Anda di halaman 1dari 6

RENCANA KEGIATAN

PROGRAM KESEHATAN JIWA


PUSKESMAS SIDOREJO TAHUN 2015

Oleh :
dr. Nyoman Satriyawan

PUSKESMAS SIDOREJO
JANUARI 2015
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sudah merupakan kebijakan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia


bahwa Puskesmas sebagai bagian dari Sistem Kesehatan Nasional, sub
sistem dari kesehatan yang berada di Kabupaten/kota, propinsi dan Nasional.
Sebagai suatu sistem yang harus berjalan, Puskemas dilengkapi dengan
organisasi, memiliki Sumberdaya dan program kegiatan pelayanan kesehatan.
Tujuan utamanya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
diwilayah kerjanya sampai setinggi-tingginya atau dengan mengambil
pengertian dari kesehatan, tujuannya adalah mewujudkan keadaan sehat
fisik-jasmani, mental, rohani-spritual dan sosial bagi setiap orang diwilayah
kerja Puskesmas agar dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Untuk mempermudah pencapaian tujuan ini, Puskesmas dapat bekerja sesuai


dengan Visi dan Misi Program Pelayanan Kesehatannya. Dimana Program-
program kegiatan pelayanan kesehatan tersebut dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu Program Pokok yang terdiri dari Program pengobatan (kuratif
dan rehabilitatif), Promosi Kesehatan , Pelayanan KIA dan KB, Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular, Kesehatan
Lingkungan, serta Perbaikan Gizi Masyarakat. Sedangkan Program
Pengembangan terdiri dari Usaha Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olah Raga,
Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Kerja, Kesehatan Gigi dan
Mulut, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata, Kesehatan Usia Lanjut, Pembinaan
Pengobatan Tradisional, Kesehatan haji, Dan beberapa upaya kesehatan
pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang dikembangkan di Puskesmas
dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Maraknya bencana alam seperti tanah longsor, banjir, gempa, tsunami dan
lain-lain, akhir-akhir ini telah memperparah kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan di tanah air kita. Pencemaran lingkungan, penggundulan hutan
pengungsian dan wabah penyakit serta Kejadian Luar Biasa (KLB) telah
terjadi di sebagian besar Negara kita. Konflik sosial yang berkepanjangan
telah menimbulkan kerusakan dan pertikaian, stress, gangguan jiwa dan
kemiskinan. Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir
ini yang kesemuanya mengakibatkan dampak fisik dan psikologis, maka perlu
kiranya program kesehatan jiwa ini dijalankan di setiap puskesmas.

Indera penglihatan merupakan salah satu alat tubuh manusia yang mempunyai
fungsi sangat penting untuk memungkinkan manusia menerima informasi dari
lingkungan kehidupan sekitarnya sehingga mampu beradaptasi dan
mempertahankan hidup dalam lingkungannya dan menghindarkan diri dari
berbagai ancaman yang mungkin terjadi. Dengan demikian kesehatan indera
penglihatan merupakan salah satu unsur terpenting dalam upaya
meningkatkan kualitas SDM agar terwujud manusia Indonesia yang
cerdas, produktif serta mampu berperan dalam berbagai bidang
pembangunan.

Untuk mewujudkan drajat kesehatan mata yang optimal telah ditetapkan visi,
yaitu gambaran prediksi atau keadaan masyarakat indonesia pada masa yang
akan datang berupa “Mata Sehat 2020/Vision 2020 – The Right to Sight
“(pemenuhan hak untuk melihat dengan optimal bagi setiap individu). Untuk
itu di tetapkan misi mewujutkan mata sehat melalui : promosi kesehatan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat tentang mata sehat ; menanggulangi
gangguan penglihatan dan kebutuhan di masyarakat ; memfasilitasi
pemerataan pelayanan kesehatan mata yang bermutu dan terjangkau,
menggalang kemitraan dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait di dalam
dan di luar negri untuk mewujutkan mata sehat 2020.
Survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996
menunjukkan angka kebutaan 1,5%. Penyebab utama kebutaan adalah katarak
(0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit-
penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38 %). Berdasarkan
laporan hasil Riskesdas/ Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2007,
prevalensi nasional Kebutaan adalah 0,9% (berdasarkan hasil pengukuran,
visus < 3/60). Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi Kebutaan diatas
prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Bengkulu, Lampung,
Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo. Prevalensi nasional penderita
Katarak sendiri pada penduduk umur >30 tahun adalah 1,8%.

Dari masalah kesehatan mata dan kebutaan tersebut mengisyaratkan bahwa


upaya kesehatan mata/pencegahan kebutaan dasar sebagai salah satu kegiatan
pokok di Puskesmas akan melengkapi fungsi Puskesmas dalam memecahkan
masalah kesehatan masyarakat khususnya berupa angka kesakitan mata dan
kebutaan, sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
tujuan umum dari Rencana Kegiatan ini adalah :
a. Meningkatkan Derajat Kesehatan Jiwa dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya Masyarakat.
b. Meningkatnya kesehatan mata dalam rangka meningkatkan kualitas
sumberdaya masyarakat

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari rencana kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a. Menyadarkan masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa yang ada
di masyarakat.
b. Mencegah timbulnya berbagai gangguan jiwa
c. Menanggulangi masalah kesehatan jiwa
d. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
jiwa
e. Meminimalkan dampak masalah psikososial dan gangguan jiwa
terhadap individu, keluarga dan masyarakat
f. Menurunnya prevalensi kebutaan sehingga tidak lagi menjadi masalah
kesehatan masyarakat.
g. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat dalam
pemeriksaan dibidang kesehatan mata dan pencegahan kebutaan.
h. Meningkatnya jangkauan pelayanan refraksi sehingga masyarakat
yang mengalami gangguan fungsi penglihatan dapat terlayani.
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN

A. RENCANA PROGRAM KESEHATAN JIWA

Untuk dapat mencapai tujuan dari program kesehatan jiwa yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat disusun rencana kegiatan sebagai berikut :
1. Penyuluhan tentang kesehatan jiwa di kelurahan dengan cara kerjasama
lintas sektoral
2. Melakukan penjaringan terhadap masyarakat yang mempunyai masalah
kesehatan jiwa dengan di bantu oleh kader dan bidan desa serta aparat
desa
3. Melakukan kunjungan ke rumah pasien yang mengalami gangguan mental
serius seperti kasus pasung
4. Melakukan intervensi penatalaksanaan yang telah dilakukan 3 bulan sekali
5. Memonitor pengobatan pasien jiwa yang kemudian akan dicatat dalam
form pengambilan obat
6. Melakukan konseling secara tertutup kepada masyarakat mengenai
masalah kesehatan jiwa
7. Memberikan dan melakukan pengobatan terhadap masyarakat yang
mengalami masalah kesehatan jiwa sesuai standar pengobatan tingkat
dasar

Anda mungkin juga menyukai