Anda di halaman 1dari 13

POST TEST

DERMATITIS NUMULAR

Disusun Oleh:
Ade Endang Maulana (11310003)

Pembimbing:
dr. Hj. Hervina, Sp.KK

KKS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD DR. RM. DJOELHAM
BINJAI
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
BAB II DERMATITIS NUMULARIS
2.1 Definisi.................................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi ........................................................................................................... 2
2.3 Etiologi.................................................................................................................... 3
2.4 Patofisiologi ............................................................................................................ 3
2.5 Gejala Klinis ........................................................................................................... 4
2.6 Diagnosis................................................................................................................. 6
2.7 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................... 6
2.8 Diagnosis Banding .................................................................................................. 7
2.9 Tatalaksana ............................................................................................................. 8
2.10 Prognosis ............................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon


terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi yang polimorfik (eritema, edema, papul,
vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak
selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfk).
Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.(1)

Angka kejadian dermatitis numular pada usia dewasa lebih sering


terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita, onsetn puncaknya ya pada usia
antara 55 dan 65 tahun. Pada wanita onset puncaknya pada usia 15 – 25
tahun. Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak dibawah usia 1 tahun,
hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis numular dan
frekuensinya cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan umur.(3)

1
BAB II

DERMATITIS NUMULARIS

2.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi yang polimorfik (eritema, edema, papul,
vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak
selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfk).
Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.(1)

Dermatitis numular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang


menetap, dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk uang
logam, sirkular atau lesi oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada
daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa papul disertai vesikel yang
biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Nama lain dari dermatitis
nummular adalah ekzem diskoid, ekzem numular, nummular eczematous
dermatitis. Terdapat beberapa klasifikasi dermatitis berdasarkan lokasi
kelainan, penyebab, usia, faktor konstitusi.(2)

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian dermatitis numular pada usia dewasa lebih sering
terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita, onsetn puncaknya ya pada usia
antara 55 dan 65 tahun. Pada wanita onset puncaknya pada usia 15 – 25
tahun. Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak dibawah usia 1 tahun,
hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis numular dan
frekuensinya cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan umur.(3)

2
2.3 Etiologi
Penyebab dermatitis numularis sampai saat ini belum diketahui.
Namun demikian banyak faktor predisposisi, baik predisposisi primer
maupun sebagai predisposisi sekunder telah diketahui sebagai agen etiologi.
Staphylokokkus dan mikrokokus diketahui sebagai penyebab langsung
melalui mekanisme hipersensitivitas. namun demikian, perannya secara
patologis belum juga diketahui. Dalam beberapa kasus, adanya tekanan
emosional, trauma lokal seperti gigitan serangga dan kontak dengan bahan
kimia mungkin dapat mempengaruhi timbulnya dermatitis numular, tetapi
bukan merupakan penyebab utama. Penyakit ini umumnya cenderung
meningkat pada musim dingin, juga dihubungkan dengan kondisi kulit yang
kering dan frekuensi mandi yang sering dalam sehari akan memperburuk
kondisi penyakit ini. (4)

2.4 Patofisiologi

Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada


epidermis dan dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari
penyakit ini, tetapi sering bersamaan dengan kondisi kulit yang kering.
Adanya fissura pada permukaan kulit yang kering dan gatal dapat
menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi terjadinya peradangan
pada kulit. Suatu penelitian menunjukkan dermatitis numularis meningkat
pada pasien dengan usia yang lebih tua terutama yang sangat sensitif dengan
bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pada kulit yang lemah pada kasus ini
menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis kontak alergi oleh
bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis numular
terdapat sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast cell
pada proses penyakit ini dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast
cell pada area lesi dibandingkan area yang tidak mengalami lesi pada pasien
yang menderita dermatitis numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi
adanya peran neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis

3
numular dan dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast cell
dengan saraf sensoris dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada
epidermis dan dermis dari pasien dengan dermatitis numular. Peneliti
mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamin dan mediator inflamasi
lainnya dari mast cell yang kemudian berinteraksi dengan neural C-fibers
dapat menimbulkan gatal. Para peneliti juga mengemukakan bahwa kontak
dermal antara mast cell dan saraf, meningkat pada daerah lesi maupun non
lesi pada penderita dermatitis numular. Substansi P dan kalsitonin terikat
rantai peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non lesi pada
penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat menstimulasi
pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi.(3)

Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya mast cell pada


dermis dari pasien dermatitis numular menurunkan aktivitas enzim chymase,
mengakibatkan menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptida dan
protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan enzim
untuk menekan proses inflamasi.(4)

2.5 Gejala Klinis


Gejala – gejala yang umum pada dermatitis numularis, antara lain: (2)
 Timbul rasa gatal(2)
 Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambalan :
 Bentuk numular (seperti koin). (2)
 Terutama pada tangan dan kaki. (2)
 Umumnya menyebar. (2)
 Lembab dengan permukaan yang keras. (2)
 Kulit bersisik atau ekskoriasi. (2)
 Kulit yang kemerahan atau inflamasi. (2)

4
Secara umum, ada 3 bentuk klinis dermatitis numular yang dapat dibedakan,
yaitu; (2)
a. Dermatitis numular pada tangan dan lengan.
Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau
punggung jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang
terjadi pada sisi reaksi luka bakar, kimia atau iritan. Lesi ini jarang
meluas.(2)
b. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.
Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian
kasus, kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan
serangga. Umumnya kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif.
Dalam perkembangannya, kelainan dapat sangat edematous dan
berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel yang tersebar.
Pada Dermatitis numular juga sering dijumpai penyembuhan pada
bagian tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea.
Pada kelainan ini bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang
tegas. Lesi permulaan biasanya timbul di tungkai bawah kemudian
menyebar ke kaki yang lain, lengan dan sering ke badan.(2)
c. Dermatitis numular bentuk kering.
Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular
umumnya karena di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan
multipel pada tungkai atas dan bawah serta beberapa papul dan vesikel
kecil di bagian tepinya di atas dasar eritematus pada telapak tangan dan
telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda sekali dengan bentuk
dermatitis numular lainnya. Menetap bertahun-tahun dengan fluktuasi
atau remisi yang sulit diobati.(2)

5
Gambar 2 : Lesi yang khas berbentuk koin pada dermatitis numularis.

2.6 Diagnosis
Dermatitis numular dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis dan
gejala klinis. Tingkat gatal dan terjadinya likenifikasi akan
membedakannya dari neurodermatitis. Distribusi lesi biasanya pada kedua
lutut, kedua siku dan kulit kepala. Pada psoriasis, lesinya kering,
skuamanya lebih tebal dan iritasinya lebih ringan, patch test dan prick test
akan membantu mengidentifikasikan penderita dengan dermatitis
kontak.(1)

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik.


Untuk membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena
kontak diperlukan patch test dan prick test untuk mengidentifikasikan
bahan kontak. Pemeriksaan KOH untuk membedakan tinea dengan
dermatitis numular yang mempunyai gambaran penyembuhan di tengah.
Jika ada kondisi lain yang sangat mirip dengan penyakit ini sehingga sulit
untuk menentukan diagnosisnya (contohnya pada tinea, psoriasis) dapat
dilakukan biopsi.(4)

Gambaran histopatologi yang ditemukan pada lesi akut adalah


spongiosis, vesikel intradermal, serbukan sel radang, limfosit dan

6
makrofag di sekitar pembuluh darah. Pada lesi kronis ditemukan akantosis
teratur, hipergranulosis, dan hyperkeratosis dan spongiosis ringan.(4)

2.8 Diagnosis Banding

a. Tinea Korporis

Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit, yakni


pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh
dermatofita. Pada dermatosis dapat terlihat sebagai
tinea dengan pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh, tetapi
secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada dermatitis
numularis bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang
tegas dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat dicari hifa dari sediaan
langsung untuk menegakkan diagnosis(1)

Gambar 3. Bentuk lesi tinea korporis

7
b. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat
kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema
berbatas tegas, dengan skuama yang kasar, berlapis, dan
transparan. Disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan koebner.(1)

Gambar 5. Psoriasis

2.9 Tatalaksana

Penatalaksanaa pada dermatitis diusahakan menemukan penyebab atau


faktor yang memprovokasi terjadinya dermatitis. Diantaranya:.(3)

a. Melindungi kulit dari trauma.

Karena pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada
trauma pada tangan, gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi. (3)

b. Emollients.

Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi


kekeringan pada kulit. Contoh emollients yang sering digunakan antara
lain; aqueous cream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat
lotions. (3)

8
Pengobatan topikal:

1. Obat Antiinflamasi.

Diberikan untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi


iritasi kulit. Misalnya dengan pemberian preparat ter, glukokortikoid,
takrolimus, atau pimekrolimus. KS topikal yang diberikan contohnya
triamcinolone 0,025-0,1%. (3)

Pengobatan Sistemik

1. Antibiotik

Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder. (3)

2. Antihistamin oral.

Digunakan untuk mengurangi gatal. Biasa digunakan antihistamin


golongan H1, misalnya hidroksisin HCl.(3)

3. Steroid sistemik.

Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, hanya


dierikan dalam jangka waktu pendek, diberikan prednilson dengan dosis
oral 40-60 mg 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan secara
perlahan-lahan. Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis
yang belum sembuh sempurna, dapat ditangani dengan pemberian krim
steroid dan emolilients.(3)

9
2.10 Prognosis

Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan


penyakit dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang.
Mencegah atau menghindari dari faktor-faktor yang memperburuk atau
meningkatkan frekuensi untuk cenderung berulang dengan menggunakan
pelembab pada kulit akan sangat membantu mencegah penyakit ini. Dari
data pengamatan, didapatkan 22% sembuh, 25% pernah sembuh beberapa
minggu hingga tahun, dan 53% tidak bebas lesi tanpa pengobatan. (4)

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. Dalam Buku Ajar Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews’ Diseases of the Skin
Clinical Dermatology. Eleventh Edition. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2011.
3. Budimulja U. Mikosis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
4. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.

11

Anda mungkin juga menyukai