S1 2015 305586 Introduction PDF
S1 2015 305586 Introduction PDF
PENDAHULUAN
1
2
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang memiliki arti gelombang besar
pelabuhan. Tsu berarti pelabuhan serta nami yang berarti gelombang. Menurut
Lapidus (1990) dalam Geist (2006), tsunami adalah sistem gelombang gravitasi yang
diikuti dengan durasi yang pendek, skala besar, gangguan cuaca dari permukaan laut
bebas. Penyebab tsunami biasanya berhubungan dengan proses geologi seperti
gempa bumi, tanah longsor, erupsi vulkanik dan meteorit, asteroid dan tubrukan
komet.
Tsunami memiliki panjang gelombang yang sangat panjang. Berbeda dengan
gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang diantara dua puncaknya
mencapai lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu diantara puncak-
puncaknya berkisar antara 10 menit sampai 1 jam. Saat mencapai pantai yang
dangkal, teluk, atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya. Namun
tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak dengan
kecepatan mencapai 900 km/jam. Periode tsunami berkisar 10 s.d.60 menit. Tsunami
disebabkan oleh pergerakan tiba-tiba dari volume air yang membesar.Energiyang
dilepaskan mampu untuk memindahkan volume air yang besar dengan cepat.
Bagaimanapun tsunami juga bisa terjadi disebabkan oleh hal-hal yang tidak langsung
terdapat pada daerah dampak.
Kecepatan rambat gelombang di laut, tergantung dari kedalaman laut dan
penjalarannya dapat mencapai ribuan kilometer. Kecepatan rambat gelombang dapat
dihitung dengan persamaan (I.1)
v= (I.1)
7
10 m
50 m
4000 m
Kedalaman Kecepatan Panjang
(m) (km/jam) Gelombang (km)
7000 943 282
4000 713 213
2000 504 151
200 159 48
50 79 23
10 36 10,6
Gambar I.1. Pembentukan gelombang tsunami
(Sumber: Intergovernmental Oceanographic Commission 2012)
Gambar I.1 merupakan uraian dari beberapa teori yang mencoba memodelkan
pembentukan gelombang tsunami menuju pantai. Gambar I.1 menggambarkan
bahwa semakin mendekati pantai maka gelombang tsunami semakin tinggi.
pada sejarah dan data instrumen dari National Geopysical Data Center (NGDC)
penyebab dari tsunami semenjak 3500 tahun yaitu:
1. Gempa bumi
Gempa bumi adalah salah satu sumber terjadinya tsunami. Gempa bumi yang
terjadi di bawah laut menyebabkan posisi air laut bergerak dari keadaan
seimbangnya. Gelombang yang ikut dipindahkan pada saat air laut bergerak
dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi. Ketika area dari elevasi laut besar maka
terjadi tsunami. Pergerakan vertikal lempeng bumi terjadi pada zona subduksi.
Pergerakan vertikal ini dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi dan menjadi
utama penyebab tsunami disbutkan oleh Furumoto (1985) dalam Geist (2006).
3. Vulkanik
Erupsi vulkanik di atas permukaan laut dapat menghasilkan longsoran batuan,
reruntuhan mengalir ke laut sehingga dapat menyebabkan tsunami. Sejauh ini hal
tersebut hanya berlaku pada pulau yang terdapat aktivitas vulkanik. Tetapi aktivitas
vulkanik utama yang dapat menghasilkan sumber tsunami adalah erupsi vulkanik
yang terdapat pada bawah air atau bawah laut. Tidak hanya memindahkan material
yang berada pada lereng yang miring namun juga pembebasan gas yang dapat
memancing tsunami. Erupsi itu sendiri dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi
kecil yang dapat memicu tsunami. Erupsi vulkanik dengan aktivitas plinian yang
dicirikan oleh ledakan besar yang merusak dan reruntuhan akibat dari kaldera
memberikan kekuatan untuk terjadinnya gelombang tsunami yang sangat besar, hal
tersebut disebutkan oleh Tinti (1990) dalam Geist (2006).
9
4. Meteor
Benda-benda langit seperti meteor memungkinkan terjatuh di bumi. Meteorit
yang jatuh di bumi mengakibatkan penghancuran yang hebat. Penghancuran paling
besar terjadi saat meteor jatuh di atas samudra. “Tsunami adalah bentuk paling serius
yang disebabkan oleh batu asteroid dengan diameter antara 200 m sampai 2 km.”
yang disebutkan oleh Hills dkk (1998) dalam Geist (2006). Gambar I.2 adalah
perkiraan tinggi gelombang pada jarak yang berbeda dari zona tubrukan dari
berbagai penulis.
Gambar I.2. Estimasi ketinggian air pada 1000 km dari pengaruh asteroid
(Sumber: Costa dkk. 2002)
5. Penyebab lainnya
Tsunami bisa disebabkan karena tindakan manusia. Manusia melakukan uji
nuklir di laut dapat menyebabkan terjadinya tsunami, khususnya pada 60 detik
datangnya uji nuklir. Sangat sedikit referensi yang menyebutkan bahwa tsunami
disebabkan oleh nuklir yang diledakan di bawah air di perairan pasifik. (Bolt dkk.
1975) dalam Geist (2006).
Lapisan litosfer melapisi seluruh permukaan bumi yang terdiri dari benua dan
samudra. Litosfer relatif bergerak satu dan yang lain sampai 10 cm/tahun. Batas
lempeng adalah daerah pertemuan antara dua lempeng yang saling bersinggungan.
Pemekaran (spreading) adalah ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain.
10
Subduksi adalah ketika dua lempeng saling bergerak dan salah satu lempeng berada
di bawah lempeng lainnya. Transform adalah ketika lempeng bergerak secara
horizontal pada setiap lempengnya. Sebagian besar gempa bumi yang kuat terjadi
pada zona subduksi dimana sebuah lempeng samudra berada di bawah lempeng
benua, atau lempeng samudra yang lebih muda.
Tidak semua gempa bumi yang terjadi dapat menghasilkan tsunami. Untuk
menghasilkan tsunami, sesar harus berada di bawah atau dekat dengan samudra dan
meyebabkan pergerakan vertikal dari permukaan air di atas sebuah area yang luas.
Gempa bumi dangkal (kurang dari 70 km) dan berada di sekitar zona subduksi
menyebabkan terjadinya tsunami besar yang merusak.
Gambar I.3 menunjukan daerah dasar laut yang terangkat oleh adanya bidang
sesar. Parameter bidang sesar tersebut panjang dan lebar sesar serta besar slip antara
sesar yang saling menunjam. Kondisi awal dari gelombang tsunami tergantung dari
bentuk perubahan dasar laut (deformasi dasar laut), dan kedalaman air di atas
11
(I.2)
(I.3)
(I.4)
di z = η (I.6)
di z = η (I.7)
di z = η (I.8)
Area L (Large) dengan warna garis merah memiliki ukuran grid lebih besar,
sedangkan area S (Small) dengan warna garis hijau menunjukkan ukuran grid lebih
kecil. Keadaan ini dikarenakan letak bidang sesar tidak tercakup dalam area S tetapi
hanya pada area L, seperti pada Gambar I.4. Nilai-nilai grid yang berada
diperbatasan pada area pertampalan digunakan untuk menghitung nilai grid pada area
lainnya.
Model numerik tsunami tidak linier yang dikembangkan oleh Imamura
(2006), menggunakan metode nested grid, yaitu menggunakan lebih dari satu ukuran
grid pada satiap area. Gambar I.4 menunjukkan bahwa satu buah grid pada area L
memiliki 81 grid di area S.
13
F(x)
Fi+1-Fi-1
Δy Fi-1 Fi Fi+1 x
i-1 i Δx i+1
Nilai Fi-1 dan Fi+1berdasarkan fungsi pada deret Taylor dengan kesalahan
pemotongan orde kedua diperoleh persamaan I.9 dan I.10.
(I.9)
) (I.10)
Dengan menyelisihkan persamaan (I.9) dan (I.10), maka didapat persamaan beda
pusat pada persamaan I.11.
(I.11)
(a) (b)
(I.12)
Dengan
1.7.6.Mekanisme Fokal
Gempa bumi tektonik terjadi karena pergerakan yang diawali dari dasar laut
dan mengakibatkan pergerakan vertikal dasar laut. Teori dislokasi digunakan untuk
model deformasi pada simulasi numerik tsunami yang dikenalkan ke dalam disiplin
ilmu oleh Steketee tahun 1958 (Kongko 2011).
Arah dan orientasi sesar pada saat gempa bumi yang terjadi disebut mekanisme
fokal. Informasi dari seismogram digunakan untuk menghitung mekanisme fokal dan
tampilannya pada peta sebagai simbol “beach ball”. Simbol ini adalah sebuah
proyesi bidang horizontal, kerangka bola (bola fokal) melingkupi sumber gempa
bumi. Beach ball juga menggambarkan orientasi tegangan (Gambar I.7).
d
“Beach ball”
c b
Gambar I.7. Beach ball
(Sumber : USGS 2012)
Keterangan Gambar I.7.:
a : bidang patahan
17
Beach ball berisi sumbu tegangan (T), yang merefleksikan arah stress
compressive minimum dan tekanan (P), yang merefleksikan arah stress compressive
maksimum (Gambar I.6). Perhitungan mekanisme fokal ditampilkan pada sumbu P
dan T dan tidak menggunakan bayangan (shading).
Tiga contoh pertama pergerarakan sesar yaitu fault motion yang murni
horizontal (strike slip) atau vertikal (normal atau reverse). Mekanisme oblique
reverse diilustrasikan bahwa slip dapat juga mempunyai komponen dari horizontal
dan vertikal.
1.7.6.1 Parameter Sesar. Bumi terdiri dari dua lempeng utama yaitu lempeng benua
dan lempeng samudra. Lempeng-lempeng di bumi terus aktif bergerak. Pergerakan
lempeng membuat kemungkinan adanya tubrukan semakin besar, sehingga dapat
menghasilkan patahan. Bidang atau bagian kulit bumi yang retak atau patah disebut
patahan. Bidang patahan yang sudah mengalami pergerakan disebut sesar atau fault.
Pergeseran bidang patahan tersebut bisa terjadi secara horizontal dan vertikal.
Berdasarkan arah gerak dan pergeserannya ada beberapa jenis sesar (Gambar I.8)
yaitu:
Strike slip
Normal
Reverse
Oblique reverse
Strike adalah sebuah sudut yang digunakan khusus untuk orientasi sesar dan
diukur searah jarum jam dari arah utara. Sebagai contoh sebuah strike dengan nilai 0o
19
atau 180o mengindikasikan sebuah sesar memiliki orientasi arah utara-selatan, 90o
atau 270o mengindikasikan orientasi arah timur-barat (Gambar I.10).
Dip dan strike menggambarkan orientasi dari sesar. Arah pergerakan silang
dari sesar adalah slip. Slip diukur pada permukaan sesar dan seperti dip dan strike,
slip merupakan sebuah sudut. Slip menggambarkan arah sudut dari hanging wall ke
foot wall. Jika hanging wall bergerak ke kanan maka sudut slip alah 0o, jika bergerak
ke atas maka slip bernilai 90o, apabila bergerak ke kiri sudut slip senilai 180o dan jika
bergerak turun maka sudutnya 270o atau -90o(Gambar I.11).
1.8.Hipotesis
Tsunami sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain parameter sesar
yang membangkitkan adanya gelombang tsunami. Meskipun pada dasarnya banyak
faktor yang mempengaruhi tsunami seperti data topografi, batimetri dan waktu
penjalaran gelombang tsunami. Namun, penelitian ini fokus terhadap pengaruh
parameter sesar yang menyebabkan terjadinya tsunami. Oleh karena itu, penelitian
ini mengemukakan hipotesis-hipotesis awal sebagai berikut:
1. Diantara dua parameter sesar, slip dan dip, slip memberikan pengaruh
ketinggian gelombang tsunami lebih besar dibandingkan dengan dip
karena mekanisme slip membuat sesar bergerak naik atau turun sehingga
mengakibatkan permukaan air yang tenang menjadi terdeformasi.
2. Pada umumnya ketinggian gelombang tsunami di daerah sumber gempa
lebih kecil dibandingkan dengan ketinggian gelombang tsunami di titik
pantau, tetapi keterlibatan pengaruh dari variasi parameter sesar membuat
ketinggian gelombang tsunami lebih bervariasi.