Anda di halaman 1dari 16

MODEL INTEGRASI PERMUKIMAN PENGUNGSI

KEDALAM SISTEM PERMUKIMAN KOTA


Studi kasus di Lingkungan Lamanaga Kelurahan Bukit Wolio Indah
Kota Bau-Bau

Muh. Irsyad Cahyadi1), Johan Silas2), Heru Purwadio3)


1. Mahasiswa Jurusan Arsitektur ,email : ichad.cahyadi@yahoo.com
2. Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111
3. Jurusan perencanaan wilayah kota FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111

ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk kota Bau-Bau selain dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan
kematian juga dipengaruhi oleh masuknya pengungsi akibat konflik sosial yang terjadi di
Ambon pada tahun 1999. Untuk menunjang kehidupannya para pengungsi ditempatkan
dibeberapa lokasi penampungan sekitar permukiman kota. Dari komitmen Deklarasi Istanbul
dikatakan bahwa seluruh manusia yang hidup dibumi berhak mendapatkan tempat tinggal
dan lingkungan yang layak. Dalam Perkembangannya permukiman pengungsi berintegrasi
dengan permukiman kota melalui model integrasi fisik. Permukiman pengungsi merupakan
bagian dari sistem permukiman kota dimana sarana prasarana lingkungan yang terbangun
saling berhubungan.
Makalah ini meneliti bagaimana jalinan hubungan antara permukiman pengungsi
terhadap permukiman kota sebagai pusat kota dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif dan analisa tipologi morfologi yaitu mengidentifikasi struktur keterkaitan
dan atau hubungan antara bagian-bagian dari kota.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu model integrasi permukiman
pengungsi kedalam sistem permukiman kota dapat dilihat dari pola jaringan jalan, jaringan
drainase, jaringan listrik, sarana air bersih, sarana drainase, dan sarana prasarana sosial.

Kata kunci : Permukiman,integrasi,model,sistem,kota,pengungsi

ABST RACT

Urban population growth Bau-Bau in addition affected by the birth and death rates
are also influenced by the entry of refugees due to social conflict in Ambon in 1999. T o
support the life of the refugee camps located in several locations around the settlements of the
city. Istanbul Declaration of commitment to say that all people who live on earth deserve a
place to live and a decent environment. In the refugee settlements and development, integrated
with the settlement the city through the physical integration model. Refugee settlements are
part of the settlement system of the city where infrastructure built environment are related.
This paper examines how relationships between the settlements of refugees to
settlements as the center of the city by using analysis of morphological typology of linkages
and identify the structure or the relationship between the parts of the city.
Results obtained in this study is a model of integration into the refugee settlement settlement
system the city can be seen from the pattern of road network, drainage network,
electricity,clean water facilities, drainage facilities, and social infrastructure.

Ke ywords: Settlement, integration, models, systems, cities, refugee

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
I. PENDAHULUAN

Kota Bau-Bau merupakan suatu kota yang terletak di bagian Selatan Propinsi
Sula wesi T enggara berupa wilayah kepulauan, berada di Pulau Buton. Jumlah penduduk Kota
Bau-Bau sebanyak 124.609 jiwa, dengan luas wilayah sekitar 221 Km². Perkembangan Kota
antara lain disebabkan oleh terbangunnya permukiman-permukiman baru disekitar kota
diantaranya permukiman pengungsi di Lingkungan Lamanaga Kelurahan Bukit Wolio Indah.
Permukiman ini terbentuk pada tahun 2000. Kerusuhan yang melanda Ambon pada tahun
1999 mengakibatkan terjadinya pengungsian besar-besaran dan Kota Bau-Bau merupakan
salah satu daerah tempat mengungsi. Kota ini dijadikan sebagai tempat mengungsi diseba bkan
karena asal usul mereka berasal dari Bau-Bau (suku Buton). Penempatan pengungsi di Kota
Bau-Bau terdiri beberapa lokasi dan diantaranya berlokasi di Lingkungan Lamanaga, terletak
di Kota Bau-Bau bagian atas yaitu daerah perbukitan yang berjarak ± 3 Km dari pusat Kota.
Pembangunan perumahan pengungsi di daerah ini dibiayai dari bantuan pemerintah namun
untuk status tanah merupakan hak milik pengungsi yang telah dibeli dari penduduk setempat.
Penempatan pengungsi dilokasi ini belum ditunjang oleh sarana prasarana
lingkungan yang memadai seperti halnya yang ada dipermukiman kota. Oleh karena itu
permasalahan utama yang terjadi yaitu tidak tersedianya sarana dan prasarana lingkungan
yang tersistem dengan prasarana kota pada permukiman pengungsi lingkungan Lamanaga
sehingga menyebabkan ketidak sesuaian terhadap permukiman kota, Oleh karena itu
digunakan sebagai dasar kajian dalam proses penelitian selanjutnya yaitu “pertumbuhan
kawasan permukiman pengungsi belum terintegrasi kedalam sistem permukiman kota Bau-
Bau”, seiring dengan perkembangan kota dalam konteks fisik lingkungan permukimannya.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model permukiman pengungsi yang
terintegrasi kedalam sistem permukiman Kota Bau-Bau dengan tiga sasaran yaitu
mengidentifikasi permukiman kota, mengidentifikasi permukiman pengungsi dan
mengintegrasikan permukiman pengungsi kedalam sistem permukiman kota dengan batasan
penelitian pada Lingkungan Lamanaga Kelurahan Bukit Wolio Indah pada tinjauan fisik
permukiman.

Gambar 1. Peta wilayah penelitian

II. KAJIAN TEORI

Empat puluh persen dari wilayah kota adalah milik umum, jalan, taman, sekolah dan
berbagai unsure yang digunakan oleh umum. Dalam hal ini pemerintah daerah boleh

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
membentuk jalan-jalan, jalur lalu lintas utama dan ruang terbuka sesuai dengan rancangan
yang telah dibuat oleh pejabat perencana. Namun sebagian besar pembangunan kota, 60 %
dari seluruh wilayah kota persil demi persil dikembangkan oleh industri, kegiatan usaha, dan
pencari rumah yang mencari kesempatan menanam modal. Perkembangan kota mempunyai
implikasi adanya suatu tanggung jawab yang terus menerus, dengan semua kekuatan bersatu
dalam proses bertindak bersama-sama dan saling berkaitan. T ingkat kesatuan kekuatan-
kekuatan ini mencerminkan aspirasi, ambisi, dan itikad dari suatu masyarakat dan inisiatif
serta tanggung ja wab warga kota secara keseluruhan dan masing-masing untuk porsinya
sendiri. Oleh karena itu untuk menunjang perkembangan kota diperlukan perencanaan yang
baik.
Secara umum model dapat berupa model fisik, misalnya suatu replika dari suatu
bangunan atau lingkungan dalam bentuk maket atau model tiruannya. Yang lainnya berupa
model abstrak yaitu suatu bentuk yang menyatakan suatu realita yang kompleks kedalam
simbol-simbol untuk menyederhanakan kompleksitas tersebut.

Menurut (Djoko Sujarto,1998) esensi dan tujuannya model-model perencanaan kota


dapat dibedakan dalam 3 model
1. Model diskriptif (decriptive model) yaitu model yang dapat dipergunakan untuk
mengkaji tingkah laku suatu realita atau gejala sebagaimana adanya.
2. Model penaksiran (predictive model) yaitu model yang dapat dipergunakan untuk
menafsirkan sesuatu atau melihat kecenderungan dan kemungkinan dimasa datang.
3. Model perencanaan (planning model) yaitu model yang dapat dipakai untuk membentuk
suatu pola atau bentuk untuk masa mendatang berdasarkan anggapan-anggapan dan
kendala tertentu.

Dari ketiga model diatas maka dalam penelitian ini menggunakan model diskriptif
untuk menganalisa realita yang terjadi.

Integrasi pe rmukiman
Di dalam sistem implementasi pembangunan kota dan permukiman, proses-proses
yang bersifat lokal dan yang bersifat luas seyogyanya terakomodasi keberadaan dan
keterkaitannya. Akan tetapi,keberadaan dan pelaksanaan kedua proses ini harus atas kejelasan
kedudukan dan fungsinya di dalam proses pembangunan permukiman secara keseluruhan.
Bagaimana kedua proses ini diakomodasi didalam sistem implementasi
pembangunan kota dan permukiman, dan menjadikannya proses pernbangunan. Pembangunan
kota menjadi pemersatu dari tujuan-tujuan yang bersifat lokal maupun luas dari proses
pembangunan kota, dan mengintegrasikan setiap unsur atau aspek pembangunan kota
sehingga permukiman disekitarnya merupakan bagian integral dari keseluruhan tujuan
pembangunan kota. Dengan demikian, pembangunan yang bersifat lokal atau memperhatikan
suatu kepentingan lokal, tetapi juga memperhatikan dan mengakomodasi kepentingan publik
yang lebih luas. Selain itu,integrasi ini dapat terjadi karena pernbangunan yang bersifat atau
berlingkup lokal bukan merupakan suatu proses dan hasil yang berdiri sendiri.

Pendekatan Faktor Kawasan Kota yang Te rintegrasi


T ujuan pendekatan ini adalah memahami faktor-faktor yang menentukan dalam
pengintegrasian kawasan kota berdasarkan pengertian sistem. Kawasan kota adalah sistem
yang mengandung pertalian antar unsur pelaku, fungsi dan penghubung. Berdasarkan

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
pengertian sistem kawasan kota di atas maka faktor-faktor integrasi akan mencakup faktor
norma yang berkaitan dengan unsur pelaku, faktor fungsi yang berkaitan dengan unsur fungsi
kegiatan dan faktor fisik yang berkaitan dengan unsure penghubung.

v Faktor norma memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai pelaku. Masyarakat


membentuk kawasan kota sebagai transformasi pemaknaan terhadap alam dan realitas
lingkungan (Wiryomartono, 1995: 14 dalam Markus Zahnd) dengan perilaku dan
budayanya. Kawasan kota yang dibentuk sesuai norma masyarakat akan lebih imageable
atau dapat diterima. Faktor norma berkaitan dengan pola atau standard perilaku
masyarakat memiliki komponen-komponen nilai budaya, peraturan dan kelembagaan.
v Faktor fungsi memperhatikan kepentingan fungsi kegiatan. Kawasan kota berfungsi
mewadahi kegiatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan masyarakat banyak bertalian
satu dan lainnya. Berdasarkan aspek ini, kegiatan sosial dan ekonomi serta politik
menjadi esensi dalam pembentukan kota. Perubahan dalam kegiatan akan mempengaruhi
fungsi kawasan. Faktor fungsi berkaitan dengan fungsi kawasan kota dalam mewadahi
kegiatan-kegiatan inhabitasi memiliki komponen-komponen esensi kegiatan, keterkaitan
kegiatan dan tingkat kegunaan.
v Faktor fisik memperhatikan bentuk-bentuk fisik. Pengaturan fisik ruang kota dilakukan
untuk menyesuaikan kepada kegiatan yang ditampung dan norma masyarakat.
Pengaturan fisik menghasilkan struktur kota serta bentukan fisik lain seperti kualitas
visual dan termasuk detail. Faktor fisik berkaitan dengan wuju fisik kawasan kota
memiliki komponen-komponen spasial, visual dan detail.

Persyaratan pengintegrasian perlu diketahui untuk melakukan identifikasi terhadap


kondisi pengintegrasian suatu kawasan kota. Pendekatan teori berdasarkan integrasi fisik
permukiman menggunakan The Figure Ground Theory. T eori ini mempersyaratkan adanya
kejelasan struktur dan sekuen dalam ruang kota. Dengan demikian pola komposisi ruang
terbuka dan massa bangunan dapat dimanipulasi untuk memperjelas struktur ruang kota.
Hirarki misal diciptakan dengan dasar perbandingan ukuran dan bentuk geometri ruangnya
(T rancik, 1986: 97). Di sini komponen pewadahan dalam sistem kota harus diperhatikan
termasuk aspek spasial, visual dan detail.
Kawasan kota yang terintegrasi dengan demikian adalah kawasan yang unsur-
unsurnya secara fisik membentuk struktur ruang yang teratur dan menyatu. Komponen-
komponen pengintegrasiannya pada faktor fisik (spasial, visual dan detail) dipersyaratkan:
1) Ruang ka wasan yang terstruktur dan hirarkis. Semua fragmen dihubungkan dalam
kerangka yang berkarakter; menyatu dan seimbang di dalam struktur kawasan (T rancik,
1986: 106; Lang, 1994: 418).
2) Bentuk visual yang fungsional,analogis dan estetis. Unsur-unsur masif harus berfungsi
dalam membentuk pola kawasan, menghadirkan ekspresi lokal yang signifikan dengan
bentuk visual dan letaknya. (Trancik, 1986: 101).
3) Memperkuat fungsi dan karakter dengan mengolah bentuk dan aksentuasi kawasan
misalnya diperjelas struktur dan ordernya (Trancik 1986: 103).

Perumahan dan Pe rmukiman


Persoalan perumahan dan permukiman diIndonesia tidak terlepas dari dinamika
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah dalam mengelolah
perumahan dan permukiman. Perkembangan permasalahan yang semakin kompleks yang

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
terkait dengan hal diatas melatarbelakangi disusunnya suatu kebijakan dan strategi yang
cakupannya dapat meliputi bidang perumahan dan permukiman sebagai suatu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Pedoman penataan ruang permukiman di Indonesia dijelaskan pada UU No.
26/2007. Undang-undang ini mengamanatkan perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat
mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan. T ujuan penataan ruang adalah
untuk mencapai keterpaduan penggunaan sumberdaya alam dan buatan serta dapat memberi
perlindungan terhadap fungsi ruang pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup
akibat penataan ruang. Berlandaskan UU No.4/1992 mengenai perumahan dan permukiman,
telah dikeluarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP)
pada tahun 1999 sebagai suatu pedoman penyusunan kebijakan teknis, perencanaan,
pemograman, dan kegiatan yang terkait dengan perumahan dan permukiman.
Se bagai perpanjangan dari Deklarasi Istanbul tahun 1996, KSNPP ini memiliki
visi,misi dan sasaran yang bertujuan mewujudkan komitmen Habitat Agenda, dimana visi dari
KSNPP yaitu berusaha mewujudkan perumahan yang layak dan terjangkau pada lingkungan
yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan dalam upaya terbentuknya masyarakat yang
berjatidiri, mandiri dan produktif.
Perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia,
juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan
keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang, serta
merupakan pengejawantahan jati diri. T erwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai
dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui
pemenuhan kebutuhan papannya. Dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan
dan permukiman sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia
yang seutuhnya adalah sangat strategis.

Beberapa konsep toeritis tentang permukiman diutarakan pula oleh Kuswartojo bahwa
permukiman yang diciptakan dan dikembangkan dapat menjadi sarana bagi kehidupan yang
penuh ketakwaan dan keimanan, menimbulkan rasa aman dan nyaman, menjamin kesehatan
jasmani dan rohani, meningkatkan keakraban serta menciptakan hubungan sosial dan
pergaulan yang bermutu (Kuswartojo, 2005: 8).
Namun untuk kepentingan undang-undang perumahan permukiman di Indonesia,
berdasarkan beberapa definisi yang didapatkan dan keinginan pengaturan permukiman di
Indonesia, maka permukiman didefinisikan sebagai :
”kawasan yang terdiri dari satu atau lebih perumahan, mempunyai infrastruktur dasar
terencana ataupun tidak terencana dan mempunyai fasilitas yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan, dan dapat berbentuk perdesaan maupun perkotaan”.

Sistim Pe rmukiman Kota


Permukiman yang menempati areal paling luas dalam pemanfaatan ruang kota
mengalami perkembangan yang selaras dengan perkembangan penduduk dan mempunyai
pola-pola tertentu yang menciptakan bentuk dan struktur suatu kota yang berbeda dengan kota
lainnya. Perkembngan permukiman pada bagian-bagian kota tidaklah sama, tergantung pada
karakteristik kehidupan masyarakat, potensi sumber daya (kesempatan kerja) yang tersedia,
kondisi fisik alami serta fasilitas kota yang terutama berkaitan dengan transportasi dan
komunikasi (Bintaro, 1977).
Intensitas penggunaan tanah didaerah pusat kota yang tinggi dan mengakibatkan
naiknya nilai harga tanah, sementara jumlah penduduk kota bertambah terus dan memerlukan
tempat hunian yang pada gilirannya memaksa penduduk kota memilih alternatif mendirikan

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
perumahannya kearah pinggiran kota. Kecenderungan alami perkembangan permukiman
berlangsung secara bertahap kearah luar (mengalami pemekaran) dan polanya mengikuti
prasarana transportasi (jaringan jalan) yang ada.
Perkembangan permukiman yang demikian itu mengakibatkan penurunan kerapatan
bangunan perumahan secara linear dari daerah pusat kota kearah pinggiran kota, namun pada
sisi lain potensi degradasi lingkungan cenderung semakin berkurang kearah luar kota. Hal
inilah yang mendorong kelompok ekonomi kuat lebih menyukai tinggal didaerah pinggiran
kota, sementara kelompok ekonomi lemah memilih bertempat tinggal didaerah pusat kota
yang dekat tempat kerja meskipun dengan kondisi lingkungan yang marginal (Bahr, 1990).
Ciri-ciri kota antara lain adalah produk dari berbagai faktor, seperti topografi, sejarah,
motif ekonomi, budaya manusia serta aneka kesempatannya. Ciri-ciri tersebut tidak pernah
statis melainkan berubah mengikuti tawaran ruang dan waktu. Meski kota nampak kacau
balau susunannya, jika diamati seksama akan menunjukan bentuknya yang khas misalnya ada
kota yang berbentuk persegi, persegi panjang, bulat, bulat telur ataupun seperti bintang yang
terulur disepanjang rute jalan utama. Hal sama dapat dikatakan pula untuk susunan bangunan
dalam kota; disitu ada pengelompokan berdasarkan tata guna tanah kota, misalnya dari suatu
kota dapat dilihat adanya pembagian zona.
Amos Rapoport mengutip Hardoy yang menggunakan 10 kriteria secara lebih spesifik
untuk merumuskan kota sebagai berikut :
1. Ukuran dan jumlah pendudukya yang besar terhadap massa dan tempat;
2. Bersifat permanen;
3. Kepadatan minimum terhadap massa dan tempat;
4. Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukan oleh jalur jalan dan ruang-
ruang perkotaan yang nyata;
5. T empat dimana masyarakat tinggal dan bekerja;
6. Fungsi perkotaan minimum yang diperinci, sebuah pusat militer, sebuah pusat
keagamaan, atau sebuah pusat aktifitas intelektual bersama dengan kelembagaan yang
sama;
7. Heteroginitas dan pembedaan yang bersifat hierarkis pada masyarakat;
8. Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di tepi kota dan
memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas;
9. Pusat pelayanan (services) bagi daerah-daerah lingkungan setempat
10. Pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada massa dan tempat itu.

Arsitektur kota bersifat tiga dimensi yang terbentuk oleh susunan yang sifatnya
spasial. Secara teoritis dikenal tiga cara perkembangan dasar didalam kota dengan tiga istilah
teknis, yaitu perkembagan horizontal, perkembangan vertikal dan perkembangan interstisial.
1. Perkembangan horizontal mengarah keluar, artinya daerah bertambah, sedangkan
ketinggian dan kuantitas lahan terbangun tetap sama. Ini terjadi dipinggiran kota dimana
lahan masih lebih murah dan dekat jalan raya yang mengarah ke kota (dimana banyak
keramaian).
2. Perkembangan interstisial mengarah kedalam, artinya daerah dan ketinggian bangunan-
bangunan rata tetap sama, sedangkan kuantitas lahan terbangun bertambah. Ini sering
terjadi dipusat kota dan antara pusat dan pinggir kota yang kawasannya sudah dibatasi
dan hanya dapat dipadatkan.
3. Perkembangan vertikal mengarah keatas, artinya daerah pembangunan dan kuantitas
lahan terbangun tetap sama sedangkan ketinggian bangunan-bangunan bertambah. Ini

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
biasa terjadi dipusat kota (dimana harga lahan mahal) dan dipusat-pusat perdagangan
yang memiliki potensi ekonomi.

Prasarana dan Sarana Umum


Prasarana dan sarana umum berperan sebagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat
luas yang penyediaannya dilakukan secara serentak atau massal . T ingkat pemenuhan
kebutuhan fasilitas tersebut menjadi ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Penyediaan
prasarana dan sarana umum tersebut antara lain mencakup jaringan jalan, listrik, air minum,
saluran drainase, dan jaringan telepon. Fasilitas jalan, baik yang menghubungkan kota itu
dengan kota lain atau daerah sekitarnya maupun jaringan jalan yang menghubungkan antar
bagian kota, memegang peranan yang sangat penting bagi kelancaran aktifitas penduduk dan
perkembangan kota itu sendiri serta sekaligus sebagai kerangka dasar yang membentuk
struktur kota (Bintarto, 1977).
Jaringan utilitas sebagai bagian utama dari prasarana dan sarana untuk kehidupan
pokok sehari-hari seperti listrik, air minum, telepon dan drainase dibangun diatas dan dibawah
tanah. Jaringan tersebut biasanya mengikuti atau menumpang pada bentuk jaringan jalan.
Sekali utilitas dibangun maka keberadaannya akan berlangsung lama dan akan menarik
penduduk untuk menempati dan membangun tanah yang memperoleh akses utilitas tersebut.
Jalan merupakan ruang linier yang dibatasi oleh bangunan-bangunan (Rapoport;
Moudon, 1987). Untuk merancang jalan tersebut perlu dikenali fungsi utama dari jalan yang
dirancang. Jalan sebagai ruang umum utama kota mrupakan elemen yang sangat menentukan
wajah kota. Jalan merupakan linier urban space, jika tertutup pada kedua sisinya atau
mempunyai beberapa elemen dengan karakter yang mempersatukan, seperti pohon-pohon atau
bangunan-bangunan yang serupa.
Air bersih merupakan kebutuhan vital setiap manusia sehingga ketersediaan air bersih
menentukan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat. Kebutuhan air bersih
diperkotaan perlu ditangani secara massal dalam bentuk penyediaan fasilitas jaringan pipa air
minum. Pengelola fasilitas ini umumnya dalam bentuk perusahaan daerah yang disebut
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) .
Wajah kota dapat dilihat dari pula dengan keberadaan saluran. Bagi kebanyakan orang
saluran merupakan elemen kota yang dominan, walaupun dengan bermacam-macam
kepentingan menurut tingkat keakrabannya dengan suatu kota. Saluran yang istimewa bias
menjadi ciri-ciri yang penting pada sejumlah jalan. Konsentrasi dari suatu penggunaan dan
aktifitas yang spesial disepanjang jalan-jalan dapat memberinya keunggulan dalam benak
seorang pengamat.
Salah satu energi yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam bentuk layanan umum adalah
fasilitas listrik. Digunakan untuk penerangan, energi rumah tangga, dan sektor industri.
Pelayanan prasarana energi secara massal mencakup penyediaan sumber energi atau
pembangkit energi dan kegiatan distribusi pelayanan ke pelanggan mengikuti pola jaringan
jalan. Perencanaan penyediaan prasarana energi tersebut terkait dengan perhitungan sisi
kebutuhan. Jumlah kebutuhan dalam dimensi waktu menunjukan fluktuasi harian, mingguan,
bulanan atau musiman dengan tujuan agar dapat terlayani seluruh kebutuhan masyarakat
secara merata.

Permukiman Pengungsi
Kegiatan penanganan pengungsi meliputi upaya operasional yang bersifat
koordinatif dilaksanakan dalam bentuk kegiatan. Sampai dengan saat ini, secara garis besar

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
penanganan pengungsi di Dep. Kimpraswil dilakukan dengan pendekatan penanganan sebagai
berikut :
1. Kegiatan pembangunan perumahan dan permukiman dalam rangka penanganan
pengungsi, yang dapat dilaksanankan dalam pola sisipan (infill) dan pola terkonsentrasi
(massive), pada prinsipnya dapat dilaksanakan baik di daerah perkotaan maupun daerah
perdesaan, serta berprinsip “equal treatment” termasuk bagi masyarakat setempat.
2. Fasilitasi penanganan berupa pembangunan rumah yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana permukiman yang diperlukan meliputi: penyediaan rumah, sarana air bersih,
sarana lingkungan permukiman, prasarana jalan dan prasarana tata pengairan (saluran).
Bantuan fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana bidang Kimpraswil tersebut pada
dasarnya merupakan program bantuan stimulan, khususnya yang berupa bantuan bahan
bangunan untuk perumahan.
3. Pendekatan penanganan dilaksanakan dengan menerapkan konsep holistik, sehingga
diperlukan dukungan koordinasi dan keterpaduan dalam penanganan oleh berbagai
instansi yang terkait dengan kegiatan relokasi pengungsi, termasuk khsususnya kesiapan
Pemerintah Daerah dalam menetapkan lokasi relokasi yang memenuhi persyaratan
kelayakan hunian (sosial, ekonomi, lingkungan) bagi relokasi pengungsi tersebut.
4. Dalam penanganannya didasarkan kepada prinsip pembangunan yang bertumpu kepada
masyarakat (community based devlopment); pendekatan T ridaya yang mengacu kepada
pemberdayaan masyarakat, pengembangan usaha ekonomi produktif dan pendayagunaan
prasarana dan sarana lingkungan hunian (permukiman) dalam mendukung kemandirian,
produktivitas dan kemandirian serta pengembangan jati diri masyarakat sebagai satu
kesatuan konsep penanganan yang tidak terpisahkan.

Struktur Kota
Penggunaan tanah pada suatu kota umumnya berbentuk tertentu dan pola
perkembangannya dapat diestimasikan. Keputusan-keputusan pembangunan kota biasanya
berkembang bebas tetapi diupayakan sesuai dengan perencanaan penggunaan tanah. Motif
penggunaan ekonomi adalah motif yang utama dalam pembentukan struktur penggunaan
tanah suatu kota dengan timbulnya pusat-pusat bisnis yang strategis. Selain motif bisnis
terdapat pula motif politik, bentuk fisik kota, seperti topografi, dan drainase.
Meski struktur kota tampak tidak beraturan, namun kalau dilihat secara seksama
memiliki keteraturan pola tertentu. Bangunan-bangunan fisik membentuk zona-zona intern
kota. Teori-teori struktur kota yang ada digunakan mengkaji bentuk-bentuk penggunaan lahan
yang biasanya terdiri dari penggunaan tanah untuk perumahan, bisnis, industry, pertanian dan
jasa. T eori struktur kota antara lain yaitu, teori konsentris, teori sektoral dan teori inti ganda.

Te ori Konsentris
Penyusunnya adalah Burges pada tahun 1923 yang intinya adalah pembangunan
kota yang berkembang keluar dari daerah pusat kota yang polanya akan berbentuk lingkaran.
Zona pertama adalah Kawasan Pusat Bisnis (KPB) yang dikelilingi daerah transisi.
Dalam teori konsentris, terdapat asumsi bahwa mobilitas fungsi-fungsi dan
penduduk mempunyai intensitas yang sama dalam konfigurasi relief kota yang seragam. Oleh
karena pada kenyataannya terdapat faktor utama yang mempengaruhi mobilitas ini, maka
dalam beberapa hal mesti akan terjadi distorsi model yang dipengaruhi mobilitas yaitu poros
transportasi yang menghubungkan kawasan pusat bisnis dengan bagian luarnya.

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
5
4
3 ZONE 1 : Kawasan Pusat Bisnis.
ZONE 2 : Zona Transisi
2
ZONE 3 : Zona Perumahan.
1
ZONE 4 : Zona Perumahan Menengah Keatas
ZONE 5 : Zona Pinggiran Kota

Gambar 2. Model Zona Konsentris (Sumber;Sabari Yunus ,Struktur Tata Ruang Kota)

Bentuk Morfologi Kota


Suatu kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan
dalam hal ini menyangkut berbagai aspek politik, sosial,budaya, teknologi, ekonomi dan fisik.
Khusus mengenai aspek yang berkaitan langsung dengan penggunaan lahan kekotaan maupun
penggunaan lahan kedesaan adalah perkembangan fisik, khususnya perubahan arealnya.
Beberapa sumber mengemukakan bahwa tinjauan terhadap morfologi kota ditekankan pada
bentuk-bentuk fisikal yang antara lain tercermin pada sistim jalan-jalan yang ada, blok-blok
bangunan baik daerah hunian ataupun bukan (perdagangan/industry) dan juga bangunan-
bangunan individual (Herbert, 1973). Sementara itu Smailes (1955) sebelumnya telah
memperkenalkan 3 unsur morfologi kota yaitu :

1. Unsur-unsur penggunaan lahan


2. Pola-pola jalan
3. T ipe-tipe bangunan

Pola Kota Satelit


Berdasarkan pada kenampakan morfologi kotanya serta jenis perembetan areal
kekotaan yang ada, Hudson (1970) (dalam Hadi Sa bari Yunus) mengemukakan beberapa
alternatif model bentuk-bentuk kota yang didasarkan atas sifat-sifat “ Urban Sprawl” serta
kemungkinan “ trend” (kecenderungan ) perkembangan yang akan datang.
Salah satu bentuk yang dikemukakan yaitu bentuk satelit dan pusat-pusat baru,
dalam hal ini kota utama yang ada dengan kota-kota kecil disekitarnya (kota satelit) akan
dijalin hubungannya sedemikian rupa sehingga pertalian fungsional lebih efektif dan efisien.
Kota satelit adalah kota kecil yang berada disekitar kota besar dimana kehidupan kotanya
sangat ditentukan oleh keberadaan kota besar yang bersangkutan dalam arti ekonomi.
Peningkatan sarana prasarana transportasi dan komunikasi antara kota besar dan kota-kota
satelit maupun antar kota satelit harus ditingkatkan sedemikian rupa. Pengembangan kota-kota
satelit ini dapat berfungsi seba gai penyerap mengalirnya arus urbanit yang sangat besar ke
kota utama dengan jalan meningkatkan fungsi-fungsi yang ada dikota-kota satelit sehingga
memperluas peluang lapangan kerja.

Kota bsar (pusat Kota)

Kota satelit

Gambar 3. Pola Kota Satelit

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
III. METO DE
T ujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan model permukiman pengungsi
yang terintegrasi kedalam sistem permukiman Kota Bau-Bau dalam segi fisik perkembangan
kota, data dan informasi yang diprlukan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu, singkatnya
penelitian ini hanya ditujukan untuk mencari informasi aktual yang secara detail mencandra
gejala yang ada.
T eknik analisa yang digunakan adalah analisa tipologi-morfologi (Loeckx dan
Ocharoen,1984). Kegiatan utama yang dilakukan dalam proses analisa ini adalah
1. Untuk menemukan adanya kestabilan dan atau perubahan dari hal-hal yang membentuk
satu tipe arsitektur.
2. Membuat diskripsi mengenai tipologi yang ditujukan oleh bagian artefak kota yaitu jalan,
drainase, dan ruang kota.
3. Mengidentifikasi struktur keterkaitan dan atau hubungan antara bagian-bagian dari kota.
4. Studi mengenai pembentukan dan dinamika dari tipe dan struktur obyek penelitian.

Selain itu digunakan pula analisa komparatif yaitu membandingkan antara


permukiman pengungsi dengan permukiman kota dalam aspek fisik permukiman berdasar atas
pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi
penyebab melalui data tertentu.

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Identifikasi permukiman Kota Bau-Bau


Kondisi fisik wilayah Kota Bau-Bau secara umum memiliki karakteristik wilayah
pesisir. Kota tumbuh pada dataran rendah di sepanjang pinggir pantai dengan limitasi
perkembangan berupa kondisi topografi wilayah yang berbukit ke arah dalam. Sedangkan
pusat pelayanan saat ini masih memusat di kawasan pusat kegiatan dari berbagai tingkatan
skala pelayanan. Pertumbuhan ini cenderung membentuk satu pusat kota dan tiga sub pusat
kota.
Pola struktur dan morfologi Kota Bau-Bau dapat diidentifikasi merupakan pola
konsentris sesuai dengan teori Burgess. Pada permukiman Kota Bau-Bau terdapat beberapa
zonasi kawasan dengan pola pemanfaatan, aksesbilitas, sistem pelayanan, dan batasan yang
cukup jelas. Zona pertama adalah dominasi fungsi pusat perdagangan dan jasa meliputi
kawasan pusat perdagangan di sekitar Pelabuhan Murhum. Zona kedua meliputi kawasan
pendukung perdagangan di Betoambari bagian timur. Zonasi ketiga merupakan wilayah
transisi meluas dari kawasan Betoambari bagian barat sampai pinggiran Kecamatan Wolio.
Zonasi keempat dengan ciri dominasi kegiatan perdesaan berupa kegiatan pertanian dalam arti
luas.
Beberapa perbedaan pokok struktur konsentris yang dibangun Bur gess dengan kondisi
nyata Kota Bau-Bau adalah perbedaan homogenitas kota. Burgess membangun asumsi
berdasarkan luasan lahan yang relatif homogen sedangkan kondisi Kota Bau-Bau sangat
heterogen ditinjau dari kelerengannya. Demikian pula sistem transportasi yang terbentuk.
Kota Bau-Bau dibentuk dari sistem transportasi yang justru pada awal perkembangannya
adalah sistem transportasi laut. Pada perkembangan selanjutnya barulah sistem transportasi
darat menyusun struktur dan morfologi kota.

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Berdasarkan pola pembentukannya, jejak-jejak struktur dan morfologi kota masih
terlihat bahwa pola konsentris terlihat jelas sebagai bentuk dasar kota dengan tiga ciri
perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah:

o Pola konsentris hanya berbentuk setengah lingkaran. Hal ini sebenarnya merupakan
pengaruh sistem transportasi laut yang titik hentinya berupa titik. Berbeda dengan sistem
transportasi darat yang pengaruhnya berupa linear.
o Batasan-batasan alam berupa kelerengan sangat mempengaruhi struktur dan morfologi
kota.
o Arah perkembangan kota mengikuti pola jalan dengan tarikan-tarikan batas sesuai
dengan konsep waktu dan biaya (time and cost)

Gambar 4. Pola struktur Kota Bau-Bau

Struktur utama kota Bau-Bau dibentuk oleh tiga ruas jalan arteri dengan sumbu
Pelabuhan Murhum. Ketiga ruas tersebut menghubungkan guna lahan yang berbeda sehingga
memiliki daya mekar kota yang berbeda pula. Kecenderungan pertumbuhan kota saat ini
membentuk kota satelit dengan mendorong pertumbuhan pusat-pusat baru melalui
perencanaan bagian wilayah kota. Perkembangan kota cenderung mengarah ke kawasan yang
masih tersedia lahan yang murah dan mempunyai sarana jalan dan transportasi yang
mendukung.

Gambar 5. Struktur jalan Kota Bau-Bau

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Identifikasi Pe rmukiman Pengungsi
Pola permukiman yang dibangun oleh pemerintah dilingkungan Lamanaga
menggunakan pola jalan sistem grid, dimana bagian-bagian perumahan dibagi dalam blok-
blok persegi panjang dengan jalan-jalan yang paralel longitudinal dan transversal membentuk
sudut siku-siku.
Dari gambaran diatas terlihat bahwa pola permukiman di Lingkungan Lamanaga
berdasarkan pola jalan yang terbangun menggunakan sistem grid yaitu jalan lingkungan dan
jalan setapak yang menghubungkan daerah permukiman dengan daerah yang lain namun
kondisi jalan kurang besar tidak sesuai dengan penggunaannya. Jalan lingkungan berfungsi
untuk menghubungkan permukiman pengungsi dengan jalan poros provinsi yang berpola
linier dimana jalan tersebut menghubungkan kota Bau-Bau dengan Kota-kota satelit di
Kecamatan Sorawolio, sedangkan jalan setapak adalah jalan yang menghubungkan perumahan
pengungsi dengan jalan lingkungan.

UT ARA

S L
TP N
E G .12
S
DN
EG
. 2

BTN MED IBRATA


PA
L
T
A
A
IG

Gambar 6. Pola permukiman pengungsi

Gambar 7. Kondisi Permukiman pengungsi (sumber survei lapangan September 2009)

Hubungan keterkaitan antara permukiman pengungsi dengan permukiman kota


dihubungkan oleh jaringan jalan arteri Bau-Bau menuju Pasarwajo (Kabupaten Buton). Sarana
prasarana yang terbangun dilingkungan Lamanaga di manfaatkan pula oleh masyarakat kota
misalnya fasilitas pendidikan rumah ibadah.

Integrasi pe rmukiman Pengungsi ke dalam sistem Permukiman Kota


Perkembangan kota mengarah kedaerah-daerah pinggiran yang telah dikembangkan
sebagai pusat pertumbuhan baru. Pola permukiman pengungsi berbentuk grid berada pada
kota bagian atas. Permukiman pengungsi merupakan bagian dari permukiman kota Bau-Bau
dan terintegrasi melalui hubungan jaringan jalan yang berbentuk linear
Sistem pusat pelayanan Kota Bau-Bau terdiri dari satu pusat dan tiga sub pusat
dengan pola pemanfaatan, aksesbilitas sistem pelayanan . Pusat pelayanan kota berada pada

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
daerah dataran rendah. Permukiman pengungsi seba gai sub pusat antara permukiman kota
dengan daerah pertumbuhan baru kecamatan Sorawolio. Pusat pelayanan permukiman
pengungsi merupakan bagian dari pelayanan yang berada pada pusat kota dan terintegrasi
melalui hubungan pelayanan sub pusat atas pusat kota
Pola jaringan jalan kota Bau-Bau merupakan sistem yang menghubungkan sistem
jalan kota dan pinggiran kota. Jaringan jalan yang terbentuk pada permukiman pengungsi
berpola grid dan berada pada dataran tinggi yaitu kota bagian atas. Jaringan jalan permukiman
pengungsi merupakan bagian dari jaringan jalan kota dan terintegrasi dengan permukiman
kota melalui pola jalan linier.
Pola jaringan air bersih Kota Bau-Bau dibentuk oleh sistem air bersih dari sungai
Bau-Bau dan dari beberapa sumber mata air. Sumber air bersih permukiman pengungsi
diperoleh dari dari sungai Bau-Bau melalui sumber mata air wakonti, sehingga Jaringan air
bersih permukiman pengungsi terintegrasi dengan jaringan kota melalui sungai Bau-Bau.
Sistem drainase Kota Bau-Bau bermuara ke sungai Bau-Bau dan laut. Sistem
jaringan drainase permukiman pengungsi merupakan bagian dari sistem drainase kota
mengikuti saluran sungai Bau-Bau dan Permukiman pengungsi terintegrasi dengan
permukiman kota melalui hubungan jaringan drainase dan sungai Bau-Bau
Fasilitas sosial kota terbentuk oleh sistem pusat sosial dan sub pusat di daerah
pinggiran sedangkan fasilitas sosial Permukiman pengungsi merupakan bagian dari
permukiman kota melalui interaksi kegiatan dan program sehingga permukiman pengungsi
terintegrasi kedalam sistem permukiman kota melalui jalur koordinasi kegiatan dan program.
Sistem jaringan listrik kota dibentuk oleh jaringan sutem dan sutet yang melayani
seluruh ba gian kota dan permukiman pengungsi merupakan bagian sistem jaringan kota yang
dihubungkan oleh jaringan saluran udara tegangan menengah (sutem). Jadi Integrasi
permukiman pengungsi kedalam permukiman kota dihubungkan oleh Jaringan listrik
mengikuti pola jaringan sutem dan menjadi satu kesatuan.

V. KESIMPULAN
Pola struktur dan morfologi Kota Bau-Bau dapat diidentifikasi merupakan pola
konsentris setengah lingkaran dan pola permukiman pusat Kota Bau-Bau berbentuk grid pada
daerah datar dan berada dikota bagian bawah dan linear pada arah luar kota serta cenderung
membentuk kota satelit sedangkan pola permukiman pengungsi berbentuk grid dimana
hubungan keduanya antara lain dihubungkan oleh jaringan jalan yang berbentuk linear.
Pusat pelayanan berada pada pusat kota Bau-Bau mengarah pada satu pusat kota dan
dalam pusat kota terdiri dari tiga sub pusat kota. Pusat pelayanan permukiman pengungsi
merupakan bagian dari pelayanan yang berada pada pusat kota dan terintegrasi melalui
hubungan pelayanan sub pusat atas pusat kota.Permukiman pengungsi sebagai sub pusat kota
antara daerah pertumbuhan baru di Kecamata Sorawolio dengan pusat Kota Bau-Bau.
Sumber air bersih permukiman pengungsi diperoleh dari dari sungai Bau-Bau melalui
sumber mata air wakonti dan merupakan Jaringan air kota sehingga permukiman pengungsi
terintegrasi dengan jaringan kota melalui sungai Bau-Bau. Sistem drainase Kota Bau-Bau
bermuara ke sungai Bau-Bau dan laut. Sistem jaringan drainase permukiman pengungsi
merupakan bagian dari sistem drainase kota mengikuti saluran sungai Bau-Bau dan
Permukiman pengungsi terintegrasi dengan permukiman kota melalui hubungan jaringan
drainase dan sungai Bau-Bau.
Fasilitas sosial kota terbentuk oleh sistem pusat sosial dan sub pusat di daerah
pinggiran sedangkan fasilitas sosial Permukiman pengungsi merupakan bagian dari

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
permukiman kota melalui interaksi kegiatan dan program sehingga permukiman pengungsi
terintegrasi kedalam sistem permukiman kota melalui jalur koordinasi kegiatan dan program.
Sistem jaringan listrik permukiman pengungsi merupakan bagian sistem jaringan kota yang
dihubungkan oleh jaringan saluran udara tegangan menengah (sutem). Integrasi permukiman
pengungsi kedalam sistem permukiman kota dihubungkan oleh Jaringan listrik dengan
mengikuti pola jaringan sutem sehingga menjadi satu kesatuan.
Model integrasi permukiman pengungsi kedalam sistem permukiman kota dalam
penelitian ini adalah integrasi fisik dimana Faktor fisik berkaitan dengan wujud fisik kawasan
kota dan memiliki komponen-komponen spasial, visual dan detail. Kawasan kota yang
terintegrasi dengan demikian adalah kawasan yang unsur-unsurnya secara fungsi terjalin
sinergis.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Bau-Bau, (2007); Bau-Bau Dalam Angka, BPS Kota Bau-Bau
Bintarto. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Budihardjo,Eko ,1997, T ata Ruang Perkotaan; Bandung, Penerbit Alumni
--------------------, 1999 , Kota Berkelanjutan; Bandung, Penerbit Alumni
Branch, Melville,(Dalam Wibisono, Bambang H, 1995); Perencanaan Kota Komprehensif;
Bandung, Penerbit Gajah Mada University Press
Daldjoeni,N , 2003 , Geografi Kota dan Desa, Bandung ; Penerbit Alumni
Darjosanjoto, Endang T .S, 2006 , Penelitian Arsitektur diBidang Perumahan dan
Permukiman; Surabaya, IT S press
Dinas Pekerjaan Umum Kota Bau-Bau (2003-2012); Rencana Program Investasi Jangka
Menengah, Dinas PU Kota Bau-Bau
Dinas T ata Kota Bau-Bau (2003-2012); Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bau-Bau, Dinas
T ata Kota Bau-Bau
Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman (2002). Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, Jakarta
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997 , Agenda 21 Indonesia
Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat, 1997 , Perumahan Rakyat Untuk Kesejahteraan
dan Pemerataan; Jakarta, Penerbit Properti
Keputusan Sekretaris Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Dan Penanganan
Pegungsi Nomor 2 tahun 2001, T entang Pedoman Umum Penanggulangan Bencana
dan Penanganan Pengungsi
Koestoer, Raldi H, dkk, 2001, Dimensi Keruangan Kota; Jakarta, Penerbit Universitas
Indonesia Press.
Lynch, Kevin. Good City form. MIT Press-Cambridge 1981, 514 hlm
Rapoport,Amos, 1977, Human Aspect In Urban Design; T oronto, Pergamon University.
Sa bari Yunus,hadi, 2000, Struktur T ata Ruang Kota, Yogyakarta, Penerbit Pustaka Pelajar
Santoso,Happy Ratna dkk , 2006, Pedoman Penyusunan T esis; Institut T eknologi Sepuluh
Nopember Surabaya Program Pascasarjana
Sastra M, Suparno, 2006, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Yogyakarta; Penerbit
Andi
Sa dyohutomo, Mulyono, 2008, Manajemen Kota dan Wilayah; Jakarta, Penerbit Bumi
Aksara
Sujarto, Djoko, 1998, Pengantar Planologi, Bandung; Penerbit IT B

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Trancik, Roger. Finding Lost Space. T heories of urban design. Van Nostrand
ReinholdCompany. New York. 1986 246 hlm
T urner, John FC, 1976 , Housing By People: Pantheos – New York, USA
Wibowo, Rudi, 2004, Konsep, Teori dan Landasan Analisis Wilayah, Malang; Penerbit
Bayumedia Publishing
Yudohusodo, Siswono (1991), Rumah Untuk Seluruh Rakyat ; INKOPOL, Unit Bharakerta,
Jakarta
Yuliastuti, Nany, Perumahan dan Permukiman, Artikel; Jurusan PWK Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang
Zahnd,Markus , 1999 , Perancangan Kota secara Terpadu, Semarang; Penerbit
Kanisius,Soegijapranata University Press

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.
Paper Seminar Nasional

MODEL INTEGRASI PERMUKIMAN PENGUNGSI


KEDALAM SISTEM PERMUKIMAN KOTA

Mahasiswa :
Muh.Irsyad Cahyadi
Nrp. 32 08 201 822

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2010

Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Anda mungkin juga menyukai