Laporan Drainase Baru
Laporan Drainase Baru
PENDAHULUAN
Alamiah
Menurut
Terbukanaya
Buatan
Permukaan Tanah
Letak Bangunan
Bawah Permukaan
Tanah
Jenis Drainase
Sigle Purpose
Menurut Fungsi
Multi purpose
Terbuka
Menurut
Konstruksi
Tertutup
SISTEM DRAINASE
sirip
Terbuka
garpu
Sistem Kombinasi
4 Primer DAS
total
Dimana :
ra = data hujan yang akan dicari.
Ra = ∑ hujan tahunan normal pada stasiun yang datanya hilang.
R1…Rn = ∑ hujan tahunan pada stasiun 1 s/d n
r1…rn = hujan pada saat yang sama dengan hujan yang akan
dicari dari stasiun 1 s/d n.
n = jumlah stasiun hujan disekitar stasiun yang akan dicari.
2. Pengecekan Kualitas Data Hujan
Data hujan yang diperlukan harus dicek sebelum digunakan untuk analisis
hidrologi lebih lanjut. Agar tidak mengandung kesalahan dan harus tidak
mengandung data kosong (missing record), maka perlu dilakukan pengecekan
kualitas data dengan melakukan uji konsistensi yang berarti menguji kebenaran
data. Beberapa cara untuk mengecek kualitas data hujan minimal antara lain :
a. Melaksanakan pengecekan lapangan, untuk memastikan apakah pos hujan
masih beroperasi , atau sudah terjadi perubahan, cek jenis alat, kedudukan
alat, perubahan lokasi, dan perkembangan lokasi sekitar pos hujan itu.
b. Melaksanakan pengecekan ke kantor pengolahan data untuk mengetahui
sejarah operasinya pos, metode pengukuran, dan atau perhitungan.
c. Membandingkan data hujan dengan data iklim untuk lokasi yang sama.
d. Analisis kurva massa ganda.
e. Analisis statistic.
Salah satu cara untuk menguji konsistensi adalah dengan menggunakan
analisis kurva massa ganda (double mass curve analysis) untuk data hujan musiman
atau tahunan dari suatu DAS.
3. Tebal Hujan Rata-rata DAS
Hujan yang terjadi dapat merata di seluruh kawasan yang luas atau
terjadi hanya bersifat setempat. Jika terjadi hujan setempat saja maka kita hanya
mendapat curah hujan di daerah itu. Sedangkan di suatu areal terdapat beberapa
alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil nilai rata-rata untuk
mendapatkan nilai curah hujan areal. Ada tiga macam metode pendekatan yang
dapat digunakan untuk menentukan tebal hujan rata-rata dari suatu DAS antara lain:
a. Metode rata-rata aritmatik
dimana :
R = curah hujan daerah (mm)
R1, R2, …, Rn = curah hujan ditiap titik pengamatan.
n = jumlah titik atau pos pengamatan.
b. Metode polygon Thiessen
dimana :
R = hujan rerata daerah (mm)
Rn = hujan pada pos penakar hujan (mm)
dimana :
R = hujan rerata daerah (mm)
5. Pengeplotan Probabilitas
Ada dua cara untuk mengetahui ketepatan distribusi probabilitas data
hidrologi, yaitu data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah didesain
khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi distribusi. Posisi
pengeplotan data merupakan nilai probabilitas yang dimiliki oleh masing-masing
data yang diplot. Metode yang paling sering digunakan adalah metode persamaan
Weibull :
𝑚
P = 𝑛+1 x100%
Dimana :
m = nomor urut (peringkat) data setelah diurutkan dari besar ke
kecil n = banyaknya data atau jumlah kejadian (event).
P = nilai probabilitas data (%)
6. Uji Kesesuaian Data Probabilitas
a. Uji SMIRNOV – KOLMOGOROF
Ketentuan : D y max < D cr, maka data probabilitas hujan dapat dipakai.
Untuk D y dapat dilihat pada grafik pemplotan probabilitas yang telah dibuat.
Misal : Uji pada sumbu x, untuk n = 25 (dimana n adalah banyaknya data) ;
derajat kepercayaan (a )= 0,05 (5%); D y max = 13%, maka nilai D cr = 0,27
(lihat pada tabel smirnov – kolmogorof).
b. Uji CHI – SQUARE
Ketentuan :
0,05 (5%). Cari nilai percentile (P) = (100% - a ) dan nilai x2 dapat dilihat pada
tabel chi – square.
Dimana :
y = data curah hujan probabilitas.
Dy = jarak atau simpangan vertical terjauh dari garis lurus grafik
probabilitas.
Tabel. Distribusi CHI – SQUARE (Sumber : Shanin, 1976 : 203)
7. Curah Hujan Rancangan Kala Ulang : 1; 2; 5; 10 Tahunan
Dalam perhitungan curah hujan rancangan kala ulang, terlebih dahulu
harus mengenal periode ulang dalam perencanaan drainase.
Suatu data hidrologi (bisa data hujan, debit sungai dll) adalah (x) akan
mencapai suatu harga tertentu atau disamai (xi) atau kurang dari (xi) atau lebih atau
dilampaui dari (xi) dan diperkirakan terjadi sekali dalam kurun waktu T tahun,
maka T tahun ini dianggap sebagai periode ulang dari (xi)
Contoh : R2 tahun = 115 mm
Dalam perencanaan saluran drainasi periode ulang yang dipergunakan
tergantung dari fungsi saluran serta daerah tangkap hujan yang akan dikeringkan.
Menurut pengalaman, penggunaan periode ulang adalah :
untuk perencanaan saluran kwarter (periode ulang 1 th)
untuk perencanaan saluran tersier (periode ulang 2 th)
untuk perencanaan saluran sekunder (periode ulang 5 th)
untuk perencanaan saluran primer (periode ulang 10 th) Penentuan periode
ulang juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi.
Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
log X T = log X + K.Si
dimana :
XT = curah hujan rancangan kala ulang T tahun.
X = rata – rata hitung data hujan
K = variabel standart untuk x yang besarnya tergantung koefisien
kemencengan, G. (lihat pada tabel Nilai K untuk distribusi Log Person III).
Si = harga simpangan baku
Hitung hujan atau banjir kala ulang T dengan menghitung antilog dari Log XT.
8. Waktu Konsentrasi (tc)
Dalam analisis intensitas hujan perlu memahami karakteristik hujan seperti
durasi hujan dan waktu konsentrasi terlebih dahulu. Durasi hujan adalah lama
kejadian hujan (menit, jam) durasi hujan diperoleh dari pencatatan alat pengukur
hujan baik manual (sederhana) maupun dengan alat penakar hujan otomatik.
Dalam perencanaan drainasi durasi hujan ini sering dikaitkan dengan waktu
konsentrasi. Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air
dari titik paling jauh ke titik yang ditentukan dibagian hilir suatu saluran. Untuk
mencari waktu konsentrasi terdapat tiga alternative rumus : (1) waktu konsentrasi
(tc) ditinjau dari 2 komponen (t0 + td); (2) waktu konsentrasi (tc) dari rumus
distribusi hujan jam – jaman dengan menggunakan model “MONONOBE”; (3)
waktu konsentrasi untuk DAS kecil di daerah pertanian.
A. Waktu konsentrasi (tc) ditinjau dari 2 komponen (t0 + td)
Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dihitung menjadi 2 (dua) komponen :
1. Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir diatas
permukaan tanah menuju kesaluran drainasi terdekat.
2. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
dari pertama masuk saluran sampai titik keluaran.
tc = to + td
Dimana:
RT = Rerata Intensitas hujan dari awal sampai jarak ke T
(mm/jam)
R24 = CH efektif dalam 1 hari (mm)
T = Waktu dari awal hujan sampai ke T (jam)
t = Lamanya hujan terpusat = 6 jam
Rumus distribusi jam – jaman model MONONOBE dilihat
berdasarkan pengamatan di Indonesia, lamanya hujan terpusat (t) tidak
lebih dari 7 jam, maka dalam perhitungan ini diasumsikan hujan terpusat 6
jam sehari.
Langkah selanjutnya, menghitung nisbah hujan jam – jaman :
Dimana :
RT = Rerata Intensitas hujan dalam T jam
Rt = Curah hujan pada jam ke T
t = Waktu konsentrasi atau lamanya hujan terpusat
R(t-1) = Intensitas hujan dalam (t-1)
Selanjutnya menghitung hujan netto. Hujan netto adalah bagian
dari hujan total yang menghasilkan limpasan langsung. Untuk mencari
hujan netto digunakan rumus :
Dimana :
Rn = Hujan Netto (mm)
C = Koefisien Pengaliran (lihat tabel)
R = Curah hujan rancangan kala ulang T (mm)
Lalu hitung hujan netto jam – jaman dengan mengalikan hujan
netto dengan nisbah hujan jam – jaman.
C. Waktu konsentrasi untuk DAS kecil di daerah pertanian.
Rumus waktu konsentrasi untuk DAS kecil di daerah pertanian adalah tc = 0,00025
(L/S0,5)0,80
Dimana :
tc = Waktu konsentrasi dalam jam
L = Panjang Saluran (m)
S = Kemiringan DAS
1. Koefisien Pengaliran Permukaan (C)
Jika daerah aliran saluran (DAS) terdiri dari berbagai macam penggunaan lahan
dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai adalah
koefisien DAS yang dihitung dengan rumus:
……….
Dimana:
Ai = Luas lahan dengan jenis penutup tanah i,
Ci = Koefisien aliran permukaan jenis penutup tanah i
n = Jumlah jenis penutup lahan
Besarnya intensitas CH berbeda – beda tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya. Intensitas CH diperoleh dengan cara, melakukan analisis
hidrologi baik secara statistik maupun secara empiris.
Dimana :