Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Pendahuluan
1. Status Imunologi
2. Kadar gula darah (impaired white cell function)
3. Hidrasi (slows metabolism)
4. Nutritisi
5. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic
pressure – oedema)
6. Suplai oksigen dan vaskularisasi
7. Nyeri (causes vasoconstriction)
8. Corticosteroids (depress immune function)
E. Manajemen Luka
2. Perencanaan
Langkah pertama dalam melakukan perencanaan perawatan luka
adalah dengan menggunakan TIME Manajemen yang terdiri dari :
a. Tissue management (manajemen jaringan dasar luka),
b. Inflamation control (control inflamasi),
c. Moisture balance (kelembaban seimbang), dan
d. Epitelial edge (pembentukan epitel tepi luka) .
Tujuan dari perencanaan perawatan luka dengan menggunakan
TIME Management ini adalah menyiapkan dasar luka (Wound
Bed Preparation) agar luka dapat sembuh secara optimal sesuai
dengan prinsip perawatan luka yang lembab.
a. Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini.
Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil
penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter (bapak
perawatan luka lembab) pada tahun 1962 yang dipublikasikan
dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal
untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan
dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
1) Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih
cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
2) Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih
cepat.
3) Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan perawatan kering
4) Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk
membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi
komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang
lembab.
5) Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag,
monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
1) Film Dressing
a) Semi-permeable primary atau secondary dressings
b) Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
c) Conformable, anti robek atau tergores
d) Tidak menyerap eksudat
e) Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
f) Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
g) Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2) Hydrocolloid
a) Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
b) Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau
slough
c) Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport
angiogenesis
d) Waterproof
e) Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
f) Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
g) Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
3) Alginate
a) Terbuat dari rumput laut
b) Membentuk gel diatas permukaan luka
c) Mudah diangkat dan dibersihkan
d) Bisa menyebabkan nyeri
e) Membantu untuk mengangkat jaringan mati
f) Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
g) Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
h) Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
i) Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
4) Foam Dressings
a) Polyurethane
b) Non-adherent wound contact layer
c) Highly absorptive
d) Semi-permeable
e) Jenis bervariasi
f) Adhesive dan non-adhesive
g) Indikasi : eksudat sedang s.d berat
h) Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik
hitam
i) Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva
5) Terapi alternative
a) Zinc Oxide (ZnO cream)
b) Madu (Honey)
c) Sugar paste (gula)
d) Larvae therapy/Maggot Therapy
e) Vacuum Assisted Closure
f) Hyperbaric Oxygen
3. Implementasi
a. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound) –
warna dasar luka kuning (yellow)
1) Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati
(slough tissue)
2) Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
3) Untuk merangsang granulasi
4) Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
5) Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids,
alginates dan hydrofibre dressings
b. Luka Nekrotik – warna dasar luka hitam (black)
1) Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik
(eschar)
2) Berikan lingkungan yg kondusif u/autolysis
3) Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
4) Hydrogels, hydrocolloid dressings
c. Luka terinfeksi – warna dasar luka hijau (green)
1) Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat
penyembuhan luka
2) Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
3) Wound culture – systemic antibiotics
4) Kontrol eksudat dan bau
5) Ganti balutan tiap hari
6) Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon
dressings, silver dressings
d. Luka Granulasi – warna dasar luka merah (red0
1) Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi
jaringan yang baru, jaga kelembaban luka
2) Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
3) Moist wound surface – non-adherent dressing
4) Treatment overgranulasi
5) Hydrocolloids, foams, alginates
e. Luka epitelisasi – warna dasar luka pink
1) Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
“re-surfacing”
2) Transparent films, hydrocolloids
3) Balutan tidak terlalu sering diganti
f. Balutan kombinasi
Tujuan Tindakan
Hydrogel + film
Rehidrasi atau hanya hydrocolloid
Hydrogel + film/foam
Atau hanya hydrocolloid
Atau alginate + film/foam
Debridement (deslough) Atau hydrofibre + film/foam
ARSIP BLOG
▼ 2016 (34)
o ► Desember(6)
o ▼ November(6)
STANDAR PERAWATAN LUKA