. Secara fisik penderita paru
dapat mengalami berbagai masalah kesehatan. Menurut Depkes (2008) gejala-
gejala TB paru terdiri dari gejala utama dan gejala tambahan. Gejala utama berupa
batuk terus menerus dan batuk berdahak selama tiga minggu atau lebih, sementara
yang termasuk gejala tambahan yang sering dijumpai diantaranya adalah batuk
berdahak yang bercampur darah (hemaptoe), sesak nafas, nyeri dada, badan
lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
walaupun tanpa kegiatan, dan demam meriang lebih dari sebulan.

Kondisi kesehatan fisik yang menurun akibat menderita suatu penyakit pada
penderita TB paru juga dapat menimbulkan masalah lain terkait kondisi psikologis
penderita. Salah satu kondisi psikologis yang dapat mengalami gangguan adalah
konsep diri. Harga diri rendah situasional merupakan salah satu masalah konsep
diri yang dapat dialami oleh seorang penderita TB paru. Hal ini sebagaimana
terdapat dalam Potter, Perry (2009) yang menyebutkan bahwa beberapa kondisi
yang dapat menjadi sumber stresor bagi harga diri seseorang meliputi perubahan
hubungan dan perkembangan, penyakit, operasi, kecelakaan dan respon individu
lain terhadap perubahan yang terjadi. Dari pernyataan ini jelas kiranya bahwa
kondisi sakit fisik akibat TB paru dapat mempengaruhi kondisi psikologis
individu, selain itu kondisi lingkungan atau respon orang lain yang berada
disekitarnya juga dapat mempengaruhi kondisi harga diri penderita.

Masalah harga diri rendah perlu mendapatkan penanganan yang tepat karena jika
tidak hal ini dapat menyebabkan timbulnya masalah psikologis lain yang lebih
serius. Morton, Louise, Reid, dan Stewart (2011) menyebutkan bahwa masalah
harga diri rendah dapat berkembang menjadi gangguan jiwa seperti depresi,
ansietas dan panik. Potter, Perry (2009) juga menyebutkan bahwa perilaku
individu biasanya sesuai dengan konsep diri dan harga diri yang dimilikinya,
individu yang memiliki harga diri yang rendah sering kali tidak dapat mengontrol
situasi dan tidak merasakan manfaat dari pelayanan yang akan mempengaruhi
keputusan tentang pelayanan kesehatan. Oleh karena itu perawat perlu
memberikan perhatian yang serius dalam mengatasi masalah harga diri rendah

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


4

situasional yang dialami penderita TB paru. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk
mengatasi masalah psikologis itu sendiri tapi juga diharapkan dapat mencegah
terjadinya masalah kesehatan lain yang lebih serius.

Penderita TB paru selain dapat mengalami masalah psikososial berupa HDR


situasional akibat kondisi kesehatannya yang menurun juga dapat mengalami
masalah ansietas atau kecemasan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Stuart
(2002) yang menerangkan bahwa salah satu stressor pencetus terjadinya
kecemasan adalah berupa ancaman yang terjadi pada pertahanan sistem diri yang
akan membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada
diri individu. Dari kondisi ini jelas bahwa seorang penderita TB paru yang
mengalami HDR situasional juga memiliki kemungkinan mengalami kecemasan
akibat merasakan ketidaknyamanan, kekhawatiran atau ketakutan terkait kondisi
kesehatannya. Kondisi kecemasan yang dialami dapat membuat penderita menjadi
tidak fokus dan kurang mampu berpikir positif dan realistis. Oleh karena itu
pendekatan asuhan keperawatan pada penderita TB paru perlu dilakukan secara
holistik untuk menciptakan pelayanan yang lebih berkualitas. Hal ini juga
diharapkan dapat membantu meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan dan diharapkan dapat memberi kontribusi yang positif terhadap
pengendalian penyakit dan pemberantasan TB paru dari muka dunia.

1.2 Rumusan Masalah


Penderita TB paru dapat mengalami berbagai dampak meliputi fisik, psikologis,
sosial dan spiritual. Secara fisik seorang penderita TB paru dapat mengalami
berbagai gejala penyakit yang akan menimbulkan kesakitan dan
ketidaknyamanan. Kondisi ini akan mempengaruhi kondisi psikososial dan
spiritual dimana penderita mungkin mengalami perasaan yang tidak nyaman,
pikiran-pikiran yang negatif dan mungkin perasaan tertekan akibat kondisi sakit
ditambah adanya tuntutan yang diterimanya dari lingkungan sekitar. Kompleksnya
masalah yang bisa ditimbulkan oleh penyakit TB paru membuat keadaan ini perlu
mendapatkan perhatian yang cukup ekstra, sehingga perawat yang memberikan
asuhan keperawatan pada penderita TB paru perlu memperhatikan setiap aspek
yang ada pada diri individu.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


5

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien penderita TB paru hendaknya


bersifat holistik dengan memperhatikan setiap aspek yang ada pada diri individu.
Asuhan keperawatan holistik bertujuan tidak hanya untuk mencapai kembali
tingkat kesehatan yang optimal secara fisik saja tetapi juga untuk memberikan
dukungan psikososial untuk mendukung proses penyembuhan. Selain itu hal ini
juga memiliki tujuan yang lebih luas lagi yaitu untuk mendukung program yang
hingga saat ini masih gencar dilakukan oleh pemerintah dan juga WHO dalam
program pengendalian penyakit TB paru di seluruh dunia. Berdasarkan latar
belakang ini penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) yang
berjudul “asuhan keperawatan harga diri rendah situasional pada Nn. Y yang
mengalami penyakit TB paru dengan pengobatan OAT di ruang Antasena RS. Dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor”.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum:
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
asuhan keperawatan harga diri rendah situasional pada pasien yang mengalami TB
paru.

1.3.2 Tujuan khusus:


Tujuan khusus yang ingin diperoleh dari penulisan karya ilmiah akhir ini adalah:
a) Memberi gambaran tentang masalah fisik dan psikososial yang dapat
terjadi pada klien dengan penyakit TB paru.
b) Memberi gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan fisik dan
psikososial yang dapat dilakukan pada penderita TB paru.
c) Menganalisa kesenjangan antara asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien Nn. Y dengan sumber-sumber rujukan dan teori-teori terkait.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat baik
secara ilmu, aplikatif, dan metodologi.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


6

1.4.1 Manfaat Ilmu


Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan khususnya dalam memberikan gambaran asuhan keperawatan harga
diri rendah situasinal pada klien yang mengalami TB paru.

1.4.2 Manfaat Aplikatif


Penulisan karya ilmiah ini kiranya dapat memberikan gambaran asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami TB paru dengan pendekatan fisik dan
psikososial. Hal ini diharapkan dapat membantu perawat di ruang perawatan
dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang diwujudkan
dengan meningkatnya kepuasan klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan
yang diberikan.

1.4.3 Manfaat Metodologi


Penulisan karya ilmiah ini kiranya dapat dijadikan sebagai penemuan baru terkait
penerapan asuhan keperawatan psikososial pada pasien yang mengalami TB paru
sehingga dikemudian hari dapat dijadikan sebagai sumber rujukan ilmiah bagi
penulisan karya ilmiah berikutnya.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori dan konsep yang terkait dengan penulisan
karya ilmiah akhir yang berjudul “Asuhan keperawatan harga diri rendah
situasional pada Nn. Y yang mengalami penyakit TB paru dengan pengobatan
OAT di ruang Antasena RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”. Teori dan konsep
yang hendak diuraikan meliputi konsep tentang TB paru, masalah psikososial
pada pasien yang mengalami TB paru dan asuhan keperawatan psikososial pada
pasien TB paru.

2.1 TB Paru
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit yang dikendalikan oleh daya tahan
tubuh seseorang. Price, Wilson (2006) mendefinisikan tuberkulosis sebagai
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Smeltzer, Bare (2002) menyebutkan bahwa tuberkulosis atau TB adalah penyakit
infeksius yang terutama menyerang parenkim paru dapat ditularkan kebagian
tubuh yang lain, misalnya meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfa. Sementara
menurut Kumar, Cotran, dan Robbins (2004) tuberkulosis adalah suatu penyakit
granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa,
penyakit ini biasanya mengenai paru tapi mungkin dapat menyerang semua organ
atau jaringan di tubuh lainnya, secara patologi biasanya bagian tengah granuloma
tuberkular mengalami nekrosis perkijuan. Berdasarkan definisi-definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis merupakan salah satu jenis penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang lebih sering
menyerang parenkim paru dan secara patologi ciri khas TBC adalah adanya
nekrosis perkijuan pada bagian tengah granuloma tuberkularnya.

2.1.2 Tanda dan gejala Fisik


Penderita tuberkulosis dapat menunjukkan beberapa tanda dan gejala. Menurut
Depkes (2008) gejala-gejala TB paru terdiri dari gejala utama dan gejala
tambahan. Gejala utama berupa batuk terus menerus dan batuk berdahak selama

7 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


8

tiga minggu atau lebih, sementara yang termasuk gejala tambahan yang sering
dijumpai diantaranya adalah batuk berdahak yang bercampur darah (hemaptoe),
sesak nafas, nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, dan demam
meriang lebih dari sebulan.

2.1.3 Dampak Psikologis


Gejala yang dapat dirasakan seorang penderita TB paru tidak hanya berupa gejala
fisik saja. Penderita TB paru juga rentan mengalami masalah atau gejala
psikososial. Doenges, Moorhouse, dan Murr (2010) menyebutkan bahwa
seseorang yang mengalami TB paru akan menunjukkan gejala-gejala psikologi
seperti merasa stres berkepanjangan, tidak ada harapan dan putus asa, penderita
mungkin menunjukkan penyangkalan khususnya pada fase awal penyakit,
kecemasan, ketakutan, cepat marah, ceroboh dan terjadi perubahan mental pada
tahap lanjut. Dampak psikologis ini tentunya tidak boleh diabaikan begitu saja,
karena masalah psikologis yang dibiarkan berlarut-larut dapat berkembang
menjadi kondisi yang semakin buruk dan menyebabkan masalah baru bagi
penderita TB paru itu sendiri.

Masalah psikososial dapat muncul akibat berbagai faktor. Penderita TB paru dapat
mengalami beban pikiran yang berat akibat kondisi sakit yang tidak diharapkan
atau akibat mengalami beban perasaan atas tuntutan masyarakat yang dikelilingi
oleh banyak stigma. Menurut Setiawan (2011) ada beberapa stigma negatif yang
berkembang terkait penyakit tuberkulosis diantaranya adalah anggapan bahwa
tuberkulosis merupakan penyakit guna-guna atau kutukan, penyakit keturunan dan
penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Stigma-stigma ini kerap kali
mempengaruhi kondisi kesehatan penderita, dimana penderita mungkin akan
merasa malu dan takut akan dikucilkan oleh lingkungannya sehingga penderita
lebih memilih menyembunyikan penyakitnya dan menolak untuk berobat.

2.1.4 Pemeriksaan penunjang


Penyakit tuberkulosis dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan yang perlu
dilakukan secara seksama. Hal ini diperlukan untuk menentukan rencana
pengobatan dan perawatan yang sesuai. Beberapa pemeriksaan yang biasanya
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


9

dilakukan diantaranya adalah dengan mencermati keluhan dan gejala klinis dari
penderita. Selain itu diagnosa TB paru pada orang dewasa juga dapat ditegakkan
dengan bantuan beberapa pemeriksaan penunjang salah satunya dengan
pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam) terhadap sputum penderita. Apabila
terdapat keraguan hasil, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan biakan, rontgen
dada, immunologis dan tes mantoux (Crofton et al, 2002 dalam Rian, 2010). Price,
Wilson (2006) menambahkan bahwa selain pemeriksaan tes mantoux dan rontgen
dada pemeriksaan diagnosis bagi penderita TB paru juga dapat meliputi tes anergi,
pemeriksaan bakteriologi atau histologi.

2.1.5 Pengobatan TB paru


Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis atau OAT (Misnadiarly, 2006
dalam Rian, 2010). Obat-obat yang sering dipergunakan dalam pengobatan TB
diantaranya adalah Isoniazid (H), rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomycin
(S) dan Ethambutol (E). Prinsip dari pengobatan TBC adalah mengikuti Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Depkes RI tahun 2008 yang terdiri dari:

1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Minum Obat (PMO).
3) Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan
lanjutan. Pada tahap awal, pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila
pengobatan tahap ini diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu dua minggu. Sebagian besar TB
BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam dua bulan. Pada tahap
lanjutan, pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


10

waktu yang lebih lama. Tahap ini diperlukan dengan tujuan untuk
membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kambuh.

Obat-obat anti tuberkulosis memiliki berbagai macam efek samping diantaranya


adalah kehilangan nafsu makan, mual, sakit perut, nyeri sendi, kesemutan sampai
dengan rasa terbakar di kaki dan warna kemerahan pada air seni, efek samping
yang lebih berat dapat terjadi berupa gatal dan kemerahan pada kulit, tuli,
gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, ikterus tanpa penyebab lain,
bingung dan muntah - muntah hingga purpura dan renjatan atau syok (Depkes,
2008).
Berbagai macam efek samping yang dapat ditimbulkan oleh OAT tidak hanya
menimbulkan ketidaknyamanan secara fisik saja tapi juga dapat menimbulkan
dampak secara psikososial. Doenges, Moorhouse, dan Murr (2010) menyebutkan
bahwa penderita TB paru dapat merasa stres berkepanjangan, tidak ada harapan,
putus asa, kecemasan dan ketakutan. Meminum OAT dalam jangka waktu yang
cukup lama kiranya dapat menjadi suatu beban yang menimbulkan
ketidaknyamanan secara fisik dan psikologis hingga penderita beresiko untuk
mengalami kegagalan dalam program pengobatan. Kondisi ini secara lebih luas
dapat mempengaruhi keberhasilan program pemberantasan TBC dari muka dunia.
Rian (2010) yang menyebutkan bahwa pasien TB yang mempunyai keluhan efek
samping OAT berisiko 2,84 kali lebih besar untuk mengalami default
dibandingkan dengan pasien TB yang tidak mempunyai keluhan efek samping
OAT.

2.2 Masalah psikososial pada pasien dengan TB paru


Penderita tuberkulosis dapat mengalami berbagai masalah kesehatan sebagaimana
tanda dan gejala yang dirasakan dari proses penyakit itu sendiri. Sebagai makhluk
bio-psiko-sosial-spiritual ketika mengalami suatu penyakit manusia tidak hanya
merasakan ketidaknyamanan secara fisik saja tetapi juga dapat mengalami
ketidaknyamanan secara psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah psikososial
yang dapat dialami penderita TB paru diantaranya meliputi gangguan konsep diri
dan kecemasan. Gangguan konsep diri yang mungkin muncul diantaranya adalah
harga diri rendah (HDR) yang sifatnya masih situasional bukan kronik. HDR
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


11

situasional dalam Wilkinson, Ahern (2009) didefinisikan sebagai suatu


perkembangan persepsi negatif terhadap harga diri individu sebagai respon
terhadap situasi tertentu misalnya akibat menderita suatu penyakit, kondisi ini
dapat disebabkan akibat adanya gangguan citra tubuh, kegagalan dan penolakan,
perasaan kurang penghargaan, proses kehilangan, dan perubahan pada peran sosial
yang dimiliki. Morton, Louise, Reid, dan Stewart, (2011) juga menyebutkan
bahwa masalah harga diri rendah dapat berkembang menjadi gangguan jiwa
seperti depresi, ansietas, panik, dan masalah kejiwaan lain yang lebih berat.
Pendekatan asuhan keperawatan yang holistik perlu dilakukan untuk mengurangi
beban penderitaan yang dialami penderita dan ditujukan untuk menciptakan
asuhan keperawatan yang lebih berkualitas.

Masalah psikososial lain yang dapat muncul pada penderita TB paru adalah
kecemasan atau ansietas. Masalah ansietas menurut Wilkinson, Ahern (2009)
didefinisikan sebagai suatu perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon autonom atau sebagai perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap suatu hal yang dianggap sebagai bahaya. Stuart (2002)
menyatakan bahwa kecemasan dapat disebabkan oleh defisiensi pengetahuan atau
oleh stressor pencetus berupa ancaman yang terjadi pada pertahanan sistem diri
yang akan membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi
pada individu. Dari kedua pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penderita
TB paru dapat mengalami kecemasan yang berupa perasaan tidak nyaman,
khawatir atau perasaan takut akibat kondisi penyakit yang mungkin dianggapnya
sebagai suatu bahaya dan kondisi ini dapat disebabkan oleh keadaan-keadaan lain
yang menganggu keadaan konsep diri serta kurangnya pengetahuan tentang
masalah-masalah tertentu yang dialami oleh penderita.

2.3 Asuhan keperawatan psikososial pada penderita TB paru


Pengkajian HDR situasional dalam Wilkinson, Ahern (2009) difokuskan pada
batasan karakteristik yang meliputi keluhan subjektif dan objektif pasien. Secara
subjektif klien dapat mengeluhkan dirinya tidak sanggup menghadapi situasi atau
peristiwa yang ada, menunjukkan ekspresi diri tidak berguna dan tidak ada
harapan, perkataan peniadaan diri, dan mungkin melaporkan secara verbal

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


12

tantangan situasional saat ini terhadap harga diri, secara objektif klien biasanya
tampak bimbang dan tidak asertif.

Masalah HDR situasional dapat diatasi dengan beberapa intervensi keperawatan.


Rencana intervensi keperawatan yang dapat diberikan dirangkum dari Potter,
Perry (2009), Wilkinson, Ahern (2009) dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
diagnosa fisik dan psikososial FIK- UI, RSMM (2012) adalah sebagai berikut :

1. Kaji perubahan-perubahan terbaru pada klien yang dapat mempengaruhi


harga diri rendah.
2. Dengarkan ungkapan secara aktif dan tunjukkan respek pada klien.
3. Evaluasi pernyataan klien tentang harga diri.
4. Diskusikan tentang harga diri rendah meliputi penyebab, proses terjadinya
masalah, tanda dan gejala serta akibatnya.
5. Tunjukkan rasa percaya terhadap kemampuan pasien untuk mengatasi
situasi.
6. Bantu klien mengembangkan pola pikir positif.
7. Dukung pasien untuk menerima tantangan baru.
8. Minta klien untuk mengidentifikasi kekuatan dan talenta yang dimiliki.
9. Bantu klien dalam mengembangkan kembali harga diri positif dengan
melakukan kegiatan yang positif.
10. Dukung peningkatan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan bantu klien
dengan menerima ketergantungannya dengan orang lain selama masih
sesuai.
11. Kaji klien terhadap tanda dan gejala depresi dan potensi untuk bunuh diri.
12. Minta bantuan pada sumber-sumber yang ada di rumah sakit (layanan
keagamaan, petugas sosial, perawat spesialis klinis, dan lain lain).
13. Fasilitasi lingkungan dan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
harga diri.

Masalah psikososial lain yang dapat dialami oleh penderita TB paru adalah
ansietas. Stuart (2002) menyebutkan bahwa pengkajian terhadap masalah ansietas
dapat difokuskan pada respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif yang
mungkin ditunjukkan oleh individu saat mengalami kecemasan. Untuk mengatasi
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


13

masalah kecemasan perawat dapat melaksanakan berbagai macam intervensi


keperawatan. Rencana intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah ansietas dirangkum dari beberapa sumber referensi, yaitu dari
Wilkinson, Ahern (2009), Stuart (2002) dan SAK diagnosa fisik dan psikososial
FIK-UI, RSMM (2012) adalah sebagai berikut:

1) Bantu pasien mengenal ansietas.


2) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri berupa pengalihan situasi., tarik napas dalam, latihan
mengerutkan dan mengendurkan otot-otot, dan hipnotis diri sendiri
(latihan 5 jari).
3) Lakukan pendekatan spiritual.
4) Sediakan informasi faktual yang terkait diagnosis, terapi, dan
prognosis sesuai kebutuhan informasi yang ditunjukkan klien.
5) Sediakan sarana seperti radio, alat permainan, majalah kesehatan, dan
sarana lainnya untuk mengalihkan perasaan klien.
6) Libatkan keluarga dalam memberi penguatan positif tekait perasaan
klien.
7) Berikan penguatan positif ketika klien mampu meneruskan aktivitas
yang positif selama di rawat di rumah sakit.
8) Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia seperti
teman, saudara, tetangga, tempat ibadah, tempat rekreasi dan lain lain.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian
Klien adalah Nn. Y, berusia 18 tahun, pendidikan SLTA. belum menikah,
pekerjaan sebelum sakit adalah karyawati namun semenjak sakit klien terpaksa
berhenti bekerja. Klien masuk rumah sakit tanggal 9 Mei 2013 dengan diagnosa
medis TB paru dengan DIH (Drug Induced Hepatitis). Keluhan utama klien saat
masuk RS adalah mual, kadang-kadang muntah, tidak nafsu makan yang telah
berlangsung selama dua minggu sebelum masuk RS. Keluhan ini dirasakan klien
sejak mengkonsumsi obat paru-paru (OAT) yang diperolehnya dari Puskesmas.
Riwayat penyakit sebelumnya sekitar 6 minggu sebelum masuk RS klien pernah
berobat ke Puskesmas akibat sering mengalami batuk-batuk, klien sempat diberi
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan sejak mengkonsumsi obat-obat tersebut
kondisi kesehatannya menjadi semakin memburuk karena mengalami mual
muntah berat. Klien baru 5 minggu menjalani pengobatan OAT dan
penggunaannya dihentikan sejak seminggu yang lalu. Dalam riwayat penyakit
keluarga menurut orang tua klien riwayat sakit paru-paru ada pada kakek klien
dari pihak ibu namun riwayat pengobatannya tidak diketahui secara pasti.

Klien dan keluarganya tinggal didaerah pemukiman yang padat sehingga


lingkungan rumah kurang ventilasi udara. Klien juga memiliki kebiasaan pulang
malam (sehabis bekerja sebagai penjaga toko) dengan menggunakan kendaraan
bermotor tanpa menggunakan masker udara. Klien juga termasuk orang yang sulit
makan, kebiasaan makan hanya 1-2x/ hari dalam porsi kecil. Klien lebih suka
jajan dipinggir jalan, seperti makan mie, baso, gorengan dan sejenisnya.

Hasil pemeriksaan fisik secara umum menunjukkan bahwa klien tampak sakit
sedang, kesadaran compos mentis, TD: 100/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu
37°C, frekuensi nafas 22 x/menit. Tinggi badan saat ini 155 cm, berat badan 36
Kg (sebelum sakit 42 kg), lingkar lengan atas 18cm, IMT (Indeks Massa Tubuh)
15. Hasil pemeriksaan Fisik Head to toe menunjukkan kondisi bahwa konjungtiva
pucat, warna pink muda, sklera agak keruh, bibir agak pucat dan kering, nilai Hb:
11,6 mg/ dL, dan terjadi peningkatan pada nilai SGOT: 330 U/L, SGPT: 90 U/L.
14 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


15

Adapun hasil pemeriksaan penunjang berupa rontgen thoraks diperoleh gambaran


bahwa klien kemungkinan menderita TBC.

Pemeriksaan kondisi psikososial yang dilakukan perawat pada hari pertama


berinteraksi dengan klien menunjukkan bahwa klien cenderung murung dan pasif,
mengatakan merasa malu tentang penyakit paru-paru yang diderita, tidak berani
menceritakan tentang penyakitnya kepada orang lain, cenderung
menyembunyikan tentang penyakitnya dan memilih menyebutkan jenis penyakit
lain jika ada yang bertanya tentang penyakit. Klien juga mengatakan merasa sedih
karena terpaksa harus berhenti bekerja akibat menderita penyakit ini. Kondisi ini
juga membuat klien merasa malu karena menjadi tidak produktif dan merasa
khawatir akan masa depannya kelak. Klien dan keluarganya juga masih
memandang bahwa penyakit TB paru merupakan penyakit yang memalukan dan
merupakan suatu aib bagi keluarga.

Pengkajian lanjutan yang dilakukan pada hari ke lima perawat mendapat data
bahwa klien merasa khawatir terkait kemungkinan rencana pengobatan OAT dan
efek sampingnya. Klien mengatakan langsung merasa mual saat membayangkan
obat-obat paru yang pernah diminumnya. Klien juga mengatakan khawatir dan
takut akan ditolak oleh lingkungan, dijauhi atau dicemooh oleh orang lain akibat
penyakit TB paru-nya ini. Klien tampak tegang jika membicarakan tentang obat-
obat TBC. Klien dan keluarga juga mengatakan bahwa selama ini belum pernah
mendapatkan informasi tentang cara pengobatan dan perawatan TB paru dan
mengharapkan akan mendapatkan informasi yang tepat dari perawat.

3.2 Masalah Keperawatan


Hasil analisa data menunjukkan bahwa pada kasus Nn. Y ditemukan beberapa
masalah keperawatan yaitu
1. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan:
Data Subjektif:
Perut terasa mual, ada rasa ingin muntah, makan sulit hanya masuk 1-3 suap
Data Objektif:
 Klien tampak lemah

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


16

 TD: 100/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37 C, dan frekuensi napas


22x/menit.
 Tinggi badan 155 cm
 BB sebelum sakit 42 kg (± 1bulan sebelum masuk RS)
 Berat badan saat ini 36 kg.
 BB ideal 49,5 - 60,5 kg.
 IMT= 15
 Lingkar lengan atas 18 cm
 Konjungtiva pucat, warna pink muda
 Sklera agak keruh, ikterik tidak ada
 Bibir agak pucat dan kering
 Hb: 11,6 mg/ dL
 SGOT: 330 u/L, SGPT: 90 u/L
2. HDR situasional ditandai dengan:
Data Subjektif :
Malu tentang penyakit paru-paru yang diderita, tidak berani menceritakan
tentang penyakitnya kepada orang lain, sedih karena terpaksa harus berhenti
bekerja akibat menderita penyakit ini, merasa malu karena menjadi tidak
produktif dan merasa khawatir akan masa depannya kelak. Klien dan
keluarganya masih memandang bahwa penyakit TB paru merupakan
penyakit yang memalukan dan merupakan suatu aib bagi keluarga.
Data Objektif :
 Klien tampak murung
 Pasif
 Cenderung menyembunyikan tentang penyakitnya
 Memilih menyebutkan jenis penyakit lain jika ada yang bertanya
tentang penyakit.
3. Ansietas ditandai dengan:
Data Subjektif:
Khawatir dengan pengobatan TB paru dan efek sampingnya, langsung
merasa mual jika membayangkan obat-obat paru yang pernah diminumnya,
khawatir dan takut akan ditolak oleh lingkungan, dijauhi atau dicemooh oleh

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


17

orang lain akibat penyakit TB paru. Klien dan keluarga juga mengatakan
bahwa selama ini belum pernah mendapatkan informasi tentang cara
pengobatan dan perawatan TB paru dan mengharapkan akan mendapatkan
informasi yang tepat dari perawat.
Data Objektif:
 Klien tampak murung
 Tidak ceria
 Tegang jika membicarakan tentang obat TBC
 Meminta informasi kepada perawat tentang cara pengobatan dan
perawatan TB paru kepada perawat
Berdasarkan uraian diatas pada kasus Nn. Y diperoleh beberapa masalah
keperawatan pada aspek fisik dan psikososial, namun dalam penulisan karya
ilmiah ini penulis lebih memfokuskan analisa pada aspek psikososial klien yaitu
terkait masalah HDR situasional dan ansietas. Hal ini disesuaikan dengan judul
karya ilmiah yang diangkat meskipun pada pengelolaannya masalah fisik yang
dialami klien tetap diatasi dan dilakukan asuhan keperawatannya.

3.3 Pohon masalah dan masalah keperawatan psikososial berdasarkan


Prioritas

Penyakit TB paru yang dialami Nn. Y menyebabkan klien mengalami masalah


pada konsep dirinya. Masalah ini dimulai dengan terjadinya perubahan peran
akibat kehilangan pekerjaan sejak klien menderita penyakit. Kondisi ini membuat
klien merasa malu karena menjadi tidak produktif dan merasa khawatir akan masa
depannya kelak. Selain itu klien juga merasa malu tentang penyakit paru-paru
yang diderita karena klien, keluarga dan lingkungannya masih memandang bahwa
penyakit TB paru merupakan penyakit yang memalukan dan merupakan suatu aib
bagi keluarga. Kondisi-kondisi ini membuat klien mengalami masalah HDR
situasional.

Akibat harga diri rendah situasional klien mengalami kecemasan terutama dengan
rencana pengobatan yang akan dijalani, klien merasa masih trauma dengan efek
samping pengobatan yang telah membuat kondisi kesehatannya semakin

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


18

memburuk beberapa waktu yang lalu. Klien juga merasa khawatir dan takut akan
ditolak oleh lingkungan, dijauhi atau dicemooh akibat penyakitnya ini. Selain
disebabkan oleh harga diri rendah situasional masalah kecemasan yang dialami
klien juga diperberat dengan kondisi defisiensi pengetahuan yang disebabkan oleh
kurangnya klien dan keluarganya dalam mendapatkan paparan informasi tentang
masalah-masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
Hasil analisa terhadap data-data yang diperoleh pada kasus Nn. Y terdapat
beberapa masalah keperawatan psikososial berdasarkan prioritas masalah, yaitu:
1. Harga diri rendah (HDR) situasional
2. Ansietas

Kecemasan

HDR situasional

Perubahan peran

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


BAB 4
ANALISIS SITUASI

Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan asuhan keperawatan
harga diri rendah situasional padaNn. Y yang mengalami TB paru dengan
pengobatan OAT di ruang Antasena RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Analisis
yang dilakukan meliputi profil lahan praktek, analisis masalah keperawatan,
analisis intervensi dan analisis terkait alternatif pemecahan masalah.

4.1 Profil lahan praktek

Ruang rawat Antasena merupakan salah satu ruang perawatan medikal bedah di
RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Kapasitas tempat tidur diruangan ini
berjumlah 35 tempat tidur dengan kapasitas perawatan kelas II sebanyak 7 tempat
tidur dan 28 tempat tidur untuk perawatan kelas III. Ruangan ini merawat pasien
laki-laki dan perempuan dengan batasan usia remaja, dewasa, hingga lansia.
Ruangan ini dikepalai oleh seorang kepala ruangan yaitu Ibu Linggar Kumoro,
S.Kp dibantu oleh dua orang ketua tim yaitu Ibu Anna Amalia, Amd.kep dan Ibu
Ni Ketut Mariani, Amd.kep. Ruangan ini juga dilengkapi dengan 23 orang
perawat pelaksana yang seluruhnya memiliki latar belakang pendidikan D-III
keperawatan.

4.2 Analisis masalah keperawatan

4.2.1 TB paru sebagai kasus masyarakat perkotaan


Hasil pengkajian pada Nn. Y menunjukkan bahwa penyakit TB paru yang dialami
klien merupakan kasus masyarakat perkotaan. Hal ini berdasarkan data-data yang
menunjukkan bahwa gaya hidup atau life style yang dijalani klien sehari-hari dan
persoalan lingkungan tempat tinggal yang padat penduduk dan penuh dengan
masalah polusi. Seperti diketahui bahwa klien memiliki kebiasaan pulang malam
(sehabis bekerja sebagai penjaga toko) dengan menggunakan kendaraan bermotor
tanpa menggunakan masker udara. Klien juga termasuk orang yang sulit makan,
kebiasaan makan hanya 1-2x/ hari dalam porsi kecil dan klien lebih suka jajan
dipinggir jalan seperti makan mie, baso, gorengan dan sejenisnya. Kondisi ini
merupakan kondisi yang saat ini umum terjadi pada masyarakat perkotaan

19 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


20

sebagaimana Nies, McEwen (2007) menyebutkan bahwa jenis-jenis masalah yang


terkait dengan lingkungan perkotaan dapat terjadi mulai dari gaya hidup yang
tidak sehat, kualitas makanan yang rendah, kualitas air dan udara yang buruk
akibat polusi serta kondisi perumahan dan pengolahan sampah yang buruk.
Kondisi-kondisi ini telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
menurunkan daya tahan tubuh dan menyebabkan mudahnya masyarakat menderita
berbagai macam jenis penyakit dan gangguan kesehatan lainnya pada masyarakat
yang tinggal diwilayah tersebut.

Nn. Y dan keluarganya tinggal didaerah pemukiman padat yang menyebabkan


lingkungan rumah kurang ventilasi udara. Kondisi ini menyebabkan klien dan
keluarganya rawan terhadap berbagai jenis masalah kesehatan. Sebagaimana
disebutkan dalam McEwen, Melanie, Nies, dan Mary (2001) bahwa kondisi
perumahan yang buruk dapat menyebabkan warganya rentan terhadap penyakit
menular serta gangguan pada kesehatan jantung, pernapasan, kanker, alergi dan
penyakit mental. Apalagi seperti telah diketahui secara luas bahwa kuman
Mycobacterium tuberkulosis lebih menyukai daerah yang lembab dan kurang
paparan cahaya matahari (Price & Wilson, 2006). Berdasarkan rujukan ini kiranya
wajar jika klien dan keluarga memiliki resiko yang sangat tinggi untuk mengalami
masalah kesehatan termasuk salah satunya penyakit TB paru akibat tinggal
didaerah yang padat, kurang ventilasi udara dan juga mungkin akibat sistem
sanitasi lingkungan yang buruk.

4.2.2 Pengobatan OAT pada penderita TB paru

Klien dirawat di rumah sakit karena mengalami masalah kesehatan setelah


mengkonsumsi OAT yang diperolehnya dari puskesmas. Saat itu setelah
mengkonsumsi OAT selama beberapa minggu klien merasakan keluhan mual dan
muntah yang semakin berat sehingga kondisi kesehatannya semakin menurun. Hal
ini sesuai dengan Depkes (2008) yang menyebutkan bahwa beberapa macam efek
samping dari OAT diantaranya adalah kehilangan nafsu makan, mual dan muntah.
Dari keadaan ini kiranya masalah efek samping OAT juga perlu mendapatkan
perhatian yang cukup serius khususnya dari tenaga kesehatan yang banyak
memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita TB paru khususnya dokter dan
UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


21

perawat. Antisipasi terhadap terjadinya efek samping pengobatan juga perlu


dilakukan dengan program medikasi yang tepat dibarengi dengan pemberian
pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang efek-efek tersebut dan cara
mengatasinya. Tindakan ini dilakukan agar klien dapat segera melakukan tindakan
penanganan yang tepat segera setelah merasakan gejala-gejala tersebut sehingga
masalah yang lebih berat tidak perlu terjadi.

4.2.3 Harga diri rendah situasional pada penderita TB paru


Hasil pengkajian psikososial yang dilakukan perawat pada saat pertama kali
berinteraksi dengan klien menunjukkan bahwa klien mengalami masalah harga
diri rendah atau HDR situasional. Masalah HDR situasional yang dialami Nn. Y
disebabkan oleh berbagai faktor. Selain disebabkan oleh kondisi sakit yang
dialaminya masalah HDR situasional juga disebabkan oleh pengalaman
kehilangan pekerjaan akibat menderita penyakit TB paru. Nn. Y mengatakan
bahwa dirinya merasa malu karena menjadi tidak produktif dan merasa khawatir
akan masa depannya kelak. Hal ini sesuai dengan Potter, Perry (2009) yang
menyatakan bahwa kegagalan dalam pekerjaan merupakan salah satu stressor
yang dapat menyebabkan terjadinya masalah HDR..

Kondisi lain yang juga menyebabkan klien mengalami HDR situasional adalah
kondisi lingkungan yang masih diliputi oleh berbagai mitos dan stigma negatif
tentang penyakit TB paru. Klien dan keluarganya masih menganggap bahwa
penyakit TB paru merupakan penyakit yang memalukan dan merupakan suatu aib
bagi keluarga. Hal ini sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa hingga
saat ini masih banyak mitos dan stigma negatif yang beredar ditengah-tengah
masyarakat tentang penyakit TB paru. Setiawan (2011) menyebutkan bahwa
beberapa stigma negatif tentang penyakit TB paru diantaranya adalah anggapan
bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyakit guna-guna, kutukan, penyakit
keturunan dan penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Stigma- stigma ini pada
kasus Nn. Y memang terbukti telah memberi tekanan tersendiri pada kondisi
psikologis klien dimana klien menjadi takut, khawatir akan dikucilkan, dicemooh
dan ditolak oleh lingkungannya.

UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


22

Kondisi stigma yang masih terus beredar di masyarakat perlu mendapatkan


perhatian yang serius. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah stigma adalah melalui pelaksanaan program peningkatan edukasi
masyarakat melalui pemberian pendidikan kesehatan (Penkes) sesuai dengan
informasi yang diperlukan masyarakat (Kemenkes RI, 20011). Dari program ini
diharapkan persepsi negatif yang ada di masyarakat lambat laun dapat berubah
walaupun masalah stigma yang telah beredar dimasyarakat kiranya sulit untuk
dihapuskan. Kondisi ini perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak agar
program pendidikan kesehatan yang hendak dilakukan dapat mencapai tujuan
yang maksimal dan berimbas positif bagi peningkatan status kesehatan
masyarakat secara umum.

4.2.4 Ansietas pada penderita TB paru


Hasil pengkajian lanjutan menunjukkan bahwa klien mengalami kecemasan
terkait kemungkinan rencana pengobatan OAT. Hal ini terjadi setelah klien
mendapatkan informasi dari perawat dan dokter yang menerangkan bahwa terapi
OAT yang sempat dihentikan kemungkinan akan kembali diberikan setelah
kondisi kesehatan klien membaik dan diizinkan dokter menjalani rawat jalan.
Pengalaman mengalami efek samping OAT yang menyebabkan masalah
kesehatan hingga klien harus dirawat di rumah sakit telah menjadi trauma
tersendiri bagi klien sehinggga klien menganggap bahwa pengobatan OAT
merupakan suatu ancaman atau bahaya bagi kesehatannya saat ini. Hal ini sesuai
dengan Wilkinson, Ahern (2009) yang menyebutkan bahwa kecemasan
merupakan suatu perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap suatu
hal yang dianggap bahaya. Dalam kasus ini Nn. Y menganggap bahwa OAT
merupakan salah satu sumber bahaya bagi kondisi kesehatannya.

Penyebab kecemasan yang lain pada kasus Nn. Y adalah karena kekhawatiran dan
ketakutan klien akan dijauhi, dicemooh dan dihina oleh lingkungannya akibat
menderita penyakit TB paru. Hal ini disebabkan karena klien, keluarga dan
lingkungan disekitarnya masih diliputi oleh stigma-stigma negatif tentang
penyakit TB paru yang hingga saat ini masih sulit untuk dihapuskan. Apalagi pada
dasarnya klien dan keluarganya sendiri masih terpengaruh oleh stigma-stigma

UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


23

tersebut. Hal ini sebagaimana ditulis oleh Setiawan (2011) yang menyebutkan
bahwa masalah stigma negatif tentang penyakit TB paru yang hingga saat ini
masih banyak beredar dimasyarakat dapat membuat penderitanya merasa malu,
takut dan cemas akan dikucilkan oleh lingkungannya. Hal ini tentu saja jika
dibiarkan berlarut-larut dalam menyebabkan terjadinya masalah sosial yang
semestinya tidak perlu terjadi. Oleh karena itu masalah kecemasan yang terjadi
akibat pengaruh stigma perlu diatasi secara terintegrasi dengan masalah defisiensi
pengetahuan dan harga diri rendah situasional.

Kondisi kecemasan yang dialami oleh Nn. Y diperburuk dengan masalah


defisiensi pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Wilkinson, Ahern (2009) yang
menyebutkan bahwa defisiensi pengetahuan dapat menimbulkan ansietas. Kondisi
klien dan keluarga yang jarang terpapar tentang informasi-informasi kesehatan
membuat klien dan keluarganya memiliki persepsi yang kurang tepat terkait
kondisi kesehatannya saat ini, hal ini mengakibatkan klien dan keluarganya
bereaksi tidak sesuai dalam mengahadapi kondisi yang semestinya, misalnya
munculnya kecemasan terhadap penilaian orang lain dan keputusan klien untuk
tidak mematuhi program pengobatan. Hal ini tentu saja perlu diatasi dengan tepat
untuk mencegah terjadinya masalah lain yang lebih serius.

Masalah kecemasan yang dialami Nn. Y pada dasarnya memiliki hubungan yang
erat dengan masalah harga diri rendah situasional dan defisiensi pengetahuan yang
dialaminya. Kondisi ini merupakan kondisi yang sesuai dengan Stuart (2002) yang
menerangkan bahwa salah satu stressor pencetus dari kecemasan dapat berupa
ancaman yang terjadi pada pertahanan sistem diri yang akan membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu, menderita
suatu penyakit dapat merupakan salah satu stressor yang dapat mengakibatkan
munculnya masalah harga diri rendah yang memicu timbulnya kecemasan pada
diri individu. Hal ini juga sesuai dengan Potter, Perry (2009) yang menyebutkan
bahwa akibat menderita suatu penyakit yang mengganggu kemampuan individu
dalam beraktivitas dapat menyebabkan terjadinya harga diri rendah, kondisi ini
dapat menyebabkan perasaan kosong dan terpisah dari orang lain, terkadang
menyebabkan depresi, rasa gelisah, dan rasa cemas yang berlebihan. Pada kasus

UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


24

ini menderita TB paru merupakan stressor bagi Nn. Y yang memicu munculnya
kecemasan terhadap masalah-masalah yang sebenarnya belum tentu akan terjadi.

Berdasarkan data-data yang diperoleh pada hasil pengkajian pada Nn. Y diketahui
bahwa masalah kecemasan yang dialami merupakan kondisi yang disebabkan oleh
multi faktor diantaranya akibat kondisi sakit yang dirasakan, pengalaman tidak
menyenangkan dengan OAT dan masalah stigma tentang penyakit TB.
Kompleksnya penyebab kecemasan yang klien alami membuat perawat perlu
melakukan beberapa macam intervensi yang dapat dilakukan secara terintegrasi.

4.3 Analisis Intervensi


Pelaksanaan asuhan keperawatan psikososial terhadap Nn.Y dilakukan sejalan
dengan aktivitas perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan fisik terhadap
masalah utama klien yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Hal ini dilakukan sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa seseorang
yang menderita suatu penyakit memiliki kecenderungan untuk mengalami
masalah psikososial yang dipengaruhi oleh berbagai faktor (Keliat, Akemat,
Helena, Nurhaeni, 2007). Masalah psikososial perlu diatasi sebagaimana masalah
fisik yang timbul akibat kondisi sakit karena masalah psikososial yang gagal
diatasi sedini mungkin dapat menciptakan masalah baru yang lebih serius dan
berbahaya.

4.3.1 Intervensi terhadap masalah harga diri rendah situasional


Perhatian perawat terhadap masalah harga diri klien akan sangat bermanfaat untuk
mencegah terjadinya masalah psikologis yang lebih berat. Potter, Perry (2010)
menyebutkan bahwa individu yang memiliki harga diri rendah sering kali tidak
dapat mengontrol situasi dan tidak merasakan manfaat dari pelayanan yang akan
mempengaruhi keputusannya tentang pelayanan kesehatan. Hal ini pada dasarnya
akan mempengaruhi keberhasilan perawatan dan juga pengobatan, oleh karena itu
agar tujuan pelayanan kesehatan dapat dicapai dengan lebih maksimal penanganan
terhadap masalah harga diri klien perlu diperhatikan dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan yang khusus.
Intervensi keperawatan perlu dilakukan untuk mengatasi masalah HDR situasional
yang dialami klien. Stuart (2002) menyebutkan bahwa intervensi yang dilakukan
UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


25

pada pasien dengan masalah HDR situasional bertujuan untuk meningkatkan


kembali harga diri klien sehingga klien dapat mencapai tingkat aktualisasi diri
yang maksimal dan menyadari potensi diri yang dimilikinya. Pada kasus Nn. Y
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah harga diri
rendah situasional difokuskan pada pengembangan kemampuan klien dalam
berpikir positif, hal ini bertujuan untuk membantu klien untuk menjadi lebih
percaya diri, lebih bersemangat dan membantu klien dalam membentuk pemikiran
yang lebih terbuka, bebas dan penuh rasa syukur. Dengan intervensi ini
diharapkan penilaian negatif klien terhadap kondisi sakitnya saat ini dapat diubah
dan diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap status
kesehatan klien secara keseluruhan.

Selama lima hari masa perawatan hasil dari intervensi yang dilakukan perawat
terhadap Nn. Y menunjukkan bahwa pada akhirnya klien memiliki kemampuan
yang baik dalam mengembangkan pikiran positif. Hal ini ditunjukkan dengan
munculnya penilaian diri yang lebih baik dengan mengungkapkan penerimaan
yang positif terkait kondisi kesehatannya saat ini dan kesiapan bertemu dengan
lingkungan asal dengan sikap yang jujur dan lebih terbuka terkait penyakit yang
dideritanya. Klien juga mengungkapkan bahwa kondisi sakit bukanlah hal yang
perlu dikhawatirkan lagi dan hal yang terpenting saat ini adalah bagaimana cara
menjalani pengobatan selanjutnya agar kesehatannya dapat pulih kembali.

Pencapaian yang peroleh klien dalam mengatasi masalah HDR situasional yang
dialaminya juga berdampak positif pada kemampuan klien dalam mengatasi
masalah fisik yang dialami. Pada hari ke 3 interaksi dengan perawat masalah fisik
terkait keluhan mual, muntah dan kelemahan fisik akibat perubahan pola makan
lambat laun menunjukkan kondisi yang membaik. Hal ini turut membantu
meningkatkan rasa percaya diri klien sehingga klien merasa optimis akan kondisi
kesehatannya dan semangat untuk terus berusaha mencapai kesehatan yang lebih
optimal. Hal-hal tersebut sesuai dengan Elfiky (2009) yang menyebutkan bahwa
berpikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan, disebut sumber
kekuatan karena ia akan membantu individu dalam mencari solusi untuk
mengatasi masalah yang sedang dialami dan disebut sumber kebebasan karena

UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


26

dengan pikiran positif individu akan terbebas dari penderitaan dan pengaruh
pikiran negatif yang akan berpengaruh terhadap kondisi fisik. Dari pernyataan
tersebut penulis menemukan kesesuaian dengan kondisi klien setelah dilakukan
intervensi. Hal ini merupakan keberhasilan yang sangat membanggakan atas
asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien.

4.3.2 Intervensi terhadap kecemasan

Kondisi kecemasan yang dialami klien baru terkaji oleh perawat pada hari kelima
atau tepatnya satu hari sebelum rencana kepulangan klien, namun walaupun
demikian asuhan keperawatan terhadap masalah ini tetap dilakukan. Intervensi
yang dilakukan perawat untuk mengatasi masalah ansietas pada Nn. Y difokuskan
pada usaha untuk meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal kecemasan
dan lebih difokuskan lagi pada peningkatan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakit TB paru dan cara perawatannya di rumah melalui pemberian
pendidikan kesehatan. Perawat juga berusaha memfasilitasi klien dan keluarga
untuk melakukan konsultasi dengan dokter dan ahli gizi guna mendapat informasi
kesehatan langsung dari ahlinya. Hal-hal tersebut dilakukan dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga agar tingkat kesehatan yang lebih
optimal dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan Edelman, Mandle (2006) dalam
Potter, Perry (2009) yang menjelaskan bahwa edukasi yang dilakukan perawat
bertujuan untuk membantu individu, keluarga atau komunitas untuk mencapai
tingkat kesehatan yang lebih optimal.

4.3.3 Peran serta keluarga

Perawat berusaha melibatkan peran serta keluarga dalam melakukan asuhan


keperawatan pada Nn. Y. Keluarga selalu diingatkan untuk terus memberikan
dukungan materil dan spirituil terhadap klien selama perawatan di rumah sakit.
Hal ini bertujuan agar klien dapat merasakan bahwa dirinya tidak sendiri dan
memiliki sistem pendukung sosial yang cukup baik. Bluvol, Ford-Gilboe (2004)
dalam Potter, Perry (2009) menyatakan bahwa anggota keluarga memiliki potensi
untuk menjadi kekuatan utama bagi klien dalam beradaptasi saat mendapatkan
suatu penyakit. Dalam hal ini keluarga dimanfaatkan untuk dijadikan salah satu

UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


27

faktor pendukung bagi proses kembalinya kesehatan yang hendak dicapai bagi
klien.
Keluarga juga dimanfaatkan oleh perawat untuk menjadi perpanjangan tangan
perawat selama proses pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit. Hal ini
bertujuan untuk menyiapkan keluarga dalam memberikan perawatan secara
mandiri saat klien kembali ke rumah ditengah-tengah keluarga asalnya. Potter,
Perry (2009) menyatakan bahwa fokus perawat kepada keluarga dibutuhkan untuk
melepas klien pulang ke lingkungan keluarganya karena keluarga biasanya akan
mengambil peran sebagai pengasuh utama bagi klien setelah pulang dari rumah
sakit. Dengan hal ini diharapkan ketika klien sudah berada dirumah, prinsip-
prinsip asuhan keperawatan yang dapat dilakukan dirumah dapat dilanjutkan
dengan dukungan penuh dari keluarganya sendiri.

4.4 Alternatif pemecahan masalah


Melatih klien berpikir positif pada penderita TB paru yang mengalami harga diri
rendah situasional cukup membantu mengembalikan rasa percaya diri dan
semangat untuk sembuh dari penyakit. Intervensi keperawatan lain yang dapat
dilakukan pada pasien TB paru yang mengalami harga diri rendah situasional
adalah melalui pendekatan spiritual. Melalui pendekatan ini klien dimotivasi
untuk tetap melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya
untuk mendapatkan sumber kekuatan batin yang lebih mendasar. Hal ini bertujuan
agar klien mampu menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya
dengan memanfaatkan aspek spiritualitas yang dibangunnya melalui kedekatan
yang intens dengan Sang Pencipta. Hal ini sesuai dengan Elfiky (2009) yang
menyatakan bahwa dengan pendekatan spiritual manusia akan menemukan jalan
keluar dari setiap permasalahan hidup. Meskipun intervensi yang semacam ini
mungkin akan menemukan beberapa rintangan dan membutuhkan strategi yang
khusus namun perawat dibangsal juga perlu memperhatikan aspek spiritual untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang lebih maksimal.

Kecemasan yang dialami penderita TB paru juga perlu mendapatkan perhatian


khusus dari perawat saat memberikan asuhan keperawatan. Stuart (2002)
menyatakan bahwa masalah kecemasan perlu diatasi untuk membantu klien dalam

UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


28

menunjukkan cara koping yang adaptif terhadap stres. Intervensi keperawatan


yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kecemasan diantaranya adalah
dengan cara mengatasi penyebab terjadinya ansietas misalnya mengatasi
gangguan konsep diri dan mengatasi defisiensi pengetahuan yang dialami klien.
Hal ini selain bertujuan untuk mengatasi kecemasan itu sendiri juga bertujuan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang optimal, mencegah terjadinya
masalah yang lebih berat dan mencegah terjadinya kegagalan pada program
perawatan dan pengobatan yang telah direncanakan.

Asuhan keperawatan psikososial khususnya pada penderita TB paru yang


mengalami masalah psikososial seperti HDR situasional dan kecemasan perlu
diperhatikan oleh setiap perawat walaupun pelayanan yang dilakukan berada di
areal medikal bedah. Hal ini sesuai dengan Potter, Perry (2009) yang menyatakan
bahwa setiap perawat yang memberikan asuhan kepada klien perlu
memperhatikan aspek psikososial di areal manapun dia bekerja. Pendekatan
asuhan keperawatan psikososial dapat dilakukan untuk menciptakan terlaksananya
asuhan keperawatan yang lebih holistik agar pelayanan yang dilakukan dapat
memenuhi seluruh kebutuhan klien pada aspek biologis, psikologis, sosial dan
spiritual. Mengatasi masalah psikososial juga bertujuan untuk membantu klien
dalam meningkatkan status kesehatan fisik yang lebih optimal.

Pelaksanaan asuhan keperawatan psikososial juga dilakukan dengan


memperhatikan penerapan teknik komunikasi terapeutik. Hal ini bertujuan agar
hubungan interpersonal antara perawat dan klien dapat terjalin dengan lebih
optimal. Penerapan komunikasi terapeutik ini dilakukan untuk memudahkan
perawat dalam membina hubungan saling percaya dengan klien, mempermudah
pencapaian tujuan asuhan dan diharapkan dapat memberi dampak yang positif
terhadap kualitas pelayanan yang dinilai dapat mempengaruhi kepuasan klien
terhadap pelayanan keperawatan. Paxton., et al (1996) dalam Jasmine (2009)
menyebutkan bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik sesungguhnya akan
berdampak pada peningkatan kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.

UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penyakit TB paru merupakan salah satu jenis penyakit menular yang banyak
diderita oleh masyarakat yang tinggal didaerah perkotaan. Hal ini tampaknya
berkaitan dengan perubahan gaya hidup dan kondisi lingkungan yang memburuk
akibat polusi dan kerusakan alam. Perubahan gaya hidup yang terjadi meliputi
kebiasaan individu dalam mengkonsumsi makanan yang kurang sehat, jajan
disembarang tempat dan kebiasaan terpapar polusi udara dari asap kendaraan
bermotor. Selain itu penyakit ini juga erat kaitannya dengan kondisi lingkungan
tempat tinggal di daerah perkotaan yang cenderung padat penduduk dan kurang
ventilasi udara. Kondisi-kondisi ini membuat mata rantai penyebaran penyakit ini
masih sulit untuk dikendalikan walaupun usaha-usaha dalam pengendalian
penyakit ini masih cukup gencar dilakukan oleh pemerintah.

Penderita TB paru dapat mengalami berbagai macam masalah kesehatan. Selain


mengalami masalah fisik penderita juga dapat mengalami masalah psikososial.
Beberapa masalah psikososial yang dapat dialami penderita TB paru diantaranya
adalah gangguan konsep diri yaitu harga diri rendah situasional dan kecemasan.
Masalah-masalah ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor misalnya
akibat pola pikiran yang negatif dari penderita itu sendiri, pengalaman yang tidak
menyenangkan akibat penyakit dan juga program pengobatan, defisiensi
pengetahuan serta dapat juga diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang masih
dikelilingi oleh banyak stigma.

Asuhan keperawatan pada penderita TB paru perlu memperhatikan setiap aspek


yang ada pada diri individu, meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Penanganan terhadap masalah psikososial merupakan salah satu hal yang penting.
Hal ini dikarenakan masalah psikososial yang gagal diatasi sejak dini dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang lebih berat. Untuk mengatasi masalah
harga diri rendah situasional dapat dilakukan intervensi melatih klien berpikir
positif. Hal ini dapat dilakukan melalui latihan-latihan dalam memandang setiap
permasalahan dari sisi yang lebih positif sehingga sikap klien menjadi lebih
29 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


30

terbuka, bebas dan penuh semangat dalam menjalani pengobatan. Intervensi ini
terbukti dapat membantu klien dalam menyadari potensi diri yang dimiliki, lebih
percaya diri dan membantu klien dalam meningkatkan aktualisasi diri yang lebih
maksimal. Hal ini pada akhirnya juga mempengaruhi kemampuan klien dalam
mencapai status kesehatan yang lebih optimal sehingga mampu terbebas dari
kondisi penyakit yang dideritanya.

Mengatasi masalah ansietas perawat dapat melakukan berbagai macam intervensi


keperawatan. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah membantu klien
dalam mengenali perasaan cemasnya dan membimbing klien dalam mengalihkan
perasaan atau pikiran - pikiran yang menimbulkan kecemasan. Penanganan
terhadap kecemasan juga dapat diintegrasikan dengan intervensi harga diri rendah
situasional karena pada dasarnya kedua masalah psikososial ini dapat saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Program edukasi kesehatan terhadap klien dan
keluarga juga dapat dilakukan unutk mengatasi kondisi defisiensi pengetahuan
yang dialami klien dan keluarga.

5.2 Saran

5.2.1 Saran bagi keilmuan


Saran bagi keilmuan khususnya ilmu keperawatan diharapkan dapat
meningkatkan kegiatan temu ilmiah, seminar, workshop dan kegiatan-kegiatan
ilmiah lainnya dengan tema asuhan keperawatan psikososial khususnya pada
penderita TB paru yang mengalami masalah psikososial seperti harga diri rendah
situasional dan kecemasan. Hal ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tambahan bagi perawat di pelayanan klinis sehingga memiliki sumber referensi
dan pedoman baru dalam pelaksanaan asuhan keperawatan psikososial.

5.2.2 Saran aplikatif


Saran aplikatif bagi pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan diharapkan
penerapan asuhan keperawatan psikososial dapat diterapkan di setiap area
keperawatan tidak hanya diareal keperawatan jiwa saja . Perawat kiranya dapat
terus mengembangkan keterampilan klinisnya dalam melakukan asuhan
keperawatan psikososial terkait masalah HDR situasional didukung dengan

UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


31

peningkatan kemampuan komunikasi terapeutik untuk mencapai tujuan asuhan


keperawatan yang lebih optimal. Pihak manajemen rumah sakit kiranya juga
diharapkan untuk terus memfasilitasi pelaksanaan asuhan keperawatan
psikososial dengan sarana dan prasarana yang memadai. Diharapkan pihak
manajemen rumah sakit juga terus mendukung keterampilan perawat dengan
meningkatkan frekuensi pelaksanaan aktivitas pelatihan, seminar, workshop dan
kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang dapat diikuti oleh perawat secara
berjenjang dan berkesinambungan.

5.2.3 Saran penelitian berikutnya


Diharapkan penulisan karya ilmiah yang berikutnya dapat lebih mengeksplorasi
tentang manfaat dan strategi-strategi baru yang dapat digunakan dalam melakukan
asuhan keperawatan psikososial khususnya bagi penderita TB paru dengan
masalah harga diri rendah situasional dan ansietas. Selain itu penulisan karya
ilmiah berikutnya juga diharapkan dapat lebih memfokuskan pembahsan pada
penerapan aspek spiritual dan mengoptimalkan peran serta keluarga dalam
mengatasi masalah psikososial penderita TB paru.

UniversitasIndonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

BPS , (2012). http:// www. bps. go.id


CDC, (2009). Trend in tuberculosis, 2008 available at http : // www.cdc.gov / tb /statistics/
reports/ 2008/ default.htm
Depkes. (2008). Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis, Edisi 2. Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2010). Nursing care plan: Guidelines for
individualizing client care across the life span. 8th edition. Philadelphia: F.A Davis
Company.
Elfiky, I. (2009). Terapi berpikir positif. Jakarta: Zaman transforming lives.
FIK-UI, RSMM. (2012). Standar asuhan keperawatan diagnosa fisik dan psikososial. Tidak
dipublikasikan.
Jasmine, T.J.X. (2009). The use of effective therapeutic communication skills in nursing
practice. Volume 36. Singapore Nursing Journal. Page 35-38.
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2007). Keperawatan kesehatan jiwa
komunitas: CMHN (Basic course). Jakarta : EGC
Kemenkes RI, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2011). Stop TB:
Terobosan menuju akses universal - startegi nasional pengendaian TB di Indonesia
2010-2014.
Kumar, Cotran, & Robbins. (2004). Buku ajar patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC .
McEwen, Melanie, Nies,M.A., & Mary A. (2001). Community health nursing: Promoting
the health of populations. Philadelphia: W.B. Saunders company
Morton, L., Louise, L., Reid, H., & Stewart, S.H. (2011). An evaluation of a CBT group for
women with low self-esteem. Behavioural and Cognitive Psychotherapy. Page 221–225.
First published online June 9th 2011.
Nies, M.A., & McEwen, M. (2007). Community/Public Health Nursing: Promoting the
Health of Populations. 4th.ed. Canada: Saunders Elsevier.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6. Jakarta : EGC.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


Purwanda, F., Fibriawan, Y., Sasmito, D., Fatkhunisa, & Widiyanti, F. (2012). Tuberculosis
Counter (TC) as the equipment to measure the level of TB in sputum. Indonesian
Journal of tropical and infectious disease.
Rian, S (2010). Pengaruh efek samping obat anti tuberkulosis terhadap kejadian default di
Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta Timur Januari 2008 – Mei 2010. Tesis.
Depok: FKM - Universitas Indonesia.

Setiawan, Y (2011). Hilangkan stigma negatif tentang penyakit TB. http :// www.lkc.or.id/
2011/ 10/ 26/ hilangkan -3 – stigma –negatif – tentang – tb /
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah: Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Videbeck , S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J.M., & Ahern, N. R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 9. Jakarta:
EGC

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


Lampiran 1

PENGKAJIAN

1.Identitas pasien

Nama : Nn. Y

No. rekam medic : 26.27.28

Usia : 18 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Status marital : belum menikah

Pekerjaan : tidak bekerja

Suku : Sunda

Alamat : Gang Mushola RT.01/12 Gunung Batu - Bogor barat

Tanggal masuk RS : 9 Mei 2013

Tanggal pengkajian : 10 Mei 2013

Diagnosa Medis : TB paru dengan DIH (Drug Induced Hepatitis)

2. Riwayat Kesehatan

2.1 Riwayat penyakit saat ini

Klien masuk ke RS dengan keluhan mual disertai rasa ingin muntah, tidak nafsu makan yang
telah berlangsung selama dua minggu sebelum masuk RS. Keluhan ini dirasakan klien sejak
mengkonsumsi obat paru-paru yang diperolehnya dari Puskesmas.

2.2 Riwayat penyakit masa lalu

Sekitar 6 minggu sebelum masuk RS klien pernah berobat ke Puskesmas akibat mengalami
batuk-batuk, klien sempat diberi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dari Puskesmas tempatnya
memeriksakan diri. Sejak mengkonsumsi obat-obat tersebut kondisi kesehatannya menjadi

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


semakin memburuk. Klien baru 5 minggu menjalani pengobatan OAT dan penggunaannya
dihentikan sejak seminggu yang lalu akibat klien mengalami efek samping dari OAT yang
sangat memprihatinkan.

2.3 Riwayat penyakit keluarga

Menurut orang tua klien riwayat sakit paru-paru ada pada kakek klien dari pihak ibu.
Sementara riwayat sakit hipertensi dan gangguan ginjal ada pada nenek dari pihak ibu.
Riwayat pengobatan keduanya tidak diketahui secara pasti.

2.4 Struktur keluarga

Klien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, saat ini klien tinggal serumah bersama
kedua orangtua dan kedua saudara kandungnya. Pola komunikasi dalam keluarga cukup
terbuka. Kepala keluarga adalah ayah klien dan setiap keperluan rumah tangga disiapkan oleh
ibu klien yang berperan sebagai ibu rumah tangga.

2.5.Riwayat alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi

3.Pemeriksaan Fisik

3.1 Keadaan umum

Klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD: 100/80 mmHg, nadi 88x/menit,
suhu 37°C, frekuensi nafas 22 x/menit. Tinggi badan saat ini 155 cm, berat badan 36 Kg
(sebelum sakit 42 kg), lingkar lengan atas 18cm, IMT (Indeks Massa Tubuh) 15.

3.2 Pemeriksaan Fisik Head to toe

 Kepala dan rambut


Bentuk simetris, kulit kepala bersih, tidak tampak lesi, rambut hitam, kuat, bersih,
distribusi merata.
 Mata
Bentuk simetris, konjungtiva tampak pucat, warna pink muda, sklera agak keruh,
warna putih, ikterik tidak ada, fungsi penglihatan tidak ada kelainan.
 Hidung

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


Bentuk simetris, tidak ada lesi atau hambatan pada saluran pernafasan atas, bersih,
tidak ada secret.
 Mulut
Bentuk bibir simetris, warna merah muda, agak pucat dan kering, gigi bersih dan
lengkap, lidah bersih, fungsi pengecapan tidak ada kelainan.
 Telinga
Bentuk kedua daun telinga simetris, bersih, tidak ada serumen ataupun lesi, fingsi
pendengaran tidak ada kelainan.
 Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak tampak
bendungan vena jugularis.
 Ekstremitas atas
Bentuk simetris, fungsi pergerakan tidak ada kelainan. Terpasang infuse pada tangan
klien sebelah kanan.
 Dada
Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris, suara paru vesikuler, terdengar ronki
pada area apeks paru kanan dan kiri.
 Abdomen
Bentuk abdomen tidak ada kelainan, tidak terdapat nyeri tekan, peristaltic usus ada.
 Genitourinaria dan anus
Tidak diperiksa
 Kulit dan kuku
Warna kulit sawo matang, bersih, tidak terdapat lesi, tidak tampak jaundice, turgor
kulit baik.kuku bersih.
 Ekstremitas bawah
Bentuk simetris, fungsi pergerakan tidak ada kelainan.

4. Pemeriksaan Psikososial

Hasil pemeriksaan kondisi psikososial klien pada awal interaksi dengan perawat
menunjukkan bahwa klien cenderung murung dan pasif, klien mengatakan merasa malu
tentang penyakit paru-paru yang diderita, tidak berani menceritakan tentang penyakitnya
kepada orang lain, cenderung menyembunyikan tentang penyakitnya dan memilih
menyebutkan jenis penyakit lain jika ada yang bertanya tentang penyakit. Klien juga
mengatakan merasa sedih karena terpaksa harus berhenti bekerja akibat menderita penyakit

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


ini dan merasa malu karena menjadi tidak produktif dan merasa khawatir akan masa
depannya kelak. Klien dan keluarganya masih memandang bahwa penyakit TB paru
merupakan penyakit yang memalukan dan merupakan suatu aib bagi keluarga

Pada hari kelima interaksi dengan perawat klien juga mengatakan bahwa dirinya merasa
khawatir terkait kemungkinan rencana pengobatan OAT dan efek sampingnya. Klien
mengatakan langsung merasa mual jika membayangkan obat-obat paru yang pernah
diminumnya. Klien juga mengatakan khawatir dan takut akan ditolak oleh lingkungan,
dijauhi atau dicemooh oleh orang lain akibat penyakit TB paru-nya ini. Klien tampak tegang
jika membicarakan tentang obat TBC. Klien dan keluarga juga mengatakan bahwa selama ini
belum pernah mendapatkan informasi tentang cara pengobatan dan perawatan TB paru dan
mengharapkan akan mendapatkan informasi yang tepat dari perawat.

5. Pola kebiasaan sehari-hari

No. Kegiatan Di rumah Di rumah sakit Keterangan


harian
1 Makan Sebelum sakit klien memang Sejak dirawat klien Klien mengeluh
suka pilih-pilih makanan, hanya makan 1-3 mual disertai
makan hanyasedikit, dan suap nasi rasa ingin
lebih sering jajan diluar. muntah, dan
tidak nafsu
makan.
2 Minum Klien mengatakan jarang Klien hanya minum
minum terutama saat berada 2-3 gelas air putih
di luar rumah
3 BAB Klien BAB dua hari sekali, Belum BAB sejak
konsitensi lunak, bau, warna masuk RS
dan jumlah dalam batas
normal.
4 BAK Klien BAK 4-5x/ hari, bau, Klien BAK 5-
warna, dan jumlah khas 6x/hari. Bau, warna
dan jumlah normal.
5 Tidur Klien tidur 6-8 jam/hari Klien tidur 7-8
jam/hari.

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


6 Kebersihan Klien mandi 1-2x/hari, Klien hanya di lap
diri keramas dan gosok gigi rutin dengan washlap
setiap hari oleh orang tua,
sikat gigi 1x/hari,
dan keramas belum
dilakukan

6. Pemeriksaan penunjang

Waktu Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan


28/3/2013 Rontgen thorax (hasil Kesan:
pemeriksaan di klinik Katili- KP
Bogor) Jantung tampak normal

9/5/2013 Laboratorium Hematologi:


 Hemoglobin: 11,6
 Leukosit: 5.100
 Trombosit: 552.000
 Hematokrit: 34
Kimia darah:
 SGOT: 330
 SGPT: 90
 Ureum: 19,5
 Kreatinin : 0,57
 GDS: 89

11/5/2013 Laboratorium Kimia darah:


 Bilirubin direct: 0,58
 SGOT: 159
 SGPT: 156
 Bilirubin total: 1,07
 Bilirubin indirect: 0,49

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


15/5/2013 Laboratorium Kimia darah:
 Bilirubin direk: 0,39
 SGOT: 31
 SGPT: 93
 Bilirubin total: 0,81
 Bilirubin indirect: 0,42

7. Daftar Terapi medis

 Infus RL : D5% @ 8 jam/kolf


 Injeksi ranitidine 2x1 ampul ( jam 11.00 dan 23.00)
 Injeksi Ondancentron 3x4mg (jam 06.00, 14.00, 22.00)
 HP pro 3x1 tablet

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


Lampiran 2

ANALISA DATA

No. Data subjektif dan objektif Masalah keperawatan


1. DS: Ketidakseimbangan nutrisi:
Perut terasa mual, ada rasa ingin muntah, kurang dari kebutuhan tubuh
makan sulit hanya masuk 1-3 suap.
DO:
 Klien tampak lemah
 TD: 100/80 mmHg, nadi 88x/menit,
suhu 37 C, dan frekuensi napas
22x/menit.
 Tinggi badan 155 cm
 BB sebelum sakit 42 kg (± 1bulan
sebelum masuk RS)
 Berat badan saat ini 36 kg.
 BB ideal 49,5 - 60,5 kg.
 IMT= 15
 Lingkar lengan atas 18 cm
 Konjungtiva pucat, warna pink muda.
 Sklera agak keruh, ikterik tidak ada.
 Bibir agak pucat dan kering
 Hb: 11,6 mg/ dL
 SGOT: 330, SGPT: 90
2. DS: Harga diri rendah situasional
Malu tentang penyakit paru-paru yang diderita,
tidak berani menceritakan tentang penyakitnya
kepada orang lain, sedih karena terpaksa harus
berhenti bekerja akibat menderita penyakit ini,
merasa malu karena menjadi tidak produktif
dan merasa khawatir akan masa depannya
kelak. Klien dan keluarganya masih
memandang bahwa penyakit TB paru

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


merupakan penyakit yang memalukan dan
merupakan suatu aib bagi keluarga
DO:
 Klien tampak murung
 Pasif
 Cenderung menyembunyikan tentang
penyakitnya
 Memilih menyebutkan jenis penyakit lain
jika ada yang bertanya tentang penyakit.
3. DS: Ansietas
Khawatir dengan pengobatan TB paru dan efek (terkaji tanggal 15 Juni 2013)
sampingnya, langsung merasa mual jika
membayangkan obat-obat paru yang pernah
diminumnya, khawatir dan takut akan ditolak
oleh lingkungan, dijauhi atau dicemooh oleh
orang lain akibat penyakit TB paru. Klien dan
keluarga juga mengatakan bahwa selama ini
belum pernah mendapatkan informasi tentang
cara pengobatan dan perawatan TB paru dan
mengharapkan akan mendapatkan informasi
yang tepat dari perawat.
DO:
 Klien tampak murung
 Tidak ceria
 Tegang jika membicarakan tentang obat
TBC
 Meminta informasi kepada perawat
tentang cara pengobatan dan perawatan
TB paru kepada perawat

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


Lampiran 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

 Diagnosa I :
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan: Status nutrisi klien dapat mencapai keseimbangan.
Kriteria evaluasi:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien akan
menunjukkan kondisi :
 TTV dalam batas normal (TD: 110-120/ 70-80 mmHg, Nadi: 80-100x/menit,
suhu: 36-27 C, Frekuensi nafas: 16-20x/ menit
 Keluhan mual muntah berkurang atau hilang, selera makan meningkat
 Klien mampu melakukan aktivitas makan yang adekuat: porsi makan yang
disediakan RS habis
 Berat badan dapat dipertahankan, tidak tambah menurun, atau meningkat
mendekati BB ideal (55kg)
 Nilai laboratorium dalam batas normal (Hb: 13-15 mg/ dL, albumin 3,5 - 5)
Rencana intervensi keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Pantau status nutrisi klien; ukur BB, Mengetahui status nutrisi klien dan
IMT, dan LiLA (lingkar lengan atas) memudahkan dalam menentukan
asuhan keperawatan yang sesuai
2. Pantau TTV Status hemodinamik penting untuk
dipantau guna mengetahui kondisi
sistemik tubuh pasien.
3. Evaluasi keluhan mual muntah dan Menilai kemajuan efektivitas
pengaruhnya terhadap asupan nutrisi intervensi keperawatan yang
klien diberikan.
4. Motivasi klien untuk makan dalam Porsi sedikit tapi sering dapat
porsi sedikit tapi sering menurunkan resiko mual akibat
asupan nutrisi yang tiba-tiba
terhadap lambung.

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


5. Motivasi klien untuk melakukan Menurunkan ketidaknyamanan
perawatan mulut secara adekuat dengan stomatitis oral dan rasa tak disukai
menggosok gigi minimal 2x perhari dalam mulut.
atau berkumur-kumur dengar cairan
desinfektan
6. Motivasi klien untuk segera Sajian hangat dapat meningkatkan
mengkonsumsi makanan dalam nafsu makan.
keadaan masih hangat
7. Anjurkan klien untuk modifikasi Makanan yang disukai dapat
makanan disesuaikan dengan diit meningkatkan selera makan
kesukaan klien yang masih sesuai sehingga kebutuhan nutrisi yang
dengan diit anjuran saat ini adekuat dapat dipenuhi.
Kolaborasi:
1. Pantau nilai laboratorium Nilai laboratorium dapat
membantu menetukan status nutrisi
secara biokomiawi.
2. Kolaborasi dengan dietisian atau ahli Asupan kalori dan protein yang
gizi terkait program diet yang sesuai cukup tinggi pada penderita TB
dengan kebutuhan klien paru diperlukan untuk melawan
proses infeksi dan mendukung
proses penyembuhan.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam Antiemetik berfungsi menekan
pemberian terapi anti emetik, dan keluhan atau gejala mual dan
antibiotik. muntah, antibiotik sebagai agent
melawan mikrobiologi penyebab
penyakit.

 Diagnosa II :
Harga diri rendah (HDR) situasional
Tujuan: Klien mampu mencapai kembali harga diri yang positif
Kriteria evaluasi:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3-4 x interaksi, diharapkan klien
mampu:

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


 Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga
diri dan pemecahan masalah yang efektif
 Klien dapat melakukan keterampilan perawatan diri untuk meningkatkan
harga diri
 Klien dapat melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan balik yang
efektif
 Klien dapat menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan kesehatan
fisik

Rencana intervensi keperawatan:


Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan klien HDR situasional, Memberi kesempatan pada klien
meliputi penyebab, proses terjadinya, tanda untuk mengeksplorasi
dan gejala, serta akibat dari perasaan perasaannya sehingga beban
negatif yang dirasakannya. perasaan dapat berkurang,
membantu klien mengenali
masalah psikososial yang perlu
diatasi.
2. Bantu pasien mengembangkan pola pikiran Meningkatkan kemampuan klien
positif dalam mengenal aspek positif
yang dimiliki sehingga dapat
meningkatkan kemampuan dalam
pemecahan masalah.
3. Bantu klien mengembangkan kembali Membantu klien meningkatkan
harga diri positif melalui kegiatan yang aktualisasi diri melalui kegiatan
positif yang bermanfaat sehingga klien
kembali merasa berharga.
4. Minta bantuan pada sumber-sumber yang Memberikan dukungan sosial
ada pada keluarga, rumah sakit, dan yang lebih maksimal pada klien
lingkungan terdekat (misalnya layanan agar klien meraasa bahwa
keagamaan, petugas sosial, perawat dirinya tidak sendiri dan memiliki
spesialis klinis, tenaga kesehatan lain, dan faktor pendukung yang baik
sebagainya).

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


 Diagnosa III:
Ansietas
Tujuan : klien mampu mengatasi kecemasan yang dirasakan.
Kriteria evaluasi :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan sebanyak 2-3x intervensi diharapkan :
 Klien dapat mengungkapkan perasaan cemas yang dirasakan secara jujur dan
terbuka
 Klien dapat menggunakan kemampuan pribadinya dalam melakukan relaksasi
melalui pengalihan perhatian
 Klien dapat memanfaatkan faktor pendukung yang dimiliki

Rencana intervensi keperawatan:


Intervensi Rasional
1. Bantu klien mengenal kecemasannya Klien mampu mengenali kondisi
psikologisnya sehingga mampu
mengontrol pikiran dan
perasaannya.
2. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk Mengalihkan klien dari pikiran-
meningkatkan kontrol dan rasa percaya pikiran negatif dan membantu
diri berupa pengalihan situasi. klien agar lebih rileks.
3. Lakukan pendekatan spiritual Pendekatan spiritual diperlukan
untuk memberikan penguatan
pikiran atas beban yang
dirasakan klien.
4. Sediakan informasi faktual yang terkait Kondisi defisiensi pengetahuan
diagnosis, terapi, dan prognosis sesuai tentang kesehatannya kerap kali
kebutuhan informasi yang ditunjukkan berakibat pada munculnya
klien. kecemasan.
5. Libatkan keluarga dalam memberi Keluarga merupakan sistem
penguatan positif tekait perasaan klien pendukung klien yang paling
utama

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


Lampiran 4

CATATAN KEPERAWATAN

Waktu Implementasi Evaluasi


Hari ke- I, S: mual masih ada tapi sudah agak berkurang, ingin makan nasi
Dinas pagi Diagnosa: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tidak mau makan bubur terus
11/05/2013 kebutuhan tubuh O: keluhan mual berkurang, infuse terpasang RL 8 jam/kolf,
08.00  Mengevaluasi keluhan mual, mengukur TTV, tetesan lancar. TD 110/60 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36°C, RR
mengobservasi tetesan infus 18x/menit, makan siang habis ¾ porsi
09.00  Memotivasi klien untuk meningkatkan asupan A: masalah teratasi sebagian
makan adekuat; makan disaat masih hangat, P:
makan sedikit-sedikit tapi sering. Klien:
11.00  Memberi terapi injeksi Ranitidine 1 ampul (IV)  tingkatkan asupan makan
12.30  Memfasilitasi makan siang, mengobservasi  makan segera saat masih hangat
aktivitas makan siang klien.  makan sedikit sedikit tapi sering
 Memberi terapi oral : HP pro 1 tablet Perawat:
 Evaluasi keluhan mual dan aktivitas makan klien
 Pantau TTV, ukur BB setiap hari
 Tingkatkan motivasi klien untuk makan adekuat
 Berikan terapi sesuai indikasi dan order medis
 Kolaborasi dengan ahli gizi terkait diet klien

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


Diagnosa: HDR situasional S: masih belum yakin kalau teman-teman akan menerima keadaan
09.00  Mengeksplorasi perasaan klien terkait rasa malu saya yang sakit paru-paru
yang dirasakan akibat penyakitnya O:Masih tampak murung, bicara masih terbatas dan seperlunya.
 Memotivasi klien untuk menggali aspek positif A: masalah belum teratasi
yang dimiliki dan mensyukuri hal tersebut sebagai P:
suatu anugerah dari Tuhan YME Klien:
 Ungkapkan perasaan kepada orang yang dipercaya
 Gali aspek positif yang dimiliki
Perawat:
 Bina hubungan saling percaya dengan lebih dalam
 Eksplorasi kembali perasaan klien disaat yang tepat
 Gunakan teknik komunikasi yang tepat

Hari ke II

Waktu Implementasi Evaluasi


Dinas pagi DS: sekarang makannya sudah lumayan banyak, mual S: mual masih ada tapi sudah agak berkurang, ingin makan nasi
13/05/2013 hanya sedikit itupun kadang-kadang saja, badan masih tidak mau makan bubur terus
lemes O: keluhan mual berkurang, TD 120/60 mmHg, nadi 88x/menit,
DO: makan pagi habis ½ porsi, klien masih tampak suhu 36°C, RR 16x/menit, BB 36 kg, makan siang habis ½ porsi
lemas. A: masalah teratasi sebagian
Diagnosa : ketidakseimbangan nutrisi: kurng dari P:

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


kebutuhan tubuh Klien:
Implementasi:  tingkatkan asupan makan, lakukan ngemil sehat
08.15  Mengevaluasi keluhan mual, mengukur TTV,  makan segera saat masih hangat, makan sedikit-sedikit tapi
mengobservasi tetesan infuse sering
 Mengukur Berat badan Perawat:
 Memotivasi klien untuk terus meningkatkan asupan  Evaluasi keluhan mual dan aktivitas makan klien
makan adekuat; makan disaat masih hangat, makan  Pantau TTV, Ukur BB
sedikit-sedikit tapi sering.  Tingkatkan motivasi klien untuk makan adekuat
11.00  Memberi terapi injeksi Ranitidine 1 ampul (IV)  Motivasi keluarga untuk menyediakan cemilan sehat : roti,
 Memfasilitasi makan siang, mengobservasi juss, susu hangat
12.30
aktivitas makan siang klien,  Berikan terapi sesuai indikasi dan order medis
 Memberi terapi oral : HP pro 1 tab  Kolaborasi dengan ahli gizi terkait keinginan klien untuk
makan nasi bukan bubur.

DS: Kemarin sore ada teman datang, saya bilang saya S: belum yakin kalau teman-teman akan menerima keadaan saya
sakit liver, malu kalau bilang sakit paru-paru yang sakit paru-paru
DO: Klien masih tampak murung dan pasif O:Masih tampak murung, bicara masih terbatas dan seperlunya.
Diagnosa : HDR situasional A: masalah belum teratasi
Implementasi: P:

09.00  Mengeksplorasi perasaan klien terkait rasa malu Klien:

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


yang dirasakan akibat penyakitnya  Ungkapkan perasaan kepada orang yang dipercaya
 Memotivasi klien untuk berpikir positif terkait  Gali aspek positif yang dimiliki
kondisi sakit yang dialaminya Perawat:
 Memotivasi klien untuk menggali aspek positif  Bina hubungan saling percaya dengan lebih dalam,
yang dimiliki dan mensyukuri hal tersebut sebagai gunakan teknik komunikasi yang sesuai
suatu anugerah dari Tuhan YME  Eksplorasi kembali perasaan klien disaat yang tepat

Hari ke III

Waktu Implementasi Evaluasi


Dinas pagi DS: makannya sudah banyak, tadi pagi habis satu S: Alhamdulillah sekarang sudah enak makannya
14/05/2013 porsi O: keluhan mual berkurang, TD 120/70 mmHg, nadi 76x/menit,
DO:Klien tampak lebih segar, makan pagi habis satu suhu 36°C, RR 16x/menit, BB 36 kg, makan siang habis 1 porsi
porsi, aktivitas ngemil ada. A: masalah teratasi sebagian
Diagnosa: ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari P:
kebutuhan tubuh Klien:
Implementasi:  tingkatkan terus asupan makan, lanjutkan ngemil sehat
08.00  Mengevaluasi keluhan mual, mengukur TTV, Perawat:
mengobservasi tetesan infuse  Evaluasi keluhan mual dan aktivitas makan klien
 Mengukur Berat badan  Pantau TTV
 Memotivasi klien untuk terus meningkatkan asupan  Ukur BB setiap hari

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


makan adekuat (TKTP) dan melanjutkan aktivitas  Tingkatkan lagi motivasi klien untuk makan adekuat
ngemil sehat  Motivasi keluarga untuk menyediakan cemilan sehat
11.00  Memberi terapi injeksi Ranitidine 1 ampul (IV)  Berikan terapi sesuai indikasi dan order medis
 Memfasilitasi makan siang, mengobservasi  Kolaborasi dengan ahli gizi terkait keinginan klien untuk
12.30 aktivitas makan siang klien, makan nasi bukan bubur.
 Memberi terapi oral : HP pro 1 tablet
13.30  Memfasilitasi visite dr. Koko, Sp.P, advise:
- Cek ulang laboratorium
- Ripamfisin 150 mg 3x1 tablet
- INH 100mg 1x1 tablet

DS: sudah gak mikirin omongan orang, biar saja orang S: tidak akan mikir yang jelek-jelek lagi, besok akan mulai
mau bilang apa membaca buku atau menulis diary
DO: O: Sudah tampak ceria, sikap lebih terbuka.
tampak lebih ceria, sikap lebih aktif dan terbuka A: masalah teratasi sebagian
Diagnosa II: harga diri rendah situasional P:
09.00  Memberi pujian atas sikap dan pikiran positif yang Klien:
ditunjukkan klien dihadapan perawat  Lakukan hobi yang dapat dilakkan di RS seperti membaca
 Memotivasi klien untuk melakukan hobi yang dan menulis
masih dapat dilakukan di RS  Ungkapkan perasaan kepada orang yang dipercaya

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


 Memotivasi klien untuk menggali hobi atau aspek Perawat:
positif yang lain untuk dilakukan di RS  Evaluasi pelaksanaan aktivitas hobi di RS
 Memotivasi klien untuk terus berpikir positif dalam  Berikan reinforcement positif atas usaha klien dalam
menghadapi setiap masalah yang dihadapi melakukan hobi selama di rawat di RS

Hari ke – IV

Implementasi Evaluasi
waktu
Dinas pagi DS: makannya sudah normal malah kalau malam suka S: Alhamdulillah sekarang sudah enak makannya
15/05/2013 minta dibelikan bubur nasi, tadi pagi makannya habis O:
satu porsi keluhan mual tidak ada, TD 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, suhu
DO: Klien tampak lebih segar, makan pagi habis satu 36°C, RR 20x/menit, BB 36,5 kg, makan siang habis 1 porsi, nilai
porsi, aktivitas ngemil ada. laboratorium sudah ada, Hb: 12 mg/dL, SGOT 31, SGPT 93.
Diagnosa: ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari A: masalah teratasi sebagian
kebutuhan tubuh P:
Implementasi: Klien:
08.20  Mengevaluasi aktivitas makan, mengukur TTV,  tingkatkan terus asupan makan, lanjutkan ngemil sehat
mengobservasi tetesan infus Perawat:
 Mengukur Berat badan  Pantau TTV
 Memotivasi klien untuk terus meningkatkan asupan  Ukur BB setiap hari

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


makan adekuat (TKTP) dan melanjutkan aktivitas  Tingkatkan lagi motivasi klien untuk makan adekuat
ngemil sehat  Motivasi keluarga untuk menyediakan cemilan sehat,
11.00  Memberi terapi injeksi Ranitidine 1 ampul (IV) seperti juss, susu, roti, dll
12.30  Memfasilitasi makan siang, Memberi terapi oral :  Berikan terapi sesuai indikasi dan order medis
HP pro 1 tablet
 Memantau nilai laboratorium

DS: sudah lebih baikan, bebas, pasrah, dan optimis S: sudah siap pulang kerumah dan menjalani pengobatan, tidak
saja. apa-apa orang lain tau kalau saya sakit paru-paru yang penting
DO: Tampak lebih ceria, sikap lebih aktif dan terbuka, saya yakin bisa sembuh
aktivitas hobi dilakukan di RS O: Sudah tampak ceria, sikap terbuka, aktivitas membaca dan
Diagnosa : HDR situasional menulis dilakukan dengan mandiri
Implementasi: A: masalah teratasi sebagian
10.30  Memberi pujian atas sikap positif klien yang P:
ditunjukkan kepada perawat Klien: Lanjutkan aktivitas hobi di RS seperti membaca dan
 Memotivasi klien untuk terus berpikir positif dalam menulis
mengahadapi semua permasalahan hidup Perawat:
 Memotivasi klien untuk melakukan hobi yang  Evaluasi pelaksanaan aktivitas hobi di RS
masih dapat dilakukan di RS  Berikan reinforcement positif atas usaha klien dalam
 Mengeksplorasi perasaan klien ketika merasa melakukan hobi selama di rawat di RS

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


mampu melakukan aktivitas yang bermakna dalam
keadaan sakit
 Memotivasi keluarga untuk mendukung kegiatan
klien selama di RS dan dilanjutkan dirumah jika
klien telah selesai masa rawatnya

DS: S:
khawatir dengan pengobatan paru dan efek semoga apa yang saya khawatirkan tidak terjadi ya sus..., nanti
sampingnya, langsung merasa mual jika saya akan mencari buku-buku kesehatan tentang pengobatan
membayangkan obat-obat paru yang pernah TBC...
diminumnya, khawatir dan takut akan ditolak oleh O: klien lebih rileks, masih tampak murung, sikap cukup antusias
lingkungan, dijauhi, atau dicemooh oleh orang lain dalam menerima informasi yang disampaikan perawat
akibat penyakit TB paru-nya ini A: masalah teratasi sebagian
DO: P:
 Klien tampak murung Klien:
 Tidak ceria - Ungkapkan perasaan cemas kepada orang yang dipercaya
 Tegang jika membicarakan tentang obat TBC - Cari informasi dari sumber-sumber informasi lain yang
Dx : Ansietas dapat dipertanggung jawabkan
09.45  Mengeksplorasi perasaan klien terkait Perawat :
kecemasannya - Fasilitasi klien untuk mendapat informasi yang terpercaya

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


 Membantun klien mengenal kecemasannya, tentang perawatan dan pengobatan TBC
meliputi: penyebab, tanda dan gejala, efek yang - Fasilitasi proses diskusi antara klien dengan dokter untuk
13.15 ditimbulkan mendapat penkes tentang pengobatan TBC
 Membantu klien mengalihkan pikiran-pikiran
negatif yang menyebabkan kecemasan
 Mengkaji kebutuhan klien akan informasi
kesehatan yang menyebabkan cemas
 Mendiskusikan dengan klien tentang perawatan
dirumah: mengatasi efek samping OAT
 Menganjurkan klien untuk mencari sumber
informasi lain untuk meningkatkan pengetahuan
tentang masalah kesehatan

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


Hari ke V

Implementasi Evaluasi
waktu
Dinas pagi DS: makannya sudah normal S: Alhamdulillah sekarang sudah sehat rasanya, senang sudah bisa
16/05/2013 DO: Klien tampak lebih segar, makan pagi habis satu diizinkan pulang oleh dokter
porsi, aktivitas ngemil ada. O:
Diagnosa: ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari keluhan mual tidak ada, TD 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu
kebutuhan tubuh 36, 7°C, RR 20x/menit, BB naik 700 ons dari 6 hari yang lalu, saat
08.00  Mengukur TTV, mengobservasi tetesan infus ini BB 36,7kg, makan siang habis 1 porsi, ngemil ada.
 Mengukur Berat badan A: masalah menjadi potensial peningkatan status nutrisi
 Memotivasi klien untuk terus meningkatkan asupan P:
makan adekuat (TKTP) dan melanjutkan aktivitas Klien:
ngemil sehat  Tingkatkan terus asupan makan, lanjutkan ngemil sehat
11.00  Memberi terapi injeksi Ranitidine 1 ampul (IV)  Hubungi fasilitas kesehatan jika kembali merasakan
 Memfasilitasi makan siang keluhan mual, muntah, dan masalah fisik lainnya
12.30  Memberi terapi oral : HP pro 1 tablet Perawat:
13.15  Memfasilitasi visite dr. Koko, Sp.P advise: - Anjurkan klien untuk melanjutkan aktivitas makan adekuat

- Besok boleh pulang (TKTP)

- Obat dirumah: - Rujuk klien pada sistem pelayanan kesehatan terpercaya

Ripamfisin :
 3 hari pertama 1x300 mg

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


 3 hari berikutnya 1x450
INH :
 3 hari pertama 1x200 mg
 3 hari berikutnya 1x300 mg
- kontrol ke poli paru hari Rabu, 22 Mei 2013

DS: gak sabar ingin pulang S: sudah siap pulang


DO: lebih ceria, sikap lebih aktif dan terbuka, aktivitas O:Sudah tampak lebih ceria, sikap terbuka, aktivitas membaca dan
membaca dilakukan di RS menulis dilakukan dengan mandiri
Diagnosa: harga diri rendah situasional A: masalah teratasi
11.30  Memberi pujian atas sikapdan pikiran positif klien P:

yang ditunjukkan kepada perawat Klien:

 Memotivasi klien untuk tetap melakukan hobi saat  Lanjutkan kebiasaan berpikir positif dan melakukan aktivitas

sudah kembali ke rumah hobi dirumah seperti di RS saat mengisi waktu luang.

 Memotivasi keluarga untuk mendukung kegiatan Perawat:

klien setelah tiba dirumah - Rujuk klien pada system pelayanan kesehatan yang terpercaya
untuk mendapat pelayanan kesehatan yang optimal

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013


DS: kalau nanti ada gejala mual muntah lagi S: semoga apa yang suster jelaskan tentang apa yang perlu saya
bagaimana solusinya sus, saya masih kepikiran.. lakukan dirumah dapat dilaksanakan, semoga juga proses
DO: pengobatan yang akan saya terima setelah pulang dari RS cocok
klien masih cemas, bertanya tentang solusi masalah dengan tubuh saya. terima kasih atas informasi yang suster
kesehatan yang dikhawatirkannya jika telah kembali berikan
dirumah O: klien tampak lebih rileks, antusias dalam proses diskusi, klien
Diagnosa : Ansietas dapat mengulang kembali informasi yang disampaikan peawat
13.15  Memfasilitasi konsultasi klien dengan dokter A: masalah teratasi sebagian
 Memfasilitasi kebutuhan informasi klien dengan P:
memberikan leaflet tentang cara perawatan klien Klien : lanjutkan aktivitas mencari informasi dari sumber-sumber
dirumah. yang terpercaya
Perawat: Rujuk klien pada sistem pelayanan kesehatan yang tepat

Asuhan keperawatan..., Fairus Ali, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai