Oleh :
dr. Nyoman Satriyawan
PUSKESMAS SIDOREJO
JANUARI 2015
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indera penglihatan merupakan salah satu alat tubuh manusia yang mempunyai
fungsi sangat penting untuk memungkinkan manusia menerima informasi dari
lingkungan kehidupan sekitarnya sehingga mampu beradaptasi dan
mempertahankan hidup dalam lingkungannya dan menghindarkan diri dari
berbagai ancaman yang mungkin terjadi. Dengan demikian kesehatan indera
penglihatan merupakan salah satu unsur terpenting dalam upaya
meningkatkan kualitas SDM agar terwujud manusia Indonesia yang
cerdas, produktif serta mampu berperan dalam berbagai bidang
pembangunan.
Untuk mewujudkan drajat kesehatan mata yang optimal telah ditetapkan visi,
yaitu gambaran prediksi atau keadaan masyarakat indonesia pada masa yang
akan datang berupa “Mata Sehat 2020/Vision 2020 – The Right to Sight
“(pemenuhan hak untuk melihat dengan optimal bagi setiap individu). Untuk
itu di tetapkan misi mewujutkan mata sehat melalui : promosi kesehatan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat tentang mata sehat ; menanggulangi
gangguan penglihatan dan kebutuhan di masyarakat ; memfasilitasi
pemerataan pelayanan kesehatan mata yang bermutu dan terjangkau,
menggalang kemitraan dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait di dalam
dan di luar negri untuk mewujutkan mata sehat 2020.
Survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996
menunjukkan angka kebutaan 1,5%. Penyebab utama kebutaan adalah katarak
(0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit-
penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38 %). Berdasarkan
laporan hasil Riskesdas/ Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2007,
prevalensi nasional Kebutaan adalah 0,9% (berdasarkan hasil pengukuran,
visus < 3/60). Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi Kebutaan diatas
prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Bengkulu, Lampung,
Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo. Prevalensi nasional penderita
Katarak sendiri pada penduduk umur >30 tahun adalah 1,8%.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
tujuan umum dari Rencana Kegiatan ini adalah :
a. Meningkatkan Derajat Kesehatan Jiwa dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya Masyarakat.
b. Meningkatnya kesehatan mata dalam rangka meningkatkan kualitas
sumberdaya masyarakat
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari rencana kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a. Menyadarkan masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa yang ada
di masyarakat.
b. Mencegah timbulnya berbagai gangguan jiwa
c. Menanggulangi masalah kesehatan jiwa
d. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
jiwa
e. Meminimalkan dampak masalah psikososial dan gangguan jiwa
terhadap individu, keluarga dan masyarakat
f. Menurunnya prevalensi kebutaan sehingga tidak lagi menjadi masalah
kesehatan masyarakat.
g. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat dalam
pemeriksaan dibidang kesehatan mata dan pencegahan kebutaan.
h. Meningkatnya jangkauan pelayanan refraksi sehingga masyarakat
yang mengalami gangguan fungsi penglihatan dapat terlayani.
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN
Untuk dapat mencapai tujuan dari program kesehatan jiwa yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat disusun rencana kegiatan sebagai berikut :
1. Penyuluhan tentang kesehatan jiwa di kelurahan dengan cara kerjasama
lintas sektoral
2. Melakukan penjaringan terhadap masyarakat yang mempunyai masalah
kesehatan jiwa dengan di bantu oleh kader dan bidan desa serta aparat
desa
3. Melakukan kunjungan ke rumah pasien yang mengalami gangguan mental
serius seperti kasus pasung
4. Melakukan intervensi penatalaksanaan yang telah dilakukan 3 bulan sekali
5. Memonitor pengobatan pasien jiwa yang kemudian akan dicatat dalam
form pengambilan obat
6. Melakukan konseling secara tertutup kepada masyarakat mengenai
masalah kesehatan jiwa
7. Memberikan dan melakukan pengobatan terhadap masyarakat yang
mengalami masalah kesehatan jiwa sesuai standar pengobatan tingkat
dasar