Anda di halaman 1dari 14

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai

kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Psikotik yang dibahas pada modul ini yaitu psikotik akut dan kronik.

a. Gangguan Psikotik Akut


1) Gambaran utama perilaku
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
a) Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
b) Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
c) Kebingungan atau disorientasi
d) Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta
marah-marah atau memukul tanpa alasan

2) Pedoman diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :
a) Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar
suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya)
b) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga,
menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain)
c) Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
d) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
e) Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

3) Diagnosis banding
Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena
dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.
a) Epilepsi
b) Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol
c) Febris karena infeksi
d) Demensia dan delirium atau keduanya
e) Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan
psikotik kronik lain
f) Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau proses
pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu episode maniak
g) Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami depresi

4) Penatalaksanaan
Pertama, saudara harus dapat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
psikotik akut berikut hak dan kewajibannya
a) Informasi yang perlu untuk pasien dan keluarga
Untuk lebih memahami dan memperjelas isi dan metode pemberian informasi yang akan
disampaikan saudara dapat dibaca lebih lengkap pada modul VI B tentang asuhan
keperawatan pasien halusinasi, waham, isolasi sosial. Beberapa informasi yang perlu
disampaikan pada pasien dan keluarga antara lain tentang :
(1) Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama perjalanan penyakit
sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu episode akut saja
(2) Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat, memerlukan
hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang aman. Jika pasien menolak
pengobatan, mungkin diperlukan tindakan dengan bantuan perawat kesehatan jiwa
masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat
(3) Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya
• Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
• Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan)
• Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
b) Konseling pasien dan keluarga
(1). Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik
antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan
pasien
(2). Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stresor
(3). Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik

c) Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik akut :
(1). Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
• Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau
• Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun
beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi
(2). Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)
(3). Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala
hilang.
materi lain akan dibahas pada posting selanjutnya
Skizofrenla Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi,
biasanya berat, berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran,
persepsi serta emosi
Epidemioiogi Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi
terentang dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per
tahun. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya
terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 sampai 25
tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki laki
dibandingkan wanita.

Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia menderita


penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab umum
kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah mencoba
bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil melakukannya. Faktor risiko
bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid
yang tinggi.

Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30% sampai


50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar penelitian
menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk karena
penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan pengobatan. Hal yang
biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3 kali
populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang merokok
membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan kecepatan
metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme. Beberapa laporan
mengatakan skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang tidak menikah
tetapi penelitian tidak dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi
terhadap Skizofrenia.

Etiologi
Model diatesis -stress Menurut teori ini skizofrenia timbul akibat faktor psikososial
dan lingkungan. Model ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan
(diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi skizofrenia.
Faktor Biologi

Komplikasi kelahiran
Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami
skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap
skizofrenia.

Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan
pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi
virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi
skizofrenia.

Hipotesis Dopamin
Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap gejala
skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat
reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik
maka gejala psikotik diredakan.1° Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan
bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem
dopaminergik.5’7

Hipotesis Serotonin
Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid
diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis
reseptor 5-HT. Temyata zatini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang
normal. Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali mengemuka
karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine yang temyata mempunyai
afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT~ lebih tinggi dibandingkan
reseptordopamin D2.57

Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan ganglia
basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang
normal, ventrikel teilihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area
terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemenksaaninikroskopis
dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distnbusi sel otak yang timbul
pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma
otak setelah lahir.81°

Genetika

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari


populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat
pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.
Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek /
nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar
identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar
dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu
orang tua 12%.

Gambaran klinis

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,
fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala
non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum
onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan,
fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan
perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman,
mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase
prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik
menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai
gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak
mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat
mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase
residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif /
psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase
diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan
berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,
konsentrasi, hubungan sosial)
Diagnosis: Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll

• Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” =
secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau
mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
 suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
 mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau
 jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian
tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
• Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan
terus menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
• Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal)
• Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Prognosis

Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang
mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25%
individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami
perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang
akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut, riwayat
sosial / pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah, riwayat keluarga
gangguan mood, sistem pendukung baik dan gejala positif ini akan memberikan
prognosis yang baik sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak
jelas, riwayat sosial buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga
skizofrenia, sistem pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak
remisi dalam 3 tahun, sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis
yang buruk.

Terapi / Tatalaksana I. Psikofarmaka

• Pemilihan obat Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek
primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada
efek sekunder ( efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan
jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek
samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat
antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah
optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat
antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis
ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya
sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih
kembali untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari
gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila
gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah
tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping ekstrapiramidal
pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang beredar dipasaran
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi pertama
(APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I bekerja dengan
memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan
tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi
pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan
ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan
menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat
gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping
antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur gangguaniniksi, defekasi
dan hipotensi. APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang
digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah
trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini
digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis,
menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya
lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine
digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif
dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis
(SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan
dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya
efek samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif.
Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine,
quetiapine dan rispendon.

• Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4ininggu
Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
o Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)
o Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar)
sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.
o Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau
haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk
pasien yang tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi pemeliharaan.

• Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran
dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis
reda), dievaluasi setiap 2ininggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal
kemudian dipertahankan 8-12ininggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap
2ininggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun
( diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis
diturunkan 2-4ininggu) lalu stop.
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi
pemeliharaan paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat
kekambuhan 2,5 sampai 5 kali). Pada umumnya pemberian obat antipsikosis
sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua
gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian mendadak dapat timbul
gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing
dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian anticholmnergic
agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2
mg/hari.

II. Terapi Psikososial Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara
lain :

• Psikoterapi individual
o Terapi suportif
o Sosial skill training
o Terapi okupasi
o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
• Psikoterapi kelompok
• Psikoterapi keluarga
• Manajemen kasus
• Assertive Community Treatment (ACT)

Gangguan Psikosis lainnya Gangguan Waham


Pedoman Diagnosis

• Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinik atau gejala yang


paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai
suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus
bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat
• Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap I
“full-blown”, mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa
waham-waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan
afektif itu.
• Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak
• Tidak boleh ada halusinasi auditonk atau hanya kadang-kadang saja ada dan
bersifat sementara
• Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikiran,
penumpulan afek, dsb)

Gangguan Psikotlk Akut dan Sementara Pedoman Diagnostik

• Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang


diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas
yang dipakai ialah:
a. Onset yang akut (dalam masa 2ininggu atau kurang = jangka waktu
gejalagejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya
beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk
periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas
yang menentukan seluruh kelompok;
b. Adanya sindrom yang khas (berupa “polimorfik” = beraneka ragam
dan berubah cepat, atau “schizophrenia-like” = gejala skizofrnik yang
khas);
c. Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada)
d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung
 Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi
kriteria episode manik atau episode depresif, walaupun
perubahan emosional dan gejalagejala afektif individual dapat
menonjol dan waktu ke waktu
 Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis, delirium,
atau demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat
penggunaan alcohol atau obat-obatan.

Gangguan Skizoafektif Pedoman Diagnostik :

1. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejal-gejala definitive


adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat
yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana,
sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kritena baik
skizofrenia maupun episode manik atau depresif
2. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda
3. Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik maupun depresif atau campuran dari
keduanya. Pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip
di antara episode manik atau depresif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus D, Pendekatan holistik terhadap Skizofrenia, dalam majalah psikiatri,


Jakarta, 2005:1.
2. World Health Organization Collaborating Centre for Mental Health and
Substance Abuse, Schizophrenia : General lmformation, Australia, 1997.
3. Buchanan RW, Carpenter WT, Schizophrenia : introduction and overview, in:
Kaplan and Sadock comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed,
Philadelphia: lippincott Williams and wilkins :2000: 1096-1109.
4. Maslim R, skizofrenla, gangguan skizotipal dan gangguan waham, dalam
PPDGJ III, Jakarta, 1998 :46-57.
5. Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed 7,
vol 1, 1997 : 685-729.
6. American Psychiatric Association, Schizophrenia and other psychotic
disorders, in diagnostic and statistical manual of mental disorders, 4th ed,
Washington, DC, 1994:273-286.
7. Sapiie TWA, Patobiologi skizofrenia dan peranan serotonin dalam gejala
negatif skizofrenia, dalam majalah psikiatri, Jakarta, 2007 : 77-89
8. National Institute of Mental Health, National Institutes of Health,
www.nimh.nih.gov, what is schizophrenia?
9. Norquist GS, Narrow WE, Schizophrenia : Epidemiology, in : Kaplan and
Sadock Comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia : Lippincott
Williams and wilkins, 2000:1110-1117.
10. Gur RE, Gur RC, Schizophrenia: Brain structure and function in: Kaplan and
Sadock Comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia :
Lippincott Williams and wilkins, 2000:1117-1129
11. Kendler KS, Schizophrenia : Genetics, in : Kaplan and Sadock Comprehensive
textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: Lippincott Williams and wilkins,
2000: 1147-1169
12. Maramis WF, Skizofrenia, dalam : Catatan ilmu kedokteran jiwa, ed 7,
Surabaya, 1998 :215-235.
13. Agus D, Difungsi kognitif pada skizofrenia, dalam : majalah psikiatri, Jakarta
2005: 51-67
14. Sinaga BR, Skizofrenia dan Diagnosis banding, Jakarta 2007:12-137.
15. Maslim R, Penggunaan kllnis obat psikotropik, ed 2, Jakarta, 2001 : 14-22.
16. Surilena, lntervensi psikososial dalam manajemen skizofrenia, dalam :
majalah psikiatri, Jakarta 2005 :69-83.
PSIKOTIK/PSYCHOTIC
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Psikotik yang dibahas pada modul ini yaitu psikotik akut dan kronik.

Gangguan Psikotik Akut


Gambaran utama perilaku:

• Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :


• Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
• Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
• Kebingungan atau disorientasi
• Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara
dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasa2. Pedoman diagnostik

Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :

• Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,


mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada
bendanya)
• Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh
tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang
lain)
• Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
• Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
• Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

Diagnosis banding
Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena
dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.

• Epilepsi
• Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol
• Febris karena infeksi
• Demensia dan delirium atau keduanya
• Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan
psikotik kronik lain
• Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau
proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu
episode maniak
• Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami
depresi
Penatalaksanaan
Pertama, saudara harus dapat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
psikotik akut berikut hak dan kewajibannya

Informasi yang perlu untuk pasien dan keluarga


Untuk lebih memahami dan memperjelas isi dan metode pemberian informasi yang akan
disampaikan saudara dapat dibaca lebih lengkap pada modul VI B tentang asuhan
keperawatan pasien halusinasi, waham, isolasi sosial. Beberapa informasi yang perlu
disampaikan pada pasien dan keluarga antara lain tentang :

• Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama perjalanan
penyakit sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu episode akut saja
• Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat, memerlukan
hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang aman. Jika pasien
menolak pengobatan, mungkin diperlukan tindakan dengan bantuan perawat
kesehatan jiwa masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat
• Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya:

1. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien


2. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan
kebersihan)
3. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera

Konseling pasien dan keluarga

1. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan


psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam
pengobatan pasien
2. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stresor
3. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik

Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik akut :
1. Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
• Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau
• Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun
beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi
(2). Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)
(3). Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala
hilang.
Apabila saudara menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah
ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
• Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan
benzodiazepine atau obat antiparkinson
• Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis
terapi atau pemberian beta-bloker
• Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat
antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)

5). Rujukan
Tindakan rujukan diperlukan bila terjadi kondisi-kondisi yang tidak dapat diatasi melalui
tindakan yang sudah dilakukan sebelumnya khususnya pada :
• Kasus baru gangguan psikotik
• Kasus dengan efek samping motorik yang berat atau timbulnya demam, kekakuan,
hipertensi, hentikan obat antipsikotik lalu rujuk

Gangguan Psikotik kronik


Gambaran perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan perilaku
utama yang secara umum ada.

• Penarikan diri secara sosial


• Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
• Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)
• Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang
dilaporkan keluarga

Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :

• Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi


• Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara
• Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal sepert : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal
• Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek yang
tak lazim di dalam tubuhnya
• Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran

Diagnosa banding
Beberapa kondisi yang dapat menjadi diagnosis banding psikosis akut diantaranya adalah
:

• Depresi jika ditemukan gejala depresi (suasana perasaan yang menurun atau
sedih, pesimisme, perasaan bersalah)
• Gangguan bipolar jika ditemukan gejala mania (eksitasi, suasana perasaan
meningkat, penilaian diri yang berlebihan)
• Intoksikasi kronik atau putus zat karena alkohol atau zat/bahan lain (stimulansia,
halusinogenik)
• Efek penggunaan zat psikoaktif atau gangguan depresif dan gangguan ansietas
menyeluruh jika berlangsung setelah satu periode abstinensia (misalnya, sekitar 4
minggu)

Penatalaksanaan
Berikut ini akan diuraikan tentang penatalaksanaan pada pasien psikotik kronik secara
medik.

Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga.


tentang asuhan keperawatan pada pasien halusinasi, waham, isolasi sosial, defisit
perawatan diri. Beberapa informasi yang dapat saudara sampaikan pada pasien dan
keluarga antara lain :

1. Gejala penyakit jiwa (perilaku aneh dan agitasi)


2. Antisipasi kekambuhan
3. Penanganan psikosis akut
4. Pengobatan yang akan mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan
5. Perlunya dukungan keluarga terhadap pengobatan dan rehabililtasi pasien
6. Perlunya organisasi kemasyarakatan sebagai dukungan yang berarti bagi pasien
dan keluarga

Konseling pasien dan keluarga


Beberapa topik yang dapat menjadi fokus konseling adalah :

1. Pengobatan dan dukungan keluarga terhadap pasien


2. Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan dan
kegiatan sehari-hari
3. Kurangi stress dan kontak dengan stres

Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik kronik :
1. Antipsikotik yang mengurangi gejala psikotik :
• Haloperidol 2-5 mg; 1 – 3 kali sehari
• Chlorpromazine 100-200 mg ; 1 – 3 kali sehari
Dosis harus serendah mungkin; hanya untuk menghilangkan gejala, walaupun beberapa
pasien mungkin membutuhkan dosis yang lebih tinggi
2. Obat anti psikotik diberikan sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah episode pertama
penyakitnya dan lebih lama sesudah episode berikutnya
3. Obat antipsikotik mempunyai efek jangka panjang yang disuntikkan jika pasien gagal
untuk minum obat oral
4. Berikan terapi untuk mengatasi efek samping yang mungkin timbul :

• Kekakuan otot (distonis dan spasme akut), yang dapat diatasi dengan obat anti
parkinson atau benzodiazepine yang disuntikkan
• Kegelisahan motorik yang berat (Akatisia) yang dapat diatasi dengan
pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker
• Obat anti Parkinson yang dapat mengatasi gejala parkinson (antara lain
trihexyphenidil 2 mg sampai 3 kali sehari, ekstrak belladonna 10-20 mg 3x sehari,
diphenhydramine 50 mg 3 x sehari)

Rujukan
Beberapa kriteria perlunya rujukan kasus adalah :

• Semua kasus baru dengan gangguan psikotik


• Depresi atau mania dengan gejala psikotik.
• Perlu kepastian diagnosis dan terapi yang paling sesuai pada kasus kronis
• Keluarga merasakan terbebani dengan kondisi pasien dan memerlukan konsultasi
dengan pelayanan masyarakat yang sesuai
• Pertimbangkan konsultasi untuk kasus dengan efek samping motorik yang berat

Anda mungkin juga menyukai